BLOK NURSING IV
IK015
KOORDINATOR / LNO:
Saktya Yudha A.U, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Kontributor
Sofyan Indrayana, S.Kep., Ns., MS
Mahfud, S.Kep. MMR
Editor
Saktya Yudha A.U, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Penyusun
DAFTAR ISI
Definisi :
Pemeriksaan fisik syaraf dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada syaraf.`
1. Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada bagian tubuh
klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam, suhu,
getaran, identifikasi objek tanpa melihat objek (stereognosis test), merasakan
tulisan di tangan (graphesthesia test), kemampuan membedakan dua titik,
kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi sentuhan dengan menutup
mata (topognosis test).
2. Pemeriksaan motorik
Kaji cara berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara berjalan,
kemudahan berjalan, dan koordinasi gerakan tangan dan kaki. Minta klien berjalan
dengan menyentuhkan ibu jari pada tumit kaki yang lain (heel to toe), minta klien
jalan jinjit dan minta klien berjalan dengan bertumpu pada tumit.
Melakukan pemeriksaan heel to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi
supine, minta klien menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang tulang tibia
tungkai kanan dari bawah lutut sampai ke pergelangan kaki. Ulangi pada kaki kanan.
Observasi kemudahan klien menggerakkan tumit pada garis lurus
PROSEDUR PEMERIKSAAN SYARAF
PROSEDUR
a. PEMERIKSAAN SENSORIK
Minta klien menutup mata
Berikan rangsangan yang acak untuk memberikan perhatian klien :
Nyeri superfisial : minta klien mengatakan kapan sensari tumpul dan tajam aka nada
jika perawat menekan ujung jarum pada kulit dengan selang waktu 2 dtik antar
rangsangan
Suhu : sentuh kulit klien dengan botol berisi air panas dan dingin
Vibrasi : tempelkan batang dari garpu tala yang bergetar karena jari – jari sendi
tangan dan kaki, siku, pergelangan tangan, minta klien mengatakan dimana vibrasi
berada
Posisi : pegang jari kaki klien tahan bagian sampingnya dengan ibu jari dan telunjuk,
gerakan ke atas dan kebawah dan minta klien mengatakan saat itu posisi jari diatas
atau dibawah
Sterognosisi : biarkan klien memegang objek (koin / klip) beri waktu klien untuk
mengidentifikasi objek tersebut
Bila ditemukan defisit tandai area tersebut
b. PEMERIKSAAN MOTORIK
Heel to toe
Minta klien berjalan dengan menyentuhkan ibu jari pada tumit kaki yang lain
minta klien jalan jinjit dan minta klien berjalan dengan bertumpu pada tumit
Romberg Test
Lakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan tertutup, evaluasi
perbedaan yang terjadi
Tes Pronasi dan Supinasi
Meminta klien duduk dan meletakan telapak tangan di paha, minta untuk
melakukan pronasi dan supinasi bergantian dengan cepat.
Observasi kecepatan, irama, dan kehalusan gerakan.
Heel to Skin Test
Melakukan pemeriksaan heel to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi
supine.
Minta klien menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang tulang tibia tungkai
kanan dari bawah lutut sampai ke pergelangan kaki.
Ulangi pada kaki kanan.
Observasi kemudahan klien menggerakkan tumit pada garis lurus
4. Tahap Terminasi
a. Menanyakan pada pasien apa yang dirasaan setelah dilakukan kegiatan
b. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
c. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
d. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
e. Mengakhiri kegiatan dengan baik, memberi salam pamitan
5. Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN
1. DEFINISI
Meningeal sign atau tanda rangsangan meningeal timbul bila ada rangsangan atau
iritasi pada meningen atau selaput otak, baik pada otak maupun medula spinalis.
Meningeal sign ini muncul akibat keradangan atau rangsangan meningen pada
kelainan seperti meningitis dan stroke SAH (Subarachnoid Hemorrhage).
2. JENIS
Terdiri dari 3 macam pemeriksaan yaitu :
a. Pemeriksaan kaku kuduk
b. Pemeriksaan kernig sign
c. Pemerikaan brudzinksi I dan II
3. POSISI
PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN
A. TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Cuci tangan
3. Menyiapkan alat yang diperlukan:
- Sarung tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam
2. Kontak mata
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Menanyakan nama/panggilan kesukaan klien
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
6. Menjelaskan peran perawat dan klien
7. Menjelaskan tujuan/alasan dilakukannya perawatan luka
8. Menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
9. Menjelaskan kerahasiaan
C. TAHAP KERJA
Pemeriksaan Kaku Kuduk
Fleksikan paha pada persendian panggul sampai sudut 90 serajat, dengan posisi
berbaring
Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat antara
tungkai bawah dan tungkai atas
Tanda kernig (+) jika terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai sudut
ini.
Pemeriksaan Brudzinski I
Pemeriksaan Bridzinski II
D. TAHAP TERMINASI
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan perawatan
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Memberikan reinforcement positif
4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan
6. Rapikan alat
7. Cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3. PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL
Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari saraf spinal
yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar.
Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf
III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi
nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang, lazimnya menggunakan angka romawi.
Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti
mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara yang
lainnya mencuat dari batang otak.
A. Prosedur : Pemeriksaan Saraf Olfaktori
NILAI KET
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Tahap pre interaksi
1 Melakukan pengecekan program terapi
2 Mencuci tangan
3 Menempatkan alat di dekat pasien
4 Persiapan alat :
Bubuk kopi
Jahe
Jeruk
Tahap orientasi
5 Memberikan salam dan menyapa nama pasien
6 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
7 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
Tahap kerja
8 Menjaga privacy
9 Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau
fowler (jika tidak ada kontra indikasi)
10 Memakai sarung tangan
11 Menyuruh pasien untuk menutup mata
12 Perawat mengambil benda-benda (bubuk kopi, jahe,
jeruk) dan meminta klien mencium benda tersebut
13 Bandingkan dengan hidung kiri dan kanan
Tahap terminasi
14 Melakukan evaluasi tindakan
15 Berpamitan dengan klien
16 Membereskan alat-alat
17 Mencuci tangan
Dokumentasi
18 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
NILAI KET
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Tahap pre interaksi
1 Melakukan pengecekan program terapi
2 Mencuci tangan
3 Menempatkan alat di dekat pasien
4 Persiapan alat :
Larutan garam
Larutan gula
Larutan cuka
Kapas
Tahap orientasi
5 Memberikan salam dan menyapa nama pasien
6 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
7 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
Tahap kerja
8 Menjaga privacy
9 Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau
fowler (jika tidak ada kontra indikasi)
10 Memakai sarung tangan
11 Inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”)
apakah simetris dan tertarik keatas.
12 Refleks menelan : dengan cara menekan posterior
dinding pharynx dengan tong spatel, akan terlihat klien
seperti menelan.
Tahap terminasi
13 Melakukan evaluasi tindakan
14 Berpamitan dengan klien
15 Membereskan alat-alat
16 Mencuci tangan
Dokumentasi
17 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas
dan benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar
sendi dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-
sendi besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan
goniometer (busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi).
Bila suatu sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas
gerakan terbatas. Yang disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau
kontraktur otot dan tendo disekitarnya. Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan
yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat menurunnya kemampuan
melakukan aktivitas sehari-hari. Inspeksi persendian dan bandingkan secara bilateral.
Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan, pembesaran /
deformitas. Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan tenderness. Palpasi
sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut
saat bergerak dan tidak ada nodul.
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam
2. Kontak mata
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Menanyakan nama/panggilan kesukaan klien
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
6. Menjelaskan peran perawat dan klien
7. Menjelaskan tujuan/alasan dilakukannya tindakan
8. Menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
9. Menjelaskan kerahasiaan
C. TAHAP KERJA
E. DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
5. PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara
manual (manual muscle testing, MMT). Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunteer. Lansia yang tidak mampu
mengontraksiakan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT
standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan diagnosis klinis,
penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan
diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot
tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus
mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih
tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.
