1.1 Pendahuluan
Pengertian minyak bumi dan gas bumi merupakan gabungan/campuran komposisi
dari Hydrogen dan karbon, oleh karena itu disebut juga sebagai hidrokarbon.Nama lain
dari hidrokarbon adalah Petroleum.Kata Petroleum berasal dari bahasa latin, dimana petra
berarti batuan dab oelum berarti minya.Berdasarkan arti tersebut di atas berarti minyak
dan gas bumi merupakan hasil yang didapat pada batuan didalam kerak bumi.Istilah lain
yang sering digunakan adalah minyak mentah (crude oil).
Minyak mentah berarti minyak yang belum dikilang, jadi masih terdapat dalam
kerak bumi.Gas bumi dalam bahasa inggris “Nature Gas”, yang dpat diartikan sebagai gas
alam.
Eksplorasi minyak dan gas bumi tidaklah mudah.Pertama harus dicari batuan
sedimen yang mengandung material organik yang disebut source rock dan batuan
induk.Material organik tersebut berasal dari darat (terrestrial) atau asal laut
(marine).Batuan yang dapat dijadikan sebagai batuan induk adalah batuan sedimen
klastik halus seperti batulempung, serpih, dan napal.Material organik yang dikandung
batulempung antara 1-2%.Batulempung yang mengandung material organik kurang dari
itu tidak dpat menjadi batuan hidrokarbon.
Senyawa hidrokarbon dihasilkan secara organik artinya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang telah mati dan mengalami proses kimia dan fisika.Bahan-
bahan organik tersebut tertimbun oleh sedimen seperti lempung, serpih dan
sebagainya.Oleh karena adanya proses-proses kimia dan fisika maka senyawa
hidrokarbon akan keluar dari sisa-sisa organisme tersebut.
Faktor-faktor yang diperlukan untuk terjadinya proses ini antara lain :
Suhu (panas minimum 200o F, maka makin kebawah permukaan bumi
semakin panas)
Tekanan (dari sedime di atasnya)
Waktu (proses sampai jutaan tahun)
Tempat-tempat dengan penimbunan yang cukup hanya terjadi di cekungan-
cekungan kulit buni dan sayangnya lebih dari sebagian kulit bumi merupakan daerah
benua atau paparan yang tidak tertutup oleh sedimen yang tipis.Kalaupun material
organik itu mengalami kematangan, hanya sebagian kecil (30 % dapat berubah menjadi
minyak bumi dan gas bumi).
Syarat – syarat terjadinya minyak dan gas bumi adalah :
Terdapat batuan induk, yaitu pada batuan sediment yang banyak
mengandung bahan – bahan organic sisa sisa hewan dan tumbuhun yang
mengalami pematangan sehingga terbentuk minyak dan gas bumi.
Migrasi minyak dan gas bumi, proses ini merupakan perpindahan minyak
dan gas bumi dari batuan induk menuju ke lapisan reservoir untuk di
konsentrasikan di dalamnya.
Batuan reservoir, merupakan batuan sediment yang berpori – pori sehingga
minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh batuan induk akan disimpan
disini.
Perangkap atau trap, merupakan bentukan bentukan yang memungkinkan
minyak dan gas bumi tercetak atau terperangkap didalamnya.
Batuan penutup, adalah suatu batuan sediment yang kedap air sehingga
minyak dan gas bumi yang ada di dalam batuian reservoir tidak dapat
keluar lagi.
Pada dasarnya terdapat banyak jenis perangkap minyak dan gas bumi, tetapi pada
umumnya dikategorikan pada 3 jenis :
Perangkap struktur
Perangkap stratigrafi
Perangkap kombinasi struktur dan stratigrafi
BAB II
OPERASI PEMBORAN
b. Pemboran Deliniasi
Aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui persebaran, batas, dan
ketebalan reservoir. Pemboran ii biasanya tidak terlalu banyak
menghabiskan biaya karena sudah ada data dari pemboran eksplorasi
sebelumnya. Untuk menentukan batas reservoir makan dilakukan
pemboran deliniasi untuk jarak – jarak tertentu dari sumur yang pertama.
c. Pemboran Pengembangan
Pemboran ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengurasan
terhadap reservoir sekaligus meningkatkan volume produksi. Aktivitas ini
mmerlukan biaya yang lebih murah dikarenakan lengkapnya data sumur
seperti kedalaman dan ketebalan reservoar serta jenis dan sifat batuan pada
formasi yang sudah ditembus oleh mata bor. Sumur eksplorasi dapat
diubah fungsinya menjadi sumur eksploitasi atau disebut juga sebagai
sumur produksi.
d. Pemboran Sumur – Sumur Sisipan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengambil hidrokarbon dari area
yang tidak terambil oleh sumur – sumur sebelumnya. Pembuatan sumur
sisipan ini terletak diantara sumur – sumur yang telah ada sebelumnya.
a. Rig Darat
Merupakan rig yang beropasi di daratan yang dibedakan atas rig
besar dan kecil. Pada rig kecil biasanya hanya digunan untuk pekerjaan
sederhana seperti well service atau work over. Sementara itu untuk rig
besar digunakan untuk operasi pemboran baik secara vertikal maupun
directional. Rig darat ini dirancang portable sehingga dapat dengan mudah
untuk dilakukan pembongkaran dan pemasangannya kerika berpindah
lokasi.
E. Perangkat Pemboran
Operasi pemboran bertujuan untuk membuat lubang secara cepat, murah,
dn aman hingga menembus formasi produktif di bawah permukaan. Hasil
pemboran yang dinamakan lubang sumur tersebut dilanjutkan dengan
pemasangan pipa selubung berupa casing dan dilanjutkan dengan
penyemenan. Langkah selanjutnya adalah pemasangan peralatan prodksi
untuk mengeksploitasu minyak dan gas dari formasi produktif.
d. Sistem Sirkulasi
Tugas utamnya sistem sirkulasi adalah membantu sistem pemutar
dalam kegiatan pengeboran dengan menyediakan perlengkapan –
perlengkapan, bahn – bahan, dan tempat kerja. Yang kemudian ditunjukan
untuk mempersiapkan, merawat, dan mengganti lumpur pemboran.
e. Sitem Pencegahan Semburan Liar
Sistem pencegahan semburan liar merupakan komponen utama yang
paling akhir dari rig. Fungsi utamanya adalah untuk mengendalikan
ancaman blow out, yaitu suatu aliran yang tak terkendali dari fluida
formasi menuju permukaan. Blow out biasnya dimulai dengan adanya
kick, yang merupakan suatu intrusi fluida bertekanan tinggi. Intrusi ini
dapat berkembang menjadi blow out apabila tidak ditangani. Fungsi dari
BOP sendiri yaitu menutup lubang bor ketika hal ini terjadi. Sistem ini
terdiri dari 2 komponen utama, yaitu :
BOP stack and accumulator, adalah sistem instalasi yang terdiri
dari alat – alat penahan tekanan yang khusus dirancang untuk
menutuprapat sumur bor ( annulus ) bila ada ancaman kebocoran.
