Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN PERMAINAN PUZZLE TERHADAP

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG


KELAS 1-3 SDLB NEGERI SLAWI TAHUN 2018

Putri Selli Melliana 1), Wisnu Widyantoro 2), Anisa Oktiawati 3)


1)
Prodi Sarjana Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
52416, Tegal, Indonesia 2),3) Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

Email : Putriselli03gmail.com

Abstrak

Bahwa kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang merupakan suatu hal yang penting
yang harus dimiliki. Hal ini dilakukan hampir semua aktivitas yang dilakukan anak melibatkan
gerak motorik halus seperti menggosok gigi, menggunting, dan menulis. Permasalahan motorik
halus anak tunagrahita sedang diakibatkan ketidakseimbangan koordinasi antara alat gerak dengan
mata serta kurang mempunyai pengendalian alat gerak anak tunagrahita sedang. Sehingga perlu
dilakukan peningkatan motorik halus anak tunagrahita melalui permainan puzzle. Permainan
puzzle dapat menarik anak untuk bermain sambil belajar, serta dapat meningktkan kemampuan
motorik anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian permainan puzzle
terhadap motorik halus anak tunagrahita sedang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan metode pre experimental design. Uji statistik dalam penelitian ini adalah Wilcoxon.
Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling dengan berjumlah 34 responden. Responden
pada penelitian ini adalah anak kelas 1-3 SDLB Negeri Slawi. Hasil penelitian menunjukan ada
pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap motorik halus anak tunagrahita sedang, dibuktikan
dengan p value 0,000<0,05. Maka dari itu permainan puzzle dapat meningkatkan motorik halus
anak tunagrahita sedang baik di sekolah maupun dirumah.

Kata kunci : Anak tunagrahita sedang, motorik halus, permainan puzzle


Abstract

The fine motor skills of mentally retarded children are an important thing that must be
possessed.This is done almost all activities carried out by children involve fine motor movements
such as brushing teeth, cutting, and writing. The fine motor problems of mentally retarded
children are due to the imbalance of coordination between the means of movement with the eyes
and lack of control of the movement of children with moderate mental retardation. So it is
necessary to improve the fine motor skills of children with moderate mental retardationthrough
puzzle games. Puzzle games can attract children to play while learning, and can improve
children's motor skills. This study aims to determine the influence of giving puzzle games on fine
motor skills of moderate mental retardation. This research is a quantitative research using pre
experimental design method. The statistical test in this study was Wilcoxon. The sample technique
used was total sampling with a total of 34 respondents. Respondents in this study were grade 1-3
children at SDLB Negeri Slawi. The results showed that there was an influence of giving a puzzle
game to the fine motor of the children with moderate mental retardation as evidenced by p value
0,000 <0,05. Therefore puzzle games can improve fine motor skills of children with moderate
mental retardation both at school and at home.

