Anda di halaman 1dari 32

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Bachrul Alam Arriza


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Muara Teweh
Topik: Combustio
Tanggal (kasus): 11 Mei 2018
Nama Pasien: Tn AW No RM:

Alamat : Jl. Lahei Barat


Tanggal Presentasi: Pembimbing : dr. Fredericus Massale
Sp.B
Pendamping:
dr. Adhimas Brahmantyo
dr. Pramita Indah Suryani
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien mengeluh nyeri seluruh badan
Tujuan: Mengoptimalkan pengenalan gejala dan tanda, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan awal Combutio
Bahan bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi√ Presentasi dan E-mail Pos
diskusi

Data pasien Nama: Tn. AW No RM:


Nama Klinik: Alamat : Jl. Lahei Barat Terdaftar sejak
IGD RSUD Muara Teweh 2 Mei 2018
Data utama untuk bahan diskusi

1. Anamnesis

dr. Bachrul Alam Arriza Page 1


Keluhan Utama : Nyeri Seluruh Badan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang sadar ke IGD Muara Teweh
dengan keluhan utama Badan terasa Nyeri sejak tadi pagi. Anggota gerak tubuh juga
sulit digerakan karena lemah. Pasien merasa mual tetapi tidak muntah. Pasien juga
mengeluh nyeri didaerah ulu hati. Makan minum berkurang. BAB dan BAK normal.
Riwayat hipertensi,diabetes, dll tidak diketahui. Akhir-akhir ini kondisi pasien semakin
lemah dan sulit diajak bicara. Pasien langsung dibawa oleh keluarga ke RSD Muara
Teweh. Menurut informasi keluarga pasien terkena ledakan mesin air dan
membuat tubuh pasien terkena api.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak diketahui
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
4. Kondisi lingkungan sosial dan fisik
Pasien merupakan seorang Pegawai swasta
DIAGNOSIS

Combutio grade IIB – III (35%) e.c. Electrical injury


VI. PENATALAKSANAAN

Resusitasi cairan :

 Rumus Bexter (RL = bexter 7980)

BB = 57 kg.

8 jam pertama 3990

16 jam kedua 3990

Dextrose 500ml di jam ke 18 dihitung sejak onset kejadian.

 NGT

 DC

 Inj. Ondancentron 1x1

 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

 Inj. Ketorolac 3x30 mg

 Inj. Ranitidine 2x50 mg

dr. Bachrul Alam Arriza Page 2


 Drip tramadol (1 amp dalam 100cc Ns)

 ATS (+)

 Perawatan Luka

- Debridement (steril)

- Bersihkan dengan saflon & Nacl

- Tutup sufratul & burnazine

- Tutup dengan kasa tebal

- Bagian perut dan punggung tutup dengan kassa tebal dan di berikan kassa gulung

- Tutup elastic band

 Obs. Pasien

MRS
A. Pembahasan
Pasien atas nama Tn. Aw usia 24 tahun datang ke RSUD Muara Teweh dengan

keluhan nyeri pada hampir seluruh tubuh pasien disertai adanya luka bakar. Menurut

informasi keluarga pasien terkena ledakan mesin air dan membuat tubuh pasien terkena api.

Frekuensi denyut nadi pasien yang diraba melalui arteri radialis adalah 90 kali/menit, irama

regular dan pengisian kuat. Waktu pengisian kapiler kurang dari 2 detik, akral hangat,

tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, dan suhu tubuh pasien 37.2 °C.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan

sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air

panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-

bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn), dan lain-lain.5 Pada Tn.AW luka bakar

terjadi akibat kobaran api di tubuh (flame) karena ledakan mesin air saat ia berada di dekat

mesin tersebut.

Fase luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu fase akut (fase syok), fase subakut (fase

kompensasi syok) dan fase lanjutan. Pada fase akut, masalah utama berkisar pada gangguan

dr. Bachrul Alam Arriza Page 3


mekanisme pernapasan, hal ini dikarenakan adanya eskar yang melingkar di dada atau

trauma multiple di rongga thorak, dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan elektrolit

dan syok hipovolemia.6 Fase subakut adalah fase setelah syok berakhir. Masalah utama

pada fase ini adalah Systemic Inflamatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system

Organ Disfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Fase lanjut berlangsung setelah

penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit

dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat

kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan

berlangsung lama.6 Pasien Tn. AW telah mengalami ketiga hal tersebut, adapun fase yang

dihadapi pasien saat ini adalah fase lanjut.