Supporting system, terdiri dari komponen yang dirancang untuk
mengontrol untuk mengontrol fluida pemboran sehingga operasi
pemboran dapat berjalan lancar
G. Analisis Cutting
Analisis cutting merupakan interpetasi serpihan batuan yang tersikulasi ke
permukaan bersamaan dengan lumpur bor. Serpihan tersebut berasal dari
gerusan batuan reservoir pada saat operasi pemboran berlangsung. Pada
analisis cutting,kandungan hidrokarbon dapat dideteksi dengan melihat
perubahan warna yang terjadi pada saat cutting tersebut dianalisis. Analisis
dilakukan melalui penyinaran sinar ultraviolet untuk mengetahui lithologi
batuannya meliputi jenis batuan, kandungan mineral, struktur batuan dan
kandungan fosil untuk menentukan ada tidaknya akumulasi hidrokarbon.
Indikasi adanya hidrokarbon dalam cutting dapat dilakukan dengan :
H. Mud Log
Mud log adalah pekerjn pemeriksaan dan analisis informasi geologi yang
terkandung dalam cutting dan lumpur pemboran untuk menentukan indikasi
minyak dan gas yang ditemukan selama proses pemboran sebuah sumur.
I. Lumpur Pemboran
Fluida pembora merupakan suatu campuran cairan dari beberapa
komponen yang dapat terdiri dari air, minyak, tnah liat,bahan – bahan kimia,
gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai lumpur.
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan
dalam mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran,
efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada kinerja
lumpur pemboran.
Jenis – jenis lumpur pemboran :
Sesuai dengan litologi dan stratigrafi yang berbeda – beda untuk setiap
lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda – beda kita mengenal type /
sistem lumput yang berbeda – beda pula, seperti :
Sistem lumpur tak terdispersi, termasuk diantaranya lumpur
tajak untuk permukaan dan sumur dangkal treatment yang
sangat terbatas.
Sistem lumpur terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang
membutuhkn berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubang
yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan
dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
Sistem lumpur air garam yang mengendalikanlarutan garam
untuk pembasahan formasi oleh air.
Lime Mud, sistem lumpur yang mengandalkan ion – ion
Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah
runtuh kaeran menyerap air.
J. Analisis Data Teknik Pemboran
Lag time adalah kecepatan pergerakan suatu benda dari dasar lubang
bor sampai ke permukaan oleh media lumpur. Penggunaa serta penghitungan
lag time sangat penting dalam pekerjaan mud logging, karena lumpur tersebut
akan membawa hasil cutting dari dasar sumur ke permukaan yang merupakan
suatu data pemboran.
Faktor – faktor yang mempengaruhi lag time :
a. Kecepatan aliran lumpur
Kecepatan aliran lumpur tergantung dari kecepatan pompa yang memompa
lupur dari pit masuk ke dalam pipa dan keluar dari bit lewat jets, kemudian
naik ke tas lewat annulus hingga kepermukaan.
b. Ukuran / diameter lubang bor
Lubang dengan diameter besaar akan mempunyai kecepatan aliran yang
lebih lambat daripada lubang dengan diamter kecil.
c. Penambahan kedalaman
Penambahan kedalaman suatu sumur, berarti menambah panjang annulus
dan volume lumpur.
BAB III
GEOKIMIA HIDROKARBON
Geokimia Minyak dan Gas Bumi adalah penerapan prinsip-prinsip kimia yang
mempelajari tentang asal, migrasi, akumulasi dan alterasi dari petroleum (Hunt, 1979).
Selain itu menerapkan konsep-konsepnya dalam rangka eksplorasi petroleum yang lebih
efektif.
Hasil analisis geokimia akan dipadukan dengan analisis geologi sehingga dapat
mengetahui seberapa besar potensi dari batuan induk ataupun hidrokarbon, selain itu
setelah dapat melihat korelasinya kita dapat melihat apakah berkorelasi positif yang
artinya berasal dari sumber yang sama atau berkorelasi negatif yang artinya tidak dari
sumber yang sama, selain itu memperkirakan jalur migrasi hidrokarbon pada suatu daerah
yang mana jalur migrasi merupakan penunjuk lokasi lapangan baru yang berpotensi
menjadi sumber hidrokarbon. Untuk sebuah perusahaan, hal ini sangat berguna untuk
menentukan lokasi baru yang dapat dieksplorasi lebih lanjut sehingga dapat memperkecil
risiko kegagalan eksplorasi.
Analisis Biomarker
Teknik Korelasi
3 hal diatas merupakan hal penting dalam melakukan analisis geokimia karena
jika salah satunya tidak dilakukan maka kegiatan analisis tidak akan berlangsung dengan
lancar dan akan memberikan hasil yang tidak memuaskan.
A. BATUAN INDUK
Menurut Waples (1985), batuan induk merupakan batuan sedimen berbutir halus
yang kaya akan material orgnik dan mampu menghasilkan hidrokarbon.
Waples(1985)membagi batuan induk menjadi tiga jenis,yaitu:
2. Batuan induk tidak ekonomis (spent source rock),yaitu batuan induk yang
menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon secara aktif walaupun tidak
kaya akan materi organik ataupun telah mencapai fasa terlalu matang (over-
mature).
Dibawah ini adalah tabel yang berisi tentang metode untuk menentukan potensi
batuan induk menurut Law (1999).
