Anda di halaman 1dari 22

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


TEKNIK SEPEDA MOTOR
BAB I
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Disusun Oleh:
Drs. ERZEDDIN ALWI, M.Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB I
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini peserta didik akan mampu menerapkan
prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja, yang terdiri dari :
1. Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Melaksanakan prosedur K3
3. Mengidentifikasi aspek-aspek keamanan kerja
4. Mengontrol kontaminasi
5. Mendemonstrasikan pemadaman kebakaran
6. Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Yang dimaksud keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan
yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Sekarang ini teknologi sudah lebih maju maka keselamatan dan
kesehatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahayanya
dalam penerapan teknologi. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tugas semua
orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.
Tujuan dari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dan kesehatanya dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. menjamin keselamatan dan kesehatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Dari arti dan tujuannya keselamatan dan kesehatan kerja dapat dinyatakan sebagai
sesuatu yang menjamin keadaan, keutuhan, kesempurnaan, baik jasmaniah maupun
rohaniah manusia, serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dan pekerja pada khususnya, jadi pada hakikatnya keselamatan dan
kesehatan kerja adalah usaha manusia untuk melindungi hidupnya dan berhubungan
dengan itu, dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadapa terjadinya
kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja.

1
Bekerja dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting
artinya, karena bagaimanapun sebagai manusia normal pasti tak ada yang menginginkan
terjadinya kecelakaan terhadap diri sendiri, apalagi sampai berakibat fatal.
Melihat pada kerugian yang akan timbul akibat adanya kecelakaan kerja bila
keselamatan dan kesehatan kerja tidak diperhatikan, maka secara garis besarnya ada tiga
kelompok yang akan merugi, yaitu:
1. Kerugian pada instansi, antara lain:
a. biaya pengangkutan korban ke rumah sakit;
b. biaya pengobatan, penguburan jika korban sampai meninggal dunia;
c. hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga
menghambat kelancaran program;
d. mencari pengganti atau melatih tenaga baru;
e. mengganti dan memperbaiki mesin yang rusak;
f. kemunduran mental para pekerja/siswa lain.
2. Kerugian bagi korban
Kerugian bagi korban bisa berupa berbagai akibat yang akan diderita si korban pada
masa yang akan datang seperti cacat fisik, rasa trauma yang berkelanjutan dan kerugian
paling fatal adalah bila korban meninggal dunia.
3. Kerugian bagi masyarakat dan negara, bila kecelakaan terjadi dalam skala besar, ini bisa
mempengaruhi kebijakan ekonomi.
Keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya di lakukan dan di berlakukan dimana
saja oleh setiap orang yang bekerja, maupun oleh instansi yang memberikan pekerjaan.
Antara lain dari hal yang harus dilakukan seseorang untuk melaksanakan keselamatan dan
kesehatan kerja:
a. bersikap mawas diri terhadap kemungkinan terkjadinya kecelakaan;
b. bekerja dengan serius, cepat, teliti, dan tekun;
c. Menghindari sikap melamun dalam bekerja;
d. Usahakan untuk tidak ceroboh dalam bekerja;
e. Istirahatlah bila sudah lelah dan bosan;
f. Menghindari sikap bercanda dalam bekerja;
g. Jangan mencoba-coba pada waktu bekerja;
h. Waspada dalam bekerja;

2
i. Menggunakan alat pengaman dalam bekerja dan tindakan lainnya yang menunjang
untuk selamat dalam bekerja.
Sebelum seseorang bekerja pada workshop (bengkel kerja), diharuskan terlebih
dahulu memahami tentang petunjuk dan peraturan-peraturan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja. Walaupun setiap pekerjaan selalu ada resiko, akan tetapi dengan
memahami terlebih dahulu sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan mengikuti petunjuk-
petunjuk kerja, maka jumlah kecelakaan pasti akan berkurang. Menurut perkiraan 70% dari
kecelakaan yang terjadi di workshop disebabkan oleh ketidaktelitian atau kelalaian kerja.
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
a. peraturan perundangan;
b. standarisasi;
c. pengawasan;
d. penelitian bersifat teknis;
e. riset medis;
f. penelitian psikologis;
g. penelitian secara statistic;
h. pendidikan dan latihan-latihan;
i. petunjuk keselamatan kerja.
Workshop yang bersih dan tersusun rapi, sangat membantu dalam mengurangi
jumlah kecelakaan. Alat-alat dan benda kerja jangan sampai ditinggalkan pada tempat di
mana seseorang dapat terjatuh. Gang dan jalan yang dilalui oleh pekerja harus bersih. Oleh
karena itu bangku kerja, alat-alat dan benda kerja harus tersusun secara rapi dan sistematis.
Khusus untuk workshop Otomotif, minyak, minyak pelumas dan gemuk yang
berserakan dilantai, sebelum menimbulkan kecelakaan harus ditutup dengan pasir atau
serbuk gergaji.