Keywords : children with moderate mental retardation, fine motoric, puzzle game

PENDAHULUAN (Purwandari, 2005).2 Anak


Kemampuan motorik halus anak usia tunagrahita sering mengalami
dini hampir sama dengan gangguan pada kemampuan
kemampuan motorik halus anak motoriknya, oleh karena itu anak
tunagrahita kategori sedang tunagrahita membutuhkan
walaupun kategori usia anak sudah pendidikan dan laynan yang sesuai
bukan usia dini. Kemampuan dengan kondisinya. Kemampuan
motorik halus anak tunagrahita motorik halus pada anak tunagrahita
kategori sedang sangat lemah dan sedang mempunyai peran penting
kaku sehingga menyulitkan anak dalam setiap aktivitasnya. Salah satu
untuk memasuki kegiatan akademik hambatan pada anak tuangrahita
(Mumpuniarti, 2007).1 Bahwa anak sedang adalah permasalahn motorik
tunagrahita kategori sedang memiliki halusnya seperti ketidakmampuan
koordinasi motorik halus yang lemah memegang benda, mengambil benda,
sekali. Kemampuan motorik halus membalik benda, melipat benda
anak tunagrahita kategori sedang (Amriliyanto, 2013).3 Permasalahan
merupakan efek dari hambatan motorik pada anak tunagrahita
kondisi yang dialaminya sedang diakibatkan
ketidakseimbangan koordinasi antara dari kegiatan yang memerlukan
alat gerak dengan mata serta kurang keterampilan motoriknya baik
mempunyai pengendalian alat gerak motorik halus maupun motorik
anak tunagrahita sedang. kasarnya. Dalam kegiatan bermain,
Anak tunagrahita kategori sedang anak tidak akan terlepas dari
sangat sulit belajar secara akademik kegiatan yang memerlukan
seperti menulis, membaca serta keterampilan motoriknya baik
berhitung, namun anak masih dapat motorik halus maupun motorik
menulis hal-hal yang sederhana kasarnya. Hal ini tentunya sangat
misalnya nama. Anak tunagrahita penting dalam perkembangan fisik
sedang dapat dikatakan anak yang anak, dimana keterampilan motorik
memiliki kecerdasan dibawah anak itu sendiri terkait dengan
tunagrahita ringan, karena anak perkembangan fisiknya (Fadhillah,
tunagrahita sedang memiliki IQ 2012).5 Salah satu permainan yang
dibawah rata-rata sekitar 30-50, berfokus pada kemampuan motorik
dimana mereka membutuhkan halus adalah permainan puzzle.
layanan pendidikan secara khusus Permainan puzzle merupakan
(Mumpuniarti, 2007).1 permainan yang sangat menarik
Permainan merupakan suatu benda karena mengharuskan kita sebagai
yang dapat digunakan anak sebagai pemain untuk menyusun kembali
sarana bermain dalam rangka serpihan puzzle (Irwantara, 2010).6
mengembangkan kreativitas dan Puzzle dapat melatih kemampuan
segala keahlian yang dimiliki anak. kreaktivitas dan pola berfikir anak
Bermain dapat mempengaruhi terhadap suatu tugas sederhana
perkembangan dan pertumbuhan seperti menulis (Radja, 2013).7
anak baik secara fisik-motorik Media permainan puzzle
maupun secara psikologi atau secara pembelajaran dapat berjalan lebih
kejiwaannya serta dalam efektif dan menyenangkan, karena
perkembangan intelegensinya secara tidak langsung dalam bermain
(Abidin, 2009).4 Dalam kegiatan anak juga telah belajar sehingga
bermain, anak tidak akan terlepas sangat menarik minat belajat anak,
khususnya dalam pembelajaran. Sedangkan di SDLB Negeri Slawi
Permainan puzzle mudah jumlah siswa tunagrahita ada 208
dikembangkan sesuai keperluan, juga anak.
dapat meningkatkan motovasi anak Hasil dari pengamatan dan
tunagrahita sedang sehingga wawancara dengan salah satu guru di
semangat untuk belajar dan dapat SDLB Negeri Slawi yang dilakukan
meningkatkan perkembangan pada pertengahan bulan Maret 2018,
motorik halus anak tunagrahita terdapat anak kelas 1-3 SDLB C1
sedang (Juwandi, 2013).8 yang memiliki berbagai
