Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Keberadaan air di bawah permukaan (subsurface water) memiliki hubungan erat


dengan air permukaan (surface water). Apabila terjadi perubahan perilaku secara
kuantitatif pada salah satunya, maka akan berpengaruh pada bagian air yang lain.
Oleh karena itu, setiap kegiatan yang diduga berpengaruh terhadap perilaku air, maka
perlu ditinjau (Rhagunath, 1987).
Selokan saat ini diketahui tidak hanya melalukan air, tetapi juga turut membawa
air limbah dari masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitar selokan. Aliran air
dan adanya polutan yang terbawa oleh air selokan, dikhawatirkan menyebabkan
airtanah di sekitarnya juga turut terkena imbuhan dan atau rembesan dari air selokan
tersebut sehingga turut terkontaminasi. Bersamaan dengan telah ditemukannya
kegiatan yang diduga berpengaruh terhadap perilaku air, maka pengkajian air selokan
perlu dilakukan. Salah satu cara mengkaji air selokan dapat dilakukan dengan
meneliti kualitas air, dengan pengujian laboratorium untuk nilai Biological Oxygen
Demand (BOD) (Isti, 2011).
Praktikum Analisis BOD agar praktikan mampu menggunakan peralatan yang
berhubungan dengan analisis BOD dan mampu menganalisis BOD dari suatu sampel
dengan menggunakan metode BOD5. Rumusan masalah pada praktikum ini adalah:
1). Bagaimana cara menentukan kadar kandungan BOD pada air sampel?
2). Berapa nilai BOD total?
3). Bagaimana kualitas perairan ditinjau dari nilai BOD ?
Rhagunath, H.M. 1987. Groundwater- Second Edition. New Delhi: Wiley Eastern
Limited.
Isti, Adiarti. 2011. Kajian Karakteristik Muka Airtanah di Sekitar Selokan Mataram.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

DASAR TEORI
I.I Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi
(Pescod, 1973).
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik
yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang
ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara
luar untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi
air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan.
Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan
hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C (Sawyer & Mc Carty, 1978).
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam
organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2)
dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi
dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan
organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan
hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat
dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD,
suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang merupakan suhu yang umum di alam.
Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga
bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya
di laboratorium, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama
waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan
bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total.
Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil
oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia
sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah (Sawyer
& Mc Carty, 1978). :
2NH3 + 3O2 → 2NO2− + 2𝐻 + + 2H2O
2NO2 + O2 → 2𝑁𝑂3−
Pescod, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for
Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp.
Sawyer, C.N And P.L., Mc Carty, 1978. Chemistry for Environmental Engineering.
3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.
I.II Menentukan Nilai BOD
Berdasarkan SNI 6989.72:2009 Air dan air limbah – Bagian 72: Cara uji Kebutuhan
Oksigen Biokimia (BOD), untuk menentukan BOD terlebih dahulu diukur DO nya
(DO 0 hari), sementara sampel yang lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C,
selanjutnya setelah 5 hari diukur DO nya (DO 5 hari). Kadar BOD ditentukan dengan
rumus:

Anonim. 2009. SNI 6989.72 Air dan air limbah – Bagian 72: Cara uji Kebutuhan
Oksigen Biokimia (BOD). Jakarta: BSNI.
I.III Baku Mutu Air Limbah
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014, tentang baku mutu air limbah. Nilai kadar BOD yang paling tinggi untuk
air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan domestik adalah 100 mg/L. Nilai kadar BOD
untuk air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air
limbah yang ditetapkan adalah 50-150 mg/L.
Anonimus. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 5 1
Tahun 2004. Tentang : Baku Mutu Air Laut. 11 hal.
I.IV Faktor yang Mempengaruhi BOD
Faktor- faktor yang mempengaruhi BOD yaitu kandungan serta jenis bahan
organik, suhu, densitas plankton, oksigen terlarut, nilai pH, dan keberadaan mikroba.
Apabila kandungan BOD tinggi, maka akan mengakibatkan penyusutan oksigen
terlarut melalui proses penguraian bahan organik pada kondisi aerobik dan penurunan
nilai pH dalam suatu perairan. Faktor lainnya adalah waktu pengamatan pengamatan
yang kurang tepat saat dilakukannya titrasi akan mempengaruhi perhitungan oksigen
terlarut dalam air, sehingga juga akan mempengaruhi nilai BOD (Salmin, 2000).
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang
(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal
42 – 46.

Anda mungkin juga menyukai