Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum

Rumah Sakit Umum daerah Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

yang berada di wilayah Banjarmasin Timur beralamat di jalan Brig. Jend

Hasan Basri No 1 Banjarmasin berdiri di atas lahan seluas 87.675 m²

dengan luas bangun fisik berjumlah 12.161 m².

Batas wilayah kerja RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Pekapuran Raya

b. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Pemurus Baru

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Kebun Bunga

d. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Sungai Baru

Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor :

6 Tahun 2008, Tanggal 15 April 2008, tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Kalimantan

Selatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan seperti

Peningkatan, Pencegahan, Pengobatan dan Pemulihan dibidang

Kesehatan Umum dan Kesehatan lainnya dan sebagai Rumah Sakit

rujukan Kota Banjarmasin, Kabupaten Batola serta wilayah sekitarnya

mengingat bahwa telah ditetapkan Rumah Sakit Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B oleh Menteri


Kesehatan Republik Indonesia melalui serat Keputusan Nomor :

372/MENKES/IV/2008, pada tanggal 15 April 2008, maka dengan visi

“Terwujudnya Pelayanan Prima (Excellent Service) Bagi Masyarakat

Tahun 2015”.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

merupakan Rumah Sakit rujukan di Banjarmasin yang memiliki kegiatan

pelayanan kesehatan seperti : 1. Kegiatan rawat jalan: IGD umum, IGD

jiwa, poli penyakit dalam, poli kandungan, poli bedah, poli anak, poli THT,

poli gigi, poli jiwa, poli HIV/AIDS, poli konsultasi psikologi, poli kulit dan

kelamin serta poli gizi; 2. Kegiatan rawat inap, kebidanan dan kandungan,

penyakit dalam, bedah, anak, bayi, ICU,THT dan jiwa; 3. Pelayanan

medik: Intensif Care Unit (ICU), rehabilitas medik/psikiatri, rehabilitas

medik pria, rehabilitas medik wanita, fisioterapi dan kamar operasi; 4.

Pelayanan penunjang: Instalasi laboratorium klinik/IPA, instalasi farmasi,

instalasi pendidikan dan pelatihan, instalasi gizi, instalasi radiologi,

instalasi pemulasaran jenazah dan instalasi pemeliharaan sarana rumah

sakit (IPSRS).

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin,

sebagai rumah sakit kelas B, juga menyelenggarakan praktek belajar

lapangan bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum maupun Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan, Poltekes Banjarbaru, Akademi Keperawatan,

Akademi Kebidanan Negri maupun Swasta.

2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian

Secara spesifik tempat penelitian kali ini adalah bagian kebidanan

dan kandungan ruang nifas (Ruang Mutiara). Ruang nifas (Ruang


Mutiara) terdiri dari 16 ruangan meliputi: 1 ruang perawat, 1 ruang

supervise, 1 gudang dan 13 ruang rawat inap. Ruang perawat meliputi

ruang dokter, ruang kepala ruangan, ruang istirahat, dapur dan ruang cuci

tangan steril. Ruang inap terdiri atas 2 ruangan kelas I, 10 ruang kelas II

dan 12 ruang kelas III. Jumlah tenaga kesehatan di ruang Mutiara/Nifas

BLUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin adalah 30 orang yang terdiri

atas 2 dokter kandungan, 6 dokter jaga, 20 bidan dan 2 perawat.

B. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Paritas

terhadap Keberhasilan Ibu Menyusui Pada Tiga Hari Pertama Post

Partum di Ruang Nifas RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin dan

didapatkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Paritas

Berdasarkan penelitian, dihasilkan distribusi frekuensi

responden paritas, yaitu :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas di RSUD Dr.

H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015

Paritas N %

Primipara 16 51,6 %

Multipara 14 45,2 %

Grandemultipara 1 3,2 %

Jumlah 31 100 %

Sumber : Data Primer


Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa distribusi

berdasarkan paritas primipara memiliki jumlah yang paling banyak

yaitu 16 orang ( 51,6 %), paritas multipara 14 orang (45,2 %) dan

paritas grandemultipara 1 orang (3,2 %).

b. Keberhasilan Menyusui

Berdasarkan penelitian, dihasilkan distribusi frekuensi

responden menurut keberhasilan menyusui :

Table 4.2 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Menyusui di RSUD

Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015.

Keberhasilan Menyusui N %

Tidak Berhasil 13 41,9 %

Berhasil 18 58,1 %

Jumlah 31 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa distribusi

keberhasilan menyusui yang tidak berhasil sebanyak 13 orang

(41,9%) dan berhasil sebanyak 18 orang ( 58,1%).

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan

keberhasilan menyusui dilakukan uji chi square dengan bantuan

program komputer SPSS 20,0. Apabila P < 𝛼 (0,05) maka Ho=ditolak

dan Ha=diterima artinya ada hubungan. Apabila P > 𝛼 (0,05) maka

Ho=diterima dan Ha=ditolak artinya tidak ada hubungan.


Table 4.3 Hubungan paritas terhadap keberhasilan menyusui pada

tiga hari pertama post partum

Paritas Keberhasilan Menyusui Jumlah

Tidak Berhasil Berhasil

N % N % N %

Primipara 11 35,5% 5 16,1% 16 51,6%

Multipara 2 6,5% 12 38,7% 14 45,2%

Grandemultipara 0 0% 1 3,2% 1 3,2%

Total 13 41,9% 18 58,1% 31 100%

(Sumber : Data Primer)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa paritas

menyusui yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) primipara terdapat 11

orang (35,5%) yang belum berhasil dan 5 orang (16,1%) yang

berhasil, sebanyak 14 orang (45,2%) multipara terdapat 2 orang

(6,5%) yang belum berhasil dan 12 orang (38,7%) yang berhasil serta

sebanyak 1 orang (3,2%) grandemultipara yang berhasil menyusui.

