Anda di halaman 1dari 116

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. KEHAMILAN

a. Definisi

Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

(konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi.

Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum

perempuan (Hutahaean, Serri. 2013).

Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan adalah proses

pematangan fetus dalam endometrium hasil bertemunya ovum

dan sperma. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur,

kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur,

sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan

premature.

b. Diagnosa Kehamilan

Diagnosa merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi

suatu keadaan seseorang berdasarkan hasil olah fikir atau

analisis hasil pemeriksaan dan/atau gejala untuk mengetahui

suatu keadaan atau penyebab. Adapun penegakkan diagnosa

kehamilan yang dapat dilakukan yaitu dengan salah satu

pemeriksaan, baik tanda awal kehamilan, pemeriksaan

13

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
14

hormonal sederhana dan/atau pemeriksaan penunjang. Tanda

dan gejala yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu

kehamilan diantaranya :

1) Amenorhea

Tidak adanya haid pada wanita usia subur atau pada

masa reproduksi.

2) Tanda Hegar

Melunaknya isthmus uteri sehingga serviks dan korpus

uteri seolah-olah terpisah. Perubahan ini terjadi sekitar 4

sampai 8 minggu setelah pembuahan.

3) Tanda Goodel

Pemeriksaan dalam untuk meraba serviks. Pada keadaan

tidak hamil, serviks teraba seperti ujung hidung

sedangkan saat hamil teraba seperti permukaan bibir.

4) Tanda Chadwick

Adanya warna kebiruan, keunguan atau agak gelap pada

mukosa vagina, hal ini dapat diketahui dengan

pemeriksaan spekulum. Hal ini terjadi karena adanya

hiperpigmentasi dan adanya peningkatan estrogen.

5) Ballotement

Dapat dideteksi pada usia kehamilan 16 minggu hingga

20 minggu ketika jumlah air ketuban lebih besar jika

dibandingkan dengan besar janin.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
15

c. Pembagian Usia Kehamilan

Ditinjau dari usia kehamilan, Winkjosastro (2002) membagi

kehamilan menjadi 3 bagian, yaitu :

1) Kehamilan triwulan pertama (usia kehamilan 0 – 12

minggu)

Triwulan pertama usia kehamilan dimulai saat terjadi

pembuahan sperma terhadap sel telur sampai dengan

usia kehamilan 12 minggu dalam triwulan pertama ini

alat-alat tubuh mulai dibentuk.

2) Kehamilan triwulan kedua (usia kehamilan 12 – 28

minggu)

Triwulan kedua dimulai usia kehamilan 12 – 28 minggu.

Dalam triwulan kedua ini, alat-alat tubuh telah dibentuk

tetapi belum sempurna. Bila hasil konsepsi dapat

dikeluarkan dari kavumuteri pada kehamilan dibawah 20

minggu disebut abortus.

3) Kehamilan triwulan pertama (usia kehamilan 28 – 40

minggu)

Triwulan ketiga atau triwulan terakhir adalah sejak

kehamilan berusia 20 minggu sampai 40 minggu. Janin

yang dilahirkan pada triwulan terakhir ini sudah dibentuk

sempurna.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
16

d. Ketidaknyamanan pada ibu hamil dan cara mengatasinya

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh

ibu, yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun

psikologis. Meskipun normal, tetap perlu diberikan pencegahan

dan perawatan.

1) Ketidaknyamanan pada Trimester I

Tabel 2.1. Ketidaknyamanan pada Trimester I

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Mual dan muntah a. Melakukan pengaturan pola
makan.
b. Menghindari stres.
c. Meminum air jahe.
d. Menghindari meminum
kopi/kafein, tembakau dan
alkohol.
e. Mengkonsumsi vitamin B6
1,5mg/hari.
2. Hipersaliva a. Menyikat gigi.
b. Berkumur.
c. Menghisap permen yang
mengandung mint.
3. Pusing a. Istirahat dan tidur serta
menghilangkan stres.
b. Mengurangi aktivitas dan
menghemat energi.
c. Kolaborasi dengan dokter
kandungan.
4. Mudah lelah a. Melakukan pemeriksaan kadar
zat besi.
b. Menganjurkan ibu untuk
beristirahat siang hari.
c. Menganjurkan ibu untuk minum
lebih banyak.
d. Menganjurkan ibu untuk
olahraga ringan.
e. Mengkonsumsi makanan
seimbang.
5. PenIngkatan frekuensi a. Latihan kegel.
berkemih b. Menyarankan ibu untuk buang
air kecil secara teratur.
c. Menghindari penggunaan
pakaian ketat.
6. Konstipasi a. Konsumsi makanan berserat.
b. Terapi farmakologi berupa
laxatif oleh dokter kandungan.
7. Heartburn a. Menghindari makan tengah
malam.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
17

b. Menghindari makan porsi


besar.
c. Memposisikan kepala lebih
tinggi pada saat terlentang.
d. Mengunyah permen karet.
e. Tidak mengkonsumsi alkohol
maupun rokok.
Sumber : Irianti, Bayu, dkk. 2013

2) Ketidaknyamanan pada Trimester II

Tabel 2.2. Ketidaknyamanan pada Trimester II

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Pusing a. Cukup istirahat.
b. Menghindari berdiri secara
tiba-tiba dari posisi duduk.
c. Hindari berdiri dalam waktu
lama.
d. Jangan lewatkan waktu makan.
e. Berbaring miring kiri.
2. Sering berkemih a. Menyarankan ibu untuk
banyak minum disiang hari
dan mengurangi minum
dimalam hari.
b. Menyarankan ibu untuk buang
air kecil secara teratur.
c. Menghindari penggunaan
pakaian ketat.
3. Nyeri perut bawah a. Menghindari berdiri secara
tiba-tiba dari posisi jongkok.
b. Mengajarkan ibu posisi tubuh
yang baik.
4. Nyeri punggung a. Memberitahu ibu untuk
menjaga posisi tubuhnya.
b. Menganjurkan ibu untuk
melakukan evcercise selama
hamil.
c. Menganjurkan ibu untuk
mengurangi aktivitas serta
menambah istirahat.
5. Flek kecoklatan pada a. Anjurkan ibu untuk
wajah dan Sikatrik menggunakan lotion.
b. Menganjurkan ibu untuk
menggunakan bra yang
berukuran lebih besar.
c. Anjurkan ibu untuk diet
seimbang.
d. Anjurkan ibu untuk
menggunakan pelembab kulit.
6. Sekret vagina berlebih a. Mengganti celana dalam bila
basah atau lembab.
b. Memelihara kebersihan alat
reproduksinya.
7. Konstipasi a. Mengkonsumsi makanan yang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
18

berserat.
b. Memenuhi kebutuhan
hidrasinya.
c. Melakukan olahraga ringan
secara rutin.
8. Penambahan berat a. Memberikan contoh makanan
badan yang baik dikonsumsi.
b. Menghitung jumlah asupan
kalori.
9. Pergerakan janin a. Mengajarkan ibu cara untuk
merasakan gerakan janin,
misalnya dengan menyiapkan
2 wadah kosong dan manik-
manik, kemudian anjurkan ibu
untuk memindahkan manik-
manik tersebut kedalam wadah
lainnya selama 2 jam dan
merasakan gerakan janinnya.
10. Perubahan psikologis a. Memberikan ketenangan pada
ibu dengan memberikan
informasi yang dibutuhkan ibu.
b. Memberikan motivasi dan
dukungan pada ibu.
c. Melibatkan orang terdekat
dan/atau keluarga pada setiap
asuhan.
Sumber : Irianti, Bayu, dkk. 2013