Kecelakaan kerja mungkin saja bisa terjadi walaupun kita sudah bekerja dengan hati-
hati. Namun jika semua aspek K3 tidak terpenuhi bisa saja terjadi. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja/K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk

3
mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan
kecelakaan.
Dengan mematuhi prosedur K3 dan mengetahui jenis kecelakaan kerja, diharapkan
tenaga kerja mampu melakukan tindakan preventif agar kecelakaan tersebut tidak terjadi,
walaupun terjadi tapi dengan resiko yang minim.
Berikut adalah prosedur K3 yang harus diketahui dan diterapkan di tempat kerja, terutama
di bengkel otomotif.
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan (UU No 1 tahun 70 tentang keselamatan
dan kesehatan kerja, UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan kerja dan UU no 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).
b. Mematuhi peraturan K3 yang diberlakukan diperusahaan.
c. Menganalisis kondisi lingkungan kerja.
d. Menganalisis kondisi peralatan dan perlengkapan kerja, termasuk penggunaannya
sesuai dengan fungsinya.
e. Menjaga lingkungan kerja tetap bersih dan rapih (5 S)
f. Bekerja sesuai prosedur (SOP).
g. Tersedianya alat keselamatan kerja dan terampil dalam penggunaannya.

1. Prosedur 5S
Bagi yang pernah berinteraksi dengan dunia industri tentunya tidak asing dengan
istilah 5S. Industri yang menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur. Mereka
berpikir keadaan yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang
sebagai usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para
pemecah masalah (problem solver). 5S adalah kunci utama dilingkungan kerja untuk
membantu mewujudkan pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat, benar dan aman.
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai negara.
Popularitas 5S ini tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan
perhatiannya terhadap pengurangan segala pemborosan (waste). 5S adalah landasan untuk
membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi pembororsan di
tempat kerjanya.

4
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan
tekad untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso),
penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masing-masing S dalam
5S beserta penjelasannya dijelaskan di bawah ini.
Tabel 1.1 Tabel 5 S

SEIRI
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu:
pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna:
Barang berguna => Disimpan
Barang tidak berguna => Dibuang
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu
menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan
label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-
barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label
merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin
ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak
dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja
tersebut.
SEITON
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu:
penataan barang yang berguna agara mudah dicari, 
dan
aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy,
yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan
teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang
tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut
agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan
cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan
dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang

5
SEISO
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu:
pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak
kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik
mesin yang breakdown maupun dalam rangka program
preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti
ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga
mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang
kotor dan berantakan.
SEIKETSU
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan
seiso, yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi 
dan
bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai
dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-
standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh
anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.

SHITSUKE
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika
kerja:

1. Disiplin terhadap standar


2. Saling menghormati
3. Malu melakukan pelanggaran Senang melakukan
perbaikan.

6
Dibawah ini dikemukakan beberapa petunjuk dan bahaya yang terjadi pada workshop
Otomotif:
2. BANGKU KERJA DAN KELENGKAPAN
Yang dimaksud dengan bangku kerja ialah meja tempat bekerja yang biasanya
dilengkapi dengan ragum. Sebelum mulai bekerja periksalah terlebih dahulu apakah semua
peralatan seperti ragum, mesin boring dan mesin potong masih terpasang kuat terhadap
meja.
palu terpasang kuat pada tangkainya. Harus diperhatikan pula berat palu yang dipakai
untuk benda kerja yang akan dipukul. Bagi penggunaan yang khusus, kepala palu terbuat
dari plastik yang keras atau karet.
Kikir harus diberi tangkai sehingga dapat dipegang dengan baik. Kikir yang tidak
bertangkai tidak boleh dipakai. Tangkai kikir, obeng dan pahat harus terpasang dengan kuat,
sehingga tidak akan terlepas pada waktu dipakai.
Jika mempergunakan kunci pas, kunci ring, dan kunci sock, pergunakanlah ukuran,
tipe dan panjang yang tepat. Terutama ukuran yang tidak tepat sering menyebabkan kunci
tersebut tergelincir (slip) pada mur atau kepala baut. Selain dari kunci dan mur akan
menjadi rusak, pekerja pun akan terluka.

3. BAHAN BAKAR

Di dalam workshop Otomotif biasa terdapat bahan bakar seperti bensin atau
premium, solar dan adakalanya minyak tanah. Bahan ini dipergunakan untuk percobaan
menghidupkan mesin maupun sebagai bahan pencuci. Penyimpanan haruslah di tempat
yang tertutup, dan jauh dari nyala api maupun cahaya yang keras. Bahan bakar mempunyai
sifat yang mudah sekali menguap. Uap bensin mempunyai berat jenis yang lebih besar dari
pada udara. Karena itu ia akan menyebar di lantai, dan harus segera dibersihkan. Bila
dibiarkan, uap bensin dengan udara sangat mudah menimbulkan kebakaran dan ledakan.
Bila ada bahan bakar yang tumpah di lantai, janganlah mengerjakan penyambungan
kabel, ataupun alat yang berarus listrik, karena pekerjaan demikian dapat menimbulkan
bunga api. Namun, jika terjadi kebakaran terhadap bahan bakar jangan sekali-kali
menyiramnya dengan air, karena bahan bakar tersebut akan mengapung di atas air dan
kebakaran akan menyebar. Pergunakanlah gas racun api (extinguisher) atau pasir dan
karung goni yang basah untuk memadamkan api.