0 Lumpuh total
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi ( hanya
bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan tahanan
pemeriksa
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam
2. Kontak mata
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Menanyakan nama/panggilan kesukaan klien
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
6. Menjelaskan peran perawat dan klien
7. Menjelaskan tujuan/alasan dilakukannya tindakan
8. Menjelaskan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
9. Menjelaskan kerahasiaan
C. TAHAP KERJA
D. TAHAP TERMINASI
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan perawatan
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Memberikan reinforcement positif
4. Melakukan kontrak (waktu, topik/kegiatan selanjutnya dan tempat)
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik/berpamitan
6. Rapikan alat
7. Cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
6. PEMASANGAN GIPS
A. Pengertian
Suatu kegiatan untuk menyiapkan peralatan dan pasien yang akan dipasang gips
B. Tujuan
1. Fiksasi
2. Reposisi
3. Immobilisasi
4. Penyembuhan tulang sesuai dengan yang diharapkan
C. Tindakaan
Fraktur tertutup dan terbuka
NILAI KET
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Persiapan alat :
Handschoon
Gips
Stokinet
Kassa
12 Mencuci tangan
13 Mendokumentasikan kegiatan
7. PEMASANGAN BIDAI
Pemasangan bidai adalah suatu tindakan untuk mengatasi atau membantu pasien yang
mengalami patah tulang sehingga tidak terjadi pergerakan / pergeseran sehingga pasien
tidak merasa sakit. Prosedur ini dilakukan sebagai acuan dan langkah-langkah dalam
pelaksanaan pemasangan bidai / spalk pada pasien. Pemasangan bidai / spalk pada pasien
patah tulang dilakukan oleh petugas IGD untuk mencegah komplikasi.
Selain itu pembidaian juga dikombinasikan dengan tekhnik pembalutan perban atau
dengan kain mitela, dengan tujuan untuk :
1. Mencegah pergerakan bagian tubuh yang cidera.
2. Menyangga luka.
3. Mengurangi atau mencegah edema.
4. Mengamankan bidai dan balutan.
1 Persiapan alat :
13 Mencuci tangan
14 Mendokumentasikan kegiatan
8. PEMERIKSAAN RANGE OF MOTION (ROM)
Pengertian
Latihan gerak sendi aktif adalah cara menggerakkan semua sendinya dengan
rentang gerak sendi tanpa bantuan untuk meningkatkan aliran darah perifer, dan
mencegah kekakuan otot dan sendi. Sedangkan latihan gerak sendi pasif
dilakukan oleh perawat atau keluarga.
Tujuan
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Mungkin meningkatkan massa otot
5. Mencegah kontraktur
Bagian leher
Bagian Bahu
Bagian Siku
Bagian Lengan bawah
Bagian Kaki
b. Hiper ekstensi
Bengkokan jari-jari kebelakang sejauh mungkin
c. Abduksi dan adduksi
Kembangkan jari-jari tangan klien kemudian
rapatkan kembali
d. Oposisi
menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama
e. Sirkumduksi
Putar ibu jari klien dengan sumbu sendi
metakarpal
f. Abduksi dan adduksi ibu jari
Rentangkan ibu jari kesamping
Dekatkan kembali dengan jari-jari lain
5 Panggul dan lutut
Letakan satu tangan dibawah lutut klien dan
tangan lainya dibawah tumit
a. Fleksi dan ekstensi
Angkat kaki dan tekuk lutut ,gerakan lutut kearah
dada sejauh mungkin,turunkan kaki dan luruskan
kembali keposisi semula
b. Abduksi dan adduksi
Gerakan kaki ke samping menjauhi sumbu utama
dan kearah sebaliknya hingga menyilang
melewati kaki lainya
c. Rotasi internal
Pegang tumit dan telapak kaki .putar kaki kearah
dalam
d. Rotasi eksternal
Pegang tumit dan telapak kaki .putar kaki kearah
luar
6 Lutut
a. Fleksi dan ekstensi
Dilakukan bersamaan dengan fleksi ekstensi
panggul
7 Pergelangan kaki
Tangan tidak dominan memegang tumit
dantangan yang lainya melakukan rom
a. Dorsi fleksi
Dorong telapak kaki kearah kaki/atas dan
kembalikan keposisi semula
b. Plantar fleksi
Dorong telapak kaki kearah bawah dan
kembalikan keposisi semula
c.