Kuantitas atau jumlah materia lorganik yang terdapat didalam batuan sedimen
dinyatakan sebagai karbon organik total atau dikenal dengan Total Organic Carbon
(TOC). TOC didefinisikan sebagai jumlah karbon organik yang dinyatakan sebagai persen
berat dari batuan kering(dryrock). Nilai TOC digunakan sebagai salah satu parameter
untuk tahap seleksi awal terhadap batuan sehingga dapat dipisahkan antara batuan yang
berpotensi dan tidak berpotensi sebagai batuan induk. Karbon organik yang dimaksud
merupakan karbon yang berasal dari zat organik dan bukan berasal dari karbonat
(misalnya batu gamping).TOC digunakan sebagai salah satu parameter karena pada
umumnya hidrokarbon mengandung 75-95% karbon berat molekul dengan rata-rata
mengandung 83% molekul karbon. Terdapat nilai TOC minimum untuk menyatakan suatu
batuan sedimen dapat menjadi batuan induk. Nilai TOC minimum ini pun tidak sama
menurut beberapa peneliti. Teknik yang biasanya digunakan untuk menganalisis
kandungan TOC pada batuan yaitu melalui analisis pirolisis Rock-Eval.
Tabel 1.2 Klasifikasi batuan induk berdasarkan TOC menurut Waples (1985)
NILAI TOC
IMPLIKASI SEBAGAI BATUAN INDUK
(%)
< 0,5 Kapasitas sebagai batuan induk kurang atau
memiliki potensi yang rendah.
0,5-1 Kapasitas sebagai batuan induk terbatas atau
kemungkinan sedikit berpotensi.
1-2 Kapasitas sebagai batuan induk sedang atau
kemungkinan cukup berpotensi.
>2 Kapasitas sebagai batuan induk baik atau
kemungkinan berpotensi baik sampai sangat baik.
Menurut Waples(1985),rentang nilai TOC minimum adalah 0,5-1,0%. Sampel
dengan kandungan TOC 0,5-1,0% biasanya dianggap tidak akan mampu membentuk
hidrokarbon yang komersial dan karenanya sampel semacam ini biasanya tidak dianalisis
lebih lanjut. Titik batas diskualifikasi biasanya tidak merata, tetapi umumnya antara 0,5
dan 1% TOC. Banyak kelompok yang menerapkan batas lebih tinggi untuk diskualifikasi.
Sampel yang terpilih akan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui tipe material organik
yang dikandungnya.
Batuan yang mengandung TOC < 0,5% dapat dikatakan berpotensi rendah dan
miskin material organik. Jumlah hidrokarbon batuan ini tidak cukup untuk terekspulsi dan
kerogen yang ada cenderung akan teroksidasi.
Batuan dengan TOC antara 0,5% dan 1,0% berada pada batas antara berpotensi
rendah dan baik. Batuan ini kemungkinan besar tidak menjadi batuan induk yang sangat
efektif tapi tetap dapat menghasilkan hidrokarbon. Namun kerogen dalam batuan sedimen
dengan kandungan TOC < 1% umumnya akan teroksidasi.
Batuan sedimen dengan TOC > 1% secara umum memiliki potensi yang besar. Pada
beberapa batuan, TOC antara 1 dan 2% berasosiasi dengan lingkungan pengendapan
pertengahan antara oksidasi dan reduksi yang merupakan tempat terjadinya pengawetan
material organik yang kaya akan lemak dan berpotensi membentuk minyak bumi.
Sementara itu, TOC dengan nilai lebih dari 2% umumnya menandakan lingkungan
reduksi dengan potensi yang lebih baik lagi.
Seperti yang telah disebutkan bahwa material organik dalam batuan induk yang
menghasilkan minyak (pada keadaan yang memenuhi syarat) disebut dengan
kerogen.Waples (1985) mendefinisikan kerogen secara spesifik,yaitu bagian dari material
organik dalam batuan sedimen yang tidak larut dalam asam oksidasi,basa dan pelarut
organik biasa. Sifat tidak larut ini dipengaruhi oleh ukuran molekulnya.
Perbedaan tipe kerogen dapat di identifikasi dari konsentrasi lima unsur primer
yaitu karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Tidak semua tipe akan
menghasilkan minyak.
Semakin besar nilai indeks hidrogen (HI) maka batuan induk memiliki tipe kerogen
I atau II, sedangkan semakin besar nilai indeks oksigen (OI) maka batuan induk memiliki
tipe kerogen III.
Gambar 1.1 Diagram modifikasi van Krevelen berupa perbandingan nilai HI dan OI
untuk mendapatkan klasifikasi tipe kerogen (Waples, 1985)
Tabel 1.5 Klasifikasi tipe kerogen berdasarkan indeks hidrogen (HI), perbandingan S2
dengan S3, serta perbandingan atom hidrogen (H) dengan karbon (C) (Peters
dan Cassa, 1994)
0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi
0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat gas)
n Tmaks(° Bitumen(
Ro(%) TAI Bit/TOC PI
C) mg/g)
Belum
0,20-0,60 <435 1,5-1,26 <0,05 <50 <0.10
matang
Matang
Ro:Reflektansi vitrinit
Sampel yang dipilih untuk analisis REP yaitu sampel yang sebelumnya dihancurkan
kemudian dikeringkan. Metode REP terdiri dari pemanas temperatur (oven) pada suhu
atmosfer inert (helium) dan sampel 100 mg untuk menentukan :
a. Selama 3 menit oven dipanasi pada suhu 300 degC, hidrokarbon bebas
menguap dan diukur sebagai puncak S1
b. Kemudian temperatur dinaikkan lagi dari 300 degC – 550 degC (pada 25
degC/min). Ini merupakan fase penguapan komponen hidrokarbon berat (>
C40) dan juga proses cracking material organik yang tidak menguap.
Hidrokarbon yang dikeluarkan tersebut diukur sebagai puncak S2
c. Temperatur pada puncak S2 tersebut merupakan temperatur pematangan
kerogen yang disebut T maximum.
d. CO2 yang dikeluarkan dari kerogen terperangkap pada temperatur (300-390)
degC. Perangkap tersebut dipanaskan dan CO2 dilepaskan dan dideteksi oleh
TCD sejak proses pendinginan oven pyrolysis (puncak S3).
S1 = total hidrokarbon bebas (gas & minyak) di dalam sampel (dalam milligram
hidrokarbon per gram batuan). Jika S1 > 1 mg/g, kemungkinan mengindikasikan oil
show. S1 secara normal meningkat paralel terhadap kedalaman.
S2 = total hidrokarbon yang dihasilkan melalui cracking termal material organik
yang tidak menguap. S2 merupakan indikasi kuantitas hidrokarbon batuan yang
memiliki potensial menghasilkan hidrokarbon melalui penguburan dan pematangan.
S3 = total CO2 (dalam milligram CO2 per gram batuan) yang dihasilkan selama
pyrolysis kerogen. S3 merupakan indikasi total oksigen di dalam kerogen dan
digunakan untuk enghitung Oksigen Indeks. Kontaminasi sampel dideteksi jika nilai
S3 yang diperoleh tidak normal. Konsentrasi karbonat tinggi yang dirusak pada suhu
lebih rendah dari 390 degC juga akan menyebabkan nilai S3 yang lebih tinggi dari
yang diharapkan.
