Anda di halaman 1dari 2

A.

Pembahasan
Larutan
Dalam praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan larutan sejati dan eliksir.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut
digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa
larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan
seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet. (Moh. Anief,
2008)
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah
Dextrometorphan dan bahan tambahan yang digunakan adalah sirupus simpleks, Metil
Paraben, propil paraben, asam sitrat, strawberry oil, pewarna merah makanan, dan
aquadest.
Terlebih dahulu dididihkan air yang sebagai pelarut atau pembawa, dalam pembuatan
sediaan larutan dibuat sirupus simplex (10% sukrosa). Sukrosa yang digunakan dalam
pembuatan larutan ini sebanyak 6,5 gram kemudian dilarutkan dalam 3,5 ml air panas seteleah
itu kalibrasi botol hingga 100 ml, setelah itu timbang dextromethorphan sebanyak 200 mg dan
di larutkan dalam 12 ml air panas karena dextrometorphan larut dalam 60 bagian air dan 10
bagian etanol (95%), kemudian ambil dan timbang 100 mg metil paraben dan di larutkan
dalam 2 ml air, penambahan metil paraben sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,
makanan dan sediaan farmasi lainnya. Dapat digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan
paraben yang lain, atau dengan bahan antimikroba lainnya golongan paraben efektif pada
jangkauan pH yang luas, meskipun hanya lebih efektif untuk melawan kapang dan jamur,
metil paraben biasanya digunakan sebagai pengawet fase cair dan konsentrasi yang digunakan
pada sediaan topikal adalah 0,02-0,3 %. Kemudian masukan larutan dextromethorphan dan
zat penambah lainnya dikocok homogeny, setelah itu tambahkan aquadest hingga 100 ml dan
di lakukannya evaluasi.
Dibuat 5 sediaan larutan yang di gunakan hanya botol ke 1, 2, dan 4 dengan
menggunakan botol multi dose dan zat tambahan yang berbeda dan diamati selama 3 hari.
Dari hasil pengamatan botol 1 diperoleh hasil yang menyatakan bahwa pada hari ke 1, 2 dan
3 tidak tumbuh mikroorganisme pada larutan. Hal ini dikarenakan pada sediaan ditambahkan
zat pengawet. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sirupus
simpleks yang digunakan pada konsentrasi 10% hanya berperan sebagai pemanis dan
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Dikarenakan kadar gula yang sedikit, maka tidak terjadi
kristalisasi pada sediaan ini.
Selain diamati pertumbuhan mikroorganisme, tidak di tambahkan anti caplocking di
karenakan sirupus simplex yang di gunakan kurang dari30 %. Pengamatan juga dilakukan
dengan mengamati organoleptik sediaan yang menghasilkan warna merah muda karena telah
diberi pewarna pada sediaan, rasa agak manis karena rasa manis ini berasal dari sirupus
simpleks dan bau strawberry yang berasal dari strawberry oil. Disamping itu, dengan
mengetahui bobot jenis dan viskosita suatu zat, maka akan mempermudah dalam
memformulasi obat, karena dengan mengetahui bobot jenis dan viskositas maka kita dapat
menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat yang lainnya, serta pH
yang didapatkan oleh semua sediaan larutan adalah 3. Hal ini menunjukkan pengontrolan pH
sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif.

B. Daftar Pustaka
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai