Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RENCANA STUDIO KABUPATEN PURBALINGGA

Studio Purbalingga 1
1. Assyifa Shafira Prahasti 15/384899/TK/43405
2. Nadira Sekar Prameswari 15/378815/TK/42757
3. Najma Iliyya Zamzamy 15/384899/TK/43561
4. Ovina Faizha 15/384903/TK/43565
5. Ardanto Septian Christiadi 15/384876/TK/43538
6. Muhammad Fahmi Mubarak 15/381175/TK/43353
7. Febrian Yudha Swara 15/384884/TK/43546
8. Tito Kurniawan Velma 15/379902/TK/43167

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Departemen Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
2018
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan  Ketentuan Pengendalian


Pemanfaatan Ruang
 Latar Belakang
 Landasan hokum BAB VI Skenario Dan Tahapan Pelaksanaa
 Tujuan dan Sasaran
 Skenario Penduduk
 Ruang lingkup
 Skenario Ekonomi Makro
 Metodologi
 Skenario Ekonomi Mikro
 Sistematika penulisan
BAB VII Program Prioritas
BAB II Gambaran Wilayah
 Profil Wilayah
 Struktur dan Pola Eksisting
 Potensi
 Masalah
 Pohon Tujuan
 Isu Wilayah
 Review Dokumen Perencanaan
BAB III Konsep Pengembangan Wilayah
 Konsep Pengembangan Wilayah
 Konsep Penataan Ruang
 Preseden (Best Practice)
BAB IV Rencana Pembangunan Jangka
Panjang
 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
 Sasaran dan Indikator Sasaran
Pembangunan
BAB V Rencana Tata Ruang Wilayah
 Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
 Rencana Struktur Ruang
 Rencana Pola Ruang
 Penetapan Kawasan Strategis
Wilayah
 Arahan Pemanfaatan Ruang
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses perencanaan pada tingkat wilayah kabupaten melibatkan aspek-aspek yang saling
berkalitan seperti Fisik Dasar, Kependudukan, Ekonomi, Sarana dan Prasarana serta Fisik Ruang
yang perlu direncanakan secara matang melalui proses pengumpulan data primer mauun sekunder,
analisis data, yang nantinya akan ditujukan untuk mengembangkan potensi dan mengurangi atau
menyelesaikan masalah di wilayah tersebut.

Keberhasilan suatu rencana pada tingkat wilayah kabupaten akan sangat bergantung ada
analisis data yang dilakukan. Oleh karena itu analisis harus mampu mencakup segala aspek agar
rencana yang dibuat nantinya mampu menampung kebutuhan, tepat sasaran, dan menjawab isu-
isu strategis yang ada di wilayah kabupaten yang akan direncanakan.

Perencanaan di Kabupaten Purbalingga dilakukan dengan menyusun tujuan, kebijakan, dan


strategi penataan ruang, penyusunan rencana struktur ruang dan pola ruang, penetapan rencana
Kawasan strategis, pembuatan arahan pemanfaatan dan pengendalian ruang, pemilihan program
prioritas hingga rencana pembiayaan program sehingga dapat mengoptimalkan potensi serta
mengatasi permasalahan yang ada di Kabupaten Purbalingga.

1.2 LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten


dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah
2. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW ) Tahun 2011-2031
3. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( R P J P D ) Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-
2025
4. Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembanguan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-
2021
5. UU No.41 Tahun2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
Wilayah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
11. Peraturan Pemerintah no. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
12. Peraturan Menteri Perindustrian RI No 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis
Kawasan Industri
13. Peraturan Menteri Pekerajaan Umum no. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya
14. Peraturan Menteri Pertanian No. 41/Permantan/0y.1409/2009 tentang Kriteria Teknis
Kawasan Peruntukan Pertanian
15. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
16. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari Penulisan Laporan Studio Perencanaan Wilayah Kabupaten Purbalingga ini adalah:

1. Merumuskan Masalah dan Potensi kedalam Pohon Masalah dan Pohon Potensi untuk
menyusun konsep perencanaan.
2. Mengkaji Isu-isu Strategis dan mengembangkannya sebagai acuan dalam perencanaan.
3. Merencanakan Struktur, Pola Ruang, dan Kawasan Strategis sebagai arahan dari
Perencanaan.
4. Merencanakan Program Prioritas beserta rencana pembiayaan program prioritas.
5. Menentukan Visi, Misi, tujuan, Sasaran, dan Indikator untuk menjadi Implementasi yang
nyata dari Perencanaan.