Tmax = temperatur maksimum untuk melepas hidrokarbon dari proses cracking
kerogen yang terjadi selama pyrolisis (puncak S2). Tmax merupakan indikasi
tahapan pematangan material organik.
Peralatan RE II juga dapat digunakan untuk menentukan TOC dari sampel oleh
proses oksidasi (pada suhu 600 degC) pada material sampel sisa setelah proses
pirolisis (carbon organik sisa). Tipe dan kematangan material organik dalam source
rock dapat diidentifikasi dari data REP.
HI = hidrogen indeks ( HI = {100 x S2}/TOC}. HI merupakan parameter yang
digunakan untuk menjelaskan asal material organik. Organisme laut dan alga secara
umum adalah organik yang kaya lipid dan protein, dimana H/C lebih tinggi daripada
karbohidratnya tumbuhan darat. Nilai HI biasanya antara 100-600 pada satu sampel.
OI = Oksigen Indeks ( OI = {100 x S3}/TOC}. OI adalah parameter yang
dikorelasikan dengan rasio O/C dimana nilainya tinggi pada tumbuhan darat dan
material organik inert sebagai penciri sedimen laut. Nilai OI berkisar antara 0-150.
PI = produksi indeks ( PI = S1/{S1+S2}). PI digunakan untuk menjelaskan level
perkembangan material organik.
3.2 INTERPRETASI
BAB IV
LOG MEKANIK (WIRELINE LOG)
beberapa log.
GR atau log SP. Apabila defleksi kurva GRnya ke kiri atau minimum,
sedangkan untuk litologi shale atau organic shale, maka defleksi kurva GRnya ke
litologi
atau gas, ditentukan dengan melihat log resistivitas dan gabungan log Densitas-
Neutron. Zona hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya separasi antara harga tahanan
jenis zona terinvasi (Rxo) dengan harga resistivitassebenarnya formasi pada zona
tidak terinvasi (Rt). Separasi tersebut dapat positif atau negatif tergantung pada
harga Rmf/Rw > 1, harga perbandingan Rxo dengan Rt akan maksimum dan
hampir sama dengan harga Rmf/Rw di dalam zona air. Nilai Rxo/Rt yang lebih
formasi.Pada lubang bor keterangan harga Rmf lebih kecil daripada Rw (Rmf/Rw
kecil), zona hidrokarbon ditunjukkan harga Rxo/Rt lebih kecil dari satu.
Untuk membedakan gas atau minyak yang terdapat di dalam formasi dapat
dilihat pada gabungan log neutron- densitas. Zona gas ditandai dengan harga
porositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositas densitas,
sehingga akan ditunjukkan oleh separasi kurva log neutron- densitas yang
lebih besar. Dalam zona minyak, kurva neutron atau kurva densitas
membentuk separasi positif yang lebih sempit daripada zona gas (dalam formasi
bersih).
Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang
parameter sifat-sifat fisik dari suatu formasi pada setiap kedalaman secara
kontinyu dari sumur pemboran. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah
batuan, serta kekompakan formasi yang kesemuanya tercermin dari lubang bor.
Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara dan bertahap yaitu:
1. Openhole Logging
2. Casedhole Logging
sumur/ lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada tahapan
ini hanya log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah log Gamma
ray,Caliper,NMR,danCBL.
Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik tersebut kita dapat menentukan
jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang tertembus sumur. Sedangkan
19
1.Log Listrik
Log listrik merupakan alat rekaman paling tua yang dipakai dalam industri
yang harus ada dalam setiap penampang stratigrafi sumur bor. Kegunaan log
listrik adalah untuk interpretasi litologi dan dapat juga digunakan untuk
mendeteksi zona yang mengandung minyak atau tidak.Log ini juga dapat
permukaan dengan elektroda yang terdapat di lubang bor yang bergerak naik
Pada lapisan serpih, kurva SP umumnya berupa garis lurus yang disebut garis
garis dasar serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang
cukup tebal yaitu garis pasir. Penyimpangan SP dapat ke kiri atau ke kanan
tergantung pada kadar garam air formasi dan filtrasi lumpur (Rider, 2002).
20
Gambar 7. Karakteristik Log Sp (G. Asquith, 1976)
lainnya. Sehingga jika salinitas komposisi dalam lapisan lebih besar dari
salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negative, dan jika salinitas
komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP
21
2. Log Resistivitas
batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan
batuan untuk menghantarkan arus listrik tergantung pada fluida dan pori
Alat-alat yang digunakan untuk mencari nilai resistivitas (Rt) terdiri dari dua
kelompok yaitu Laterolog dan Induksi. Yang umum dikenal sebagai log Rt
1) Laterolog
Prinsip kerja dari laterelog ini adalah mengirimkan arus bolak- balik
listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik utama yang besarnya
tetap, resistivitas dapat dihitung dengan hukum ohm.Alat ini biasanya
2) Induksi
Secara umum, kegunaan dari log induksi ini antara lain mengukur
pemboran yang menggunakan lumpur pemboran jenis “oil base mud” atau
formasi pada zona batu lempung/shale yang besar. Penggunaan Log Induksi
menguntungkan apabila :
a) Cairan lubang bor adalah insulator misal udara, gas, air tawar,atauoil base
mud.
yang sangat baik, yang terbaik dari semua alat logging.Inilah kemampuan
yang digunakan dalam dipmeter dan alat pencitraan listrik.Pada skala yang
berbeda, alat induksi hanya memberikan gambaran dari lapisan- lapisan itu
resolusi batas lapisan sangat buruk, tetapi pada saat yang sama semua efek
lapisan dirata- rata sedemikian rupa untuk membuat tren litologi menonjol.
Gambar 11. Format khas log resistivitas. (1) kombinasiDual Laterolog;
(2) induction, kombinasi spherically focused log. (Schlumberger, 1989)
Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk ke dalam
a.Flushed Zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor
serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak Komposisi semula (gas,
minyak ataupun air tawar).Meskipun demikian mungkin saja tidak seluruh
Komposisi semula terdesak ke dalam zona yang lebih dalam.
b.Transition Zone
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona ini ditempati
oleh campuran dari air filtrat lumpur dengan Komposisi semula.
c. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh
dari lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh Komposisi
semula.
