Lapkas TB
Lapkas TB
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
TUBERKULOSIS PRIMER
integrum)
TUBERKULOSIS POSTPRIMER
bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
7
Gambar 2.Alur infeksi tuberculosis
2.5 Diagnosis
A. GAMBARAN KLINIK
Gejala klinik
8
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
- Batuk > 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Pemeriksaan Jasmani
9
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya
tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
10
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan
ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan
telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.
11
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran
radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
12
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra
torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
- Lesi luas
2.5 Penatalaksanaan
3) Mencegah kekambuhan,
13
2. Fase lanjutan, yang bertujuan membunuh kuman yang dormant.
Diberikan Rifampisin dan Isoniazide selama 4 bulan sesuai
perkembangan klinis.5,6
2. Kategori II
Panduan ini untuk pasien BTA (+) dan telah diobati sebelumnya.
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien default
Pada kategori II ini regimen yang digunakan adalah 2RHZES/1RHZE untuk
fase intensif selama menunggu uji resistensi, Jika hasil sudah ada untuk fase
lanjutan mengikuti hasil uji resistensi tersebut.Bila tidak ada uji resistensi,
diberikan 5RHE.Untuk kasus gagal pengobatan paling baik sebelum uji resistensi
keluar diberikan OAT lini 2.
14
3. Kategori Anak
Kategori anak 2HRZ/4HR.
4. Penatalaksanaan pasien TB resistensi obat
Obat yang digunakan di Indoensia yang termasuk OAT lini ke 2 yaitu
kanamisin, cepromisin, levofloksasin, etionamid, sikloserin, dan PAS; serta OAT
lini 1, yaitu pirazinamid dan Etambutol. Prinsip pengobatan kasus TB dengan
MDR, yaitu minimal mengkonsumsi 4 macam OAT yang masih efektif. Jangan
konsumsi obat yang kemungkinan akan menjadi resisten silang dan membatasi
penggunaan obat yang tidak aman. Lama pengobatan minimal adalah 18 bulan
setelah konversi biakan, yang dilakukan 2 kali berturut-turut dengan jarak.1,2,3
15
Gambar 6: Dosage schedule for FDCs of WHO recommended strengths.
a. Etambutol
Efek samping yang terpenting adalah neuritis optika (radang saraf
mata) yang mengakibatkan gangguan penglihatan, antara lain kurang
tajamnya penglihatan dan buta warna terhadap warna merah-hijau. Reaksi
toksis ini baru timbul pada dosis besar (di atas 50 mg/kg/hari) dan bersifat
reversible bila pengobatan segera dihentikan, tetapi dapat menimbulkan
kebutaan bila pemberian obat dilanjutkan. Jangan diberikan pada anak
kecil, karena kemungkinan gangguan penglihatan sulit dideteksi.
Dianjurkan unruk memeriksa mata secara periodic, terutama kepekaannya
terhadap warna. Etambutol juga meningkatkan kadar asam urat dalam
plasma akibat penurunan ekskresinya oleh ginjal.
b. Isoniazid
16
Pada dosis normal (200-300 mg sehari) jarang dan ringan (gatal-
gatal, ikterus), tetapi lebih sering terjadi bila dosis melebihi 400 mg. yang
terpenting adalah polyneuritis, yakni radang saraf dengan gejala kejang
dan gangguan penglihatan. Penyebabkanya adalah persaingan piridoksin
yang rumus kimiawinya mirip INH. Perasaan tidak sehat, letih, lemah,
serta anoreksia adalah lazim pula. Guna menghindari reaksi toksis ini
biasanya diberikan piridoksin (vitamin B6) 10 mg sehari bersama vitamin
B1 (aneurin) 100mg.
Kadang-kadang terjadi kerusakan hati dengan hepatitis dan icterus
yang fatal, khususnya pada orang pengasetilir-lambat (slow-acetylators)
terutama bila dikombinasi dengan rifampisin. Kecepatan proses asetilasi
yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma dan masa-paruhnya,
tergantung dari banyaknya asetiltransferase yang pada masing-masing
orang berbeda secara genetis. Antasida yang mengandung aluminium
dapat mengganggu absorbs INH.
c. Pirazinamid
Efek samping yang seringkali terjadi dan berbahaya adalah
kerusakan hati dengan icterus (hepatotoksis), terutama pada dosis di atas
2g sehari. Pengobatan harus segera dihentikan bila ada tanda-tanda
kerusakan hati. Pada hampir semua pasien, pirazinamid menghambat
pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah
(hiperuremia) dan menimbulkan serangan encok (gout). Obat ini dapat
pula menimbulkan gangguan lambung-usus, fotosensibilisasi dengan
reaksi kulit (menjadi merah, coklat), arthralgia, demam, malaise dan
anemia, juga menurunkan kadar gula darah.
d. Rifampisin
Efek sampingnya yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah
penyakit kuning (ikterus), terutama bila dikombinasi dengan INH yang
juga agak toksis bagi hati. Pada penggunaan lama dianjurkan untuk
17
memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak sering juga
menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu
hati, kejang perut, dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi
hipersensitasi.
e. Streptomisin
Strepromisin memiliki efek neurotoksis terhadap saraf cranial ke-8
dapat menimbulkan ketulian permanen.