1.4 RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Spasial


Lingkup spasial objek amatan adalah wilayah Kabupaten Purbalingga dengan batas:

Utara : Kabupaten Pemalang dan Pekalongan


Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas
Barat : Kabupaten Banyumas
Timur : Kabupaten Banjarnegara

2. Ruang Lingkup Substansial


Lingkup substansi analisis Kabupaten Purbalingga mencakup fisik dasar, kependudukan,
ekonomi, sarana, prasarana dan isu-isu strategis. Sedangkan substansi perencanaan
Kabupaten Purbalingga mencakup Struktur Ruang, Pola Ruang, Pohon Tujuan yang
nantinya dikaitkan dengan Konsep yang menjadi arah pengembangan Kabupaten
Purbalingga dan beberapa Kebijakan seperti RTRW, RDTR, dan sebagainya.
1.5 METODOLOGI
a. Konsep Perencanaan
Dari Hasil Analisis Potensi dan Masalah di Kabupaten Purbalingga, Dapat dirumuskan suatu
arahan pembangunan berupa Konsep Perencanaan. Adapun tahapan dalam menentukan Konsep
Perencanaan adalah sebagai berikut:
- Pembuatan Pohon Potensi dan Masalah
Pohon potensi dan masalah dibuat untuk menentukan sumber atau inti dari suatu potensi
dan masalah yang dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan arah tujuan.
- Penyusunan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
Tujuan Perencanaan didapatkan dari hasil identifikasi pohon potensi dan masalah, yang
kemudian dijabarkan kedalam Kebijakan dan strategi perencanaan untuk mengoptimalkan
potensi dan menyelesaikan masalah di Kabupaten Purbalingga.
b. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang merupakan pengembagan konsep perencanaan dengan
mempertimbangkan hirarki di Kabupaten Purbalingga, Jaringan wilayah, serta potensi
pengembangan yang kemudian dituangkan kedalam berbagai alternatif rencana struktur
ruang.
c. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang di Kabupaten Purbalingga disusun dengan mempertimbangkan
rencana struktur ruang dan pengembangan arah potensi Wilayah dengan cara pertimbangan
potensi dengan neraca sumber daya alam (NSDA) sehingga Rencana Pola ruang sesuai
dengan keadaan Wilayah dan memiliki kondisi yang paling ideal dalam pemanfaatan
ruangnya.
d. Rencana Kawasan Strategis
Rencana kawasan strategis disusun berdasarkan arahan Pedoman Penyususunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten No. 37 Tahun 2016 dan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Penetapan
Kawasan Strategis ditetapkan dengan melihat dari sudut pandang Ekonomi, Sosial dan
Budaya, Daya Dukung dan Lingkungan Hidup, serta sudut pandang Sumber Daya Alam
dan Teknologi.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan Studio Analisis Wilayah Kabupaten Purbalingga disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodelogi serta sistematika
penulisan.
BAB II Gambaran Wilayah

Berisi informasi mengenai profil wilayah, potensi, masalah, dan konsep pengembangan
wilayah di Kabupaten Purbalingga. Bab ini juga berisi preseden yang dapat diadaptasi
di Kabupaten Purbalingga.

BAB III Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Bab ini membahas tentang kerangka dari konsep yang di rencankan yaitu Visi, Misi,
Tujuan, dan Sasaran Pembangunan, alu Indikator Sasaran Pembangunan

BAB IV Rencana Tata Ruang Wilayah

Bab ini berisi Rencana Struktur Ruang Wilayah, Rencana Pola Ruang Wilayah, Rencana
Kawasan Strategis, dan Arahan Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

BAB V Skenario Dan Tahapan Pelaksanaan

Bab ini berisi target pembangunan series dan pembagian pentahapan pembangunan di
Kabupaten Purbalingga yang sesuai dengan arahan konsep perencanaan yang telah
disusun sebelumnya

BAB VI Program Prioritas

Bab ini berisi analisis mendalam mengenai program-program prioritas yang terpilih di
Kabupaten Purbalingga dengan melihat latar belakang, tujuan program, landasan
hukum, metode perencanaan, kerangka berpikir, konsep rencana, rencan detail, dan
pentahapan program
BAB II
GAMBARAN WILAYAH
2.1 PROFIL WILAYAH

Gambar 2.1 : Peta Kabupaten Purbalingga


Sumber: RPJMD Kabupaten Purbalingga dan Google Map 2017

Kabupaten Purbalingga merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi


Jawa Tengah dengan luas 77.764,122 hektar. Kabupaten ini berbatasan langsung
dengan Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Pekalongan di bagian utara, Kabupaten
Banjarnegara di bagian Timur, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Banyumas di
bagian selatan dan Kabupaten Banyumas di bagian Barat. Kabupaten ini terdiri atas 18
kecamatan, dimana pusat kegiatan berada di Kecamatan Purbalingga.

2.1.1 Kependudukan
Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga 2012-2016
Jumlah
Tahun
Penduduk
2012 879729
2013 887675
3014 894062
2015 903181
2016 907507
Tabel 2.1 : Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga 2012-2016
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga 2017

Penduduk Kabupaten Purbalingga semakin bertambah setiap tahunnya. Pada


tahun 2012 penduduk Kabupaten Purbalingga mencapai 879.729 jiwa. Kemudian
jumlah penduduk tersebut mengalami kenaikan konstan hingga pada tahun 2016
mencapai 907.507 jiwa.

Laju pertumbuhan
3.00%
2.00% 2.14%
1.00% 1.06% 1.02%
0.32% 0.48%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016
Laju pertumbuhan

Grafik 2.1 : Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Purbalingga 2012-2016


Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga 2017
Angka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Purbalingga cenderung fluktuatif.
Dapat lihat pada grafik di bawah bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012
dengan nilai 2.14% dan terendah terjadi pada tahun 2013 dengan nilai 0.32%.

Gambar 2.2 : Peta Kepadatan Penduduk Bruto Kabupaten Purbalingga 2017


Sumber: Olahan Penulis 2017

Dengan jumlah penduduk yang mencapai 907.507 pada tahun 2016, maka kepadatan
penduduk bruto di Kabupaten Purbalingga mencapai 86 jiwa/hektar. Dimana Kecamatan
Purbalingga menjadi kecamatan terpadat, yang diikuti dengan Kecamatan Kalimanah,
Kecamatan Padamara dan Kecamatan Bojongsari.
Sex ratio di Kabupten Purbalingga dalam lima tahun terakhir cenderung ada pada
angka yang sama yaitu pada angka 0.98. Dengan demikian perbandingan antara laki-laki
dan perempuan di Kabupaten Purbalingga terbilang cukup merata.

2.1.2 Ketenagakerjaan
Tabel Ketenagakerjaan
Kegiatan Utama Laki Perempuan Total
Laki
Usia kerja/Tenaga 324066 340126 664192
Kerja
Angkatan Kerja 271607 180348 451955
- Bekerja 252978 177119 430097
- Pengangguran 18629 3229 21858
Bukan Angkatan 52459 159778 212237
Kerja
Tingkat 6,86% 1,79% 4,84%
Pengangguran
Tabel 2.2 : Tabel Angkatan Kerja Kabupaten Purbalingga 2012-2016
Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga 2017 dan Olahan Penulis

a. Rasio Ketergantungan/Dependency Ratio

Usia kerja atau usia produktif Kab. Purbalingga sebanyak 664.192 jiwa dengan usia
tidak produktif sebanyak 243.135 jiwa, dengan jumlah tersebut rasio
ketergantungannya adalah 36,63 atau dapat dikatakan setiap 100 orang produktif
menanggung 37 orang tidak produktif, angka ini dapat dikatakan baik karena semaikn
kecil rasio ketergantungan semakin baik.
Tingkat pengangguran total Kab. Purbalingga sebesar 4,84%, sedangkan
pengangguran berdasarkan jenis kelamin , laki-laki memiliki tingkat pengangguran
lebih tinggi dibanding dengan perempuan yakni laki-laki sebesar 6,86% dan
perempuan sebesar 1,79%.

b. Indeks Pembangunan Manusia


Tabel IPM
75
69.49 69.98
68.02 68.78
70 66.64 67.21 67.03 67.48
66.08 65.53 66.23
64.33 64.94
63.61
65

60
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PROVINSI JAWA TENGAH


Kabupaten Purbalingga

Grafik 2.2 : IPM Kabupaten Purbalingga dan Jawa Tengah 2010-2016


Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga 2017 dan Olahan Penulis

IPM Kabupaten Purbalingga terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010,


dimana pada tahun 2016 IPM Kabupaten Purbalingga menvapai angla 67.46. IPM
dengan nilai diatas 60 tergolong IPM sedang. Hal tersebut dipengaruhi oleh rata-rata
lama sekolah dan harapan lama sekolah yang rendah. Sedangkan IPM Kabupaten
Purbalingga masih dibawah IPM Provinsi Jawa Tengah.

2.1.3 Perekonomian
STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN PURBALINGGA
A B C D E F G H I J K L M,N O P Q R,S,T,U

1.74 1.78 1.84 1.77 1.86


0.93 0.97 1.02 1.02 1.05
5.18 5.57 5.6 5.52 5.67
3.07
0.15 2.98 2.87 2.84
0.16 2.84
1.02
2.28 0.16
1.04 0.16
1.04 1.05 0.17
1.06
1.72 2.25 2.17 2.19
1.52 2.29
2.26 1.64 1.58 2.25 1.53
2.21 2.24 2.36
2.97 2.98 3.06 3.19 3.15