3) Ketidaknyamanan pada Trimester III

Tabel 2.3. Ketidaknyamanan pada Trimester III

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Sering buang air kecil a. Ibu hamil disarankan untuk
tidak minum saat 2-3 jam
sebelum tidur.
b. Kosongkan kandung keming
sesaat sebelum tidur.
c. Agar kebutuhan air pada ibu
hamil tetap terpenuhi,
sebaiknya minum lebih banyak
pada siang hari.
2. Pegal-pegal a. Sempatkan untuk berolahraga
atau beraktivitas ringan.
b. Senam hamil.
c. Mengkonsumsi susu dan
makanan yang kaya kalsium.
d. Jangan berdiri/duduk/bergerak
terlalu lama.
e. Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3. Hemoroid a. Hindari konstipasi
b. Makan makanan yang berserat
dan banyak minum.
c. Gunakan kompres es atau air
hangat.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
19

d. Bila mungkin gunakan jari untuk


memasukan kembali hemoroid
kedalam anus dengan pelan-
pelan.
e. Bersihkan anus dengan hati-
hati sesudah defekasi.
f. Usahakan BAB dengan teratur.
g. Ajarkan ibu tidur dengan posisi
knee chest 15 menit/hari.
h. Senam kegel untuk
menguatkan perineum dan
mencegah hemoroid.
d. Konsul ke dokter sebelum
menggunakan obat hemoroid.
4. Kram dan nyeri pda a. Lemaskan bagian tubuh yang
kaki kram dengan cara mengurut.
b. Pada saat bangunn tidur, jari
kaki ditegakkan sejajar tumit
untuk mencegah kram
mendadak.
c. Meningkatkan asupan kalsium.
d. Meningkatkan asupan air putih.
e. Melakukan senam ringan.
f. Istirahat cukup.
5. Gangguan pernafasan a. Latihan nafas melalui senam
hamil.
b. Tidur dengan bantal yang tinggi.
c. Makan tidak terlalu banyak.
d. Konsultasi ke dokter bila ada
kelainan asma dan lain-lain.
6. Oedema a. Meningkatkan periode istirahat
dan berbaring pada posisi
miring kiri.
b. Meninggikan kaki bila duduk.
c. Meningkatkan asupan protein.
d. Menganjurkan untuk minum 6-8
gelas cairan sehari untuk
membantu diuresis natural.
e. Menganjurkan ibu untuk cukup
berolahraga.
7. Perubahan libido a. Informasikan pada pasangan
bahwa masalah ini normal dan
disebabkan oleh pengaruh
hormon estrogen dan/atau
kondisi psikologis.
b. Menjelaskan pada ibu dan
suami untuk mengurangi
frekuensi hubungan seksual
selama masa kritis.
c. Menjelaskan pada keluarga
perlu pendekatan dengan
memberikan kasih sayang pada
ibu.
Sumber : Hutahaean. Serri, 2013

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
20

e. Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

1) Genetalia

Tabel 2.4. Organ-organ yang membentuk alat reproduksi

perempuan

No. Genetalia Eksterna Genetalia Interna


1. Mons veneris Vagina
2. Labia mayora Uterus
3. Labia minora Tuba falopii
4. Klitoris Ovarium
5. Vestibulum
6. Hymen
7. Perineum
Sumber : Asrinah, 2010

2) Panggul

Panggul bagi perempuan merupakan organ khusus dan

sangat memegang peranan penting pada saat persalinan,

karena janin yang akan lahir harus melewati pangul.

Tulang panggul merupakan sebuah corong, bagian atas

yang lebar disebut panggul besar yang mendukung isi

perut, sedangkan bagian bawah tulang panggul menjadi

tempat alat kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir

yang disebut panggul kecil.

Tulang panggul terdiri dari 4 buah panggul, yaitu :

a) Tulang pangkal paha (os cocsae) 2 buah, terdiri

dari: tulang usus (os ilium), tulang duduk (os

iskium), dan tulang kemaluan (os pubis).

b) Tulang kelangkang (os sacrum) 1 buah.

c) Tulang tungging (os cocsigys) 1 buah (Asrinah,

2010).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
21

Ukuran panggul adalah sebagai berikut :

a) Pintu atas panggul

Merupakan batas atas dari panggul kecil yang

berbentuk oval, dari promotorium, sayap sacrum,

linea inominata, ramus superior osis pubis, dan

pinggir atas simpisis.

b) Bidang luas panggul

Merupakan bidang dengan ukuran terbesar,

terbentang antara pertengahan simpisis,

pertengahan asetabulum dan pertemuan antara

ruas kedua dan ketiga tulang kelangkang. Ukuran

muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang

12,5 cm. Pada bidang ini biasanya tidak

menimbulkan kesukaran dalam persalinan.

c) Bidang sempit panggul (bidang tengah panggul)

Merupakan bidang dengan ukuran kecil, di setinggi

pinggir bawah simpisis, terdapat dua spina

iskiadika. Ukuran belakang 11,5 cm, ukuran

melintang 10 cm, diameter sagitalis posterior yaitu

dari sacrum ke pertengahan antar spina iskiadika 5

cm.

d) Pintu bawah panggul

Terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama

yaitu garis yang menghubungkan kedua tuber

iskiadikum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
22

belakang adalah ujung os sacrum, sisanya adalah

ligamentum sakro tuberosum kiri dan kanan,

segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis (Asrinah,

2010).

f. Perubahan-perubahan janin

1) Sistem Kardiovaskuler

Perjalanan darah dari plasenta melalui vena unbilikal

adalah setelah melewati dinding abdomen, pembuluh

vena umbilikal mangarah atas menuju hati, membagi

menjadi 2 yaitu sinus porta ke kanan memasuk darah ke

hati dan duktus venusus yang berdiameter lebih besar,

akan bergabung dengan vena kava inverior masuk ke

atrium kanan. Darah ini mengandung oksigen seperti

arteri yang akan langsung menyemprot melalui feramen

ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya

melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh

tubuh. (Prawirohardjo, 2010)

Darah dari ventrikel kanan akan mengalir kearah paru.

Karena paru belum berkembang, sebagian besar darah

dari jantung kanan akan dialirkan ke aorta melalui arteri

pulmonalis dan suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah

itu akan bergabung di aorta desending bercampur dengan

darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh.

(Prawirohardjo, 2010)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
23

2) Sistem Respirasi

Gerakan nafas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan

12 minggu dan pada 34 minggu secara regular gerak

nafas ialah 40-60/menit.