Nomenclature:
Borehole:
Rm = Resistivity of mud.
Rmc = Resistivity of mud cake.
Flushed Zone:
Rmf = Resistivity of mud filtrate.
RXO = Resistivity of flushed zone.
SXO = Water Saturation of flushed
zone.
Uninvaded or Virgin Zone:
RT = True resistivity of formation.
RW = Resistivity of formation water.
SW = Formation Water Saturation.
RS = Resistivity of adjacent bed or
shoulder bed resistivity.
di = Diameter of invasion.
dh = Borehole diameter.
h = Bed thickness.
3.Log Radioaktif
bekerja dengan merekam radiasi sinar gamma alamiah batuan, sehingga berguna
sehingga nilai gamma ray-nya juga tinggi, dengan defleksi kurva kekanan. Unsur
radioaktif yang utama adalah potassium yang umumnya ditemukan pada illite.
Pada lapisan permeabel yang bersih, kurva log GR akan menunjukkan intensitas
radioaktif yang sangat rendah, kecuali bila lapisan tersebut mengandung mineral-
mineral tertentu yang bersifat radioaktif, atau lapisan yang mengandung air asin
log GR sangat berguna untuk menentukan besar kecilnya kandungan serpih atau
lempung. Dengan menarik garis Gamma Ray yang mempunyai harga minimum
dan garis Gamma Ray maksimum pada suatu penampang log, maka kurva
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan serpih. Gamma Ray log dinyatakan
dan Kaliper dengan skala dari kiri kekanan 0–100 atau 0–150 GAPI.Log GR
merupakan log yang sangat bagus untuk menentukan permeabilitas suatu batuan
karena mampu memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan
permeabel.
mineral bijih yang radioaktif, evaluasi lapisan mineral tidak radioaktif, dan
B. Log Densitas
3
density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram / cm . Prinsip
dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam formasi, dimana
sinar gamma ini dapat dianggap sebagai partikel yang bergerak dengan kecepatan
yang sangat tinggi. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang menunjukkan
porositas bila dikombinasikan dengan kurva log neutron, karena kurva log
densitas ini akan menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya. Selain
itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan dapat
dalam evaluasi lapisan shaly. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva
densitas akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin
Pada batuan yang sangat kompak, dimana per satuan volume (cc)
seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan porositasnya adalah
mendekati atau nol. Dengan demikian batuan yang mempunyai densitas paling
besar, dimana porositas () adalah nol, dan ini disebut sebagai densitas matrik (ma).
Pada batuan homogen dengan porositas tertentu, jika mengandung air asin akan
terdiri dari matrik. Untuk yang mengandung minyak, densitas batuan lebih rendah
daripada yang mengandung air asin, sebab densitas air asin lebih besar daripada
minyak. Pada batuan homogen yang mengandung fluida gas, densitas batuan lebih
rendah lagi daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang mengandung batubara,
mempunyai densitas paling rendah diatara jenis batuan yang mengandung fluida.
Gambaran variasi harga densitas dari beberapa lapangan minyak dan gas bumi
Harga-harga pada tabel 3.1 besifat tidak mutlak tergantung dari karakteristik
batuan setempat, dan untuk meyakinkan adanya zona-zona air asin, minyak, dan
gas masih perlu ditunjang dengan data-data lain seperti kurva SP, resistivitas, dan
kurva neutron. Terkecuali lapisan batubara yang mempunyai harga densitas yang
hidrogen yang terdapat dalam formasi batuan dengan menembakan atom neutron
ke formasi dengan energi yang tinggi. Neutron adalah suatu partikel listrik netral
akibat dari tumbukan tersebut neutron akan kehilangan energi. Energi yang hilang
saat benturan dengan atom di dalam formasi batuan disebut sebagai porositas
formasi (ф N). Hilangnya energi paling besar bila neutron bertumbukan dengan
sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya atom
didominasi oleh minyak dan air harga porositas neutron kecil. Apabila formasi
terisi oleh gas, maka nilai log netron kecil mendekati batuan sangat kompak
(2–
6%), karena konsentrasi atom hidrogen pada gas lebih kecil daripada minyak dan
menurunkan harga neutron. Lapisan serpih mempunyai porositas besar antara 30–
50% dalam kurva log, tetapi permeabilitas mendekati nol. Pengaruh serpih
air asin atau air tawar dalam batuan akan memperbesar harga porositas neutron.
Kurva log neutron ini tidak dapat untuk korelasi karena tidak mewakili litologi
suatu batuan.
porositas
batugamping, harga porositasnya dinyatakan dalam porositas
formasi.
antara kedua kurva, dimana separasi disebut positif, sebaliknya pada lapisan shale
3.1.3Log Caliper
Log ini digunakan untuk mengukur diameter lubang bor yang sesungguhnyauntuk
keperluan poerencanaan atau melakukan penyemenan.dan dapat merefleksikan
lapisan permeable dan lapisan yang impermeable. Pada lapisan yang
permeable diameter lubang bor akan semakin kecil karena terbentukya
kerak lumpur (mud cake) pada dinding lubang bor. 1 Wireline Logging
Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang
parameter sifat-sifat fisik dari suatu formasi pada setiap kedalaman secara
kontinyu dari sumur pemboran. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah
batuan, serta kekompakan formasi yang kesemuanya tercermin dari lubang bor.
Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara dan bertahap yaitu:
1. Openhole Logging
Openhole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada
2. Casedhole Logging
sumur/ lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada tahapan
ini hanya log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah log Gamma
jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang tertembus sumur. Sedangkan
Log listrik merupakan alat rekaman paling tua yang dipakai dalam industri
yang harus ada dalam setiap penampang stratigrafi sumur bor. Kegunaan log
listrik adalah untuk interpretasi litologi dan dapat juga digunakan untuk
mendeteksi zona yang mengandung minyak atau tidak.Log ini juga dapat
permukaan dengan elektroda yang terdapat di lubang bor yang bergerak naik
Pada lapisan serpih, kurva SP umumnya berupa garis lurus yang disebut garis
garis dasar serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang
cukup tebal yaitu garis pasir. Penyimpangan SP dapat ke kiri atau ke kanan
tergantung pada kadar garam air formasi dan filtrasi lumpur (Rider, 2002).