7
4. KARBON MONOKSIDA
Gas sisa pembakaran yang keluar dari knalpot (silencer) mengandung karbon
monoksida (CO). Gas ini adalah racun yang dapat mematikan manusia. Karena itu jika ada
motor yang dihidupkan maka pintu-pintu harus dibuka semua. Sebuah workshop Otomotif
harus mempunyai ventilasi yang baik. Tempatkanlah mesin-mesin percobaan pada ruang
terbuka dengan sirkulasi udara yang cukup.
5. PERALATAN MESIN-MESIN
Bagian-bagian mesin yang berputar seperti ban, roda, puli, batang poros, roda gigi dan
rantai yang ada di workshop otomotif haruslah mempunyai pelindung. Alat-alat pelindung
yang sudah rusak dan alat pengaman lainnya yang sudah tidak berfungsi lagi, harus segera
dilaporkan pada pengawas untuk diganti.
6. ALAT ANGKAT DAN PENGANGKATAN
Pekerjaan mengangkat banyak dilakukan di workshop Otomotif. Dalam batas-batas
berat tertentu dapat dipergunakan tenaga manusia. Hal yang perlu dipikirkan adalah
bagaimana posisi badan yang tepat waktu mengangkat benda yang cukup berat, di samping
pegangan tangan yang harus mantap, sehingga benda yang diangkat tidak akan terjatuh
Untuk mengangkat benda-benda yang lebih berat seperti blok motor ataupun
kendaraan itu sendiri harus dipergunakan Pesawat Angkat seperti dongkrak atau kran yang
jenis dan kapasitas pengangkatannya bermacam-macam. Pikirkanlah alat mana yang tepat.
Tapi harus pula diketahui bahwa semua jenis pesawat angkat adalah alat yang dapat saja
selip tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu. Karena itu jangan terlalu percaya. Kalau akan
bekerja di bawah alat yang sedang diangkat pergunakanlah alat-alat pengaman berupa kayu
penopang. Jangan sekali-kali mempergunakan batu bata. Balok-balok penopang hendaknya
selalu tersedia dalam kedaaan bersih dan kuat yang sewaktu-waktu dapat segera
dipergunakan
Beberapa hal yang dikemukankan di atas hanyalah merupakan beberapa contoh saja.
Makin lama seseorang bekerja di workshop, maka ia akan leibih akrab dengan situasi dan
alat yang ada. Berusahalah bersikap dan berkerja sesuai dengan aturan-aturan yang ada.
Tapi sebaliknya kebiasaan yang kurang baik dan tidak menurut aturan, lama kelamaan akan
lebih sukar memperbaikinya dan akan menimbulkan malapetaka tidak hanya pada orang
yang lalai tapi juga teman sekerja.

8
7. BIKE LIFT
Bengkel sepeda motor yang standar dilengkapi dengan peralatan khusus
pengangkatan sepeda motor. Gunanya adalah untuk kenyamanan pekerja. Pekerja tidak
perlu jongkok dalam bekerja terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan waktu yang
lama, seperti pembongkaran mesin atau transmisi. Sepeda motor ditempatkan di atas bike
lift dan dikunci agar tidak jatuh. Kemudian bikelift dinaikkan sehingga tinggi obyek kerja
sesuai dengan kenyamanan pekerja.

B. Alat Keselamatan Kerja

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mensyaratkan kepada seluruh


perusahaan/industri agar setiap pekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat, sesuai
dengan norma-norma keselamatan kerja. Semua hal yang menyangkut masalah
keselamatan kerja telah diatur dengan undang-undang keselamatan kerja, baik mengenai
tempat kerja, lingkungan kerja dan peralatan yang digunakan untuk bekerja. Sedangkan
langkah kerja atau prosedur kerja telah ditetapkan oleh perusahaan atau industri yang
bersangkutan. Semua peraturan yang dibuat mempunyai tujuan yang sama yaitu
menciptakan situasi kerja yang aman dan selamat. Perencanaan proses produksi yang baik
dan penataan peralatan tempat kerja terus dikembangkan dengan tujuan untuk
menciptakan kondisi kerja yang aman bagi para pekerja dan peralatan kerja itu sendiri.
Disamping itu mesin-mesn telah dirancang makin baik, sehingga kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh mesin bisa dikurangi menjadi sedemikian kecilnya. Sebagai contoh mesin-
mesin bubut yang baru telah dilengkapi dengan peralatan penahan beram sehingga hasil
pemotongan tidak akan terlempar keluar dari mesin. Dengan kondisi yang demikian, maka
kecelakaan kerja akibat terkena beram yang panas dan tajam sudah dapat dihindari.
Langkah ini adalah salah satu dasar dari uji coba pemakaian alat keselamatan kerja yang
dipasang pada mesin itu sendiri. Perbaikan terhadap perencanaan mesin terus
dikembangkan seperti misalnya terhadap kebisingan akibat gesekan antara komponen
mesin atau karena hubungan roda-roda gigi pengerak. Suara bising pada mesin dapat
mengakibatkan rusaknya pendengaran pekerja. Untuk itu dapat dilihat makin hari makin
halus bunyi atau suara mesin, sehingga pekerja akan terhindar dari kebisingan berlebihan
yang dapat menyebabkan rusaknya telinga.