Dari hasil uji chi square dengan bantuan SPSS didapatkan

nilai P=0,007 < 𝛼 (0,05) ini berarti Ho=ditolak, Ha=diterima artinya ada

hubungan yang bermakna antara paritas dengan keberhasilan

menyusui pada tiga hari pertama post partum di RSUD Dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin. Akan tetapi pada uji tabel 2 x 3 di atas

terdapat 2 nilai (33,3%) ekspektasi yang sangat kecil (<5).

Untuk menyelesaikan pengujian Chi-square yang tidak

memenuhi syarat maka dilakukan koreksi kontinuitas dengan tabel

2x2 dengan menggabungkan paritas multipara dan grandemultipara.


Table 4.4 Hubungan paritas terhadap keberhasilan menyusui pada

tiga hari pertama post partum

Paritas Keberhasilan Menyusui Jumlah

Tidak Berhasil Berhasil

N % N % N %

Primipara 11 35,5% 5 16,1% 16 51,6%

Multipara & 2 6,5% 13 41,9% 14 48,4%

Grandemultipara

Total 13 41,9% 18 58,1% 31 100%

(Sumber : Data Primer)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa responden

yang tidak berhasil dalam menyusui terbanyak yaitu primipara 11

orang (35,5%) dan berhasil 5 orang (16,1%). Responden yang

berhasil dalam menyusui terbanyak multipara dan grandemultipara 13

orang (41,9%) dan tidak berhasil 2 orang (6,5%).

Hasil uji Chi-square diperoleh nilai 0,002 < 𝛼 (0,05) bahwa ada

hubungan yang bermakna antara paritas terhadap keberhasilan

menyusui pada tiga hari pertama post partum di Ruang Nifas RSUD

Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruang Nifas RSUD Dr.

H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin tentang Hubungan Paritas terhadap

Keberhasilan Menyusui Pada Tiga Hari Pertama Post Partum di RSUD


Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015 didapatkan hasil

sebagai berikut :

1. Paritas ibu menyusui di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.1 responden dengan paritas terbanyak

adalah paritas primipara yaitu 16 orang (51,6%), paritas multipara 14

orang (45,2%) dan grandemultipara 1 orang (3,2%). Jumlah

responden terbanyak adalah paritas primipara karena berdasarkan

angka pernikahan yang semakin meningkat setiap tahunnya,

sehingga akan terdapat banyak responden yang merupakan ibu

primipara.

2. Keberhasilan ibu menyusui di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.2 responden dengan keberhasilan

menyusui terbanyak adalah ibu dengan paritas multigravida yaitu

sebanyak 12 orang (38,7%) dan kegagalan menyusui paling banyak

adalah ibu dengan paritas primipara yaitu sebanyak 11 orang

(35,5%).

Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami. Jadi

jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya.

Meskipun demikian, menyusui juga perlu dipelajari terutama oleh ibu

yang baru pertama kali memiliki anak agar tahu cara menyusui yang

baik dan benar (Suryoprajogo, 2009).

Ibu yang telah mempunyai anak tentunya mempunyai

pengalaman dalam merawat bayi sehingga ibu lebih mengetahui


tentang cara menyusui yang benar. Dengan cara menyusui yang

benar masalah-masalah seperti payudara bengkak, puting susu lecet,

radang payudara, air susu kurang, bayi bingung puting (karena

pemakaian dot atau kempeng) tidak ditemukan lagi/diminimalkan

(Maritalia, 2012).

3. Hubungan Paritas dengan Keberhasilan Menyusui di RSUD Dr. H.

Ansari Saleh Banjarmasin

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa paritas primipara

lebih banyak yang gagal yaitu 11 orang (35,5%) dibandingkan dengan

yang berhasil dalam menyusui yaitu 5 orang (16,1%).

Dan paritas multipara lebih banyak yang berhasil yaitu 12

orang (38,7%) dibandingkan dengan yang gagal yaitu 2 orang (6,5%).

Paritas grandemultipara satu orang berhasil dalam menyusui (3,2%).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Maritalia 2012, bahwa

masalah yang biasa terjadi pada tiga hari pertama post partum adalah

belum keluarnya ASI, puting susu yang tenggelam, bayi gelisah saat

disusukan, bayi tidak dapat menghisap ASI dan perlengketan antara

ibu dan bayi belum benar sehingga bayi tidak mau menyusu dengan

ibunya dan ibu tidak mau mencoba lagi menyusukan bayinya, hal ini

bisa disebabkan karena ibu belum bisa menyusui terutama ibu yang

baru pertama kali mempunyai bayi. Pada ibu yang melahirkan anak

kedua atau lebih, biasanya lebih mengetahui tentang cara menyusui

yang benar, namun pada ibu yang melahirkan pertama kali akan lebih

sedikit pengalamannya dalam memberikan ASI kepada bayinya

karena baru pertama kali menyusui bayi.


Hasil tersebut sama bila dibandingkan dengan hasil Uji Chi

square dengan bantuan SPSS didapatkan angka P = 0,007 < 𝛼 0,05,

namun terdapat 2 sell (33,3%) yang nilai expectasi kurang dari 5,

artinya belum dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

paritas terhadap keberhasilan menyusui. Sehingga dilakukan uji ulang

chi-square dengan menggabungkan sel yaitu multipara dan

grandemultipara yang sebelumnya tabel 3 x 2 menjadi 2 x 2 sel.

Setelah dilakukan uji chi-square dengan bantuan SPSS didapatkan

angka P = 0,002 < 𝛼 0,05 ini berarti Ho = ditolak, Ha = diterima,

artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas terhadap

keberhasilan ibu menyusui.

Anda mungkin juga menyukai