Tabel 2.5. Perkembangan fungsi organ janin

Usia Gestasi Organ


Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru.
Jari-jari telah berbentuk, namun masih tergenggam.
6
Jantung telah terbentuk penuh.
Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
7
Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia
eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai
8
terbentuk.
Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin,
kelopak mata terbentuk namun tak akan terbuka sampai 28
9
minggu.
Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester
kedua. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh
lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif, yaitu
13-16 menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk
mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120-
150/menit.
Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh
tubuh diliputi oleh verniks caseosa (lemak). Janin
17-24
mempunyai refleks.
Saat ini disebut permulaan trimester ketiga, dimana
terbentuk perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf
mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah
25-28
membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat
sulit bila lahir.
Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-
70%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas
29-32
telah reguler, suhu relatif stabil.
Berat janin 1500-2500 gram. Bila kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin
33-36
akan dapat hidup tanpa kesulitan.
Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi
akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang,
38-40
tetapi masih kedalam batas normal.
Sumber : Prawirohardjo, 2010

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
24

g. Tanda bahaya kehamilan

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai

sebelum bayi dilahirkan dinamakan perdarahan

intrapartum sebelum kelahiran. Perdarahan pada akhir

kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah,

banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai

dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti

plasenta previa atau absurpsi plasenta.

Tabel 2.6. Diagnosis perdarahan antepartum

Gejala dan Faktor


Penyulit Lain Diagnosis Penatalaksanaan
Tanda Utama Predisposisi
1. Perdarahan Grande 1. Syok Plasenta 1. Tidak
tanpa nyeri, Multipara 2. Perdarahan Previa dianjurkan
usia gestasi setelah melakukan
>22 minggu koitus pemeriksaan
2. Darah 3. Tidak ada dalam.
segar/kehita kontraksi 2. Terapi
man dengan uterus ekspektatif jika
bekuan 4. Bagian kehamilan
3. Perdarahan terendah preterm dengan
dapat terjadi janin tidak perdarahan
setelah miksi masuk PAP sedikit, belum
atau 5. Kondisi janin ada tanda-
defekasi, normal atau tanda inpartu,
aktivitas fisik, terjadi gawat KU ibu baik,
kontraksi janin janin hidup.
Braxton 3. Tirah baring.
Hicks, atau 4. Lakukan USG
koitus untuk
mengetahui
letak plasenta.
5. Berikan MgSO4
4gr IV dosis
awal.
6. Jika keadaan
memburuk,
perbaiki
kekurangan
cairan/darah
dengan infus
cairan intravena
(NaCl 0,9%

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
25

atau RL)
7. Lakukan
penilaian
jumlah
perdarahan.
8. Jika
perdarahan
banyak dan
berlangsung
rujuk ke RS
untuk dilakukan
SC.
1. Perdarahan 1. Hipertensi 1. Syok yang Solusio 1. Perbaiki
dengan nyeri 2. Versi luar tidak sesuai Plasenta kekurangan
intermitten 3. Trauma dengan cairan/darah
atau abdomen jumlah darah dengan infus
menetap 4. Polihidram yang keluar cairan intravena
2. Warna darah nion (tipe (NaCl 0,9%
kehitaman 5. Gemelli tersembunyi) atau RL)
dan cair, 6. Defisiensi 2. Anemia 2. Lakukan
tetapi gizi berat penilaian
mungkin ada 3. Melemah jumlah
bekuan jika atau perdarahan
solusio relatif hilangnya 3. Jika perdarahan
baru gerak janin hebat (nyata
3. Jika ostium 4. Gawat atau
terbuka, janin/hilangn tersembunyi)
terjadi ya DJJ rujuk ke RS.
perdarahan 5. Uterus
berwarna tegang dan
merah segar nyeri
1. Perdarahan 1. Riwayat 1. Syok atau Ruptura Uteri 1. Berikan
intraabdomin SC. takikardia. oksigen.
al dan atau 2. Partus 2. Adanya 2. Perbaiki
vaginal. lama atau cairan bebas kekurangan
2. Nyeri hebat kasip intraabdomin cairan/darah
sebelum (lewat al. dengan infus
perdarahan waktunya). 3. Hilangnya cairan
dan syok, 3. Dispropors gerak dan intravena (NaCl
yang i kepala/ DJJ. 0,9% atau RL)
kemungkina fetopelvis. 4. Bentuk 3. Lakukan
n hilang 4. Kelainan uterus penilaian
setelah letak/ abnormal jumlah
terjadi presentasi. atau perdarahan
regangan 5. Persalinan konturnya 4. Rujuk ke RS.
hebat pada traumatik tidak jelas.
perut bawah 5. Nyeri
(kondisi ini raba/tekan
tidak khas) dinding perut
dan bagian-
bagian janin
mudah
dipalpasi.
1. Perdarahan 1. Solusio 1. Perdarahan Gangguan
berwarna plasenta. gusi. Pembekuan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
26

merah. 2. Janin mati 2. Gambaran Darah


2. Uji dalam memar
pembekuan rahim. bawah kulit.
darah tidak 3. Eklampsia. 3. Perdarahan
menujukan 4. Emboli air dari tempat
adanya ketuban. suntiknya
bekuan dan jarum
darah infus.
setelah
tujuan menit.
3. Rendahnya
faktor
pembekuan
darah,
fibrinogen,
trombosit,
fragmentasi
sel darah
merah.
Sumber : Hani, Ummi, dkk. 2011

2) Sakit kepala yang hebat dan menetap

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering

kali melupakan ketidaknyamanan yang norma dalam

kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah

yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan

tidak ilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan

sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami

penglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala

yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-

eklampsia (Hani, Ummi, dkk. 2011).

3) Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur,

rabun senja)

Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman

visual ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah

normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan

yang mengancam jiwa adalah perubahan visual

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
27

mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang

dan berbintik-bintik. Perubahan visual mendadak mungkin

merupakan suatu tanda pre-eklampsi (Hani, Ummi, dkk.

2011).

4) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdominal tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah tidak normal. Nyeri abdominal yang

mungkin menunjukan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak

hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis,

kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan

preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus,

abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain (Hani, Ummi, dkk.

2011).

Tabel 2.7. Diagnosis nyeri perut pada akhir kehamilan

dan pasca persalinan

Gejala dan Tanda Gejala dan tanda yang Diagnosis


yang selalu Ada kadang ada kemungkinan
1. Teraba his 1. Pembukaan dan Kemungkinan
2. Lendir bercampur pelunakan serviks. persalinan
darah (show) 2. Perdarahan preterm
sebelum 37 pervaginal ringan.
minggu.
1. Teraba his. 1. Pembukaan dan Kemungkinan
2. Lendir bercampur pelunakan servik. persalinan
darah (show) 2. Perdarahan preterm
sesudah 37 pervaginal ringan.
minggu.
1. Nyeri perut hilang 1. Syok. Solutio
timbut atau 2. Uterus terasa plasenta
menetap. tegang/lemas.
2. Perdarah setelah 3. Gerakan janin
kehamilan 22 berkurang/tidak
minggu (dapat ada.
terhadap dalam 4. Gawat janin/tidak
uterus) adanya DJJ.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
28