9
Banyak hal yang telah dikembangkan guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
sperti penggunaan pipa-pipa penyalur bahan kimia yang berbahaya, pemakaian tanki-tanki
penyimpanan yang sesuai dengan standar keselamatan kerja. Dengan demikian bahaya luka
akibat terkena bahan kimia yang berbahaya sewaktu pengangkutan bisa dihindari.
Semua kegiatan yang telah dilakukan seperti yang dibicarakan diatas tidak akan
berhasil tanpa adanya dukungan dan sikap dari para pekerja itu sendiri, maka sudah
waktunya diperlukan suatu peraturan atau instruksi agar semua pekerja selalu mentaati
segala peraturan yang berlaku mengenai masalah keselamat kerja. Dan diharuskan semua
pekerja memakai alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
1. Pemilihan Alat-alat Keselamatan Kerja
Alat-alat keselamatan kerja mutlak diperlukan bagi para pekerja guna menjamin agar
pekerja dapat bekerja dengan aman. Alat keselamatan kerja tersebut harus mempunyai
persyaratan-persyaratan tertentu sehinga benar-benar dapat menjamin keselamatan para
pekerja.
a. Alat-alat keselamatan kerja tersebut harus sesuai dengan jenis pekerjaan dan jenis
alat/mesin yang dioperasikan sehingga efektifitas pemakaian alat keselamatan kerja
benar-benar terpenuhi
b. Alat-alat kselamatan kerja tersebut harus dipakai selama pekerja berada di dalam
bengkel, baik mereka sedang bekerja maupun pada saat tidak bekerja dan alat
keselamatan kerja tersebut harus selalu dirawat dengan baik.
Sesudah peralatan keselamatan kerja tersebut diperoleh, biasanya akan timbul
masalah yaitu kurang sesuainya ukuran alat keselatan kerja tersebut dengan pekerja atau
orang yang akan memakainya. Untuk menentukan jenis dari alat keselamatan kerja tersebut
agar sesuai dengan keadaan para pekerja, maka perlu diperhatikan hal berikut :
a. Tingkat perlindungan alat keselamatan kerja itu sendiri bagi pekerja yang memakainya,
artinya dengan menggunakan alat keselamatan kerja para pekerja akan merasa aman
dalam bekerja
b. Alat keselamatan kerja tersebut hendaknya dapat dirasa nyaman dipakai oleh pekerja,
sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pekerja pada waktu bekerja.
Sayang sekali sampai sekarang hanya beberapa alat keselamatan kerja yang harus
dipakai oleh para pekerja tersedia dipasaran. Dan hanya sedikit yang telah diuji kualitasnya
oleh lembaga penguji yang berwenang. Biasanya pengujian alat keselamatan kerja dilakukan

10
sendiri oleh pabrik pembuat alat keselamatan kerja, sehingga kualitasnya belum merupakan
jaminan mutlak. Dan kalau dilihat dari sisi bentuk dan spesifikasinya sesuai, tetapi dari sisi
kualitas belum tentu memenuhi persyaratan. Masih banyak alat keselamatan kerja
terutama untuk perlindungan kepala, mata dan tangan belum diuji didalam laboratorium
yang dapat menentukan baik atau kurang baiknya alat keselamatan kerja tersebut.
Masalah lain ialah dalam pemakaian alat keselamatan kerja, masih banyak para
pekerja memakai alat keselamatan kerja seperti terpaksa dan hanya memakainya sewaktu
ada pemeriksaan serta apabila diperlukan saja. Jadi pemakaian alat-alat keselamatan kerja
belum merupakan sikap kerja yang biasa, atau dengan kata lain pemakaian alat-alat
keselamatan kerja masih bersifat terpaksa, bukan merupakan kebutuhan. Untuk itu
diperlukan beberapa tindakan agar para pekerja mau memakai alat keselamatan kerja
seperti :
a. Diharuskan setiap pekerja setiap pekerja memakai alat-alat keselamatan kerja, baik
pada waktu sedang bekerja atau tidak sedang bekerja, apabila mereka berada di dalam
bengkel kerja. Artinya para pekerja harus menggunakan alat-alat keselamatan kerja
selama ia berada di dalam bengkel kerja
b. Disediakan alat-alat keselamatan kerja dengan berbagai ukuran sehingga para pekerja
dapat memilih aalat keselamatan kerja yang sesuai dengan ukuran badan dan anggota
badannya. Dengan demikian para pekerja akan merasa nyaman memakainya.
c. Menerapkan sistem sangsi bagi para pekerja yang tidak menggunakan alat-alat
keselamatan kerja pada saat ia bekerja, atau pada saat ia berada di dalam bengkel kerja.
Perlu diingat bahwa sangsi tersebut harus bersifat mendidik, sehingga dapat
meningkatkan sikap kerja yang aman.
2. Peralatan Pelindung Kepala
Walaupun setiap hari pekerja diharuskan memakai pelindung kepala (helmet) tetapi
kadang-kadang mereka melalaikannya. Pemakaian pelindung kepala sangat diperlukan bagi
para pekerja konstruksi, pekerja galangan kapal, pekerja penebang pohon, pertambangan
dan industri logam. Peralatan pelindung kepala dirancang atau dibuat dari bahan-bahan
yang baik agar dapat dihasilkan helmet yang benar-benar melindungi kepala dari luka akibat
benturan, terkena atau kejatuhan benda, terkena benda kerja yang melayang, bahaya listrik
dan lain sebagainya. Disamping itu juga dibuat helmet khusus yang harus dapat melindungi
kepala dan muka dari bahan-bahan kimia atau cairan yang panas.