Gambar 7. Karakteristik Log Sp (G. Asquith, 1976)
lainnya. Sehingga jika salinitas komposisi dalam lapisan lebih besar dari
salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negative, dan jika salinitas
komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP
batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan
batuan untuk menghantarkan arus listrik tergantung pada fluida dan pori
Alat-alat yang digunakan untuk mencari nilai resistivitas (Rt) terdiri dari dua
kelompok yaitu Laterolog dan Induksi. Yang umum dikenal sebagai log Rt
1) Laterolog
Prinsip kerja dari laterelog ini adalah mengirimkan arus bolak- balik
listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik utama yang besarnya
tetap, resistivitas dapat dihitung dengan hukum ohm.Alat ini biasanya
2) Induksi
Secara umum, kegunaan dari log induksi ini antara lain mengukur
pemboran yang menggunakan lumpur pemboran jenis “oil base mud” atau
menguntungkan apabila :
a) Cairan lubang bor adalah insulator misal udara, gas, air tawar,atauoil base
mud.
yang sangat baik, yang terbaik dari semua alat logging.Inilah kemampuan
yang digunakan dalam dipmeter dan alat pencitraan listrik.Pada skala yang
berbeda, alat induksi hanya memberikan gambaran dari lapisan- lapisan itu
resolusi batas lapisan sangat buruk, tetapi pada saat yang sama semua efek
lapisan dirata- rata sedemikian rupa untuk membuat tren litologi menonjol.
Gambar 11. Format khas log resistivitas. (1) kombinasiDual Laterolog;
(2) induction, kombinasi spherically focused log. (Schlumberger, 1989)
Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk ke dalam
a.Flushed Zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor
serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak Komposisi semula (gas,
minyak ataupun air tawar).Meskipun demikian mungkin saja tidak seluruh
Komposisi semula terdesak ke dalam zona yang lebih dalam.
b.Transition Zone
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona ini ditempati
oleh campuran dari air filtrat lumpur dengan Komposisi semula.
c. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh
dari lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh Komposisi
semula.
Nomenclature:
Borehole:
Rm = Resistivity of mud.
Rmc = Resistivity of mud cake.
Flushed Zone:
Rmf = Resistivity of mud filtrate.
RXO = Resistivity of flushed zone.
SXO = Water Saturation of flushed
zone.
Uninvaded or Virgin Zone:
RT = True resistivity of formation.
RW = Resistivity of formation water.
SW = Formation Water Saturation.
RS = Resistivity of adjacent bed or
shoulder bed resistivity.
di = Diameter of invasion.
dh = Borehole diameter.
h = Bed thickness.
3.1.2Log Radioaktif
bekerja dengan merekam radiasi sinar gamma alamiah batuan, sehingga berguna
sehingga nilai gamma ray-nya juga tinggi, dengan defleksi kurva kekanan. Unsur
radioaktif yang utama adalah potassium yang umumnya ditemukan pada illite.
Pada lapisan permeabel yang bersih, kurva log GR akan menunjukkan intensitas
radioaktif yang sangat rendah, kecuali bila lapisan tersebut mengandung mineral-
mineral tertentu yang bersifat radioaktif, atau lapisan yang mengandung air asin
log GR sangat berguna untuk menentukan besar kecilnya kandungan serpih atau
lempung. Dengan menarik garis Gamma Ray yang mempunyai harga minimum
dan garis Gamma Ray maksimum pada suatu penampang log, maka kurva
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan serpih. Gamma Ray log dinyatakan
dan Kaliper dengan skala dari kiri kekanan 0–100 atau 0–150 GAPI.Log GR
merupakan log yang sangat bagus untuk menentukan permeabilitas suatu batuan
karena mampu memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan
permeabel.
mineral bijih yang radioaktif, evaluasi lapisan mineral tidak radioaktif, dan
B. Log Densitas
3
density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram / cm . Prinsip
dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam formasi, dimana
sinar gamma ini dapat dianggap sebagai partikel yang bergerak dengan kecepatan
yang sangat tinggi. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang menunjukkan
porositas bila dikombinasikan dengan kurva log neutron, karena kurva log
densitas ini akan menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya. Selain
itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan dapat
dalam evaluasi lapisan shaly. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva
densitas akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin
Pada batuan yang sangat kompak, dimana per satuan volume (cc)
seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan porositasnya adalah
mendekati atau nol. Dengan demikian batuan yang mempunyai densitas paling
besar, dimana porositas () adalah nol, dan ini disebut sebagai densitas matrik (ma).
Pada batuan homogen dengan porositas tertentu, jika mengandung air asin akan
terdiri dari matrik. Untuk yang mengandung minyak, densitas batuan lebih rendah
daripada yang mengandung air asin, sebab densitas air asin lebih besar daripada
minyak. Pada batuan homogen yang mengandung fluida gas, densitas batuan lebih
rendah lagi daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang mengandung batubara,
mempunyai densitas paling rendah diatara jenis batuan yang mengandung fluida.
Gambaran variasi harga densitas dari beberapa lapangan minyak dan gas bumi
Harga-harga pada tabel 3.1 besifat tidak mutlak tergantung dari karakteristik
batuan setempat, dan untuk meyakinkan adanya zona-zona air asin, minyak, dan
gas masih perlu ditunjang dengan data-data lain seperti kurva SP, resistivitas, dan
kurva neutron. Terkecuali lapisan batubara yang mempunyai harga densitas yang
hidrogen yang terdapat dalam formasi batuan dengan menembakan atom neutron
ke formasi dengan energi yang tinggi. Neutron adalah suatu partikel listrik netral
akibat dari tumbukan tersebut neutron akan kehilangan energi. Energi yang hilang
saat benturan dengan atom di dalam formasi batuan disebut sebagai porositas
formasi (ф N). Hilangnya energi paling besar bila neutron bertumbukan dengan
sesuatu yang mempunyai massa sama atau hampir sama, contohnya atom
didominasi oleh minyak dan air harga porositas neutron kecil. Apabila formasi
terisi oleh gas, maka nilai log netron kecil mendekati batuan sangat kompak (2–
6%), karena konsentrasi atom hidrogen pada gas lebih kecil daripada minyak dan
air. Batuan yang kompak dimana porositas mendekati nol akan menurunkan
harga neutron. Lapisan serpih mempunyai porositas besar antara 30–50% dalam
kurva log, tetapi permeabilitas mendekati nol. Pengaruh serpih dalam lapisan
permeabel akan memperbesar harga porositas neutron. Kandungan air asin atau air
tawar dalam batuan akan memperbesar harga porositas neutron. Kurva log neutron
ini tidak dapat untuk korelasi karena tidak mewakili litologi suatu batuan.
kedua kurva, dimana separasi disebut positif, sebaliknya pada lapisan shale terjadi
separasi negative.