Eversi
Putar telapak kaki kearah luar
d. Inverse
Putar telapak kaki kearah dalam
e. Sirkumduksi
Putar telapak kaki dengan poros sendi perglangan
kaki
8. Jari – jari kaki
a. Fleksi dan ekstensi
Dorong jari jari kaki klien kearah atas dan kearah
bawah
b. Abduksi dan adduksi
Renggangkan jari jari kaki klien kearah samping
dan rapatkan
Skor sub total
C. EVALUASI DAN TERMINASI
1 Memperhatikan respon Klien selama dan setelah
melakukan tindakan
2 Menanyakan perasaan klen dan keluhan-
keluhan selama dan setelah dilakukan Rom
3 Membantu klien memilih posisi yang nyaman
4 Membuat rencana tindak lanjut dan kontrak
pertemuan yang akan datang
Mengucapkan salam
D. DOKUMENTASI
1 Mencatat semua data hasil pemeriksaan dengan
jelas dan benar
2 Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan
perawat yang melakukan pemeriksaan pada
catatan perawatan
Skor sub total
Skor total
9. AMBULASI
Pengertian
Memindahkan klien dari satu tempat ke tempat lainnya berdasarkan kebutuhannya,
misalnya dari tempat tidur ke kursi roda ataupun sebaliknya
Tujuan
1. Mobilisasi/ Ambulasi klien
2. Memindahkan ke ruangan tertentu
3. Memberi rasa nyaman pada klien.
Indikasi
1. Pasien paralisis
2. Pasien baru yang akan dipindahkan ke ruangan tertentu.
PROSEDUR AMBULASI
NILAI KET
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Persiapan alat :
Tempat tidur
Kursi roda
2 Tahap Pra Interaksi
Melakukan verifikasi Program terapi/ pengobatan
klien
Mencuci tangan
Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
3 Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
Pasien/keluarga.
Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan
dilakukan.
4 Tahap Kerja
A. Dari tempat tidur ke kursi roda
Membantu klien duduk di sisi tempat tidur
Meletakkan kursi roda pada posisi sudut 450 pada
tempat tidur, mengunci rodanya dan membuka
tatakan kakinya.
Memastikan klien stabil
Melebarkan kakinya (membuka jarak antara
kedua kaki)
Memfleksikan pinggul dan kedua lutut (lutut
perawat dan klien sejajar).
Meletakkan tangan perawat di skapula klien.
Menegakkan klien untuk bediri pada hitungan
ketiga dengan meluruskan pinggul dan tungkai.
Memutar kaki yang terjauh dari kursi roda.
Meminta klien menggunakan lengan bersandar
pada kursi untuk topangan.
Memfleksikan pinggul dan lutut selama
menurunkan klien ke kursi.
Mengkaji kesejajaran klien yang sesuai untuk
duduk.
Menurunkan tatakan kaki kursi roda dan
meletakkan kedua kaki klien diatasnya.
5 B. Dari kursi roda ke tempat tidur
Mengatur posisi tempat tidur setinggi lutut atau
pertengahan paha klien.
Meletakkan kursi roda pada posisi sudut 450 pada
tempat tidur lalu mengunci kursi roda.
Meletakkan kaki klien di atas lantai kemudian
melipat tatakan kursi roda.
Berdiri di depan klien dengan posisi kaki terjauh
dari tempat tidur berada di depan.
Memfleksikan pinggul dan lutut, meletakkan
kedua tangan di skapula klien, dan meminta klien
meletakkan kedua tangannya di bahu perawat.
Membantu klien berdiri dari kursi roda dengan
meluruskan pinggul dan lutut.
Membantu klien berjalan keluar dari kursi roda
dengan melahkahkan kaki terdepan ke belakang.
Membantu memutar badan klien membelakangi
tempat tidur dengan memutar kaki terjauh dari
tempat tidur mendekati tempat tidur.
Membantu klien mendekati tempat tidur dengan
meminta klien berjalan mundur ke arah pinggir
tempat tidur hingga belakang lutut atau
pertengahan paha klien berada dekat dengan
tempat tidur.
Memfleksikan lutut dan pinggang sambil
meminta klien duduk di pinggir tempat tidur.
Menahan punggung klien dengan tangan terdekat
dari arah kepala tempat tidur dan tangan yang lain
membantu mengangkat kedua kaki klien.
Memutar ke arah kepala tempat tidur sambil
membantu membaringkan klien.