Sebelumnya pasien datang ke Puskesmas setempat mendapatkan infus dan luka

dibersihkan lalu pasien langsung dirujuk ke RSUD Muara Teweh untuk ditangani lebih

lanjut. Di RSUD Ulin pasien diberikan infus RL sesuai rumus baxter dengan berat badan 57

kg yaitu 3990cc pada 8 jam pertama dilanjutkan 3990cc 16 jam berikutnya, dilanjutkan

infus Dextrose sesuai berat badan pasien. Selain itu pasien ditatalaksana juga dengan

pemasangan NGT, DC, , injeksi ondancentron 1x1 ampul, injeksi ceftriazone 2x1 gram,

injeksi ketorolac 3x30mg, drip tramadol 1 ampul dalam 100cc NS, injeksi ATS, dan

perawatan luka pasien. Keadaan normovolemik harus selalu dipantau pada evaluasi ulang.

Hasil pemeriksaan neurologis pada pasien didapatkan Glasgow Coma Scale (GCS)

15, pupil isokor dengan diameter 3 mm kanan dan kiri, reflex cahaya positif di kedua mata

dan tidak ditemukan tanda-tanda lateralisasi, serta kelemahan motorik. Hasil pemeriksaan

neurologis menunjukkan tidak terdapat gangguan pada status neurologis pasien. Secara

umum, tidak terdapat gangguan pada primary survey, namun pasien sebaiknya harus

dievaluasi ulang.

dr. Bachrul Alam Arriza Page 4


Diagnosis combustio dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang dilakukan didapatkan gejala yang sesuai dengan

gejala pada combustio. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat luka bakar di tubuh

pasien yang mengenai bagian epidermis dan dermis dengan rincian luas sebagai berikut:

Ar thoracolumbal = 12% luka bakar

Ar thoracoabdominal = 3% luka bakar

Ar ekstremitas superior sinistra = 3%

Ar ekstremitas inferior dekstra = 8% luka bakar

Ar ekstremitas inferior sinistra = 9% luka bakar

Penilaian luka bakar pada pasien di atas dilakukan dengan rumus Rule of Nine sehingga

didapatkan total keseluruhan luas luka bakar adalah 35%.6

Luka bakar pada Tn. AW termasuk derajat II A Dangkal (Superficial Partial

Thickness Burn) - B dalam (Deep Partial Thickness Burn). Kerusakan terjadi pada seluruh

lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses

eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik

teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit

normal.5

dr. Bachrul Alam Arriza Page 5


Rincian kondisi luka bakar adalah sebagai berikut derajat II dalam (Deep Partial

Thickness Burn):5,12

 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

 Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea

sebagian besar masih utuh.

 Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.

 Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda

dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang

berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,

daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah)

 Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu

Klasifikasi luka bakar pada pasien termasuk dalam luka bakar berat karena luka bakar

derajat II lebih dari 25% pada dewasa. Adapun rincian yang termasuk luka bakar berat

adalah sebagai berikut:10

Kriteria luka bakar berat

 Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

 Luka bakar derajat III 10% atau lebih

 Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, genital/perineum

 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon

inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.

Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan

luka semakin membaik. Adapun pada pasien Tn. AW kemungkinan penyembuhan luka

dr. Bachrul Alam Arriza Page 6


sudah memasuki fase maturasi karena telah melewati hari ke-21.

Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan foto thoraks dengan hasil tidak ada cardiomegaly

dan paru dalam batas normal sehingga dinyatakan tidak ada kelainan pada sistem pernapasan dan

jantung pasien.

Selain pemeriksaan foto thoraks juga dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya

berupa pemeriksaan laboratorium tanggal 11 Februari 2017. Didapatkan hasil yang tidak

normal berupa peningkatan hemoglobin 16.9, peningkatan eritrosit 19.4. Peningkatan

tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi. Selain itu peningkatan hitung jenis

gran% 83.6, penurunan hitung jenis Limfosit% menjadi 12.6, penurunan MID% 3.8 dan

peningkatan Gran# menjadi 16.30. Serta didapatkan juga peningkatan GDS menjadi 321,

peningkatan SGOT menjadi 51 dan sedikit peningkatan chloride menjadi 105.8.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang diperoleh

diagnosa Combutio Gr. II A – B 35% et causa api.

Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma

yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan

pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder. 10,11

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan

perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam

pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama

setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam

ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. 10,11

Cara untuk resusitasi cairan yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah

menggunakan rumus Baxter yaitu : % x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan

dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama

diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan

dr. Bachrul Alam Arriza Page 7


setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar

seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan

hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.9 Pada pasien ini diberikan infus RL sesuai rumus

baxter dengan berat badan 57 kg yaitu 3990cc pada 8 jam pertama dilanjutkan 3990cc 16

jam berikutnya.

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan

perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari

semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka

dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:

pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan

meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup

untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan

semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa

sakit.11

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. 10,11

 Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier pertahanan

kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik

untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID

(Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan

 Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama

luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut

lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka

sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft

(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

dr. Bachrul Alam Arriza Page 8


 Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok

kulit (early exicision and grafting )

B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan

sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air

panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-

bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn), dan lain-lain.10

2. Epidemiologi Luka Bakar

Luka bakar telah menjadi masalah kesehatan global, angka kematiannya sekitar

195.000 orang per tahun. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi luka bakar di Jawa Tengah

adalah 7,2% dari seluruh kejadian cedera total. Data yang diperoleh dari Unit Luka Bakar

RSCM dari tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa penyebab luka bakar terbesar adalah

ledakan tabung gas LPG (30,4%), kebakaran (25,7%), dan tersiram air panas (19,1%)

dengan mortalitas pasien luka bakar mencapai 34%. Sebagian besar pasien dirawat karena

luka bakar sebanyak 20-50%, menempati angka mortalitas tinggi (58,25%) dari

keseluruhan kasus kematian akibat luka bakar (34%).11

3. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi

elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan

bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan

temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan

konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar

dr. Bachrul Alam Arriza Page 9


dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan

elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir

menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik.

Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan

menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok.5

Fase luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu fase akut (fase syok), fase subakut (fase

kompensasi syok) dan fase lanjutan. Pada fase akut, masalah utama berkisar pada gangguan

mekanisme pernapasan, hal ini dikarenakan adanya eskar yang melingkar di dada atau

trauma multiple di rongga thorak, dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan elektrolit

dan syok hipovolemia.6

Fase subakut adalah fase setelah syok berakhir. Masalah utama pada fase ini adalah

Systemic Inflamatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Disfunction

Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak atau perkembangan masalah

yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan

sepsis luka). Fase lanjut berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi

jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,

kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu

akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.6

Luka bakar mengakibatkan syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh darah

kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi sehingga menyebabkan

udem dan bulla dengan membawa serta elektrolit, oleh karena itu terjadi penurunan volume

cairan intravascular, sel darah yang di dalam pembuluh darah tersebut juga mengalami

kerusakan sehingga dapat terjadi anemia. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan

kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bulla yang

dr. Bachrul Alam Arriza Page 10


terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar

derajat III. Pada fase akut peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok.6

Bila luas luka bakar kurang dari 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

bisa mengatasinya, tetapi bila di atas 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala

yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan. Maksimal

terjadi setelah 8 jam. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi

mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan

meningkatnya diuresis. Pada fase ini peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion

kalium.6

Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan

organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya

kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan

ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik

dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat

mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya

gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan

mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ

penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang

dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Proses kegagalan organ multi sistem

ini terangkum dalam bagan berikut.12

dr. Bachrul Alam Arriza Page 11


Gambar 2.1. Bagan Patofisiologi Luka Bakar.12

4. Etiologi Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh

(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek

panas lainnya(logam panas, dan lain-lain).5

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan

dr. Bachrul Alam Arriza Page 12


dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk

keperluan rumah tangga.5

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran

listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.

Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga

menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi

kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.5

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini

sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia

kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat

menyebabkan luka bakar radiasi.5

5. Derajat Luka Bakar

Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman

a. Luka bakar derajat I (Superficial Burn)

Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari.

Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat

dan tidak ada bulla. Contoh luka bakar derajat I seperti akibat tersengat matahari. Luka

dapat sembuh tanpa bekas. Karena tidak berbahaya, luka bakar derajat I tidak

memerlukan pemberian cairan intravena.6,12

b. Luka bakar derajat II (Partial Thickness Burn)

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa

dr. Bachrul Alam Arriza Page 13


reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri

karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat.

Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.5

I. Derajat II Dangkal (Superficial Partial Thickness Burn)6,12

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih

utuh.

Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada

mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat

II superficial setelah 12-24 jam

Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.

Jarang menyebabkan hypertrophic scar.

Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3

minggu.

II. Derajat II dalam (Deep Partial Thickness Burn)5,12

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea

sebagian besar masih utuh.

Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.

Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah

muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis

(daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada

sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa

aliran darah)

dr. Bachrul Alam Arriza Page 14


Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai

bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering,

letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada

epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh

karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.

Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

d. Luka bakar derajat IV

Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan adanya

kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-organ kulit seperti

folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak

dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah

dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang

dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf

sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena

ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka.6,5

6. Klasifikasi Luka Bakar

Luka bakar dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu luka bakar ringan, sedang dan

berat. Klasifikasi tersebut dibedakan berdasarkan hal di bawah ini:10

a. Kriteria luka bakar ringan

 Luka bakar derajat II < 15%

dr. Bachrul Alam Arriza Page 15


 Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak

 Luka bakar derajat III < 2%

b. Kriteria luka bakar sedang

 Luka bakar derajat II 10-25% pada orang dewasa

 Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak

 Luka bakar derajat III < 10%

c. Kriteria luka bakar berat

 Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

 Luka bakar derajat III 10% atau lebih

 Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, genital/perineum

 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

7. Penilaian Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Terdapat

beberapa rumus untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

a. Rumus 9 (Rule of nine)

Pada orang dewasa “rumus 9” seperti berikut: luas kepala dan leher 9%, tangan kanan

9%, tangan kiri 9%, dada dan perut 18%, kaki kanan 18%, kaki kiri 18% dan genital 1%.

Rumus ini membantu untuk memperkirakan luasnya permukaan tubuh yang terbakar

pada orang dewasa.6

dr. Bachrul Alam Arriza Page 16


Gambar 2.2. Rule of Nine pada Pasien Dewasa dan Bayi.6

Pada bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala bayi jauh lebih

besar dan luas permukaan kaki lebih kecil. Karena perbedaan tersebut “rumus 9” pada

bayi seperti berikut: kepala dan leher 18%, tangan kanan 9%, tangan kiri 9%, dada dan

perut 18%, punggung 13%, bokong kanan 2,5%, bokong kiri 2,5%. Kaki kanan 14%,

kaki kiri 14%. Setiap penambahan umur 1 tahun, luas area kepala dikurangi 1% dan

jumlah yang sama ditambah pada setiap ekstremitas bawah (kiri 0,5% & kanan 0,5%).

Setelah usia 10 tahun digunakan persentase orang dewasa.10

b. Lund and Browder Chart

Lund and Browder chart merupakan metode yang diperkenalkan untuk kompensasi

besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak sehingga dipergunakan untuk estimasi

besarnya luas luka bakar pada anak. 6

Tabel 2.1. Lund and Brower Chart.6

dr. Bachrul Alam Arriza Page 17


c. Rumus Luas Permukaan Tangan

Untuk luka bakar yang distribusinya tersebar dan berukuran kecil, dapat menggunakan

telapak tangan pasien (tanpa jari-jari) untuk menentukan persentase luas luka bakar. Setiap

1 telapak tangan sama dengan 1%.6

8. Zona Luka Bakar

Menurut Jackson pada tahun 1947, luka bakar dibagi menjadi 3 zona, yaitu:13

1. Zona Koagulasi, merupakan zona yang mengalami kerusakan paling berat. Pada zona ini

mengalami kehilangan jaringan yang tidak dapat dikembalikan dikarenakan oleh

koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi.

2. Zona Stasis, merupakan zona di sekeliling zona koagulasi, ditandai dengan penurunan

perfusi jaringan. Jaringan pada zona stasis masih dapat diselamatkan dengan cara

melakukan resusitasi pada luka bakar sehingga perfusi pada jaringan ini dapat meningkat

dan mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang permanen.

Apabila terjadi hipotensi berkepanjangan, infeksi ataupun udem dapat menyebabkan

zona ini menjadi kehilangan jaringan. Hilangnya jaringan di zona stasis akan

dr. Bachrul Alam Arriza Page 18


menyebabkan luka mendalam dan melebar.

3. Zona Hiperemi, merupakan zona terluar dan memiliki perfusi yang lebih baik. Jaringan

pada zona ini akan selalu sembuh, kecuali ada sepsis berat dan hipoperfusi

berkepanjangan.

