PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah sejarah Tetrasiklin
1
B. Apakah pengertian tetrasiklin
C. Bagaimanakah biosintesis dan reaksi-reaksi pokok serta sifat kimiawi
tetrasiklin
D. Bagaimanakah sifat kimia Tetrasiklin
E. Bagaimanakah mekanisme kerja Tetrasiklin
F. Bagaimanakah biosintesis Tetrasiklin
G. Apa manfaat Tetrasiklin untuk penyakit
1.3.Manfaat
A. Mengetahui sejarah Tetrasiklin
B. Mengetahui pengertian Tetrasiklin
C. Mengetahui biosintesis dan reaksi-reaksi pokok serta sifat kimiawi
Tetrasiklin
D. Mengetahui sifat kimia Tetrasiklin
E. Mengetahui mekanisme kerja Tetrasiklin
F. Mengetahui biosintesis Tetrasiklin
G. Mengetahui manfaat Tetrasiklin untuk penyakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sejarah Tetrasiklin
3
berubah dan dalam melakukannya terbukti menjadi salah satu penemuan paling
penting yang dibuat dalam bidang antibiotik. Hal ini digunakan untuk
mengobati bakteri gram positif dan gram-negatif banyak dan beberapa protozoa.
Ini, seperti beberapa antibiotik lainnya, juga digunakan dalam pengobatan
jerawat.
2.2.Definisi Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk
garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk
basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Struktur Tetrasiklin
4
Tabel 1. Struktur kimia golongan tetrasiklin
Gugus
Jenis tetrasiklin
R1 R2 R3
5
Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis
protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat
menghambat kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat
menghambat sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot.
Mekanisme kerja penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya
aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom, sehingga
menghalangi penggabungan asam amino ke rantai peptide (7).
6
2.4.Sifat Kimiawi Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk
garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk
basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan
tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Golongan
tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga dapat
membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin
disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur
kimia tetrasiklin, sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh adanya radikal
hidroksi fenolik.
7
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila
antibiotika ini berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu
ditambahkan buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk
injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat
tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka
tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.
8
diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang
biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Distribusi Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein
plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar
golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini
tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan
jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan
sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan
tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang
relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan
minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
Ekskresi Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi
glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55%
golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin.
Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu
mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi
ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini
masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila
terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui
tinja.
2.6.Sintesa Tetrasiklin
Struktur molekul senyawa-senyawa tetrasiklin bukanlah tergolong
sederhana, oleh karena itu sintesa tetrasiklin melibatkan berbagai jenis reaksi
organik. Kesulitan utama dalam mensintesa molekul tetrasiklin yaitu terletak
pada cincin A. Hal ini dikarenakan pada setiap atom karbon dari cincin ini
mengandung sedikitnya satu subtituen. Disamping itu, tiga dari enam atom
karbon asimetri dalam molekul tetrasiklin yang paling banyak tersubtitusi,
seperti oksitetrasiklin terdapat juga pada cincin A. Sehingga untuk
9
menghasilkan satu isomer optic yang aktif, bebas dari isomer-isomer lainnya
memerlukan pendekatan yang berhati-hati. Sintesa tetrasiklin dimulai dengan
sintesa suatu senyawa antara trisiklik yang sudah mengandung cincin B, C, dan
D dari molekul tetrasiklin dengan menggunakan reaksi Diels Alder. Sintesa ini
diikuti oleh pengubahan-pengubahan terhadap gugus-gugus fungsi
menghasilkan suatu senyawa antara baru, yaitu suatu diendiolon. Dimana
senyawa antara diendiolon ini dapat dimodifikasi unsur-unsur yang diperlukan
untuk membentuk cincin A dalam molekul tetrasiklin.
1. Infeksi Klamidia
Limfogranuloma venereum.
Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan
utama. Pada infeksi akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk
keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi
diberikan bubo mulai mengecil.
Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat
mengatasi gejala klinis. Dosis yang digunakan ialah 2 gram per hari
selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.
Trakoma
Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang
dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari
memberikan hasil pengobatan yang baik.
2. Infeksi Basil
Bruselosis
10
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik
sekali untuk penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya
didapat dengan pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat,
seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.
Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah
streptomisin, tetapi terapi dengan golongan tetrasiklin juga memberikan
hasil yang baik.
Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang
efektif untuk penyakit ini. Pemberian dapat mengurangi volume diare
dalam 48 jam.
11
BAB III
KESIMPULAN
12