Berdasarkan data Riskesdas (2013)9 permasalahan yang berkaitan dengan
menyebutkan jumlah penduduk motorik halus, diantaranya tidak
Indonesia yang mengalami beraturan dalam menulis dan
disabilitas sebesar 8,3%. Dari jumlah mewarnai suatu gambar. Kondisi
tersebut, 6,2% diantaranya adalah tersebut tampak ketika anak sedang
anak usia 15-24 tahun (Kementerian belajar menebalkan garis, menulis
Kesehatan RI, 2013). Populasi anak huruf, dan juga angka. Koordinasi
retardasi mental menempati angka mata dengan tangan belum baik dan
paling besar dibanding jumlah anak tangan anak masih terlihat kaku
dengan keterbatasan lainnya. dalam menebalkan garis yang
Prevalensi tunagrahita atau retardasi berkaitan dengan pembelajaran
mental di Indonesia saat ini motorik halusnya. Permainan puzzle
diperkirakan, sekitar 6,6 juta jiwa belum pernah diterapkan karena
(Direktorat Bina Kesehatan Anak, kurangnya keterampilan.
2010). Sedangkan jumlah Dari latar belakang yang telah
penyandang tunagrahita atau diuraikan, peneliti tertarik akan
retardasi mental di propinsi jawa meneliti tentang “Pengaruh
tengah sekitar 10,3% (Riskesdas, Pemberian Permainan Permainan
2013).9 Data dari DINKES Puzzle Terhadap Kemampuan
Kabupaten Tegal sendiri memiliki Motorik Halus Anak Tunagrahita
anak dengan disabilitas atau Sedang Kelas 1-3 SDLB Negeri
tunagrahita ada sekitar 318 anak. Slawi”.
METODE PENELITIAN anak terhadap permaian puzzle. Skala
Penelitian ini menggunakan jenis ukur yang digunakan adalah skala
penelitian kuantitatif, desain guttman. Dalam penelitian ini yang
penelitian menggunakan metode pre- menjadi populasi adalah anak
Experimental designs. Design tunagrahita sedang di SDLB Negeri
penelitian yang digunakan adalah Slawi kelas 1, 2 dan 3 yang
one group pretest-postest design.. berjumlah 34 anak. Teknik yang
Ciri dan tipe penelian ini adalah one digunakan untuk menentukan besar
group pretest-postest design adalah sampel pada penelitian ini
pada design ini terdapat pretest menggunakan teknik Total Sampling
sebelum diberi perlakuan, dengan dengan jumlah sampel 34 responden.
demikian hasil perlakuan dapat (Sugiyono, 2013).10 Analisa bivariat
diketahui lebih akurat karena dapat yang digunakan adalah Wilcoxon.
membandingkn dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, HASIL PENELITIAN
2013).10 Penelitian ini dilakukan di Tabel 1 Distribusi mean standar
SDLB Negeri Slawi pada tanggal 17 deviasi kemampuan motorik halus
Juli 2018 -21 Juli 2018. Alat yang anak tungrahita sedang kelas 1-3
digunakan dalam penelitian ini sebelum diberikan permainan puzzle
adalah dengan lembar menebalkan di SDLB Negeri Slawi.
tulisan. Lembar menebalkan tulisan
Variabel Mean Median Modus Min Max
yang digunakan adalah kalimat
Kemapuan 15.18 13.00 13 10 24
seperti BEBEK dan CICAK dengan motorik halus
anak tunagrahita
skor 4 : Anak mampu menebalkan sedang kelas 1-3
sebelum
huruf, skor 3 : Anak mampu diberikan
permaian
menebalkan huruf cukup rapi, skor 2 puzzle.
: Anak mampu menebalkan, tapi Berdasarkan hasil penelitian pada
tidak berbentuk huruf, skor 1 : Anak tabel 1 menunjukan bahwa dari 34
tidak mampu menebalkan huruf. Hal anak tunagrahita sedang sebelum
ini untuk mengetahui adanya diberikan permainan puzzle
pengaruh kemampuan motorik halus didapatkan kemampuan motorik
halus dengan nilai rata-rata yaitu Tabel 3 Pengaruh kemampuan
15,18 dan nilai tengah 13,00, dengan motorik halus anak tunagrahita
nilai yang sering muncul 13 dan nilai sedang sebelum dan sesudah
tertinggi 24 dan terendah 10 yang dilakukan intervensi permainan
artinya motorik halus anak puzzle di SDLB Negeri Slawi.
tunagrahita sedang masih kurang. Modus Min Max Z P
value