Gambar 2.3. Pembagian Zona pada Luka Bakar.13


9. Penatalaksanaan Luka Bakar

- Pertolongan Pertama

a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti

dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang

menyala. 14

b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena

jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem. 14

c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya

dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi

protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api

dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan

mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam

pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. 14

d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya

dr. Bachrul Alam Arriza Page 19


terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.16

e. Evaluasi awal. 10,11

f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma

yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan

pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder. 10,11

Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya

ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah,

oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka

bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face

atau endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari

luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi

dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas

merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan

jumlah cairan pengganti. 10,11

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk

menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi

derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian

lapisan kulit (partial thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh

lapisan kulit (full thickness).10,11

-Resusitasi Cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian

cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada,

terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar

diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada

dr. Bachrul Alam Arriza Page 20


jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab

permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang

menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler. 10,11

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan

perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam

pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama

setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam

ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. 10,11

Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah

terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam. 10,11

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama

½ jumlah cairan 􀀀4000 ml diberikan dalam 8 jam

½ jumlah cairan sisanya 􀀀 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans : 10

l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2

pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar

dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar

dan menarik kembali cairan yang telah keluar)

3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan)

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan

dr. Bachrul Alam Arriza Page 21


dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari

pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus

Baxter yaitu : % x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam

16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena

terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh :

seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan

diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari

kedua.9

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah

25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.

Petunjuk perubahan cairan

􀀀 Pemantauan urin output tiap jam

􀀀 Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral

􀀀 Kecukupan sirkulasi perifer

􀀀 Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi

􀀀 Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

-PENGGANTIAN DARAH

Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah

merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap

suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler

yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel

darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama

dr. Bachrul Alam Arriza Page 22


setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab

itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat

kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar

dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.11

PERAWATAN LUKA BAKAR

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan

perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan

dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.

Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki

beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan

epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-

benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka

diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan

timbulnya rasa sakit.11

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. 10,11

Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier

pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep

antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi

NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan

Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama

luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan

dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup

luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft

(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

dr. Bachrul Alam Arriza Page 23


Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok

kulit (early exicision and grafting )

- Nutrisi

Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal

karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang

berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah: 10

Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.

Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain-

lain.

Luas dan derajat luka bakar

Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)

Aktivitas fisik dan fisioterapi

Penggantian balutan

Rasa sakit dan kecemasan

Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.

Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan

mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri karena alat

ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas

permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus

ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit. 10

Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan

formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan

untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan

factor aktifitas fisik dan faktor stress. 10

dr. Bachrul Alam Arriza Page 24


Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS

Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS

Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus

karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan juga

meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat

menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati. 10

Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode

yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi

dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma

sampai dengan 48 jam pascatrauma. 10

- Early Exision and Grafting (E&G)

Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup

dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan, graft akan

terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya

tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari

berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka

bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau

terjadi perdarahan masive akibat eksisi. 10

Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini,

mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi

sakit dan lama perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di rumah sakit,

mencegah komplikasi seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian

membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan

dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya bila dilakukan pada luka

dr. Bachrul Alam Arriza Page 25


bakar yang terdapat pada muka, tangan dan kaki. 10

Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan mendapatkan donor

kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte.

Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari

metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit

(autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul luka parut.10

- Esharotomy

Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik

distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya

pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan

dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada

ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat

menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.

Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.11

- ANTIMIKROBA

Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga

memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah

mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang

lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik

yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau

sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam.

Contoh antibiotik yang sering dipakai : 10

- Salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin

(biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin ,

dr. Bachrul Alam Arriza Page 26


Mebo.

MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment / Therapy)

BROAD SPECTRUM OINTMENT

Preparat herbal, mengungakan zat alami tanpa kimiawi

Toxisitas dan efek samping belum pernah ditemukan

Terdiri dari :

1. Komponen Pengobatan :

beta sitosterol, bacailin, berberine Yang mempunyai efek :

Analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi

pembentukan jaringan parut.

2. Komponen Nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose, yg memberikan nutrisi untuk

regenerasi dan perbaikan kulit yg terbakar.

Efek pengobatan : 11

Menghilangkan nyeri luka bakar

Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yg terluka.

Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkkannya

Membuat lingkungan lembab pada luka , yg dibutuhkan selama perbaikan jaringan kulit

tersisa.

Kontrol infeksi dengan membuat suasana yg jelek untuk pertumbuhan kuman. bukan

dengan membunuh kuman.