11
Helmet diklasifikasikan menjadi dua yaitu helmet yang mempunyai pinggir di seluruh
lingkarannya dan yang kedua helmet dengan bagian pinggir hanya dibagian depannya. Dari
kedua klasifikasi tersebut, helmet masih dibagi dalam 4 kelas yaitu :
a. Kelas A, yaitu helmet untuk keperluan umum, Helmet ini hanya mempunyai tahanan
kelistrikan yang rendah
b. Kelas B, yaitu helmet untuk jenis pekerjaan dengan resiko terkena tegangan listrik yang
besar (mempunayai tahanan terhadap tegangan yang tinggi) atau helmet ini tahan
terhadap tegangan listrik yang tinggi
c. Kelas C, adalah metalik helmet dipakai untuk pekerja yang bekerja pada kondisi kerja yang
panas, seperti pada pengecoran logam, atau pada dapur-dapur pembakaran.
d. Kelas D, adalah helmet dengan daya tahan yang kecil terhadap api, sehingga harus
dihindari dari percikan api.
Bahan pembuat helmet tersebut pada umumnya terdiri dari lapisan plastik dan
dicetak pada tekanan yang tinggi. Dengan demikian helmet menjadi tahan terhadap air,
minyak, tumbukan dan arus listrik. Khusus untuk helmet metal dibuat dari bahan metal yang
kuat tapi ringan. Sebagai contoh helmet dari bahan alumanium yang dipakai untuk pekerja
dengan kemungkinan terkena tumbukan sangat besar. Tetapi helmet dari bahan alumanium
ini tidak boleh dipergunaka untuk bekerja pada daerah dimana kecenderungan terkena arus
listrik sangat besar. Sebab helmet ini mengalirkan atau dapat dialiri oleh arus listrik. Helmet
jenis ini tahan terhadap benturan. Jenis bahan helmet yang lain adalah fiberglass yang
diperkaya dengan damar. Jenis helmet dari bahan ini sangat banyak digunakan, sebab ia
memepunyai daya tahan yang tinggi terhadap kelembaban.
Bagian dalam dari helmet dilengkapi dengan lapisan dan tempat kedudukan kepala,
lapisan dipilih yang dapat menyebabkan rasa nyaman bagi pemakainya dan tempat dudukan
kepala hendaknya bisa disetel besar kecilnya sehingga sesuai dengan ukuran kepala
pemakaianya.

Gambar 1.1: Contoh-contoh Pelindung Kepala

12
3. Peralatan Pelindung Kebisingan
Kegunaan peralatan pelindung kebisingan ini ialah untuk melindungi telinga dari
kebisingan yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
pendengaran pekerja. Banyak industri yang dalam prose produksinya menimbulkan
kebisingan yang dapat menyebabkan kehilangan pendengran para pekerjanya. Standar
kebisingan yang diizinkan adalah maksimal 90 decibel menurut undang-undang keselamatan
kerja, oleh sebab itu kebisingan yang dihasilkan oleh suatu proses produksi didalam
produksi harus diukur, dan diusahakan kurang dari standar yang telah ditentukan, agar tidak
menyebabkan kerusakan pada pendengaran pekerja. Dengan adanya pengukuran setiap
waktu dapat dijamin bahwa tingkat kebisingan masih dalam tingkat yang diperbolehkan.
Alat pelindung kebisingan ada dua jenis yaitu jenis yang dimasukkan kedalam telinga
dan yang satunya adalah jenis yang menutup seluruh telinga.

Gambar 1.2: Contoh-contoh Pelindung Telinga


a. Jenis Alat yang Dimasukkan ke Lubang Telinga
Jenis peralatan ini pemasangannya dimasukkan ke dalam lubang telinga dan model
serta ukurannya bermacam-macam. Bahan yang digunakan untuk membuat peralatan ini
ialah plastik yang lunak/lembut, karet yang lembut, lilin dan kain. Karet dan plastik yang
lembut adalah jenis bahan yang sangat terkenal untuk pembuatan alat ini, karena ini
mudah dibersihkan, murah harganya dan memberikan bentuk serta warna yang sangat
bagus dan menarik.

Gambar 1.3: Alat Pelindung Telinga yang Dimasukkan ke Dalam Telinga

13
Lilin sangat banyak dipakai untuk membuat peralatan pelindung kebisingan
dikarenakan disamping harganya murah, juga mudah dalam membentuknya. Tetapi lilin
sukar untuk dibersihkan, sehingga ia hanya dipakai untuk sekali pakai. Dikarenakan lilin
sangat lunak maka ia dapat berubah bentuk sehingga daya proteksinya terhadap kebisingan
berkurang. Kain adalah bahan yang jelek untuk perlindungan kebisingan, sebab ia sangat
rendah daya hambatnya terhadap kebisingan.
Penutup telinga dari bahan karet dan plastik yang lembut sangat efektif dalam
pemakaiannya, sebab dalam pemasangannya sangat mudah yaitu hanya menekankan ke
lubang telinga dan ia akan menutup lubang telinga secara sempurna, tanpa ada kebocoran.
Hanya perlu diingat bahwasanya bahan plastik dan karet dapat menyebabkan luka pada
lubang telinga dan munkin menyebabkan kurang nyaman dalam pemakaiannya.
b. Jenis Pelindung Kebisingan yang Menutupi Seluruh Telinga
Bentuk peralatan ini dapat menutup seluruh telinga, sehingga akan diperoleh
keseimbangan pendengaran antara telinga kanan dan telinga kiri. Untuk menghasilkan
perlindungan kebisingan yang efektif, maka bentuk, ukuran, bahan, penyekat, jenis pegas
dari penutup telinga ini harus benar-benar dipilih secara baik, sehingga sipemakai merasa
nyaman. Dengan makin berkembangnya teknologi maka semakin baik alat-alat pelindung
kebisingan dengan bentuk yang relatif kecil, tetapi mempunyai daya proteksi/perlindungan
yang benar.

Gambar 1.4: Alat Pelindung Kebisingan yang Menutup Seluruh Telinga


4. Pelindung Mata
Luka pada mata dapat diakibatkan oleh adanya bahan atau beram yang masuk ke
mata akibat pekerjaan pemotongan bahan, percikan bunga api sewaktu pengelasan, debu-

14
debu, radiasi dan sinar ultraviolet lainnya. Kecelakaan pada mata dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup, dimana mata tidak dapat berfungsi atau dengan kata lain orang
menjadi buta. Dengan demikian kecelakaan pada mata akan dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar baik bagi perusahaan ataupun bagi pekerja itu sendiri.

a. Kacamata untuk Pekerjaan dengan Bahan Kimia


Pekerja yang bekerja pada labotarium kimia atau pabrik kimia harus selalu memakai
alat-alat keselamatan kerja, terutama kacamata. Kacamata untuk pkerja ini adalah
kacamata khusus dimana lensa dan pemegangnya harus tahan terhadap bahan kimia.

Gambar 1.5:Kacamata untuk Pekerjaan dengan Bahan Kimia


Lensa kacamata ini harus tahan terhadap bahan kimia dan debu-debu bahan kimia
yang halus. Jenis lensanya harus tahan terhadap panas dan pengaruh panas akibat zat
kimia, pada framenya atau rangka pemegangnya dilengkapi dengan saluran buang sehingga
apabila terjadi percikan bahan kimia maka cairan bahan kimia tersebut akan dibuang
melalui saluran buang yang telah disediakan. Dengan demikian tidak akan melukai anggota
badan dari pekerja.
b. Kacamata Las
Kacamata las terdiri dari dua jenis dan mempunyai bermacam-macam bentuk. Jenis
yang umum dipakai adalah kacamata las untuk pengelasan listrik dan kacamata yang
digunakan untuk pengelasan dengan las asetelin. Lensa untuk kacamata pengelasan listrik
lensanya lebih gelap dibandingkan dengan lensa untuk pengelasan asetelin. Semua
kacamata yang dipergunakan baik untuk pengelasan listrik maupun untuk pengelasan
asetelinmempunyai dua lensa. Dimana lensa yang satu, yang terletak dibagian luar
merupakan lensa pelindung atau sering disebut cover glass. Fungsi dari cover glass ini ialah
menjaga agar lensa yang kedua (lensa gelapnya) tidak mengalami kerusakan akibat percikan
logam dari bunga apai las.
Bentuk kacamata untuk las asetelin dan kacamata untuk las listrik bisa sama tetapi
lensa yang dipasang tidak sama. Hal tersebut dikarenakan sinar yang dihasilkan oleh api las

15
listrik lebih tajam dibandingkan sinar yang dihasilkan oleh api las asetelin. Perbedaannya
hanya pada warna lensanya. Selain bentuk kacamata pada pengelasan listrik disediakan
khusus peralatan untuk melindungi muka dan mata dari sinar api las listrik yang dikenal
dengan masker las.