1. Nyeri perut (dapat 1. Syok. Ruptura uteri


berkurang setelah 2. Distensi
ruptur). abdomen/adanya
2. Perdarahan cairan bebas.
(intraabdomen dan 3. Kontur uterus
atau pervaginam). abnormal.
4. Abdomen terasa
lemas.
5. Bagian janin teraba
dengan mudah.
6. Gawat janin/tidak
adanya DJJ.
7. Denyut jantung ibu
yang cepat.
1. Nyeri perut. 1. Riwayat keluarnya Amnionitis
2. Sekret vagina cair cairan.
dan berbau 2. Uterus teraba
setelah kehamilan lunak.
22 minggu. 3. DJJ cepat.
3. Demam/menggigil. 4. Perdarahan
pervaginam ringan.
1. Nyeri perut Nyeri Sistitis
2. Disuria suprapubik/retropubik.
3. Frekuensi dan
urgensi miksi yang
meningkat
1. Disuria 1. Nyeri Pielonefritis
2. Nyeri perut suprapubik/retropu akut
3. Demam bik.
tinggi/menggigil 2. Nyeri pinggang.
4. Frekuensi dan 3. Nyeri daerah rusuk.
urgensi miksi yang 4. Anoreksia.
meningkat. 5. Mual/muntah.
1. Nyeri perut bawah. 1. Distensi abdomen. Apendisitis
2. Demam tidak 2. Anoreksia.
tinggi. 3. Mual/muntah.
3. Nyeri lepas. 4. Ileus paralisis.
5. Peningkatan sel
darah putih.
6. Tidak teraba
massa pada perut
bawah.
7. Lokasi nyeri lebih
tinggi dari yang
diharapkan.
1. Nyeri perut 1. Perdarahan Metritis
2. Demam/menggigil pervaginam ringan.
3. Lokhea dengan 2. Syok.
pus dan berbau.
4. Uterus terasa
lunak.
1. Nyeri perut bawah 1. Respons buruk Abses pelvis
dan distensi. terhadap
2. Demam/menggigil antibiotika.
yang menetap. 2. Pembengkakan di

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
29

3. Uterus terasa adneksa atau pada


lunak. kavum Douglasi.
3. Pus dari
kuldosentesis.
1. Nyeri perut bawah. 1. Nyeri lepas. Peritonitis
2. Demam tidak 2. Distensi abdomen.
tinggi/menggigil. 3. Anoreksia.
3. Bising usus tidak 4. Mual/muntah.
terdengar. 5. Syok.
1. Nyeri perut. 1. Teraba massa Kista ovarium
2. Massa adneksa lunak pada perut
pada pemeriksaan bagian bawah.
dalam. 2. Perdarahan
pervaginam ringan.
Sumber : Hani, Ummi, dkk. 2011

5) Bengkak pada muka dan tangan

Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang

setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang

lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal

jantung atau preeklampsia (Hani, Ummi, dkk. 2011).

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya sejak bulan kelima

atau bulan keenam, bahkan beberapa ibu dapat

merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling

sedikit tiga kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan

lebih mudah terasa jika berbaring atau istirahat dan jika

ibu makan minum dengan baik (Hani, Ummi, dkk. 2011).

h. Kebutuhan dasar ibu hamil

Sasaran asuhan antenatal ialah meminimalkan setiap efek

yang berpotensi membahayakan perempuan hamil dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
30

bayinya, dengan memenuhi kebutuhan ibu hamil, baik fisik

maupun psikologisnya.

Tabel 2.8. Kebutuhan fisik ibu hamil

No. Kebutuhan Keterangan


1. Meningkatnya jumlah progesteron selama
Oksigen kehamilan mempengaruhi pusat
pernafasan.
2. Nutrisi a. Kalori
Jumlah kalori yang dibutuhkan ibu
hamil adalah 2500 kalori setiap
harinya. Jumlah kalori yang berlebih
dapat menyebabkan obesitas dan ini
merupakan faktor predisposisi atas
terjadinya preeklamsia.
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan ibu
hamil adalah 85 gram/hari. Sumber
protein : kacang-kacangan, ikan,
ayam, susu, keju. Defesiensi protein
dapat menyebabkan kelahiran
prematur, anemia, dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah
1,5 kg/hari. Sumber kalsium : susu,
keju, yoghurt dan kalsium karbonat.
d. Zat besi
Diperlukan 30 mg/hari asupan zat
besi bagi ibu hamil. Kekurangan zat
besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat
besi.
e. Asam folat
Jumlah asam folat yang dibutuhkan
ibu hamil sebesar 400 mikro
gram/hari. Kekurangan asam folat
dapat menyebabkan anemia
megaloblastik.
f. Air
Air berfungsi untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh, karena itu
dianjurkan untuk minum 6-8 gelas
(1500-2000 ml) air, susu, dan jus tiap
24 jam.
3. Personal hygiene Perubahan anatomik pada perut, area
genetalia/lipat paha dan payudara
menyebabkan lipatan-lipatan kulit
menjadi lebih lembab dan mudah
terinfeksi oleh mikroorganisme.
Sebaiknya, mandi menggunakan
pancuran atau gayung. Selain itu,
mengganti celana dalam secara rutin
minimal dua kali sehari.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
31

4. Pakaian Pakaian harus longgar, bersih dan tidak


ada ikatan ketat dibagian perut. Bahan
pakaian harus dapat menyerap keringat.
Pakailah bra yang menyokong payudara.
Memakai sepatu dengan hak rendah.
5. Eliminasi Keluhan yang sering terjadi pada ibu
hamil adalah konstipasi dan sering BAK.
Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan banyak
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
banyak minum air putih, jika merasa
dorongan untuk BAK/BAB maka
segeralah untuk BAK/BAB.
6. Seksual Hubungan seksual selama kehamilan
tidak dilarang selama tidak ada riwayat
abortus, kelahiran prematur, perdarahan
pervaginam.
Sumber : Asrinah, dkk. 2010

i. Asuhan kehamilan

1) Definisi asuhan kehamilan (ANC)

Asuhan kehamilan adalah asuhan ibu hamil oleh bidan

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk menjamin keamanan dan

kepuasan serta kesejahteraan ibu dan janin selama

periode kehamilan. Asuhan antenatal adalah upaya

preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk

optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui

serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama

kehamilan (Prawirohardjo, 2009).

2) Standar pelayanan minimal ANC 10 T yaitu :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Ukur tekanan darah

c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

d) Ukur tinggi fundus uteri

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
32

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

f) Pemberian imunisasi TT lengkap

g) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama

kehamilan

h) Periksa laboratorium

i) Tatalaksana / penanganan kasus

j) Temu wicara

(Kepmenkes RI, 2012)

3) Tujuan asuhan kehamilan

Menurut Saifudin (2004), tujuan antenatal care adalah :

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan

fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

c) Mengenali sejak dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil

termasuk riwayat penyakit secara umum.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat ibu dan bayinya.

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan

dengan normal dan persiapan untuk pemberian ASI.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam

menerima kelahiran bayinya agar tumbuh kembang

normal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
33

4) Manfaat asuhan kehamilan

Manfaat asuhan antenatal bagi ibu hamil adalah

mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi

kehamilan. Mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan mental, fisik ibu hamil untuk menghadapi

persalinan, meningkatkan kesehatan ibu setelah

persalinan dan bisa memberikan ASI. Konseling dalam

pemakaian alat kontrasepsi KB, memberikan nasehat dan

petunjuk berbagai masalah yang berkaitan dengan

kehamilannya serta berusaha menetapkan kehamilan

dengan resiko tinggi akan menentukan pertolongan

persalinan yang aman (Manuaba, 2010).

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu

sehingga bisa mengurangi persalinan premature, berat

bayi lahir rendah, juga meningkatkan kesehatan bayi

sebagai titik awal kualitas sumber daya manusia

(Manuaba, 2010).

5) Jadwal pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 3-4 kali, yaitu

1 kali pemeriksaan pada trimester I dan II serta 2 kali

pemeriksaan pada trimester III (Hutahaean, Serri. 2013).

a) Kunjungan pertama antenatal care

Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan

kehamilan saat usia kehamilan antara 0 sampai 3

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
34

bulan. Pemeriksaan kali pertama ini bertujuan

untuk:

a.1 Menentukan diagnosis ada tidaknya

kehamilan.

a.2 Mengetahui riwayat kesehatan ibu.

a.3 Menentukan usia kehamilan dan perkiraan

persalinan.

a.4 Melakukan pemeriksaan fisik secara umum

misalnya tekanan darah, berat badan, dan

pemeriksaan fisik head to toe (Hutahaean,

Serri. 2013).

b) Jadwal kunjungan kedua antenatal care

Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan

kehamilan saat usia kehamilan antara 4 sampai 6

bulan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk :

b.1 Mengetahui keluhan ibu dan tipe gerakan

janin.

b.2 Mengetahui komplikasi kehamilan dan

pengobatannya (preeklampsia, gemelli, infeksi

alat reproduksi dan saluran perkemihan)

(Hutahaean, Serri. 2013).

c) Jadwal kunjungan ketiga antenatal care

Pemeriksaan kehamilan ketiga dilakukan pada saat

usia kehamilan 32 minggu, dilakukan untuk :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
35

c.1 Mengetahui keluhan ibu dan tipe gerakan

janin.

c.2 Mengetahui komplikasi kehamilan dan

pengobatannya (preeklampsia, gemelli, infeksi

alat reproduksi dan saluran perkemihan)

(Hutahaean, Serri. 2013).

d) Jadwal kunjungan keempat antenatal care

Pemeriksaan kehamilan keempat merupakan

pemeriksaan yang terakhir dan dilakukan pada usia

kehamilan antara 32-36 minggu. Pada pemeriksaan

ini akan dilakukan :

d.1 Mengetahui keluhan-keluhan yang muncul.

d.2 Mengetahui pergerakan janin.

d.3 Mengetahui tipe kontraksi rahim.

d.4 Mengenali adanya kelainan letak dan

presentasi.

d.5 Mengenali tanda-tanda persalinan.

d.6 Memantapkan rencana persalinan

(Hutahaean, Serri. 2013).

6) Pemeriksaan Ibu Hamil

a) Anamnesis

Berisi identitas ibu hamil, suami, keluhan, riwayat

kesehatan, pola aktifitas, HPHT, dan HPL.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
36

b) Pemeriksaan fisik diagnostik

Pemeriksaan fisik seluruh tubuh (head to toe)

dengan cara :

b.1 Inspeksi : tekanan darah, nadi, suhu,

respirasi, jantung, dan paru-paru.

b.2 Perkusi : reflek patella

b.3 Palpasi : meraba bagian-bagian janin pada

perut ibu untuk menentukan posisi dan

keadaan janin didalam uterus.

b.4 Auskultasi : menggunakan stetoskop obstetrik

untuk mendengarkan denyut jantung janin

(DJJ) yang dapat didengarkan pada bulan ke

4-5 (Sofian, 2012).

2. PERSALINAN

a. Definisi

Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi janin dan uri yang hidup ke dunia luar dari rahim

melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2002).

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

adanya kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan

perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dangan

kelahiran plasenta (Chapman, Vicky. 2006).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
37

Menurut jenis, persalinan dibagi menjadi dua yaitu partus biasa

(normal) dan partus luar biasa (abnormal). Partus biasa

(normal) disebut juga partus spontan bila bayi lahir dalam

presentasi kepala tanpa memakai alat atau pertolongan

istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi. Umumnya

berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar biasa

(abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat

atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea

(Prawirohardjo, 2002).

Menurut umur kehamilan dikenal istilah persalinan matures

atau aterm (cukup bulan) yaitu persalinan antara umur

kehamilan 37 sampai 42 minggu, berat janin diatas 2500 gram

dan sering pula dikenal istilah persalinan presipitatus yaitu

persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam

(Manuaba, 2002).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terbagi atas dua,yaitu jalan lahir keras dan

jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan

lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul,

sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak

adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang,

serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina

(Sondakh, 2013).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
38

2) Power (kekuatan)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :

a) Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang

menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam

bentuk gelombang.

b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan

abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi

ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan

intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada

semua sisi dan menambah kekuatan dalam

mendorong keluar (Sondakh, 2013).

3) Passenger (penumpang)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah

ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi

janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta

adalah letak, besar dan luasnya (Sondakh, 2013).

c. Sebab-sebab mulainya persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan

mulainya kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada

saat kehamilan, yaitu :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
39

1) Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim dan

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,

rangsangan mekanis.

2) Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,

rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan

otot polos relaksasi.

Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan

yang seimbang sehingga kehamilan bisa dipertahankan.

Perubahan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin

yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat

menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton hicks. Oksitosin

iduga bekerja bersama melalui hormon prostaglandin yang

makin meningkat mulai umur kehamilan 15 minggu sampai

aterm sewaktu-waktu partus. Disamping faktor gizi ibu hamil

dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh

penting untuk mulainya kontraksi rahim. Dengan demikian

dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan

terjadinya proses persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
40

1) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam

batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut

terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

2) Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan

28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu

akibat otot-otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesteron tertentu.

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst

posterior. Perubahan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton hicks. Menurunnya konsentrasi

progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin

dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai.

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meninngkat sejak umur

kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.

Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi

persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
41

5) Teori hipotalamus-pituitary dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan sering terjadi

keterlambatan persalinan kaarena tidak terbentuk

hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973).

6) Teori berkurangnya nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh

Hippokrates. Bila nutrisi pada janin kekurangan makanan

hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

d. Tanda dan gejala menjelang persalinan

1) Lightening

Mulai dirasakan kira-kira 2 minggu sebelum persalinan,

adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvik

minor. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke

posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia

kehamilan 8 bulan.

2) Perubahan serviks

Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas

kontraksi braxton hiks. Serviks menjadi lunak, mulai

menipis dan sedikit terbuka.

3) Persalinan palsu

Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat

nyeri. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari

atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu

sebelum mengawali persalinan yang sejati.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
42

4) Ketuban pecah dini

Pada kondisi normal ketuban pecah pada akhir kala satu

persalinan. Apabila terjadi sebelum masuk fase

persalinan itu disebut ketuban pecah dini.

5) Bloody show

Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan

terjadi dalam 24-48 jam. Bloody show sering terlihat

sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket yang

harus dapat dibedakan dari perdarahan murni.

6) Kontraksi

Kontraksi uterus bersifat intemten sehingga ada periode

relaksasi uterus dianntara kontraksi. Kontraksi pada

persalinan aktif berlangsung dari 45-90 detik dengan

durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal kontraksi

berlangsung 15-20 detik (Cuningham, 2012).

e. Menentukan penurunan bagian terbawah janin

1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas

simfisis pubis.

2) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah

memasuki pintu atas panggul.

3) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah

memasuki rongga panggul.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
43

4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih

berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun

melewati bidang tengah rongga panggul.

5) 1/5 jika hanya satu dari 5 jari masih dapat meraba bagian

terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian

telah masuk kedalam rongga panggul.

6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba

dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin

sudah masuk ke rongga panggul (JNPK 2008).

f. Tahapan persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks

membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala

pembuakaan. Kala II juga disebut dengan kala pengeluaran,

oleh kekuatan his dan kekuatan mengejan janin didorong keluar

sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie,

plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV

dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian, dalam

kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan

postpartum.

1) Persalinan kala I

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I jika sudah

terjadi pembukaan serviks dan kontraksi sudah teratur

minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
44

Kala I dimulai dari saat pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi menjadi 2

fase, yaitu :

a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks

membuka sampai 3 cm.

b) Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks

membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi terjadi

lebih kuat dan sering dan dibagi menjadi 3 fase :

b.1 Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b.2 Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm

menjadi 9 cm.

b.3 Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat

sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm

menjadi lengkap (Sulistyawati. A, dkk, 2012).

Proses diatas terjadi pada primigravida maupun

multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka

waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I

berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida

berlangsung ±8 jam (Sondakh. 2013).

2) Persalinan kala II

Gejala umum kala II adalah sebagai berikut :

a) His semakin kuat, dengan interval dua sampai tiga

menit dengan durasi 50 sampai 100 detik.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
45

b) Apabila selaput ketuban belum pecah dan

pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan

tindakan amniotomi. Amati cairan yang keluar. Jika

terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban

maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah

lahir karena hal tersebut menunjukan adanya

hipoksia dalam rahim atau selama proses

persalinan (JNPK-KR, 2008).

c) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

d) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati

lengkap diikuti keinginan mengejan akibat

tertekannya pleksus frankenhauser.

e) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong

kepala bayi sehingga terjadi :

d.1 Kepala membuka pintu.

d.2 Sub occiput bertindak sebagai hipomoglion,

kemudian secara berturut-turut lahir ubun-

ubun besar, dahi, hidung, dan muka, serta

kepala seluruhnya.

f) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi

luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

3) Persalinan kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
46

Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan

mempertahankan tanda-tanda dibawah ini :

a) Uterus menjadi globuler (bundar).

b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim.

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Cara melahirkan plasenta adalah dengan menggunakan

teknik dorsokranial. Pengeluaran selaput ketuban dan

selaput janin biasanya lahir dengan mudah. Namun

kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang

tertinggal. Bagian yang tertinggal tersebut dapat

dikeluarkan dengan cara :

a) Menarik pelan-pelan.

b) Memutar atau memilin seperti tali.

c) Memutar dengan klem.

Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti

setelah dilahirkan. Bagian plasenta yang diperiksa yaitu

permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 6-20

kotiledon, permukaan fetal dan apakah terdapat tanda-

tanda plasenta suksenturia.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
47

Kala III terdiri dari dua fase, yaitu :

a) Fase pelepasan plasenta

Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain :

a.1 Schultze

Proses lepasnya plasenta seperti menutup

payung. Cara ini merupakan cara yang paling

sering terjadi (80%). Bagian yang lepas

terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi

retroplasental hematoma yang menolak

plasenta mula-mula bagian tengah, kemudian

seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan

biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan

berjumlah banyak setelah plasenta lahir.

a.2 Duncan

Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini

lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%.

Darah akan mengalir keluar antara selaput

ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari

tengah dan pinggir plasenta.

b) Fase pengeluaran plasenta

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya

plasenta adalah :

b.1 Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan

diatas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
48

tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika

diam atau maju berarti sudah lepas.

b.2 Klien

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila

tali pusat kembali berarti belum lepas, diam

atau turun berarti lepas (cara ini tidak

digunakan lagi).

b.3 Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus,

bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum

lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas.

Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah

rahim menonjol diatas simfisis, tali pusat

bertambah panjang, rahim bundar dan keras,

serta keluar darah secara tiba-tiba.

4) Persalinan kala IV

Kala IV mulai lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada

kala IV ini dilakukan observasi terhadap perdarahan

pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam

pertama (Sulistyawati. A, 2010).

a) Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a.1 Tingkat kesadaran pasien

a.2 Pemeriksaan vital sign : tekanan darah, suhu,

nadi, respirasi

a.3 Kontraksi uterus

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
49

a.4 Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap

masih normal bila jumlah tidak melebihi 400-

500 cc.

b) Komplikasi kala IV

b.1 Robekan vagina, perineum atau serviks

b.2 Tanda atau gejala syok

b.3 Tanda atau gejala dehidrasi

b.4 Tanda atau gejala infeksi

b.5 Tanda atau gejala preeklampsia ringan

b.6 Gejala preeklampsia berat

b.7 Kandung kemih penuh (JNPK-KR, 2008)

g. Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu dan bayi yang dapat diberikan oleh bidan

adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri

“Bagaimanakah bila hal tersebut atau masalah tersebut terjadi

pada saya sendiri atau pada keluarga saya sendiri.”

Persalinan merupakan proses yang alami atau fisiologis. Setiap

perempuan yang menginginkan kehamilan dan bayinya,

pastilah akan melalui suatu proses persalinan. Tanpa seorang

penolong, proses persalinan tetap dapat berlangsung. Namun,

yang menjadi permasalahan adalah apakah proses persalinan

tersebut berjalan sesuai yang diharapkan, yang berarti apakah

ibu dan bayi dapat terselamatkan? Maka dari itu, untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
50

persalinan, maka diperlukan peran seorang bidan. Mengingat

bahwa persalinan merupakan suatu proses yang alami, maka

jika tidak ada indikasi, bidan diharapkan tidak melakukan

intervensi yang tidak perlu terutama tanpa persetujuan ibu.

Dengan demikian, diharapkan persalinan akan berlangsung

dengan aman dan nyaman sesuai yang diharapkan bidan, ibu

dan keluarganya. Selain itu, asuhan sayang ibu dan bayi dapat

diberikan oleh bidan pada setiap kala persalinan dengan

mengacu pada hak-hak klien, yaitu :

1) Memberi pelayanan kepada ibu dengan ramah dan penuh

perhatian.

2) Memberikan semangat dan dukungan pada ibu.

3) Meminta keluarga mendampingi ibu selama proses

persalinan.

4) Memberi kesempatan bagi ibu untuk memilih posisi

meneran sesuai yang diinginkan.

5) Memberi asupan nutrisi yang cukup bagi ibu.

6) Melakukan rawat gabung ibu dan bayinya.

7) Membimbing ibu untuk memeluk bayinya dan sesegera

mungkin memberikan air susu ibu (ASI), diupayakan

pemberiannya dilakukan kurang dari 1 jam atau biasa

disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

8) Memantau kondisi ibu setelah melahirkan.

9) Memberikan asupan nutrisi setelah melahirkan.

10) Menganjurkan ibu untuk beristirahat setelah melahirkan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
51

11) Mengajarkan ibu atau keluarga dan suami mengenali

tanda dan gejala bahaya yang mungkin terjadi.

12) Mengajarkan ibu, keluarga, dan suami cara untuk mencari

pertolongan disaat terjadi hal yang berbahaya (Sondakh,

2013).

h. Tujuan asuhan persalinan

Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang

memadai selama persalinan dalam upaya mencapai

pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

i. Asuhan persalinan normal

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan/atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10

unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di

dalam partus set.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
52

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah

sikut, mencuci kedua tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril

untuk semua pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik

(dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi

atau steril) dan meletakan kembali di partus set/wadah

disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi

tabung suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat

tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke

belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti

sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua

sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan

dekontaminasi, langkah # 9).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
53

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban

belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskan daam keadaan terbaik serta merendamnya

didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci

kedua tangan (seperti di atas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (100-180 kali/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal.

b) Mendokumentasi hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

Pimpinan Meneran

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi

yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
54

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan

pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran. Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

sesuai dengan pilihannya.

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan

dan semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
55

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam)

meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam)

untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak

mempunyai untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut

dan beristirahat diantara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk

ibu dengan segera.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah

bokong ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
56

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan

lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat

pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-

lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan

atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi

dengan kain atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak

harus dilakukan)

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan

segala proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, lakukan

klem tali pusat di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

Lahir Bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Dengan

lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
57

hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke

arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah dua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

melalui kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah

perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke

tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan

tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan

bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat

dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan

yang ada diatas (anterior) dari punggung ke arah kaki

bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir.

Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati,

membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (warna kulit, gerakan bayi, dan

tangisan bayi dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi

diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia, melakukan resusitasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
58

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan

handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan

penyuntikan oksitosin/IM.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm

diatas perut bayi. Melakukan pengurutan tali pusat mulai

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm

dari klem pertama.

28) Memegang tali pusat denga satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain/selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil

tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai Inisiasi Menyusui

Dini.

Oksitosin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan

palpasi abdomen untuk mengetahui janin tunggal.

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 unit/IM di gluteus atau 1/3 atas paha

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
59

kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih

dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu,

tepat diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini

untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan

uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan

yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan

lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada

bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke

arah atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati

untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika

plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi

berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan

rangsangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran

sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
60

kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit :

b.1 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit/IM

b.2 Menilai kandung kemih dan dilakukan

kateterisasi

b.3 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

b.4 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

b.5 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam

waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan 2 tangan.

Memegang plasenta dengan 2 tangan dan dengan hati-

hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban itu.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau

forseps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
61

Pemijatan uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke

ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan

bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta didalam kantong plastik atau tempat

khusus.

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selama 15 detik mengambil tindakan yang

sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami

perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

43) Mencelupka kedua tangan yang memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan

yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
62

desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan

kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi

atau steril atau meningkatkan tali desinfeksi tingkat tinggi

dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari

pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam

larutan klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya. Memastikan handuk/kainnya bersih/kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam:

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca

persalinan.

c) Setiap 20-30 menit dalam jam kedua pasca

persalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

laksanakan perawatan yang sesuai untuk

penatalaksanaan atonia uteri.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
63

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan

penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia

lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana

melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi

uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung

kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca

persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan

yang tidak normal.

Kebersihan dan Keamanan

53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam

tempat sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir,

darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
64

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minum dan makan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,

membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (Prawirohardjo, 2010).

j. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan

kala I persalinan dan memberikan informasi untuk membuat

keputusan klinik. Tujuan utama membuat partograf adalah

sebagai berikut :

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal.

3) Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi

ibu, kondisi bayi grafik kemajuan proses persalinan

(Sondakh, 2013).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
65

k. Komplikasi dan kondisi resiko tinggi pada persalinan

1) Persalinan prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan 21 minggu dan 37 minggu. Penyebab dari

persalinan prematur yaitu penyakit kardiovaskuler,

diabetes melitus, hipertensi gestasional, infeksi,

pembedahan atau trauma abdomen, kelainan plasenta,

ketuban pecah dini, hidramnion, dan kehamilan kembar.

Penanganan tirah baring jika diperlukan terapi dengan

preparat tokolitik syaratnya yaitu kehamilan kurang dari

20 minggu, dilatasi serviks melebihi 4 cm, effacement

serviks lebih dari 50% (Anita, 2014).

2) Kelainan letak

a) Letak sungsang

Letak sungsang adalah kehamilan dengan janin

letak memanjang dengan bokong atau kaki sebagai

bagian terendah. Penatalaksanaannya yaitu

melakukan USG terlebih dahulu untuk memeriksa

keadaan janin dan melakukan penapisan yaitu

panggul sempit, anak mahal, primitua, TBJ > 3500

gram, presentasi kaki kecuali TBJ > 1800 gram.

Jika keadaan diatas tidak ada maka dapat dilakukan

persalinan pervaginam jika salah satu keadaan

diatas ada maka dilakukan persalinan dengan SC.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
66

b) Letak lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin

melintang di dalam uterus dengan kepala pada

posisi yang satu sedangkan bokong berada pada

posisi yang lain. Penatalaksanaannya yaitu dengan

persalinan sectio caesaria apabila janin hidup usia

kehamilan > 28 minggu. Dilakukan embriotomi

apabila janin mati (Anita, 2014).

3) Inersia uteri

Kontraksi yang sifatnya jarang, lemah dan waktunya

singkat. Keadaan ini dapat terjadi setiap saat dalam

proses persalinan meskipun umumnya digolongkan

menjadi primer dan sekunder. Penanganannya yaitu

dengan perbaikan kekuatan kontraksi, peningkatan

istirahat, pelaksanaan analgesia dengan obat seperti

morfin sulfat yang mungkin akan menimbulkan sadasi

sehingga pasien dapat beristirahat (Anita, 2014).

4) Syok

Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan gangguan

sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat

memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan

tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme. Penyebab

terjadinya syok adalah perdarahan, neurologis,

enditoksik/septik, anafilaktik, emboli, komplikasi

anastesis, dan kombinasi. Penangannan syok yaitu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
67

hentikan segera penyebab perdarahan, bersihkan saluran

nafas, pasang dua set infus untuk transfusi, terapi obat-

obatan, monitoring (Prawirohardjo, 2009).

5) Ketuban pecah dini (KPD)

Pecah ketuban ini didefinisikan sesuai dengan jumlah jam

dari waktu pecah ketuban sampai masuk persalinan.

Interval ini disebut periode laten dan dapat terjadi kapan

saja dari 1 sampai 12 jam atau lebih (Varney, 2007).

6) Prolaps tali pusat

Terjadi dua jenis prolaps yaitu menumbung biasanya

masuk kedalam palviks atau terkemuka yaitu tali pusat

barada disamping bagian presentasi tetapi tidak masuk

kedalam serviks (Varney, 2007).

7) Distosia bahu

Distosia bahu adalah presentasi sefalik dengan bahu

anterior terjempit diatas simpisis pubis bukan masuk ke

pelvis minor (Varney, 2007).

8) Disproporsi sefalopelvik (CPD)

CPD adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran

pelviks yaitu ukuran pelviks yang tidak terlalu besar untuk

mengakomodasi keluarnya janin. CPD akan

menyebabkan kegagalan dalam kemajuan persalinan

(Anita, 2014).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
68

9) Ruptur uterus

Penyebabnya adalah cedera atau defik pada uterus yang

terjadi sebelum atau selama kehamilan. Ruptur uteri

terjadi karena uterus mengalami strain yang berlenihan.

Penangannan yaitu penggantian cairan, pemberian

oksigen IV untuk menghasilkan kontraksi uterus dan

meminimalkan perdaranhan dan jika mungkin lakukan

operasi sectio caesaria (Anita, 2014).