Merangsang pertumbuhan PRCs ( potential regenerative cell ) dan stem cell untuk

penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut

Mengurangi kebutuhan untuk skin graft

Prinsip penanganan luka bakar dgn MEBO

dr. Bachrul Alam Arriza Page 27


• Makin cepat diberi MEBO , hasilnya lebih baik ( dalam 4-12 jam setelah kejadian)

• Biarkan luka terbuka

• Kelembaban yg optimal pada luka dengan MEBO

• Pemberian salep harus teratur & terus menerus tiap6-12 jam dibersihkan dengan kain

kasa steril jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep > 2-3 menit untuk mencegah

penguapan cairan di kulit dan microvascular menyebabkan thrombosit merusak

jaringan dibawahnya yang masih vital.

• Pada pemberian jangan sampai kesakitan / berdarah, menimbulkan perlukaan pada

jaringan hidup tersisa

• Luka jangan sampai maserasi maupun kering

• Tidak boleh menggunakan : desinfektan (apapun) , saline atau air untuk Wound

debridement

FLOWCHART DARI PENANGANAN LUKA10

• EARLIER PERIOD ( 1 – 6 HARI )

Blister di pungsi , kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pd luka setebal 0,5-1 mm. Ganti

dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat

• LIQUEFACTION PERIOD ( 6-15 HARI )

Angkat zat cair yg timbul diatas luka Bersihkan dgn kasa , beri mebo lagi setebal 1 mm

• PREPARATIVE PERIOD ( 10-21 HARI )

Bersihkan luka seperti sebelumnya Beri MEBO dengan ketebalan 0,5 – 1 mm Ganti dan

beri lagi MEBO tiap 6 - 8 jam

• REHABILITATION

Bersihkan luka yg sembuh dengan air hangat

Beri MEBO 0,5 mm, 1X-2X /hari

dr. Bachrul Alam Arriza Page 28


Jangan cuci luka yg sudah sembuh berlebihan

Lindungi luka yg sembuh dari sinar matahari

Catatan : 1. Untuk luka bakar grade 2 superficial :

Pada hari 6-15 : luka sembuh , mebo tetap diberi untuk 2 minggu 2X /hari

2. untuk luka bakar grade 2 deep / grade 3 :

Pada hari ke 6 – 15 terjadi pencairan jaringan necrotic

Cairan rendam : 0.5% silver nitrate, 5% mafenide acetate, 0.025% sodium hypochlorite,

0.25% acetic acid.

- Kontrol Rasa Sakit

Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka

bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis

akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya

jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah

tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling dirasakan

nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang

mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi

oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil. 10

Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi, atau saat

terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan non

farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan

NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur

yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik

sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan benzodiazepine bersama

opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek dari opioid.11

dr. Bachrul Alam Arriza Page 29


Permasalahan Pasca Luka Bakar

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat

berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan

menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga

diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri. 11

Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar: 10

Infeksi dan sepsis

Oliguria dan anuria

Oedem paru

ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )

Anemia

Kontraktur

Kematian
DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Available from www.kki.go.id

2. American Collage of Surgeon. Advanced Trauma Life Support. 8th ed, 2008.

3. Richard A, Dafydd H. Key Notes on Plastic Surgery. Second Edition. Wiley


Blackwell, 2015.

4. Fred WE. Nicole SG. Burns in: Schwartz’s Principles of Surgery. 9th ed.
McGraw-Hill. New York. P 197-208.

5. Moenadjat, Yefta. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. 2003.

6. Sjamsuhidajat, R. Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
2004.

7. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :


Surabaya Plastic Surgery.

8. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.


Philadelphia. P 118-129.

dr. Bachrul Alam Arriza Page 30


9. Maghsoudi H, Monshizadeh S. Comparative Study of the BurnWound Healing
Properties Saline-Soaked. 2010.

10. Anonimous. Surgery Medical Mini Notes, 2015. p 124-132

11. Terapi Sel Punca pada Luka Bakar. Tempo: 25 November 2013. Jakarta.
Available from: m.tempo.co

12. Brunicardi F C, Anderson D, Dunn DL. Schwartz’s Principles of surgery. 8


edition. New York: McGraw-Hill Medical Publishing. 2005.

13. Shehan A, Peter D. Pathophysiology and types of burn. 12 June 2004. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421790.

14. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19

dr. Bachrul Alam Arriza Page 31


Muara Teweh,

Pendamping Peserta

dr. Pramita Indah Suryani dr. Bachrul Alam Arriza


Pembimbing Pendamping

dr.Fredericus Massale, Sp.B dr. Adhimas Bramantyo

dr. Bachrul Alam Arriza Page 32

Anda mungkin juga menyukai