13.44 13.27 12.7 12.41 12.41

5.79 5.72 5.72 5.72 5.76


0.13
0.06 0.12
0.05 0.11
0.05 0.11
0.05 0.1
0.05

24.97 24.81 25.6 25.86 26.33

4.66 4.63 4.8 5.04 4.86

29.64 29.83 29.45 29.28 28.53

2012 2013 2014 2015 2016

Grafik 2.3 : Struktur PDRB ADHK Kabupaten Purbalingga 2011-2016


Sumber: BPS Kabupaten Purbalingga 2017 dan Olahan Penulis

Struktur ekonomi di Kabupaten Purbalingga masih didominasi oleh sektor pertanian,


kehutanan dan perikanan serta sektor industri pengolahan. Pertumbuhan Produk Domestik
Regional bruto Kabupaten Purbalingga fluktuatif dalam lima tahun terakhir dimana yang
tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan laju pertumbuhan 5.79% dan yang terendah terajdi
pada tahun 2016 dengan laju pertumbuhan 4.75%. PDRB suatu daerah jika dibagi dengan
jumlah penduduk akan menghasilkan PDRB perkapita suatu wilayah. PDRB perkapita
Kabupaten Purbalingga atas dasar harga konstan terus emningkat setiap tahunnya, dimana
pada tahun 2016 mencapai angka Rp 15.991.885.

2.2 STRUKTUR DAN POLA EKSISTING

2.2.1 Struktur
Gambar 2.3 : Struktur Ruang Eksisting Kabupaten Purbalingga
Sumber: Olahan Penulis 2017
Kabupaten Purbalingga memiliki jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Pemalang,
Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Banyumas. Jalan Tersebut merupakan Jalan Kolektor
Primer.
Hirarki Tertinggi berada pada Kecamatan Purbalingga yang merupakan ibukota Kabupaten
Purbalingga. Hirarki Kedua berada pada Kecamatan Kalimanah yang merupakan PKLp atau
wilayah promosi untuk hirarki PKL, kecamatan tersebut memiliki terminal tipe B. Hirarki
ketiga berada pada Kecamatan Bobotsari yang memiliki Terminal tipe A.
Wilayah Pengembangan Perkotaan saat ini tersebar di berbagai kecamatan, terutama
disekitar Kecamatan Purbalingga sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan perdagangan
barang dan jasa.

2.2.1 Pola Ruang Eksisting


Gambar 2.4 : Pola Ruang Eksisting Kabupaten Purbalingga
Sumber: Olahan Penulis 2017

Pada pola ruang eksisting sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Purbalingga adalah
sawah, kemudian pola pemukiman yang ada terlihat sangat menyebar dimana sebagian besar ada
di bagian selatan wilayah.

2.3 POTENSI

Gambar 2.5 : Pohon Potensi Kabupaten Purbalingga


Sumber: Olahan Penulis 2017
Kabupaten Purbalingga memiliki 3 potensi utama yang dapat dikembangkan dan
direncanakan, yaitu :
 Pengembangan kawasan pariwisata yang terdiri dari desa wisata dan daerah wisata
OWABONG
 Pengembangan industry knalpot, bulu mata dan agroindustry
 Pembangunan bandara Wirasaba yang akan dijadikan sebagai bandara komersil.
Ketiga potensi tersebut direncanakan agar dapat mengatasi permasalahan yang ada di
Kabupaten Purbalingga. Pengembangan potensi yang akan direncanakan dapat meningkatkan
jumlah lapangan kerja sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara maksimal.
Selain itu juga bisa menambah dan memperbaiki infrastruktur.

2.4 MASALAH

Gambar 2.6 : Pohon Masalah Kabupaten Purbalingga


Sumber: Olahan Penulis 2017

Permasalahan utama di Kabupaten Purbalingga adalah tingkat kesejahteraan yang rendah.


Permasalahan ini berakar dari masalah-masalah kecil yaitu pengangguran, tingkat pendidikan
rendah dan tidak meratanya pembangunan yang ada.

2.5 POHON TUJUAN


Gambar 2.7 : Force Field Analysis Kabupaten Purbalingga
Sumber: Olahan Penulis 2017
Dengan adanya potensi dan masalah yang ada, maka dirumuskan tujuan pembangunan
Kabupaten Purbalingga dimana tujuan yang ada diharapkan mampu memaksimalkan potensi
yang ada dan menyelesaikan permasalah utama Kabupaten Purbalingga yaitu tingkat
kesejahteraan yang rendah.

2.6 ISU WILAYAH


 Dampak Industri Pengolahan terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal
Industri pengolahan merupakan salah satu isu strategis yang ada di Kabupaten
Purbalingga. Hal tersebut diakibatkan oleh sumbangan industri pengolahan yang besar
terhadap PDRB dan industry pengolahan merupakan penyerap lapangan kerja terbesar
yang ada di Kabupaten Purbalingga.
 Dampak TPA Banjaran yang Overload terhadap Kondisi Lingkungan di Kabupaten
Purbalingga
Karena TPA yang ada saat ini sudah overload sehingga mulai menimbulkan berbagai
masalah kesehatan dan lingkungan.
 Prospek Pengembangan Desa Wisata
Desa wisata merupakan sebuah potensi yang ada di Kabupaten Purbalingga yang
apabila dikembangkan dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat
Purbalingga.
 Dampak Bencana terhadap Pertanian di Kabupaten Purbalingga
Dengan lokasinya yang dekat dengan Gunung Slamet dan konturnya yang berbukit-
bukit menyebabkan Kabupaten Purbalingga menjadi rawan terhadap bencana.
Kerawanan bencana tersebut ternyata berpengaruh terhadap ketahanan pangan yang
ada di Kabupaten Purbalingga.
 Stabilitas Pertanian Kabupaten Purbalingga dalam Lingkup Makro
Karena pertanian merupakan sector dengan LQ tertinggi dan penyumbang PDRB
terbesar selain sector industry. Selain itu ketahanan pangan merupakan isu yang
menjadi konsentrasi hamper di semua wilayah sehingaga isu ini menjadi strategis.
 Pembangunan Bandara Komersil Wirasaba sebagai Pemacu Pembaharuan
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Purbalingga
Dengan adanya rencana pembangunan Bandara Wirasaba maka akan berdampak besar
bagi perekonomian dan perkembangan wilayah Purbalingga. Pembangunan bandara
akan memberi pengaruh yang besar terhadap alih fungsi lahan di Kabupaten
Pubalingga khususnya Desa Wirasaba sehingga isu ini menjadi sangat strategis.
 Potensi dan Tantangan Investasi dalam Perkembangan Kabupaten Purbalingga
Terdapat tantangan bagi Kabupaten Purbalingga yang dikarenakan oleh investasi yang
masuk, dimana investasi yang ada justru memunculkan polemik baru yaitu
pengangguran khususnya pada gender laki-laki serta mengurangi lahan pertanian yang
cukup besar.
 Kemiskinan dari Perspektif Spasial di Kabupaten Purbalingga
Tingkat kesejahteran yang rendah selain menjadi masalah utama juga menjadi isu
yang krusial bagi Kabupaten Purbalingga. Permasalahan ini perlu diselesaikan
denganmemenafaatkan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Purbalingga.

2.7 REVIEW DOKUMEN PERENCANAAN


2.7.1 Review RPJPD dengan RTRW
Review dokumen perencanaan RPJPD dengan RTRW merupakan melihat relevansi antara
dokumen RTRW dengan dokumen RPJPD yang telah terlebih dahulu ada. Pada RTRW indikator
pokok dalam pembangunan termuat dalam Struktur Ruang, Pola Ruang, dan Kawasan Strategis,
sedangkan indikator RPJPD dalam arahan pembangunan 20 tahun sebagai penjabaran misi.
Tahapan analisis adalah sebagai berikut :
1. Arah pembangunan dalam misi RPJPD dan unsur-unsur dalam RTRW dimasukkan ke
dalam tabel sebagai variabel perbandingan antar dokumen perencanaan.
2. Skoring dilakukan dengan mengisi angka 1 pada kolom yang diangap relevan
Struktur ruang mempunyai relevansi dengan arahan pembangunan RPJPD secara umum pada
tingkat sesuai, yakni dengan tingkat kesesuaian 70,2%. Misi 1 mempunyai tingkat relevansi
dengan struktur ruang sebesar 81,5%, misi 2 sebesar 25,9%, misi 3 sebesar 65,8%, misi 4 sebesar
75,6%, misi 5 sebesar 77,8% dan misi 6 sebsar 83,3%.

2.7.2 Review RPJPD dengan RPJMD


Review RPJPD dengan RPJMD dilihat berdasarkan hasil skoring kesesuaian antara misi RPJP dan
misi RPJMD Kabupaten Purbalingga. Langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1. Arah pembangunan dalam misi RPJPD dan misi RPJMD dimasukkan ke dalam tabel
sebagai variabel perbandingan antar dokumen perencanaan.
2. Skoring dilakukan dengan mengisi angka 1 pada kolom yang diangap relevan
Maka diperoleh bahwa dari RPJMD yang paling sesuai jika dibandingkan dengan misi RPJP yaitu
misi dengan skor paling tinggi atau yang memiliki tingkat kesesuaian yang tertinggi adalah misi
ke enam RPJMD yang berbunyi “ Mewujudkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang sehat dan
menarik untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya melalui gerakan masyarakat,
yang didukung dengan penyediaan infrastruktur atau sarana prasarana yang memadai ”.
BAB III
KONSEP PENGEMBANGAN DAN PENATAAN RUANG WILAYAH

3.1 KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH

Resilient
Region

Disaster Food Security Economic

Gambar 3.1 : Ilustrasi Mencapai Ketangguhan Kabupaten Purbalingga


Sumber: Olahan Penulis 2017

Shatte dan Reivich (2002) menyebutkan bahwa resilience adalah kemampuan untuk
merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi rintangan atau trauma. Sementara
menurut Grotberg (1999) resilience adalah kemampuan untuk menghadapi, mengatasi dan
menjadi kuat ketika menghadapi rintangan dan hambatan. Terdapat 3 sub konsep yang akan
dikembangkan di Kabupaten Purbalingga.
a. Disaster Resilient
Mengingat Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki
kerawanan terhadap bencana, maka perlu upaya penanggulangan dan kesiapan untuk
menghadapi bencana yang ada.
b. Food Security
Adanya sub konsep ini juga mendukung konsep pengembangan kawasan Agropolitan.
Dengan konsep ini diharapkan mampu mempertahankan kawasan pertanian yang ada dan
mengembangkan agroindustri. Sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan ketahanan
pangan.
c. Economic Resilient
Sub konsep ketangguhan yang terakhir adalah ketangguhan secara ekonomi.
Ketangguhan ekonomi dirasa penting guna mewujudkan masyarakat Purbalingga yang
sejahtera.
3.2 KONSEP PENATAAN RUANG

AGROPOLITAN

Bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan pertanian (sektor basis di


perdesaan) dengan sektor industri dengan cara memperkenalkan fasilitas-fasilitas
kota/modern yang disesuaikan dengan lingkungan perdesaan sehingga wilayah
tersebut memiliki karakteristik sosial, ekonomi dan lingkungan dari sektor
pertanian secara signifikan.

AGROINDUSTRI AGROBISNIS AGROWISATA

Sebuah sistem kegiatan yang


Kegiatan yang memanfaatkan Bisnis berbasis usaha terpadu dan terkoordinasi untuk
hasil pertanian sebagai bahan pertanian atau bidang lain pengembangan pariwisata
baku, merancang dan yang mendukungnya, baik di sekaligus pertanian, dalam
menyediakan peralatan serta sektor produksi maupun kaitannya dengan pelestarian
jasa untuk kegiatan tersebut konsumsi. lingkungan, peningkatan
kesajahteraan masyarakat petani
Gambar 3.2 : Konsep Agropolitan
Sumber: Olahan Kelompok 2018

Konsep penataan ruang yang akan digunakan dalam perencanaan Kabupaten Purbalingga
adalah agropolitan. Konsep Agropolitan adalah bentuk pembangunan yang memadukan pertanian
dengan sektor industri dengan berbagai fasilitas modern yang ada. Namun dalam pengembangan
Kabupaten Purbalingga terdapat 3 poin utama, yaitu agroindustry, agrobisnis dan agrowisata.
Ketiga poin tersebut akan menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang
Kabupaten Purbalingga.

3.3 PRESEDEN (BEST PRACTICE)


a. Singapore’s Food Security
Ketahanan pangan merupakan aspek penting untuk menjaga kesejahteraan Singapura.
Untuk memastikan keamanan pangan, itu tidak cukup hanya dengan menjaga persediaan makanan
yang tetap untuk penduduk. Penting juga bagi Singapura untuk memastikan bahwa makanan yang
tersedia, baik yang diimpor, diproduksi secara lokal, dalam bentuk segar atau olahan, aman untuk
dimakan dan terjangkau untuk semua.
Food Security Roadmap fo Singapore terdiri dari strategi inti, "pendukung", dan
"memungkinkan". Ke depan, strategi utama diversifikasi sumber pangan dan produksi lokal akan
terus menjamin ketahanan pangan bagi Singapura.

Food Security Roadmap for Singapore

Core Strategies Supporting Strategis


Diversity sources of imports R&D
Industry
Invest abroad Food waste reduction
Development
Strategies offsetting limitations in Strengthen infrastructure
diversification Financial instruments
Local production Stockpiling Welfare / affordability
Enabling Strategies
Cross-government coordination
Emergency planning
Communication
Market monitoring
Fiscal, legal and regulatory framework
Gambar 3.3 : Food Security Roadmap for Singapore
Sumber: www.ava.gov.sg

Dalam memperluas keragaman sumber makanan, Singapura bekerja erat dengan industri
untuk melakukan misi pengadaan ke berbagai negara. Pada tahun 2013, kami memimpin dan
memfasilitasi perjalanan sumber luar negeri ke negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Israel,
Polandia, Denmark, dan China untuk membantu para pedagang kami membangun jaringan dengan
para pemasok potensial.
Selangkah lebih maju, diversifikasi sumber pangan dapat ditingkatkan dengan bergerak ke hulu.
Dalam mengamankan makanan di sumbernya, seperti melalui pertanian kontrak, kita dapat
mengendalikan persediaan dan kualitas makanan dengan lebih baik, serta memperoleh hak
pembelian pertama pada saat terjadi kekurangan pasokan. Ini sudah ditunjukkan melalui investasi
Singapura di Zona Pangan di Jilin. Singapura telah memberikan saran teknis kepada pihak
berwenang Jilin untuk membantu mereka mempertahankan zona bebas penyakit di Zona Pangan.
Pada waktunya, kami menantikan impor reguler item makanan utama, seperti produk daging babi,
dari Jilin.
b. Chicago

Gambar 3.4 : Chicago Resilient City


Sumber: www.100resilientcities.org/cities/chicago/
Chicago adalah kota terpadat ketiga di Amerika Serikat, pusat budaya dan ekonomi yang
penting, dan pusat transportasi yang ramai. Namun, kota ini menghadapi tantangan distribusi
sumber daya yang tidak setara dan akses terhadap peluang profesional. Chicago telah bekerja
untuk memetakan dan menganalisa lingkungan lokal dengan fokus pada populasi rentan. Pejabat
juga telah mempromosikan sebuah strategi yang berfokus pada pendidikan sains, teknologi, teknik,
dan matematika berkualitas tinggi sebagai jalur untuk memperkuat sektor manufaktur digital kota
dan kelas menengahnya.
Chicago sedang mengembangkan rencana untuk melibatkan masyarakat secara lebih
efektif dalam desain infrastruktur, termasuk pengelolaan air. Sebagai kota yang juga menghadapi
cuaca buruk, Chicago telah mengembangkan rencana persiapan dan tanggapan untuk badai salju,
yang menekankan strategi dan koordinasi antar berbagai lembaga. Banjir juga merupakan
tantangan, dan sementara kota telah mulai merencanakan cara untuk mengalihkan air dari daerah
aliran sungai yang tinggi, masih perlu meningkatkan kapasitas infrastruktur untuk mengatasi
jumlah air yang jatuh secara teratur.

3.4 KESESUAIAN KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENATAAN


RUANG
Dengan konsep pembangunan yaitu relisient region maka perencanaan tata ruang yang
dilakukan harus tetap mengacu pada konsep yang ada meskipun dalam menata ruang
menggunakan konsep agropolitan. Sehingga dilakukan kolaborasi antara konsep penataan ruang
dan konsep pembangunan, dimana struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis yang disusun
berdasarkan konsep agropolitan harus tetap mendukung konsep relisient region yang telah
dirumuskan sebelumnya.

Gambar 3.5 : Matriks Kesesuaian Konsep Pembangunan dan Penataan Ruang


Sumber: Analisis Kelompok 2018
BAB IV
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

4.1 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

4.1.1 Visi

Terwujudnya Kabupaten Purbalingga yang Tangguh dan Sejahtera Melalui Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing.

 Tangguh
Kemampuan untuk menghadapi dan menjadi kuat ketika terdapat rintangan dan hambatan.
Tangguh pada Kabupaten Purbalingga dinilai dari 3 aspek yakni ketahanan ekonomi, tangguh
bencana, dan ketahanan pangan.
 Sejahtera
Kondisi terpenuhinya kebutuhan warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri. Kebutuhan warga negara tesebut sesuai dengan tingkat hidup.
 Berdaya Saing
Kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkungan dengan
meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan sumber daya alam disekitarnya.
4.1.2 Misi

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi berbasis pengembangan


agroindustri dan agrowisata.
Untuk mewujudkan Kabupaten Purbalingga yang sejahtera dilihat dari masyarakatnya yang
sejahtera. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi agroindustri dan
agrowisata. Pengembangan ekonomi agroindustri dan agrowisata akan memberikan dampak
terhadap perekonomian Purbalingga pada sektor unggulan, sehingga masyarakat akan merasakan
manfaat yang besar dari sektor ini.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna menunjang perekonomian yang berdaya saing.
Untuk dapat mewujudkan Kabupaten Purbalingga yang sejahtera, harus disertai dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), SDM yang baik yakni yang dapat berdaya saing
dengan meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan sumber daya alam sehingga dapat
menunjang perekonomian masyarakat.
3. Meningkatkan ketangguhan terhadap risiko bencana melalui integrasi penataan ruang yang
berkelanjutan
Tangguh terhadap bencana merupakan salah satu unsur wilayah yang tangguh dalam visi
Kabupaten Purbalingga. Tangguh terhadap risiko bencana diwujudkan melalui integrasi penataan
ruang yang berkelanjutan.
4. Meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur fisik dan sosial yang berbasis agropolitan

4.1.3 Tujuan Pembangunan


1. Perwujudan perekonomian masyarakat mandiri dengan mengembangkan potensi sumber daya
alam daerah
2. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan teknologi
3. Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat
4. Meningkatnya kualitas kesehatan pada lingkungan masyarakat
5. Meningkatnya kualitas tenaga kerja
6. Meningkatnya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana
7. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur kebencanaan
8. Pengentasan bencana banjir, longsor, dan gunung meletus untuk pengembangan wilayah
Kabupaten Purbalingga
9. Meningkatnya aksesibilitas di kawasan agropolitan
10. Terwujudnya jaringan pemasaran yang terintegrasi di kawasan agropolitan
11. Meningkatnya cakupan jaringan irigasi di kawasan agropolitan
12. Sasaran dan Indikator Pembangunan
13. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang
4.2 SASARAN DAN INDIKATOR SASARAN PEMBANGUNAN

No Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran

Meningkatnya kualitas
Meningkatnya Indeks
masyarakat sebagai pengembang
Pembangunan Manusia
Perwujudan perekonomian potensi sumber daya alam daerah
masyarakat mandiri dengan
mengembangkan potensi sumber Meningkatkan perekonomian Meningkatnya Pendapatan
Meningkatkan kesejahteraan daya alam daerah masyarakat Mastarakat
masyarakat melalui pengembangan
1 Menciptakan pengelolaan
ekonomi berbasis pengembangan Tidak berkurangnya luasan lahan
sumberdaya alam yang
agroindustri dan agrowisata untuk bidang primer
berkelanjutan
Terselenggaranya Pelatihan
Terwujudnya kesejahteraan Mengadakan Pelatihan kapasitas Penggunaan Teknologi
masyarakat melalui pengembangan masyarakat dalam penggunaan Meningkatnya penerapan
teknologi teknologi teknologi dalam agroindustri dan
agrowisata
Tercukupinya sarana pendidikan
Penambahan sarana pendidikan
yang merata di tiap kecamatan

Meningkatnya kualitas pendidikan Tercukupinya tenaga pengajar


Peningkatan kualitas pendidikan
masyarakat yang berkualitas di tiap sekolah
Peningkatan peran aktif
Meningkatnya jumlah siswa yang
masyarakat dalam bidang
bersekolah sesuai umur
Meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan
2 manusia guna menunjang Tercukupinya sarana pendidikan
perekonomian yang berdaya saing Penambahan sarana kesehatan yang merata sesuai
keterjangkauan
Meningkatnya kualitas kesehatan Tercukupinya tenaga kesehatan di
Peningkatan kualitas kesehatan
pada lingkungan masyarakat tiap sarana kesehatan
Peningkatan kesadaran Angka harapan hidup meningkat
masyarakat dalam bidang Bertambahnya jumlah balita yang
kesehatan melakukan imunisasi
Berkurangnya angka kematian
Berkurangnya jumlah
pengangguran usia produktif
Meningkatkan kualitas lulusan
pendidikan menengah dan hingga Berkurangnya lama tunggu lulusan
perguruan tinggi menengah atas dan perguruan
tinggi dalam penyerapan tenaga
Meningkatnya kualitas tenaga kerja kerja
Meningkatnya keterampilan
masyarakat dalam melakukan
Melakukan pelatihan pada
produksi
masyarakat
Bertambahnya umkm berbasis
home industry
Meningkatkan partisipasi Terbentuknya Kelompok
masyarakat dalam Mitigasi Masyarakat Tanggap Bencana
Bencana (KMTB) di setiap Kecamatan
Meningkatnya kewaspadaan
Mengadakan penelolaan
masyarakat terhadap bencana
sumberdaya alam dan lingkungan Terciptanya suatu kebijakan dalam
hidup untuk keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam
pembangunan
Sistem deteksi dini terhadap
Meningkatkan kualitas sumber daya Mengadakan sistem Mitigasi
bencana banjir, longsor, dan
3 manusia guna menunjang Bencana berbasis Teknologi
Meningkatnya kualitas dan gunung meletus
perekonomian yang berdaya saing kuantitas infrastruktur kebencanaan Tersedianya kebutuhan sarana
Membangun sarana dan
dan prasarana kebencanaan di
prasarana mitigasi bencana
setiap Desa
Meningkatkan kualitas dan
Pengentasan bencana banjir, Jumlah jaringan drainase
kuantitas drainase wilayah
longsor, dan gunung meletus untuk terpenuhi
Purbalingga
pengembangan wilayah Kabupaten
Mengadakan sistem evakuasi Tersedianya sistem evakuasi
Purbalingga
bencana dini yang terintegrasi bencana yang baku
Meningkatkan pemerataan Mengembangkan jaringan jalan
Meningkatnya aksesibilitas di Jumlah jaringan jalan di Kawasan
4 pembangunan infrastruktur fisik dan yang terintegrasi dan menjangkau
kawasan agropolitan Agropolitan tercukupi
sosial yang berbasis agropolitan seluruh kawasan agropolitan
Terwujudnya jaringan pemasaran Tersediannya sistem pemasaran
Terbangunnya sub-terminal
yang terintegrasi di kawasan melalui pengembangan sub-
agropolitan di Kawasan
agropolitan terminal agropolitan
Meningkatnya cakupan jaringan Meningkatkan ketersediaan dan
Jumlah saluran irigasi terpenuhi
irigasi di kawasan agropolitan pemeliharaan saluran irigasi

Tabel 4.1 : Tabel Misi, Sasaran dan Indikator Sasaran Pembangunan


Sumber: Analisis Kelompok 2018

Anda mungkin juga menyukai