Gambar 16. Log penentu jenis litologi (Bateman, 1985)
D.Log Caliper
lapisan yang permeable diameter lubang bor akan semakin kecil karena
terbentukya kerak lumpur (mud cake) pada dinding lubang bor. Sedangkan
pada
lapisan yang impermeable diameter lubang bor akan bertambah besar karena ada
D.Log Sonic
Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu
tempuh gelombang bunyi pada jarak tertentu didalam lapisan batuan Prinsip kerja
alat ini adalah bunyi dengan interval yang teratur dipancarkan dari sebuah sumber
bunyi (transmitter) dan alat penerima akan mencatat lamanya waktu perambatan
bunyi di dalam batuan (∆t). Lamanya waktu perabatan bunyi tergantung kepada
profile, selain itu juga dapat dikalibrasi dengan penampang seismik. Secara
Alat sonic yang sering dipakai pada saat ini adalah BHC(Borehole
Compensated Sonic Tool), dimana alat ini sangat kecil dipengaruhi oleh
Parameter yang dihitung dalam analisis ini berupa Volume Shale, Porositas
Dimana :
�𝑷 − � 𝑷 � � �
��� = . ... .. .... .. ................................(2)
������ − ������
Dimana :
ØN −..Ø...N..�....�.�................................(3)
��� =
ØNShale − ØNmin
Dimana :
b. Porositas
Porositas suatu medium adalah bagian dari volume batuan yang tidak
terisi oleh benda padat (Harsono, 1997). Ada beberapa macam porositas
batuan :
1. Porositas Total
tidak terisi oleh benda padat yang ada diantara elemen-elemen mineral dari
Porositas primer, yaitu ruang antar butir atau antar kristal yang
volume total batuan. Porositas efektif bisa jauh lebih kecil dibandingkan
harga porositas dari dua kurva yang berbeda, yaitu porositas densitas (ØD)
yang merupakan hasil perhitungan dari kurva RHOB dan porositas neutron
Kurva RHOB yang mengukur berat jenis matriks batuan reservoar biasanya
batupasir = 2.65) serta diukur pada lumpur pemboran yang digunakan dalam
pemboran (f), setelah itu kurva ini baru bisa menunjukkan harga porositas.
Porositas Densitas
��� − ��
� =
..�...�....�...−....�..�..............................................(4)
Dimana :
ØD = porositas densitas
......Ø...D...c.o..r.r..=...Ø...D....–...(.Ø...D..s..h...x..V...s.h(5))
Dimana :
ØD = porositas densitas
Porositas Neutron
................Ø...N....=...(..1..,.0..2...x...Ø...N...L(6o)g) + 0,0425
Dimana :
..................Ø...N..c..o..r..r..=...Ø...N....–...(.Ø(7N) sh x Vsh )
Dimana :
Nsh = porositas neutron pada shale, dari harga NPHI pada GRmax
persamaan:
....................Ø...D...c.o..r..r..2...−.
..Ø...N...c.(o8r)r 2
Øe =
2
Dimana :
Øe = porositas efective
ØDCorr = porositas densitas koreksi
ØNCorr = porositas neutron koreksi
Porositas Sonic
�
.......Ø....=...... ..
− � � �
.... .. ... ................................(9)
�� − ���
Dimana :
t = travel time batuan (nilai Log sonic)
tf = travel time fluida (Freshwater189 usec/ft; Saltwater185 usec/ft)
tma = travel time matriks batuan
Untuk harga harga porositas yang biasa ditemui dalam logging, formation
�
� =
Pada Limestone : ...... .... ....Ø...�...............................(10)
�.
Pada Sandstone : ............................................(11)
��
�=
�
Ø
atau..............�....=.... �.....�..�................(12)
�.�
�
Dimana :
menggunakan rumus SSP (statik Sp) dan rumus Archie, serta dari percobaan di
laboratorium.
Rumus SSP dipakai jika terdapat lapisan mengandung air (water-bearing)
cukup tebal dan bersih, serta defleksi kurva SP yang baik. Keakuratan dari
sebagai berikut :
tinggi.
penelitian tidak mempunyai kurva defleksi SP yang cukup baik, maka didalam
Keterangan :
F = faktor formasi
Menggunakan Rt/Rxo
.................................R...t......(14)
Rw = x R mf@Tf
Rxo
Dimana :
Rw = Resistivity water
Rxo = Resistivity water pada zona terinvasi
Rt = Nilai Resistivity
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi
Metoda SP
Dimana ��𝑷 = −� ��.�...(.........)...................
�
(15)
��
�
Dimana:
K = 60 + (0.133 x temperature formasi)
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari Log
Ro = Nilai Resistivity pada zona 100% air (Ro=Rt ketika Sw = 100%)
Metode PickettPlot
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw) dan
Saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi
oleh air dengan volume porositas total (Adi Harsono, 1997). Tujuan menentukan
saturasi air adalah untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon, jika
formula
n � ���
Sw = � ���
..........................................(17)
Simandoux Equation
C 2
0.4
w R sh V V 2
Sw 2
sh
5 .........................(18)
Rc Rc Rt Rw
Indonesian Equation
m 1 0,5V sh )
1 Vc n
xS w 2 ........................(19)
Rt axRw Rsh
Dimana : Sw = Saturasi air formasi
F = Faktor formasi
Rw = Resistivitas air formasi
Rt = Resistivitas formasi, dibaca dari kurva resistivitas
Rsh = Resistivitas pada shale
C = Untuk batupasir 0.4 dan untuk batugamping 0.45
Penentuan jenis kandungan di dalam reservoar (gas, minyak dan air)
didapat dari hasil perhitungan kejenuhan air formasi (Sw) dalam hasil batasan
umum harga Sw untuk lapangan yang “belum dikenal” seperti di bawah ini :
Saturasi air sisa merupakan saturasi air yang tidak terangkat pada zona
terinvasi.Kandungan air pada suatu sumur terdapat 2 jenis air, yaitu free
water dan irreducible water. Air yang terangkat kepermukaan adalah frère
( 1.../...Φ.....e..).............................(20)
Swirr = 1-Vshl
Dimana :
Swirr = saturasi air sisa
Øe = porositas efecktif
Vsh = volume shale
f.
Permeabilitas
(K)
rendah.