Merapikan klien
6 Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan klien
Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat
semula
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawatan
10. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM INTEGUMEN
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian
tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini
terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk
secara terus menerus keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet
matahari.
Fungsi Kulit
• Perlindungan
Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing lainnya. Bagian
sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling efektif terhadap
berbagai faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus,
gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma. Lapisan dermis kulit
memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat jaringan ikat fibrosa dan
serabut kolagennya. Serabut elastic dan kolagen yang saling berjalin dengan
epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku sebagai satu unit.
• Sensibilitas
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri,
sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk
bereaksi terhadap stimuli yang berbeda.
• Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga lapisan
tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Selain
itu, kulit juga akan mengalami evaporasi secara terus-menerus dari permukaan
kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible
perspiration) berjumlah kurang-lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang
normal. Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam
dalam air, kulit dapat menimbun air tiga sampai empat kali berat normalnya.
• Pengatur Suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses metabolisme
makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang penting terlibat dalam
kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu radiasi (perpindahan panas ke
banda lain yang suhunya lebih panas), konduksi (pemindahan panas dari tubh ke
benda lain yang lebih dingin), dan konveksi (pergerakkan massa molekul udara
hangat yang meninggalkan tubuh). Dalam kondisi normal, produk panas dari
metabolism akan diimbangi oleh kehilangan panas, dan suhu internal tubuh akan
dipertahankan agar tetap konstan pada suhu kurang-lebih 37oC. Pengeluaran
keringat merupakan proses lainnya yang digunakan tubuh untuk mengatur laju
kehiangan panas. Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat
dapat setinggi 1 L/jam. Dalam keadaan tertentu, misalnya pada stress emosional,
perspirasi dapat terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan
keharusan untuk menghilangkan panas dari tubuh.
• Produksi Vitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan
untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah
penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium
serta fosfor dan yang menyebabkan deformitas tulang (Morton, 1993 dalam Brunner
and Suddarth, 2002).
• Fungsi Respons Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir (Nicholoff, 1993 dalam Brunner dan Suddarth, 2002)
menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel-sel Langerhans, IL-1 yang
memproduksi keratinosit, dan sub kelompok limfosit-T) merupakan komponen
penting dalam sistem imun.
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM INTEGUMEN
NILAI KET
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Persiapan alat :
Sarung Tangan
2 Tahap Pra Interaksi
Melakukan verifikasi Program terapi/ pengobatan
klien
Mencuci tangan
Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
3 Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
Pasien/keluarga.
Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan
dilakukan.
4 Tahap Kerja
Inspeksi
Warna kulit ( amati warna kulit dari klien, apakah
terdapat kemerahan pada warna kulit)
Ruam ( catat warna, tektur dan bentuk lesi,
jumlah, distribusi, gatal, dan nyeri)
Kaji bagaimana riwayat penyakit atau alergi pada
klien
Amati apakah ada luka, memar atau cidera akibat
tekanan
Periksa daerah beresiko tinggi termasuk
penonjolan tulang
Rambut : observasi rambut pada kulit klien
apakah menunjukkan adanya keabnormalan
5 Palpasi
Lakukan palpasi untuk merasakan temperature
kulit, kelembapan , turgor kulit, edema, eformitas,
hematoma
Palpasi rambut untuk melihat kekuatan rambut
dan kelembapan
6 Pemeriksaan Kuku
Amati bentuk kuku jari untuk menentukan
lengkungan dan sudut kuku (abnormal bila sudut
> 60 derajad)
Amati warna dan tekstur kuku jari tangan dan
kaki
Lakukan pemeriksaan CRT dgn mencubit pada
ujung kuku (normal < 3 dtk)
7 Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan klien
Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat
semula
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawatan
Referensi
1. Douglas, G,. Nicol, F,. and Robertson, C. 2016. Macleod’s Clinical Examination.
Eleventh Edition. Limited. UK. Harcourt Publishers Limited.
Ford, J.M,. Hennessey, I,. and Japp, A. 2015.Introduction to Clinical
Examination
2. Eight Edition. Elsevier Limited. UK.Harcourt Publishers Limited.
3. Swartz, M.H. 2015.Textbook of Physical Diagnosis. Philadelphia. WB Saunders
Company
4. DeGowin RL, Donald D Brown.2010.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA