Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL TUTORIAL FARMASI PERAPOTEKAN 1

GRUP DISKUSI 2

Disusun Oleh:

AULIA ROHIM
CYNTHIA SYAHRIR
FAUZIAH NASUTION
FEBRINA TURNIP
M. SYAHRUM HARAHAP
MITRA ANGELA TAMPUBOLON
NOVA MUSTIKA
NURAINI
RIRI ARUM SIREGAR
RIZKA DAMELA SIBUEA
RIZKI HANISYAH
SANGKOT MARDIYAH NASUTION
USWATUN HASANAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Surti baru saja diwisuda menjadi seorang apoteker, dengan demikian keinginannya
untuk memiliki sebuah apotek dengan nama “Apotek Surti” sebentar lagi akan segera terwujud.
Sebelumnya, setelah dinyatakan lulus UKAI, Surti dengan sangat percaya diri telah melakukan
survei tempat untuk calon apoteknya, yaitu sebuah bangunan di area pertokoan, dekat dengan
pemukiman penduduk dan praktek bersama dokter spesialis. Nilai kontrak telah disepakati yaitu
sebesar 40 juta pertahun, selama 3 tahun. Sebelum memutuskan dan membayar nilai kontrak,
Surti teah membuat simulasi pengumpulan data untuk melakukan studi kelayakan sederhana,
sebagai berikut:
1. Rekrutmen 2 orang TTK dengan gaji @1,5 juta per bulan
2. Pengadaan sediaan farmasi dan barang dagangan lainnya meliputi obat-obatan untuk
berbagai jenis penyakit, terdiri dari jenis obat generic dan obat generic bermerek dari
berbagai golongan obat: narkotika, psikotropika, obat-obat tertentu, obat keras, OWA,
obat precursor, obat bebas terbatas, obat keras, dan consumer goods, total disediakan
dana sebesar 200 juta rupiah
3. Renovasi bangunan dan pengadaan inventaris dengan dana sebesar 30 juta rupiah.
4. Membuat asumsi persediaan barang terbagi atas 3 kriteria yaitu obat ethical, obat OTC,
dan consumer goods masing-masing dengan indeks penjualan berturut-turut: 1,3 ; 1,1 ;
1,05 dengan perbandingan besaran omset masing-masing 2 : 5 : 3

Bagaimana hasil analisis Impas? Dan bagaimana prospek Apotek Surti ke depan?

More Info :
Surti akan mendapatkan pinjaman modal dari orang tuanya sebesar 200 juta dan mendapatkan
pinjaman dana bergulir dari organisasi profesi IAI maksimal 300 juta. IAI memberikan ketentuan
bahwa Surti wajib mengembalikan dana pinjaman tersebut sebesar 50 juta setiap tahun dan biaya
modal pertahun sebesar 10% dari dana yang digunakan.

1| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimanakah prosedur pendirian apotek?
- Bagaimanakah analisis impas berdasarkan simulasi pengumpulan data yang dibuat Surti?
- Bagaimanakah prospek Apotek Surti pada tahun yang akan datang?
- Bagaimanakah prosedur pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek?

1.3 Istilah-istilah
- UKAI
Uji Kompetensi Apoteker (UKAI) merupakan upaya standarisasi kompetensi tenaga
kesehatan, khususnya standarisasi kompetensi apoteker sebagai tenaga kefarmasian.
UKAI diselenggarakan untuk menguji penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
calon lulusan pendidikan profesi apoteker dalam rangka mendapatkan Serifikat
Kompetensi Apoteker Indonesia sebagai dasar untuk melakukan praktik kefarmasian di
Indonesia (Blueprint UKAI, Revisi 2017).

- Studi Kelayakan
Studi Kelayakan adalah suatu rancangan secara komprehensif mengenai rencana
pendirian apotek baru untuk melihat kelayakan usaha baik dari pengabdian profesi
maupun sisi bisnis ekonominya. Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman
modal yang tidak efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan
didirikan cukup layak atau dapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam
studi kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan
didirikan nanti tidak mengalami kerugian (Hartono, 2003).

- TTK
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi dan Analis Farmasi (Permenkes No.9 Tahun 2017).

- Obat Generik
Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN)
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya (Permenkes No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010).

- Obat Generik Bermerek


Obat Generik Bermerek adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan
nama milik produsen obat yang bersangkutan (Permenkes No.
HK.02.02/MENKES/068/I/2010).

2| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
- Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika (Permenkes No.3 Tahun 2015).

- Psikotropika
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Permenkes No.3
Tahun 2015).

- Obat-obat Tertentu
Obat-Obat Tertentu, adalah obat-obat yang bekerja di sistem susunan saraf pusat selain
Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku,
terdiri atas obat-obat yang mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,
Amitriptilin dan/atau Haloperidol (Peraturan Kepala BPOM No.7 Tahun 2016).

- Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam (Depkes RI, 2007).

- OWA
OWA adalah obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotik tanpa resep dokter (Kemenkes, 1990).

- Obat prekursor
Obat Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku / penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi yang
mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine, atau potasium permanganat
(BPOM, 2018).

3| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
- Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus
pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam ( Depkes, 2007).

- Obat bebas
Obat bebas dalah obat yang dijual bebas di pasaran dan data dibeli tanpa resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebasa adalah lingkaran hijau dengan garis
tepi berwarna hitam (Depkes, 2007).

- Consumer goods
Consumer goods adalah produk atau barang yang dapat terjual secara cepat dengan harga
yang relative murah dan biasanya merupakan kebutuhan sehari hari. Contoh : kosmetik,
pampers (blogspot.com).

- Ethical
Ethical adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter (BPOM.go.id).

- OTC
OTC Adalah obat over the counter yaitu obat yang selain diresepkan oleh dokter biasa
disebut juga dengan obat bebas dan obat bebas terbatas

- Indeks penjualan
Adalah persen keuntungan yang diambil dari omset

- Biaya modal
Biaya modal adalah biaya riil yang harus ditanggung perusahaan karena digunakannya
modal yang digunakan untuk berinvestasi, biaya modal juga diartikan sebagai batas
minimum tingkat hasil yang harus dicapai perusahaan agar perusahaan tidak dinyatakan
merugi (Nuzula, 2010).

4| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prosedur pendirian apotek


Berdasarkan PMK NOMOR 9 TAHUN 2017 syarat pendirian apotek sebagai berikut:
Pasal 4
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. lokasi;
b. bangunan;
c. sarana, prasarana, dan peralatan;dan
d. ketenagaan.
Lokasi
Pasal 5
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya
dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
Bangunan
Pasal 6
(1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anakanak, dan orang lanjut usia.
(2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
(3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat merupakan bagian
dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis.
Sarana, Prasarana, dan Peralatan
Pasal 7
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit memiliki sarana
ruang yang berfungsi:
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;dan
f. arsip.

5| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
Pasal 8
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. instalasi air bersih,-
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara;dan
d. sistem proteksi kebakaran.
Pasal 9
(1) Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak obat, alat peracikan,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi
obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan catatan
mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan
tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.
Pasal 10
Sarana, prasarana, dan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal
9 harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
Ketenagaan
Pasal 11
(1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain,
Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.
(2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
(2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
(4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 13
(1) Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh Apoteker
disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:

6| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
(3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan dinyatakan
telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan Formulir 2.
(4) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan unsur dinas kesehatan
kabupaten/kota yang terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian,- dan
b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
(5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa
harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
(6) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan dinyatakan memenuhi
persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
(7) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat
penundaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan
Formulir 5.
(8) Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7), pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu)
bulan sejak surat penundaan diterima.
(9) Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8), maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan
dengan menggunakan Formulir 6.
(10) Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan
Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

7| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
Pasal 14
(1) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(6), maka penerbitannya bersama dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
(2) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.

Berdasarkan PMK NOMOR 9 TAHUN 2017 syarat pendirian apotek Apotek Surti harus
1. Memenuhi persyaratan yang tertera di dalam PMK NOMOR 9 TAHUN 2017, meliputi
lokasi, bangunan, sarana, prasarana, dan peralatan, serta ketenagaan
2. Melengkapi ketenagaan
 Apoteker wajib memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker), SIPA (Surat Izin
Praktek Apoteker)
 TTK wajib memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian),
SIPTTK (Surat Izin Praktek Tenaga Teknis Kefarmasian).
3. Mengurus Perizinan
Membuat Surat Izin Apotek (SIA) yang diajukan kepada Pemerintah Daerah Kab./kota
yang akan berlaku selama 5 tahun.

2.2 Analisis impas berdasarkan simulasi pengumpulan data yang dibuat Surti
 Biaya Tetap
1. Kontrak rumah = Rp 40.000.000
2. Gaji (APA dan TTK) = Rp 91.000.000
3. Listrik/Air/Telepon = Rp 6.000.000
4. Penyusutan (10%) = Rp 3.000.000
5. Pengembalian modal = Rp 80.000.000
6. Biaya tak terduga (2,5%) = Rp 5.500.000 +
Jumlah = Rp 225.500.000
 Indeks penjualan
2 5 3
Indeks penjualan rata-rata = (1,3 𝑥 10) + ( 1,1 𝑥 ) + (1,05 𝑥 )
10 10

= 0,26 + 0,55 + 0,315

= 1,125

8| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
 Titik Impas
𝐵𝑇
Titik Impas = 1
1−𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

225.500.000
= 1
1−1,125

225.500.000
=
0,11

= 2.050.000.000/tahun

= 170.833.333/bulan

= 6.570.512/hari

 Target Omset
𝐵𝑇+𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
Target omset = 1
1−𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

225.500.000+50.000.000
= 1
1−1,125

275.500.000
= 1
1−1,125

275.500.000
=
0,11

= 2.504.545.454/tahun

= 208.712.121/bulan

= 8.027.398/hari

9| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
 Menentukan HPP

Berdasarkan analisis diatas, titik impas berada pada total omset 6.000.000-8.000.000 perhari
 Total omset = 6.000.000 – 8.000.000
 Biaya total = 6.092.886 – 7.882.930
 Biaya tetap = 722.756/hari
HPP = Biaya Total - Biaya Tetap
HPP = 6.092.886 - 722.756 HPP = 7.882.930 - 722.756
= 5.370.130 = 7.160,174
Berdasarkan hasil diatas HPP pada titik impas berada pada 5.370.130 sampai dengan 7.160,174
per hari

2.3 Prospek Apotek Surti pada tahun yang akan datang


Prospek suatu apotek baru dapat dinilai dari berbagai segi analisis, antara lain analisis
impas dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats).
2.3.1 Analisis Impas
Melalui analisis impas di atas, apotek Surti memiliki titik impas dan target omset yang
cukup kecil perharinya. Ditimbang dari lokasi yang strategis, titik impas dan target omset
ini akan sangat mudah dicapai oleh Surti, namun dengan tetap mempertimbangkan strategi
pemasaran. Selain itu, apotek Surti memiliki keuntungan yang besar, dimana modal yang
sedikit mampu menghasilkan penghasilan yang besar.
10| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
2.3.2 Analisis SWOT
Anlisis SWOT adalah metode dalam riset pemasaran yang digunakan dalam
menganalisiZ faktor lingkungan yang kompetitif4. Grewal & Levy (2008) mengemukakan
analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap lingkungan internal, yaitu kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness), serta lingkungan eksternal berupa peluang (Opportunity) dan ancaman
(Threats) (Susanto, 2017).
Berdasarkan ilustrasi pemicu, didapatkan bahwa
1. Strength
- Lokasi yang dekat dengan pertokoan, pemukiman penduduk, serta praktek bersama
dokter, menjadikan apotek Surti nantinya mudah diakses oleh konsumen.
- Jika Surti telah memperoleh seluruh surat-menyurat yang dibutuhkan dalam pendirian
apotek dan telah memperoleh SIA, maka Apotek Surti yang telah diakui secara hokum
akan meningkatkan kepercayaan konsumen sehingga mampu meningkatkan daya saing.
2. Weakness
- Jika pengelolaan perbekalan farmasi tidak tepat, mulai dari pemilihan pengadaan barang
hingga monitoring dan evaluasi, maka Apotek Surti akan sangat mudah mengalami
kebangkrutan. Kebangkrutan dapat disebabkan melalui banyaknya stok barang yang
tersisa, kelalaian dalam penanganan obat-obat ethical dan Narkotika Psikotropika, dll.
- Sedikitnya relasi dengan perusahaan PBF dapat melemahkan apotek pemula dalam
memperoleh stok dengan mudah dan cepat.
3. Oportunity
- Apotek sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Terlebih sebagai pelayanan penjualan obat
dalam jumlah kecil dan dekat dengan warga menjadikan Apotek salah satu usaha
profitable di masa sekarang.
- Surti Mampu melihat perkembangan pasar terkini. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan
lokasi yang telah direncanakan oleh Surti yang secara penilaian manajemen perusahan
memiliki nilai lokasi yang strategis.
4. Threats
- Perkembangan IT yang memudahkan konsumen dalam memperoleh obat secara online
menjadi ancaman besar bagi pengusaha apotek konvensional
- Banyaknya pesaing-pesaing yang telah lama berkecimpung di dunia perbisnisan Apotek
menjadi ancaman terbesar bagi Apotek pemula.
Maka, melalui kedua analisis tersebut, Apotek Surti memiliki prospek yang sangat besar
untuk bertahan, bahkan berkembang pada tahun-tahun berikutnya, dengan tetap
mempertimbangkan masalah ketenagaan, perizinan, pelayanan, relasi, dan perkembangan IT.

11| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
2.4 Prosedur pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek
Proses pengadaan barang untuk kebutuhan Apotek dapat dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan farmasi/obat yang
ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien dan sesuai dengan anggaran yang
tersedia.Perencanaan obat dikatakan baik apabila pembelian memenuhi beberapa
ketentuan antara lain: jumlah obat sesuai dengan kebutuhan, pembelian mampu melayani
jenis obat yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian menunjukkan keseimbangan
dengan penjualan secara proporsional. Berdasarkan Kepmenkes RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi
perlu diperhatikan: pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 tahun 2014 dalam membuat perencanaan
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai perlu
diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanan
pengadaan perbekalan farmasi adalah :
1. Pemilihan pemasok. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Legalitas pemasok (Pedagang Besar Farmasi/PBF)
b) Service, meliputi ketepatan waktu, ketepatan barang yang dikirim, ada tidaknya
diskon atau bonus, layanan obat kadaluarsa, dan tenggang rasa penagihan.
c) Kualitas obat, perbekalan farmasi lain dan pelayanan yang diberikan.
d) Ketersediaan obat yang dibutuhkan.
e) Harga sama.
2. Ketersediaan barang/ perbekalan farmasi.
a) Sisa stok.
b) Rata-rata pemakaian obat dalam satu periode pemesanan.
c) Frekuensi pemakaian.
d) Waktu tunggu pemesanan.
b. Pengadaan
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur
resmi. Pengadaan barang dapat melalui 2 cara yaitu pembelian dan konsinyasi. Pembelian
barang di apotek sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. Prosedur
pembelian meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

12| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
1. Persiapan
Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan dipesan berdasarkan
buku defecta (buku barang habis) baik dari bagian penerimaan resep, obat bebas maupun
dari gudang.
2. Pemesanan
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) untuk setiap
supplier. Surat pemesanan di Apotek ada tiga macam yaitu surat pesanan narkotika, surat
pesanan psikotropika, dan surat pesanan untuk obat selain narkotika dan
psikotropika. SP minimal dibuat 2 rangkap (untuk supplier dan arsip apotek) dan
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SP serta cap apotek.
SP pembelian Narkotik dibuat 5 rangkap, 1 lembar merupakan arsip untuk administrasi
apotek dan 4 lembar dikirim ke PBF Kimia Farma, selanjutnya PBF Kimia Farma
menyalurkan kepada kepala Dinas kesehatan Kota/Kabupaten, BPOM dan
penanggungjawab Narkotika di Depot Kimia Farma Pusat. Satu lembar surat pesanan
untuk memesan satu jenis narkotika. SP untuk psikotropika, format telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan, dibuat rangkap 3, satu lembar (asli) untuk PBF dan dua lembar
(tembusan) untuk arsip apotek dan pengecekan barang datang. Dalam satu SP dapat
memuat lebih dari satu item obat, pemesanan bisa dilakukan selain PT. Kimia Farma.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Pasal 9
(1) Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
berdasarkan:
a. Surat pesanan; atau
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan dari
Puskesmas.
(2) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dapat berlaku untuk
masing-masing Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi.
(3) Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika.
(4) Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan untuk 1
(satu) atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
(5) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus terpisah dari
pesanan barang lain.

13| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
- Surti perlu memahami Prosedur pendirian Apotek sebagaimana yang diterangkan melalui
Permenkes RI No. 9 Tahun 2017.
- Melalui perhitungan Analisis Impas yang berdasarkan simulasi pengumpulan data yang
dibuat Surti, diperoleh Titik Impas yang perlu dicapai Surti adalah Rp 6.570.512,- dan
Target Omset sebesar Rp 8.027.398,- perhari
- Prospek Apotek Surti pada tahun yang akan dating dapat dinilai dari analisis Impas dan
analisis SWOT. Berdasarkan kedua analisis tersebut, Apotek Surti memiliki prospek
besar dalam bertahan dan bahkan berkembang untuk tahun-tahun berikutnya
- Menimbang banyaknya macam obat yang akan distok olehh Surti, maka Surti perlu
memahami dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan Prosedur Pengelolaan
perbekalan farmasi di Apotek

3.2 Saran
- Sebaiknya Surti mengetahui dan mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan dalam
proses pendirian apotek baru
- Sebaiknya Surti mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai jumlah ketenagaan, biaya
listrik/telp./PDAM, dan biaya lainnya dengan cermat.
- Sebaiknya Surti mempunyai ide-ide inovasi terbaru yang unik untuk memberi daya Tarik
kepada konsumen.
- Sebaiknya Surti memahami hal-hal yang dibutuhkan dalam penanganan setiap jenis
pengadaan barang.

14| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
LAMPIRAN

Lampiran 1
Contoh Surat Permohonan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
Hal : Permohonan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

Yang terhormat,
Ketua Komite Farmasi Nasional di Jakarta

Dengan hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Tanda Regristasi Apoteker (STRA) sesuai
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Regristrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian dengan data-data sebagai berikut :
Nama Lengkap :
Tempat, tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Lulusan :
Tahun Lulusan :
Alamat Rumah :
Telp. :
Nama Kantor :
Alamat Kantor :
Telp./Fax.
Nomor Hp :
E-mail :
No.Sertifikat Kompetensi :
Tgl. Sertifikat Kompetensi :

Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :


a. Fotokopi ijazah Apoteker;
b. Fotokopi surat sumpah/janji Apoteker
c. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku;
d. Surat Keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
e.Surat pernyataan akan mematuhi peraturan perundang-undangan dan melaksanakan ketentuan etika profesi;
f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
g. Fotokopi surat keterangan sesuai adaptasi pendidikan apoteker dan persyaratan bekerja sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian*

Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih.

Pemohon,
Tanda Tangan
Pas foto

4x6

(……………………)
Nama Terang
Tembusan:
1. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
2. Pengurus pusat organisasi profesi
*Khusus untuk Apoteker lulusan luar negeri
Literatur : Peraturan Menteri Kesehatan No.
889/MENKES/PER/V/2011,

15| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2
Lampiran 2
Contoh Surat Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) / Surat Izin Kerja (SIK)
Hal : Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) / Surat Izin Kerja (SIK)*

Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan
Di Medan

Dengan Hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama Lengkap : ……….…..………………………………………..
2. No. STRA : ……….…..………………………………………..
3. Tempat / Tanggal Lahir : ……….…..………………………………………..
4. Pendidikan Terakhir : ……….…..………………………………………..
5. Tempat Praktik / Kerja : ……….…..………………………………………..
6. Alamat Praktik lain** : 1. ...………...……………………………………..
2. ...………...……………………………………..
7. Alamat Rumah : ……….…..………………………………………..
Telp. ….…..………………………………………..
8. Nomor Hp : ……….…..………………………………………..
9. E-mail : ……….…..………………………………………..
10. No. Sertifikat Kompetensi : ……….…..………………………………………..
11. Tgl. Sertifikat Kompetensi : ……….…..………………………………………..

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) / Surat
Izin Kerja (SIK)* sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi,
Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

a. Fotocopy STRA yang dilegalisir oleh KFN


b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas
pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitasi produksi atau distribusi / penyaluran
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi (IAI = Ikatan Apoteker Indonesia)
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (Tiga) lembar untuk satu tempat praktik dan 3 x 4
sebanyak 1 (satu) lembar
e. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku
f. Surat pernyataan tidak bekerja sebagai penanggung jawab di sarana / fasilitas kefarmasian yang lain
g. Foto copy Surat Ijin Sarana Kefarmasian.
Demikian atas perhatiannya di ucapkan terima kasih

Medan, …………………
Pemohon

(……………………….)

Tembusan :
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
* : diisi sesuai permohonan (SIPA / SIK)
** : untuk SIPA sebagai Apoteker Pendamping

16| T u t o r i a l F a r m a s i P e r a p o t e k a n G r u p 2

Anda mungkin juga menyukai