Pree 13 10 24 -5,094 0,000


Tabel 2 Distribusi mean dan standar
Post 30 25 35
deviasi kemampuan motorik halus
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan
anak tunagrahita sedang kelas 1-3
hasil uji statistik untuk mengetahui
sesudah diberikan permaian puzzle di
ada tidaknya pengaruh menggunakan
SDLB Negeri Slawi
wilcoxon diperoleh nilai p value =
Variabel Mean Median Modus Min Max 0,000< 0,05 sehingga Ho ditolak dan

Kemapuan 30.09 30.00 30 25 35 Ha diterima dengan kesimpulan


motorik halus
anak tunagrahita
bahwa ada pengaruh pemberian
sedang kelas 1-3
sesudah
permainan puzzle terhadap
diberikan
permaian
kemampuan motorik halus anak
puzzle.
tunagrahita sedang di SDLB Negeri
Berdasarkan hasil penelitian pada
Slawi.
tabel 2 menunjukan bahwa dari 34
anak tunagrahita sedang sesudah
PEMBAHASAN
diberikan permainan puzzle
Kemampuan Motorik Halus Anak
didapatkan nilai rata-rata anak 30,09
Tunagrahita Kelas 1-3 Sebelum
, untuk nilai tengahnya 30 dan nilai
Diberikan Permainan Puzzle Di
yang sering muncul 30 dengan nilai
SDLB Negeri Slawi
tertinggi 35 dan nilai terendah 25
Berdasarkan hasil penelitian pada
yang artinya kemampuan motorik
tabel 1 menunjukan bahwa dari 34
halus anak tunagrahita sedang
anak didapatkan nilai tengah 13,00
menjadi baik dari sebelum diberikan
yang artinya anak memiliki
intervensi permainan puzzle.
kemampuan motorik halus yang
kurang. Anak yang memiliki Srandakan tentang pengaruh bermain
kemampuan motorik halus rendah (1- playdough terhadap peningkatan
24) dengan perolehan nilai terendah kemampuan motorik halus anak
10. Hal ini menunjukan bahwa tuangrahita sedang. Metode yang
hampir seluruh anak tunagrahita digunakan adalah single subject
sedang memiliki kemampuan research (SSR), dari hasil observasi
motorik halus dengan kriteria kurang yang telah dilakukan oleh
dalam menebalkan tulisan. Menurut Rahmawati, (2013)12 anak yang
Amriliyanto, (2013)3 bahwa anak memiliki berbagai permasalahan
tunagrahita sedang mengalami yang berkaitan dengan motorik
permasalahan motorik halusnya halus, diantaranya tidak beraturan
seperti ketidakmampuan memegang dalam menulis dan mewarnai suatu
benda, mengambil benda, dan gambar. Kondisi tersebut tampak
membalik benda karena diakibatkan ketika anak sedang belajar
ketidakseimbangan koordinasi antara menebalkan garis, menulis huruf, dan
alat gerak dengan mata kurang juga angka. Koordinasi mata dengan
mempunyai pengendalian pada anak tangan belum baik dan tangan anak
tuangrahita sedang. Perkembangan masih terlihat kaku dalam
motorik halus sendiri berkembang menebalkan garis yang berkaitan
dengan kematangan saraf dan otak dengan pembelajaran motorik
sedangkan anak tunagrahita sedang halusnya.
memiliki IQ dibawah rata-rata oleh Berdasarkan penelitian yang
karena itu anak tunagrahita dilakukan oleh peneliti dapat dilihat
mengalami kesulitan dalam bahwa motorik halus anak
mencapai prestasi dalam bidang tunagrahita sedang khususnya dalam
akademis seperti membaca, menulis, menebalkan tulisan belum terlihat
dan berhitung (Amin, 2007).11 rapih, masih terlihat anak tunagrahita
sedang masih asal-asalan dalam
Hal ini serupa dengan hasil menebalkan tulisan dan tidak sesuai
penelitian yang telah dilakukan oleh garis huruf. Permaian puzzle sendiri
Rahmawati, (2013)12 di SLB Sekar belum pernah diterapkan karena
kurangnya keterampilan. Hal ini manfaat untuk meningkatkan
disebabkan motorik halus anak kemampuan motorik halus anak
tunagrahita sedang tidak berkembang tunagrahita sedang, serta
dengan optimal. Hal ini dilihat pada meningkatkan keterampilan sosial
hasil lembar observasi menebalkan berkaitan dengan kemampuan
tulisan anak masih terlihat asal- berinteraksi dengan orang lain. Hal ii
asalan dalam menebalkan tulisan terlihat ketika ada salah satu
sehingga hasilnya masih acak- temannya yang bingung responden
acakan. membantu temannya (Melly,
2010).13
Kemampuan Motorik Halus Anak Menurut Soedjatmiko, (2009)14
Tunagrahita Kelas 1-3 Sesudah puzzle dapat meningkatkan
Diberikan Permainan Puzzle Di kecerdasan yaitu untuk merangsang
SDLB Negeri Slawi kecerdasan bahasa verbal,
Setelah dilakukan pemberian mengembangkan kecerdasan visual,
permainan puzzle dari 34 anak meningkatkan kemampuan kreatif
didapatkan nilai tengah 30,00 yang atau imajinasi dan melatih
artinya pemberian permainan puzzle kecerdasan emosional interpersonal.
baik dengan perolehan nilai tertinggi Berdasarkan penelitian yang
24 dan nilai terendah 25. dilakukan oleh peneliti pada anak
Peningkatan kemampuan motorik tunagrahita sedang anak sangat
halus anak ini terjadi setelah tertarik dan atusias sekali ketika
diberikan permainan puzzle. Data memainkan permainan puzzle.
tersebut menunjukan bahwa setelah Penelitian ini sejalan dengan
anak diberikan perlakuan permainan penelitian Prihartawati, (2016)15 di
puzzle kemampuan motorik halus SLB N Sleman tentang pengaruh
dengan ktiteria baik dalam hal media permainan puzzle terhadap
menebalkan tulisan. Permainan kemampuan mengenal huruf vokal
puzzle ini menjadikan anak sangat pada anak tunagrahita sedang. Hasil
antusias dan semangat belajar, selain penelitian menunjukan adanya
itu permainan puzzle memiliki pengaruh positif media permainan
puzzle terhadap kemampuan dapat melatih keterampilan motorik
mengenal vokal pada anak akan membantu anak melatih
tunagrahita sedang. Hal tersebut kemampuan, seperti menulis dan
ditunjukan dengan nilai rerata mewarnai gambar. Hal ini terlihat
89,58% setelah diberikan perlakuan dari lembar observasi menebalkan
permainan puzzle. tulisan banyak anak yang sudah
membaik dalam kemampuan motorik
Berdasarkan penelitian yang halus khususnya dalam menebalkan
dilakukan oleh peneliti setelah tulisan.
diberikan pemberian permainan
puzzle kemampuan motorik halus Pengaruh Pemberian Permainan
anak membaik khususnya dalam Puzzle
menebalkan tulisan. Hal ini karena Menunjukan hasil uji statistik
permainan puzzle dapat membantu wilcoxon untuk mengetahui ada
dalam mengontrol gerakan dan tidaknya pengaruh pengaruh
meletakan pada suatu ditempatnya, pemberian permainan puzzle
permaian puzzle juga dapat menarik terhadap kemampuan motorik halus
perhatian anak karena pada dasarnya anak tunagrahita sedang di SDLB
anak menyukai bentuk gambar dan Negeri Slawi. Sebelum diberikan
warna. Ketika dalam penelitian anak pemberian permainan puzzle rata-rata
terlihat sabar dalam menyusun nilai dari 34 anak nilai yang sering
gambar yang ada didalam kotak yang muncul adalah 13. Sedangkan setelah
sudah ada dan anak terlihat bermain diberikan pemberian permaian puzzle
bersama-sama untuk merancang dari 34 anak nilai yang sering
kepingan-kepingan puzzle tersebut, muncul adalah 30. Sebelum
hal itu terlihat saat anak disebelahnya pemberian permainan puzzle nilai
belum selesai menyusun puzzle anak minimum 10 dan maximum 24 dan
merasa senang membantu teman tidak ada anak yang mengalami
disebelahnya hal tersebut dapat penurunan skor setelah diberikan
melatih bersosialisasi dengan teman permainan puzzle dengan uji
dikelas. Dengan permainan puzzle wilcoxon dengan nilai probalitas
0,05, diperoleh nilai p value=0,000. diri seperti makan, minum dan
Hal tersebut memperlihatkan bahwa mengancing baju (Yanti, 2009).17
terdapat pengaruh pemberian Menurut Fadlillah, (2012)18
permainan puzzle terhadap permainan puzzle diprediksi dapat
kemampuan motorik halus anak diterapkan untuk anak tunagrahita
tunagrahita sedang kelas 1-3 SDLB sedang, karena belajar dengan media
Negeri Slawi. Hasil penelitian ini permainan maka anak akan
menunjukan anak yang sudah memperoleh kesenangan.
diberikan pemberian permainan Belajar secara akademik khususnya
puzzle memiliki tingkat yang baik untuk anak tunagrahita memang
dibandingkan sebelum diberikan seharusnya menggunakan media
pemberian permainan puzzle. yang menarik untuk anak, media
permainan yang digunakan oleh
Seperti teori yang dikemukaan oleh peneliti yaitu media permainan
Beni, (2009)16 bahwa anak puzzle yang dapat digunakan untuk
tunagrahita sedang terdapat membantu meningkatkan
kekakuan pada sebagian atau kemampuan mengingat,
keseluruhan ototnya. Otot-otot memecahkan masalah, dan dapat
persendian akan menjadi kaku kalau pula digunakan untuk meningkatkan
kurang digerakan, sehingga dapat konsentrasi. Hal tersebut sesuai
mengganggu fungsi mobilisasi, dengan pendapat Sofia, (2009)19
seperti pergerakan motorik kasar dan dengan permainan memberikan anak
motorik halus. Motorik halus adalah kebebasan untuk berimajinasi,
keterampilan yang menggunakan menggali potensi diri atau bakat,
sekelompok otot-otot kecil seperti : dan mengembangkan kreativitas.
jari-jari tangan, lengan dan sering Motivasi bermain muncul dalam diri
membutuhkan kecermatan koordinasi anak sendiri, mereka bermain untuk
mata dan tangan. Motorik halus menikmati aktivitas mereka, untuk
bermanfaat untuk melakukan merasakan bahwa mereka mampu,
kegiatan yang bersifat akademik, dan untuk menyempurnakan apa saja
seperti menulis, serta aktifitas bantu yang telah ia dapatkan baik yang
telah mereka ketahui sebelumnya permainan puzzle juga dapat melatih
maupun hal-hal yang baru, dengan otot-otot kecil tangan dan jari-jari
bermain dapat melatih konsentrasi, tangan untuk meningkatkan motorik
(pemusatan perhatian pada tugas halus anak tunagrahita sedang.
tertentu). Dalam penelitian Media puzzle juga mudah didapat di
Prihartawati, (2016) media berbagai toko permainan, serta dapat
permainan puzzle dapat diterapkan dimainkan secara mudah di kalangan
untuk anak tunagrahita kategori anak. Maka dapat disimpulkan
sedang dalam belajar mengenal huruf permainan puzzle tentang
vokal. Dalam penelitian ini dapat kemampuan motorik halus anak
diketahui bahwa, media permainan tungrahita sedang kelas 1-3 dapat
puzzle memberikan pengaruh positif diberikan untuk meningkatkan
untuk mengenalkan huruf vokal kemampuan motorik halus anak
pada anak tunagrahita kategori tungrahita sedang.
sedang kelas III SLB N Sleman.
KESIMPULAN
Hasil penelitian di SDLB Negeri Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Slawi membuktikan bahwa pengaruh ditarik kesimpulan bahwa ada
pemberian permainan puzzle dapat pengaruh pemberian permainan
meningkatkan kemampuan motorik puzzle terhadap kemampuan motorik
halus tunagrahita sedang. Dapat halus anak tunagahita sedang kelas
diketahui bahwa permainan puzzle 1-3 SDLB Negeri Slawi.
sangat efektif untuk meningktkan
kemampuan motorik halus anak SARAN
tungrahita sedang dan dapat juga 1. Aplikatif
memotivasi anak tungrahita sedang Diharapkan orang tua dapat
dalam belajar sambil bermain. mengembangkan atau meningkatkan
Metode permainan puzzle dapat motorik halus anak tunagrahita
meningkatkan keterampilan, serta sedang dengan menggunakan
menambah daya ingat pada anak permainan puzzle dirumah dengan
tunagrahita sedang. Selain itu
kreasi gambar yang bisa lebih DAFTAR PUSTAKA
menarik lagi. Mumpuniarti. (2007). Pendekatan
Pembelajaran bagi
2. Keilmuan
anak hambatan mental.
Pemberian permainan puzzle bisa Yogyakarta: Kanwa
Publisher.
digunakan di SDLB Negeri Slawi
Purwandari. (2005). Anak
karena dapat meningkatkan motivasi Tunagrahita. [Online].
Tersedia:
belajar, sebab permainan puzzle
https://sites.google.com/s
dapat melatih daya ingat dan ite/myarticle1/myarticle2
/orthopedagogik/anaktun
memiliki daya pikat sendiri untuk
agrahita [19 Oktober
anak tunagrahita sedang. 2013]
3. Metodologi
Amriliyanto. (2013). Kemampuan
Diharapkan peneliti selanjutnya motorik halus anak
tunagrahita sedang.
dapat memodifikasi alat atau media
(Online). Tersedia:
dalam penelitian yang semenarik http://motorik-halus-
anak/. Diakses: 25-03-
mungkin untuk anak tunagrahita
2018.
sedang, memperbanyak sampel dan
Abidin. (2009). Teori-teori belajar
lebih mengembangkan motorik halus
dan aplikasi
anak dengan permaian puzzle. pembelajaran motorik
deskrpsi dan tinjauan
kritis. Bandung: Nusa
UCAPAN TERIMAKASIH Media.
Fadhilah (2009). Teori-teori belajar
Peneliti mengucapkan terimakasih
dan aplikasi
kepada orang tua serta kepada ibu pembelajaran motorik
deskrpsi dan tinjauan
Anisa Oktiawati S.Kep., Ns.,M.Kep
kritis. Bandung: Nusa
dan bapak Wisnu Widyantoro Media.
Irwantara. (2010). Permaianan
S.Kp.,M.Kp yang telah membimbing
edukatif puzzle bagi
peneliti dalam menempuh anak. Jakarta: EGC.
Radja. (2013). Manfaat puzzle bagi
pendidikan sarjana keperawatan di
anak. Tersedia:
STIKes Bhakti Mandala Husada http://manfaat-puzzle/.
Diakses: 25-03-2018.
Slawi.
Juwandi. (2013). Penerapan media
permainan puzzle untuk
meningkatkan hasil
belajar matematika pada
anak tunagrahita ringan kategori sedang kelas 3
kelas 1 di SLB/C TPA SLB N Sleman. Skripsi:
Jember”. Skripsi tidak Jurusan Pendidikan Luar
diterbitkan : PLB-FIP Biasa. Sleman.
UNS. Rahmawati. (2013). “Pengaruh
Riskesdas. (2013). Profil Kesehatan Bermain Pladough
Indonesia (2013). Terhadap Peningkatan
Jakarta: Kementrian Motorik Halus Anak
Kesehatan Republik Tunagrahita Sedang Di
Indonesia. Srandakan”. Skripsi:
Jurusan Pendidikan Luar
Biasa. Srandakan.
Sugiyono. (2012). Metodologi
penelitian pendidikan. Sofia. (2009). Pengertian permainan
Bandung; Alfabeta. untuk anak. Bandung.
Alfabeta.
Amin. (2007). Karakteristik anak
tunagrahita sedang. Soedjatmiko. (2009). Manfaat
(Online). Tersedia: permainan edukatif puzzle
http://motorik-halus- bagi anak. Jakarta :
anak/. Diakses: 25-03- Salemba Medika.
2018 Yanti. (2009). Permainan yang
Beni. (2009). Motorik halus anak meningkatkan
tunagrahita sedang. kecerdasan anak.
(online). Tersedia: Jakarta: laskar askara.
http://motorik-halus-
anak-tunafrahita-sedang/.
Diakses: 25-03-2018.
Direktorat bina kesehatan anak.
(2013). Profiel kesehatan
anak indonesia. (online).
Tersedia: http://profiel-
kesehatan-anak-
tungrhita/. Diakses: 25-
03-2018

Melly. (2010). Manfaat permaian


puzzle bagi anak.
(Online). Tersedia:
http://manfaat-puzzle/.
Diakses: 25-03-2018.
Prihartawati. (2016). Pengaruh
media permainan puzzle
terhadap kemampuan
mengenal huruf vokal
pada anak tunagrahita

Anda mungkin juga menyukai