Gambar 1.6: Contoh-contoh Peralatan Pelindung Mata


5. Pelindung Muka
Banyak jenis peralatan dibuat untuk melindungi muka para pekerja. Biasanya alat
tersebut juga berfungsi sebagai pelindung kepala an leher sekaligus. Alat tersebut berfungsi
melindungi muka dari cairan bahan kimia, logam panas dan percikan bunga api, dan luka
lainnya yang akan terjadi pada kepala, leher dan muka pekerja.
Bahan untuk alat pelindung muka biasanya dari plastik transparant, sehingga mata
masih dapat tetap melihat kegiatan yang dilakukan. Misalnya pada penggerindaan,
pengangkutan bahan kimia dan pada saat melakukan penggergajian. Pelindung muka yang
akan digabungkan dengan penutup muka harus mudah diganti bila terjadi kerusakan atau
sudah tidak jelas lagi / tidak transparant. Pelindung muka ini harus dapat diatur
kedudukannya, sehingga para pemakainya merasa nyaman.
Jenis alat pelindung kepala dan muka seperti babbitting helmet (helmet dari bahan
babbit) yang dapat melindungi kepala dan muka dari percikan logam panas dan radiasi
panas. Bentuk helmet ini dilengkapi dengan jendela dan penutup dagu serta penutup
rambut.

Gambar 1.7: Peralatan Pelindung Muka Model Babbitting Helmet


Peralatan lain untuk pelindung muka adalah masker las. Jenis peralatan ini
digunakan untuk melindungi mata dan muka dari percikan api las dan percikan logam cair
hasil pengelasan. Pada jendela kacanya dilengkapi dengan lensa tambahan untuk menjaga

16
agar lensa yang gelap tidak rusak terkena panas dan percikan logam cair hasil pengelasan,
jenis masker las ini ada yang dipegang dengan tangan sewaktu memakainya dan ada yang
ditempatkan dikepala pekerja. Untuk masker las yang ditempatkan dikepala pekerja
dilengkapi dengan tempat dudukan kepala. Syarat tempat dudukan kepala ini harus bisa
diatur, sehingga pekerja merasa nyaman dalam memakainya.
Jari-jari tangan merupakan bagian tubuh yang sering kali mengalami luka akibat
kerja, seperti terpotong oleh pisau, luka terbakar karena memegang benda panas, tergores
oleh permukaan benda yang halus dan tajam, dan masih banyak lagi bentuk luka lainnya.
Untuk itu tangan dan jari tangan sangan perlu dilindungi dengan baik karena semua
pekerjaan seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan tangan. Alat pelindung tangan yang
biasa digunakan adalah:
a. Sarung tangan dari bahan asber, digunakan untuk melindungi tangan dari panas. Jenis
sarung tangan ini fleksibel sehingga sangat enek dipakainya
b. Sarung tangan dengan bahan kulit digunakan untuk melindungi tangan dari percikan api
atau keadaan benda kerja yang tak terlalu panas, beram-beram dan benda kerja yang
kasar permukaannya. Biasanya sarung tangan dari bahan kulit yang telah disamak dapat
dipakai untuk pekerjaan pengelasan.
c. Sarung tangan dari bahan karen digunakan oleh pekerja bagian kelistrikan
d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan campuran karet, neoprene an vinyl digunakan
untuk pekerjaan pengangkutan bahan-bahan kimia. Sedangkan sarung tangan bahan
neoprene dan vinyl digunakan untuk pengangkutan bahan-bahan minyak atau
petroleum.
e. Metal mesh gloves, sarung tangan jenis ini digunakan oleh pekerja yang selalu bekerja
menggunakan pisau dan benda-benda tajam lainnya. Dengan pemakaian sarung tangan
jenis ini maka bahaya luka akibat pisau dan benda tajam lainnya bisa dihindarkan.
f. Sarung tangan dari bahan cotton digunakan untuk perlindungan tangan dari debu dan
kotoran..
Disamping sarung tangan ada bahan lain yang dapat melindungi kulit tangan dan
kulit lengan dari luka pedih yaitu sejenis cream. Cream ini dioleskan pada tangan dan
lengan agar kulit terhindar dari bahan-bahan yang dapat melukai kulit.

17
Gambar 1.8: Contoh-contoh Peralatan Pelindung Tangan
7. Pelindung Kaki
Sepatu kerja atau alat pelindung kaki yang harus digunakan pada bengkel kerja
mesin atau otomotif, harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu harus dapat melindungi
kaki pekerja dari luka kejatuhan benda berat, terkena beram, benda panas/pijar, bahan-
bahan kimia yang berbahaya dan lain kecelakaan yang munkin timbul dan menyebabkan
luka bagi pekerja.
Konstruksi sepatu kerja pada bengkel kerja mesin adalah pada bagian ujung sepatu
dipasang atau dilapisi dengan plat baja agar mampu menahan benda yang jatuh menimpa
kaki. Dengan adanya baja penahan tersebut maka kaki tidak mengalami luka. Bagian
atasnya harus cukup kuat dan tidak mudah tergelincir. Bahan yang umum dipakai dalam
pembuatan sepatu kerja adalah kulit yang telah disamak. Khusus untuk pekerja bidang
kelistrikan maka bahan pembuat sepatu dipilh bahan non konduktor.