2.6 Komplikasi
18
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, usus,
Poncet’s arthropathy.
b. Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas, SOPT (Sinrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor
pulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier.Berbagai komplikasi
neurologis telah dicatat dapat terjadi pada pasien tuberkulosis miliar
yaitu meningitis tuberkulosis dan tuberkulosis serebral yang paling
sering terjadi. Namun, sebagian besar pasien membaik setelah
menjalani pengobatan antituberkulosis.
2.7 Prognosis
Prognosis pasien tuberkulosis milier adalah baik bila diagnosa dini dapat
diketahui dan dilakukan pengobatan yang tepat. Jika tidak diobati, tuberkulosis
milier hampir selalu fatal. Meskipun kebanyakan kasus TB milier dapat diobati,
tingkat kematian di antara anak-anak dengan TB milier tetap 15 sampai 20% dan
untuk orang dewasa 25 sampai 30%. Salah satu penyebab utama tingginya angka
kematian ini meliputi deteksi dini penyakit yang disebabkan oleh gejala yang
tidak spesifik. Gejala yang tidak spesifik meliputi: batuk, penurunan berat badan,
atau disfungsi organ. Gejala ini mungkin berimplikasi pada banyak kelainan,
sehingga menunda diagnosis. Misdiagnosis dengan meningitis tuberkulosis juga
merupakan kejadian umum ketika pasien diuji tuberkulosis, karena dua bentuk
tuberkulosis memiliki tingkat kejadian koherensi yang tinggi.Komplikasi yang
sering adalah meningitis tuberkulosa terutama pada dewasa muda.5
19
BAB III
Anamnesis Pribadi
Nama : Sarpen
Umur : 65 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesa Penyakit
20
sudah berhenti merokok. Riwayat konsumsi obat batuk dijumpai tapi tidak
ada perbaikan. Riwayat sakit gula dan darah tinggi disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Mata: conjungtiva palpebral inferior pucat +/+, sclera ikterik:+/+, Refleks cahaya
(+/+)
T/H/M: Dalam batas normal
Thorak:
Inspeksi: Normochest, simetrisfusiformis
Palpasi: Stemfrenitus ka:ki sama
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru.
21
Auskultasi:
- Sp : bronkial
- St : Tidak ada
Abdomen:
Inspeksi : simetris
Palpasi: soepel H/L/R tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi: perilstatik (+) normal
Pemeriksaan Laboratorium:
14 Agustus 2017
PARAMETERS: NILAI NORMAL:
Hasil Satuan Nilai Normal
22
Chlorida 100,00 mmol/L
Terapi
23
IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/I - mikro
IVFD Clinimix 1 fls /i
Inj. Ceftriaxone 2gr/ 24j
Inj. Gentamisin 240mg/ 24j
Inj. Ranitidine 50mg/ 12j
Ambroxol syr 3xCI
24
BAB IV
FOLLOW-UP PASIEN
Tanggal S O A P
Thorax :
SP : Bronkial
ST : Ronki (+) di kedua
lapangan atas.
Abdomen :
Soepel,simetris
H/L/R : TTB
BU : peristaltik (+) normal
Extremitas :
-Edema
Superior :(-/-)
Inferior: (-/-)
Lab:
25
Hb/leukosit/rbc/mcv/mch/
mchc/plt:
8,6/16.53/3.51/
75.5/24,5/32,5/730
Sensorium : ComposMentis
21 oktober Sesak TD: 120/60 mmHg, TB paru
2017 nafas(+) , HR: 100x/i, dd
pneumoni Bed rest
batuk (+), RR: 32x/i,
demam T: 37,9C a (cap) Diet MBTKTP
(+) Anemia O2 2-4 l/I via nc
KEPALA ec
IVFD Nacl 0,9% 20
penyakit
Mata : gtt/i
kronik
Konjungtiva anemis (+/+) Hiponatre IVFD clinimix 1
Sclera ikterik (-/-) mia(129) fls/hari
Eksoptalmus (+) Vertigo Inj ranitidin 50 mg/12j
Hepatitis
Inj ceftriaxon 2gr/24
Thorax : viral dd
non viral jam
SP : Bronkial
Trombosit Ambroxol syr 3xCI
ST : Ronki (+) di kedua
lapangan atas. osis Mestigo 3x1
Abdomen : reaktif Inj novalgin 1 amp/8
Soepel,simetris (730.000)
jam
H/L/R : TTB
BU : peristaltik (+) normal Threeway
Extremitas :
-Edema
Superior :(-/-)
Inferior: (-/-)
Foto thorax :
Tb kiri/kanan
Albumin :2,60 mg/ml
D-Dimer : 660,00 mg/ml
Sensorium : ComposMentis
24 oktober Batuk (+) Bed rest
TD: 120/60 mmHg,
26
2017 Lemas (+) HR: 100x/i, TB paru Diet MBTKTP
RR: 32x/i, dd O2 2-4 l/I via nc
T: 37,9C pneumoni
IVFD Nacl 0,9% 20
a (cap)
KEPALA Anemia gtt/i
ec 4 FDC 1x3 tab
Mata :
penyakit (malam)
Konjungtiva anemis (+/+) kronik
Ranitidine 150 gr tab
Sclera ikterik (-/-) Hiponatre
Eksoptalmus (+) 2x1
mia(129)
Vertigo Vit b6 tab 2x1
Thorax : Hepatitis IVFD clinimix 1
viral dd
SP : Bronkial fls/hari
ST : Ronki (+) di kedua non viral
Inj ranitidin 50 mg/12j
lapangan atas. Trombosit
Inj ceftriaxon 2gr/24
Abdomen : osis
Soepel,simetris reaktif jam
H/L/R : TTB (730.000) Inj gentamicin 240
BU : peristaltik (+) normal High risk mg/24 jam
thrombosi
Extremitas : Inj novalgin 1 amp/8
s
jam.
-Edema Kista
ginjal Tranfusi PRC 2 bag
Superior :(-/-)
Inferior: (-/-) kana
27
Eksoptalmus (+) Vertigo 2x1
Hepatitis Vit b6 tab 2x1
Thorax : viral dd Ambroxol syr 3xCI
non viral
SP : Bronkial Substitusi natrium:
ST : Ronki (+) di kedua Trombosit
osis IFVD Nacl 3% 2 fls
lapangan atas.
Abdomen : reaktif (mikro) gandeng
Soepel,simetris (730.000) dengan IFVD nacl
H/L/R : TTB High risk 0,9% (makro)
BU : peristaltik (+) normal thrombosi
IVFD clinimix 1
s
fls/hari
Extremitas : Kista
ginjal Inj ranitidin 50 mg/12j
-Edema
Superior :(-/-)
kana Inj ceftriaxon 2gr/24
Inferior: (-/-) jam
Inj novalgin 1 amp/8
Hb/leukosit/rbc/mcv/mch/ jam.
mchc/plt: Substitusi albumin
9,6/14.09/3.73/ 20 % 1 fls
74.0/25,7/34,8/504000
D-Dimer :760,00 mg/ml
Waktu protombin :11,9 ,
c:11,0
TT:51,0, c:25,0
Albumin: 2,40 mg/ml
28
29
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular Pasien laki-laki usia 60 tahun datang dengan
langsung yang disebabkan oleh basil keluhan batuk, hal ini telah di alami os sejak
Mycobacterium tuberculosis.Sebagian besar satu bulan smrs dan memberat 7 hari ini.
basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi Dahak (+) bewarna kehijauan, batuk darah
dapat menyerang paru, tetapi dapat (+) penurunan berat badan dalam 2 bulan,
menyerang organ tubuh lain. keringat malam(+)
Etiologi
Kesan : TB kiri/kanan
Gejala Klinis
30
menurun. dalam 2 bulan, keringat malam(+). Riwayat
minum obat selama 6 bulan tidak dijumpai
Penatalaksanaan
31
BAB VI
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosi. Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab utama
penyakit tuberkulosis pada manusia berupa basil tidak membentuk spora, bersifat
tahan asam, tidak bergerak, panjang1-10 mikron dan lebar 0,2-0,6 mikron, sangat
peka terhadap panas, sinar matahari, dan sinar ultra violet, dan kuman bersifat
dormant. Kuman ini menyebar melalui inhalasi droplet nuklei.
Dengan gejala klinis adanya riwayat kontak dengan penderita TB dewasa yang
infeksius (BTA +). Ditandai adanya gejala local (respiratorik), yaitu batuk ≥ 2
minggu, hemoptisis, sesak nafas dan nyeri dada. Gejala sistemik yaitu demam,
malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan adalah :
Kategori I
Panduan ini diberikan untuk pasien baru:
5. Kategori II
Panduan ini untuk pasien BTA (+) dan telah diobati sebelumnya.
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien default
32
Pada kategori II ini regimen yang digunakan adalah 2RHZES/1RHZE untuk
fase intensif selama menunggu uji resistensi, Jika hasil sudah ada untuk fase
lanjutan mengikuti hasil uji resistensi tersebut.Bila tidak ada uji resistensi,
diberikan 5RHE.Untuk kasus gagal pengobatan paling baik sebelum uji resistensi
keluar diberikan OAT lini 2.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
9. Sudoyo A.W, Amin Z, dkk. Tuberkulosis. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid III. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2014
35