A. Pendahuluan
B. Metode Korelasi
Dalam korelasi dikenal dua macam metode, yaitu korelasi organik
dan korelasi anorganik (koesoemadinata, 1971). Metode organik atau
paleontologi adalah metode korelasi dengan menggunakan fosil. Fosil
yang digunakan adalah fosil penunjuk yang mempunyai persamaan
evolusi. Sedangkan metode anorganik menggunakan kesamaan Iitologi
atau urutan dari starigrafinya, menurut North American Stratigrafi
Code (1983) ada tiga macam prinsip dari korelasi :
Lithokorelasi, adalah korelasi yang menghubungkan unit yang
sama lithologi dan posisi stratigrafinya. Yang diamati pada korelasi
jenis ini merupakan adanya kesamaan karakteristik litologi yang
akan dikorelasi tanpa melihat perbedaan event ataupun waktu saat
batuan itu terbentuk.
Kronostratigrafi, adalah korelasi yang secara cepat menyesuaikan
umur dan posisi kronostratigrafi. Yang diamati pada korelasi jenis
ini merupakan melihat kesamaan waktu pembentukan batuan serta
hubungan antar batuan.
Biokorelasi, adalah korelasi yang secara cepat menyamakan fosil
dan posisi biostratigrafinya.
Untuk mendapatkan hasil korelasi yang lebih akurat jika
semua data tersedia maka sebaiknya korelasididasarkan pada
metode anorganik dan organik. Hubungan lateral yng diperlihatkan
dalam korelasi antar sumur antra lain :
1. Ketebalan
Suatu lapisan atau zona lapisan dibatasi oleh dua bidang perlpisan
dapat memperlihatkan ketebalan yang berbeda – beda. Hal ini jelas
disebabkan perbedaan kecepatan pengendapan dan penurunan dasar
cekungan.
2. Pembajian Iapisan atau pinch-out
Pembajian biasanya berhubungan dengan suatu ketidakselarasan
terutama dalam bentuk overlap – onlap.
3. Pengisian saluran atau channel fill
Dalam hal ini jelas bahwa sedimentasi terbatas pada suatu
cekungan, jadi lapisan menipis dengan jelas secara cepat dan
lateral.
4. Truncation
Dalam hal ini, lapisan dierosi dan menghilang, kemudian ditutupi
oleh lapisan-lapisan baru, hal ini terjadi pada suatu
ketidakselarasan.
5. Perubahan fasies-penyerpihan Perubahan fasies disebabkan oleh
perbedaan karakteristik litologi dan fauna atau fosil yang
dimanifestasikan oleh endapan bersamaan yang umum.
C. Jenis Korelasi :
1. Korelasi Struktur
Menempatkan kedalam sebagai datum sehingga akan memberikan
gambaran posisi batuan setelah aktivitas tektonik ( struktur sesar
dan lipatan ).
2. Korelasi Stratigrafi
Menempatkan lapisan petunjuk sebagai datum sehinga dapat
memberikan gambaran stratigrafi pada masa lampau.
D. Bidang Datum
Pemilihan bidang datum dilakukan sebelum pengoreksian antar
umur. Bidang datum ini akan dipakai untuk menguntungkan seluruh
penampng umur yang akan diteliti. Garis korelaso dapat digambarkan
dari posisi stratigrafi yang menyalakan pemunculan pertama suatu
taxon tertentu pada suatu penampang, atau yang biasa disebut sebagai
dayum pemunculan pertama. Bidang datum ini harus merupakan suatu
lapisan yang kita yakini kebenarannya dan dapat ditemui disetiap
sumur.
Setelah pemilihan bidang datum selesai dilakukan maka
selanjutnya adalah mencari lapisan – lapisan penciri yang ditemukan
pada tiap – tiap sumur.untuk kedalaman lapisan pada sumur tegak,
angka yang dirulis dengan tanda positif berarti masih dihitung dari
kelly bushing atupun derrick floor sehingga harus dikoreksi untuk
mendapatkan kedalaman sesungguhnya.
E. Korelasi Log Mekanik
Sebagian besar pekerjaan korelasi pada industri minyak dan gas
bumi menggunakan data dari log mekanik. Tipe-tipe log yang biasa
digunakan antara lain Iog penafsir litologi (log SP dan Log Gamma
Ray) yang dikombinasikan dengan log resistivitas dan log porositas
(densitas, sonik, neutron). Pemilihan tipe log untuk korelasi tergantung
pada kondisi geologi daerah yang bersangkutan, kombinasi log SP dan
log resistivitas biasa digunakan pada cekungan silisiklastik sementara
untuk cekungan karbonat digunakan untuk log GR plus Iog resistivitas
atau log GR plus log neutron.
Suatu korelasi dilakukan dengan menarik marker stratigrafi. Maker
inilah yang harus diidentifikasi pada log. Dalam korelasi stratigrafi,
yang umum dijadikan marker adalah maximum flooding surface dan
sequence boundary.
5.2. INTERPRETASI
BAB VI
PETA BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN
CADANGAN
Dry hole
Producing Well
Selain itu, prinsip-prinsip dalam penggambaran garis kontur juga harus selalu
diperhatikan, antara lain :
LANGKAH KERJA
Nilai X ( Easting )
Nilai Y ( Northing )
Net Pay Isopach Map Z = tebal masing-masing reservoar yang mengandung fluida
hidrokarbon
Pada batuan reservoir yang mengandung satu acre-feet pada kondisi awal, maka
volume minyak dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Sedangkan untuk sejumlah gas mula-mula (initial gas in place) dapat ditentukan
dengan persamaan:
Pada persamaan diatas, besaran yang perlu ditentukan terlebih dahulu
adalah volume bulk batuan (Vb). Penentuan volume bulk batuan (Vb) ini dapat
dilakukan secara analitis dan grafis.
Setelah peta isopach dibuat, maka luas daerah setiap garis isopach dapat
dihitung dengan menggunakan planimeter dan diplot pada kertas, yaitu luas
lapisan produktif versus kedalaman.
Jika peta isopach telah dibuat, maka perhitungan volume bulk batuan
dapat dilakukan dengan menggunakan metode:
Metode Pyramidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan £ 0,5 yang secara matematis dituliskan:
Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan > 0,5 yang secara matematis dituliskan:
Metode Simpson
Metode ini digunakan jika interval kontur dan isopach tidak sama (tidak
teratur) dan hasilnya akan lebih teliti jika dibandingkan dengan metode
trapezoidal yang secara matematis dituliskan:
1.1.1.2.
UR = N x RF………………………………..………………….….(4-7)
Keterangan :
Unit recovery pada reservoir gas dengan mekanisme pendorong water drive yaitu: