1. Anamnesis
Resusitasi cairan :
BB = 57 kg.
NGT
DC
ATS (+)
Perawatan Luka
- Debridement (steril)
- Bagian perut dan punggung tutup dengan kassa tebal dan di berikan kassa gulung
Obs. Pasien
MRS
A. Pembahasan
Pasien atas nama Tn. Aw usia 24 tahun datang ke RSUD Muara Teweh dengan
keluhan nyeri pada hampir seluruh tubuh pasien disertai adanya luka bakar. Menurut
informasi keluarga pasien terkena ledakan mesin air dan membuat tubuh pasien terkena api.
Frekuensi denyut nadi pasien yang diraba melalui arteri radialis adalah 90 kali/menit, irama
regular dan pengisian kuat. Waktu pengisian kapiler kurang dari 2 detik, akral hangat,
tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi napas 20 kali/menit, dan suhu tubuh pasien 37.2 °C.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn), dan lain-lain.5 Pada Tn.AW luka bakar
terjadi akibat kobaran api di tubuh (flame) karena ledakan mesin air saat ia berada di dekat
mesin tersebut.
Fase luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu fase akut (fase syok), fase subakut (fase
kompensasi syok) dan fase lanjutan. Pada fase akut, masalah utama berkisar pada gangguan
trauma multiple di rongga thorak, dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan elektrolit
dan syok hipovolemia.6 Fase subakut adalah fase setelah syok berakhir. Masalah utama
pada fase ini adalah Systemic Inflamatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system
Organ Disfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Fase lanjut berlangsung setelah
penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit
dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat
kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama.6 Pasien Tn. AW telah mengalami ketiga hal tersebut, adapun fase yang
dibersihkan lalu pasien langsung dirujuk ke RSUD Muara Teweh untuk ditangani lebih
lanjut. Di RSUD Ulin pasien diberikan infus RL sesuai rumus baxter dengan berat badan 57
kg yaitu 3990cc pada 8 jam pertama dilanjutkan 3990cc 16 jam berikutnya, dilanjutkan
infus Dextrose sesuai berat badan pasien. Selain itu pasien ditatalaksana juga dengan
pemasangan NGT, DC, , injeksi ondancentron 1x1 ampul, injeksi ceftriazone 2x1 gram,
injeksi ketorolac 3x30mg, drip tramadol 1 ampul dalam 100cc NS, injeksi ATS, dan
perawatan luka pasien. Keadaan normovolemik harus selalu dipantau pada evaluasi ulang.
Hasil pemeriksaan neurologis pada pasien didapatkan Glasgow Coma Scale (GCS)
15, pupil isokor dengan diameter 3 mm kanan dan kiri, reflex cahaya positif di kedua mata
dan tidak ditemukan tanda-tanda lateralisasi, serta kelemahan motorik. Hasil pemeriksaan
neurologis menunjukkan tidak terdapat gangguan pada status neurologis pasien. Secara
umum, tidak terdapat gangguan pada primary survey, namun pasien sebaiknya harus
dievaluasi ulang.
pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang dilakukan didapatkan gejala yang sesuai dengan
gejala pada combustio. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat luka bakar di tubuh
pasien yang mengenai bagian epidermis dan dermis dengan rincian luas sebagai berikut:
Penilaian luka bakar pada pasien di atas dilakukan dengan rumus Rule of Nine sehingga
Thickness Burn) - B dalam (Deep Partial Thickness Burn). Kerusakan terjadi pada seluruh
lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.5
Thickness Burn):5,12
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda
dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah)
Klasifikasi luka bakar pada pasien termasuk dalam luka bakar berat karena luka bakar
derajat II lebih dari 25% pada dewasa. Adapun rincian yang termasuk luka bakar berat
Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon
inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.
Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan
luka semakin membaik. Adapun pada pasien Tn. AW kemungkinan penyembuhan luka
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan foto thoraks dengan hasil tidak ada cardiomegaly
dan paru dalam batas normal sehingga dinyatakan tidak ada kelainan pada sistem pernapasan dan
jantung pasien.
berupa pemeriksaan laboratorium tanggal 11 Februari 2017. Didapatkan hasil yang tidak
tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi. Selain itu peningkatan hitung jenis
gran% 83.6, penurunan hitung jenis Limfosit% menjadi 12.6, penurunan MID% 3.8 dan
peningkatan Gran# menjadi 16.30. Serta didapatkan juga peningkatan GDS menjadi 321,
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang diperoleh
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder. 10,11
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan
perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam
pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. 10,11
Cara untuk resusitasi cairan yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah
menggunakan rumus Baxter yaitu : % x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan
dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan
hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.9 Pada pasien ini diberikan infus RL sesuai rumus
baxter dengan berat badan 57 kg yaitu 3990cc pada 8 jam pertama dilanjutkan 3990cc 16
jam berikutnya.
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka
dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup
untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan
semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa
sakit.11
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier pertahanan
kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik
untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID
Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama
luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut
lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka
sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
Luka bakar telah menjadi masalah kesehatan global, angka kematiannya sekitar
195.000 orang per tahun. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi luka bakar di Jawa Tengah
adalah 7,2% dari seluruh kejadian cedera total. Data yang diperoleh dari Unit Luka Bakar
RSCM dari tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa penyebab luka bakar terbesar adalah
ledakan tabung gas LPG (30,4%), kebakaran (25,7%), dan tersiram air panas (19,1%)
dengan mortalitas pasien luka bakar mencapai 34%. Sebagian besar pasien dirawat karena
luka bakar sebanyak 20-50%, menempati angka mortalitas tinggi (58,25%) dari
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
Fase luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu fase akut (fase syok), fase subakut (fase
kompensasi syok) dan fase lanjutan. Pada fase akut, masalah utama berkisar pada gangguan
mekanisme pernapasan, hal ini dikarenakan adanya eskar yang melingkar di dada atau
trauma multiple di rongga thorak, dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan elektrolit
Fase subakut adalah fase setelah syok berakhir. Masalah utama pada fase ini adalah
Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak atau perkembangan masalah
yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan
sepsis luka). Fase lanjut berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu
Luka bakar mengakibatkan syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh darah
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi sehingga menyebabkan
udem dan bulla dengan membawa serta elektrolit, oleh karena itu terjadi penurunan volume
cairan intravascular, sel darah yang di dalam pembuluh darah tersebut juga mengalami
kerusakan sehingga dapat terjadi anemia. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bulla yang
derajat III. Pada fase akut peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok.6
Bila luas luka bakar kurang dari 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila di atas 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
terjadi setelah 8 jam. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan
meningkatnya diuresis. Pada fase ini peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion
kalium.6
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya
ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik
dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ
penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Proses kegagalan organ multi sistem
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini
sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari.
Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat
dan tidak ada bulla. Contoh luka bakar derajat I seperti akibat tersengat matahari. Luka
dapat sembuh tanpa bekas. Karena tidak berbahaya, luka bakar derajat I tidak
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa
karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3
minggu.
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah
muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis
(daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada
sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa
aliran darah)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai
bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering,
letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada
epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan adanya
kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak
dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang
dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf
sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena
Luka bakar dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu luka bakar ringan, sedang dan
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Terdapat
Pada orang dewasa “rumus 9” seperti berikut: luas kepala dan leher 9%, tangan kanan
9%, tangan kiri 9%, dada dan perut 18%, kaki kanan 18%, kaki kiri 18% dan genital 1%.
Rumus ini membantu untuk memperkirakan luasnya permukaan tubuh yang terbakar
Pada bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala bayi jauh lebih
besar dan luas permukaan kaki lebih kecil. Karena perbedaan tersebut “rumus 9” pada
bayi seperti berikut: kepala dan leher 18%, tangan kanan 9%, tangan kiri 9%, dada dan
perut 18%, punggung 13%, bokong kanan 2,5%, bokong kiri 2,5%. Kaki kanan 14%,
kaki kiri 14%. Setiap penambahan umur 1 tahun, luas area kepala dikurangi 1% dan
jumlah yang sama ditambah pada setiap ekstremitas bawah (kiri 0,5% & kanan 0,5%).
Lund and Browder chart merupakan metode yang diperkenalkan untuk kompensasi
besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak sehingga dipergunakan untuk estimasi
Untuk luka bakar yang distribusinya tersebar dan berukuran kecil, dapat menggunakan
telapak tangan pasien (tanpa jari-jari) untuk menentukan persentase luas luka bakar. Setiap
Menurut Jackson pada tahun 1947, luka bakar dibagi menjadi 3 zona, yaitu:13
1. Zona Koagulasi, merupakan zona yang mengalami kerusakan paling berat. Pada zona ini
2. Zona Stasis, merupakan zona di sekeliling zona koagulasi, ditandai dengan penurunan
perfusi jaringan. Jaringan pada zona stasis masih dapat diselamatkan dengan cara
melakukan resusitasi pada luka bakar sehingga perfusi pada jaringan ini dapat meningkat
zona ini menjadi kehilangan jaringan. Hilangnya jaringan di zona stasis akan
3. Zona Hiperemi, merupakan zona terluar dan memiliki perfusi yang lebih baik. Jaringan
pada zona ini akan selalu sembuh, kecuali ada sepsis berat dan hipoperfusi
berkepanjangan.
- Pertolongan Pertama
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala. 14
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi
protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api
dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder. 10,11
Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya
ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah,
oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka
bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face
atau endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari
luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi
dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas
merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian
lapisan kulit (partial thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh
-Resusitasi Cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian
cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada,
terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar
diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada
permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan
perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam
pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. 10,11
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah
terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam. 10,11
o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama
l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2
pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar
dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter yaitu : % x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena
terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh :
seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan
diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari
kedua.9
-PENGGANTIAN DARAH
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel darah
merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan terhadap
suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler
yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel
darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama
itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat
kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan
dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan
epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-
benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep
antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi
Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama
luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan
dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup
luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
- Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal
karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lain-
lain.
Penggantian balutan
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan
mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri karena alat
ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas
permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus
ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit. 10
formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan
untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus
karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan juga
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi
dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup
dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan, graft akan
terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya
tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari
berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka
bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau
mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi
sakit dan lama perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di rumah sakit,
mencegah komplikasi seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian
membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan
dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya bila dilakukan pada luka
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan mendapatkan donor
kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte.
Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari
metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit
- Esharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik
distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya
pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan
dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada
ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat
menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.
- ANTIMIKROBA
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah
mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang
lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik
yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau
sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam.
(biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin ,
Terdiri dari :
1. Komponen Pengobatan :
2. Komponen Nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose, yg memberikan nutrisi untuk
Efek pengobatan : 11
Membuat lingkungan lembab pada luka , yg dibutuhkan selama perbaikan jaringan kulit
tersisa.
Kontrol infeksi dengan membuat suasana yg jelek untuk pertumbuhan kuman. bukan
Merangsang pertumbuhan PRCs ( potential regenerative cell ) dan stem cell untuk
• Pemberian salep harus teratur & terus menerus tiap6-12 jam dibersihkan dengan kain
kasa steril jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep > 2-3 menit untuk mencegah
• Tidak boleh menggunakan : desinfektan (apapun) , saline atau air untuk Wound
debridement
Blister di pungsi , kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pd luka setebal 0,5-1 mm. Ganti
dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat
Angkat zat cair yg timbul diatas luka Bersihkan dgn kasa , beri mebo lagi setebal 1 mm
Bersihkan luka seperti sebelumnya Beri MEBO dengan ketebalan 0,5 – 1 mm Ganti dan
• REHABILITATION
Pada hari 6-15 : luka sembuh , mebo tetap diberi untuk 2 minggu 2X /hari
Cairan rendam : 0.5% silver nitrate, 5% mafenide acetate, 0.025% sodium hypochlorite,
Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka
bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis
akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya
jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah
tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling dirasakan
nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang
mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi
oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil. 10
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi, atau saat
terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan
NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur
yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga
Oedem paru
Anemia
Kontraktur
Kematian
DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Available from www.kki.go.id
2. American Collage of Surgeon. Advanced Trauma Life Support. 8th ed, 2008.
4. Fred WE. Nicole SG. Burns in: Schwartz’s Principles of Surgery. 9th ed.
McGraw-Hill. New York. P 197-208.
6. Sjamsuhidajat, R. Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
2004.
11. Terapi Sel Punca pada Luka Bakar. Tempo: 25 November 2013. Jakarta.
Available from: m.tempo.co
13. Shehan A, Peter D. Pathophysiology and types of burn. 12 June 2004. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421790.
14. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19
Pendamping Peserta