Gambar 1.9: Contoh Pelindung Kaki


8. Pelindung Tubuh (Apron)
Pelindung tubuh atau dikenal dengan nama apron digunakan untuk melindungi
tubuh terutama tubuh bagian depan, yaitu dari leher sampai kaki dari berbagai
kemungkinan luka, seperti terkena radiasi panas, percikan bunga api, percikan beram dan
lainnya. Bahan untuk membuat apron ini dari asbes dan kulit yang telah disamak. Apron
yang terbuat dari asbes biasanya diperkaya dengan kawat-kawat halus, agar apron tersebut
dapat menahan benturan-benturan ringan dan alat-alat yang tajam. Untuk pengangkutan
benda atau barang-barang yang berat sebaiknya dibuat apron yang dapat melindungi bahu.

18
Untuk itu pada bagian bahunya diperkaya dengan bahan lain, sehingga dapat menahan
beban yang berat tanpa melukai bahu.

Gambar 1.10: Apron Pelindung Tubuh


9. Baju Kerja
Baju kerja atau pakaian kerja adalah pakaian yang khusus dibuat untuk digunakan
bekerja di dalam bengkel atau laboratorium. Bahannya harus cukup kuat dan bentuknya
harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Baju kerja harus dapat melindungi
pekerja yang luka akibat beram, serpihan benda kerja, goresan-goresan dan panas. Pakaian
harus benar-benar terikat atau pas dengan pemakainya. Sewaktu bekerja pakaian harus
terkancing secara sempurna, sehingga tidak ada bagian-bagian anggota badan yang terbuka
atau tidak dilindungi.

Gambar 1.11 : Contoh Baju Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya untuk dipejari, tetapi harus dihayati
dan dilaksanakan, karena keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan bagian yang
sangat penting dalam bekerja di bengkel. Keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya
diperuntukkan bagi orang yang berkerja tetapi juga diperuntukkan bagi peralatan atau
mesin yang digunakan untuk bekerja

19
Memepelajari bagaimana bekerja dengan baik dan berhasil harus selalu diikuti
dengan mempelajari bagaiman bekerja dengan selamat. Bekerja dengan selamat adalah
merupakan tujuan utama dari manusia yang bekerja.
Menciptakan keadaan atau kondisi kerja yang aman, bukanlah hanya tanggung
jawab para instruktur atau kepala bengkel tetapi juga menjadi tanggung jawab antara
pekerja/sisws dan instruktur/kepala bengkel. Para pelajar atau pekerja harus belajar
bagaiman bekerja tanpa menimbulkan kecelakaan/melukai dirinya atau melukai orang lain
yang bekerja disekitarnya serta menimbulkan kerusakan pada mesin atau peralatan yang
digunakan untuk bekerja

PETUNJUK UMUM
Beberapa peringatan yang sangat penting untuk diperhatikan bagi pekerja
profesional sepeda motor adalah:
1. Berpikirlah dulu sebelum melakukan sesuatu pekerjaan. Adakalanya dengan sedikit saja
berpikir sebelum bekerja, suatu bahaya dapat terhindar.
2. Pada waktu bekerja, pikiran harus konsentrasi terhadap apa yang sedang dikerjakan. Jika
pikiran sedang terganggu oleh hal-hal yang memang tidak dapat dilupakan janganlah
berkerja. Lebih baik laporkan secara terus terang kepada pengawas atau instruktur.
3. Di dalam workshop tidak diizinkan untuk berkelakar atau bermain-main. Kelakar atau
lelucon tentu saja akan menimbulkan tertawa dan sangat menyenangkan , tapi kelakar
di dalam workshop mudah sekali berakhir dengan suatu malapetaka, yang bahkan
seseorang akan mendapat cacat seumur hidup.
4. Yakinlah bahwa anda betul-betul mengerti mempergunakan alat-alat yang akan dipakat
terutama alat yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti alat angkat, alat pengukur
(tester) termasuk listrik dan las karbid. Kalau masih ragu-ragu pelajarilah kembali.
5. Alat-alat dan benda kerja hendaknya selalu dalam keadaan bersih dari serbuk besi, debu
ataupun minyak-minyak.
6. Pada waktu bekerja dengan bahan bakar dan alat-alat listrik, putuskan kontak dengan
battery.
7. Pelajarilah cara mempergunakan alat pemadam kebakaran (extinguisher) dan pastikan
di mana tempat menyimpannya. Jika terjadi kebakaran harus tahu kepada siapa dan di
mana harus melaporkan. Termasuk juga jika ada bahaya-bahaya lainnya.

20
8. Pelajaran tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) hendaknya dipelajari
secara teori dan praktek.
9. Pekerja bengkel sepeda motor melanggar undang-undang, bila melepas, mengganti
dengan komponen yang bukan ditentukan pabrik pembuatnya, atau tidak dapat
bekerjanya setiap peralatan untuk tujuan pengaturan kebisingan, seperti melepas atau
melubangi knalpot, melepas saringan peredam suara sehingga terjadi kebisingan dan
polusi udara yang akan berakibat membahayakan kesehatan masyarakat.
10. Pekerja seharusnya memanfaatkan buku spesifikasi teknis kendaraan dalam melakukan
penyetelan jarak, waktu (timing), minyak pelumas batas kekuatan (torque) memutar
baut dan mur sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pabrik pembuat sepeda motor.
Setiap merek mengeluarkan spesifikasi sendiri.

21

Anda mungkin juga menyukai