3. BAYI BARU LAHIR

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan yang

aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000

gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut

selama jam pertama setelah kelahiran (Sarwono. 2013).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai

umur 28 hari, dapat menyesuaikan diri dari lingkungan didalam

uterus ke luar uterus (Prawirohardjo, 2006).

b. Ciri-ciri bayi normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai kriteria

sebagai berikut :

1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram

2) Panjang badan bayi 48-50 cm

3) Lingkar dada bayi 32-34 cm

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
69

4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit

kemudian menurun sampai 140-120x/menit pada saat

bayi berumur 30 menit.

6) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira

80x/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi

suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya

berlangsung antara 10-15 menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan

subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caesseose

(lemak pada kulit bayi).

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tampak baik.

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genetalia : testis sudah turun (pada anak laki-laki), labia

mayora telah menutupi labia minora (pada anak

perempuan).

11) Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.

12) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar dalam 24

jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan dan

lengket (Sondakh, 2013).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
70

c. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional

neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar

uterus.

1) Sistem Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam

waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi

pertama kali untuk mempertahankan tekanan

alveoliselain adanya surfaktan yang dengan menarik

nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga

udara tertahan didalam. Respirasi pada neonatus

biasanya pernafasannya diafragmatik dan abdominal

(Wafi Nur. 2010).

2) Suhu tubuh

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat

stress karena perubahan suhu lingkungan sehingga dapat

menyebabkan kehilangan panas pada bayi. Bayi baru

lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme

yaitu: konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi. Untuk

mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara

lain dengan mengeringkan bayi, menyelimuti bayi,

menutup kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk

dan menyusui bayinya, jangan segera memandikan bayi

baru lahir (Wafi Nur. 2010).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
71

3) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari

pada tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal

per kg Bb akan lebih besar. Pada jam-jam pertama energi

didapatkan dari perubahan karbohidrat (Wafi Nur. 2010).

4) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron

belum sebanyak orang dewasa (Wafi Nur. 2010).

5) Traktus Digestivus

Traktus disgtivus relatif lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada Neonatus

traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam

kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran

mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4

hari biasanya tinjau sudah berbentuk dan berwana

biasa.enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah

terdapat pada neonatus kecil enzim amilase (Wafi Nur.

2010).

6) Hati

Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir

daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum

sempurna (Wafi Nur. 2010).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
72

7) Keseimbangan asam basa

Derajat keasaman (pH) darah dalam waktu lahir rendah

karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah

mengkonpensasi asidosis ini (Wafi Nur. 2010).

d. Pengkajian umum bayi baru lahir

1) Tanda vital

a) Bunyi jantung pada menit pertama ±180x/menit

kemudian turun sampai 140-120x/menit ketika bayi

berumur 30 menit.

b) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama

±80x/menit disertai pernafasan cuping hidung

(Sondakh, 2013).

c) Bayi cukup bulan memiliki suhu normal yaitu aksila :

36,5oC-37oC dan suhu kulit 36oC-36,5oC (Varney,

2007).

2) Antropometri

a) Berat badan antara 2500-4000 gram.

b) Panjang badan 48-50 cm.

c) Lingkar kepala 33-35 cm.

d) Lingkar dada 32-34 cm (Sondakh, 2013).

3) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

a) Kepala : ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar,

adanya caput succedaneum, cepal hematoma,

kraniotabes.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
73

b) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan,

subkonjungtiva, tanda-tanda infeksi (pus).

c) Hidung dan mulut : periksaan terhadap labio skisis,

labiopalatoskisis, dan refleksi isap (dinilai dangan

mengamati bayi saat menyusu).

d) Telinga : periksa terhadap preaurical tog, kelainan

daun/bentuk telinga.

e) Leher : periksaan terhadap hematom

sternocleidomastoideus, ductus thyroglossalis,

hygroma colli.

f) Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran

buah dada, pernapasan, retraksi intercostol,

subcostal sifoid, merintih, pernapasan cuping

hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular,

bronkial, dan lain-lain).

g) Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi

bunyi janung, kelainan bunyi jantung.

h) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit

(pembesaran hati, limpa, tumor aster), scaphoid

(kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia

esofagus tanpa fistual).

i) Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan,

jumlah darah pada tali pusat, hernia ditali pusat atau

di selangkangan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
74

j) Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah

berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung

(pada bayi lai-laki), vagina berlubang, apakah labia

mayor menutupi minora (pada bayi perempuan).

k) Lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam

sesudah lahir, bila tidak, harus waspada terhadap

atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga

harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran

urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, uri

keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak

keluar dalam 24 jam, maka harus diperhatikan

kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih

(Sondakh, 2013).

e. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo,

2008) meliputi :

1) Saat lahir sampai 2 jam pertama

Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan

untuk melihat adanya kemampuan bayi menghisap

dengan kuat, bayi tampak aktif atau lunglai, dan warna

kulit kemerahan atau biru. Seorang bidan sebelum

meninggalkan bayi perlu melihat apakah terdapat

gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat

bawaan (Prawirohardjo, 2008).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
75

2) Pemantauan 0-8 jam

a) Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera

setelah lahir dan diletakkan didekat ibu serta pada

ruangan yang sama.

b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi

dilaksanakan dalam 1 ruangan dengan ibunya atau

di ruangan khusus.

3) Asuhan 8-48 jam

Asuhan yang diberikan yaitu menjaga kehangatan tubuh

bayi baru lahir, pencegahan infeksi, pemberian ASI

eksklusif (Prawirohardjo, 2008).

4) Asuhan 2-7 hari

Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi :

a) Menilai pertumbuhan bayi

b) Pemberian minuman dan nutrisi

c) Pemberian ASI eksklusif

5) Asuhan 7-28 hari

a) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat

dilaksanakan di pelayanan kesehatan atau melalui

kunjungan rumah.

b) Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu, bayi

didampingi ibu atau keluarga saat dilakukan

pemeriksaan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
76

6) Asuhan 6 minggu pertama

Asuhan yang diberikan pada bayi usia 6 minggu yaitu

mempertahankan suhu normal bayi dan pemberian nutrisi

(Prawirohardjo, 2008).

f. Refleks pada Bayi Baru Lahir

Tabel 2.9. Refleks pada Bayi Baru Lahir

Refleks Respons Normal


Bayi baru lahir menolehkan kepala kearah
Rooting dan stimulus, membuka mulut, dan mulai mengisap bila
mengisap pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dangan
jari atau puting
Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan
Menelan
mengisap bila cairan di taruh dibelakang lidah
Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung
Ekstrusi
lidah disentuh dengan jari atau puting
Ekstensi simetris biateral dan abduksi seluruh
ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk
membuka huruf ‘c’, diikuti dengan adduksi
Moro
ekstremitas dan kembali keflesi relaks jika posisi
bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan
telentang pada permukaan yang darat
Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan
Melangkah kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan
bila satu kaki disentuh pada permukaan rata
Bayi akan berusaha untuk merangkak kedepan
Merangkak dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan
telungkup pada permukaan datar
Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kapala
Tonik leher atau ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang
fencing berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan
kesatu sisi selagi istirahat
Bayi melkukan abduksi dan fleksiseluruh
ekstremitas dan dapat mulai menangis bila
Terkejut
mendapatkan gerakan memdadak atau suara
keras
Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan
kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah
berusaha untuk memindahkan stimulus kekaki
Ekstensi silang
yang lain bila diletakkan telentang; bayi akan
mengekstensikan satu kaki sebagai respons
terhadap stimulus pada telapak kaki
Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketukan
Glabellar ‘blink’
pertama pada batang hidung saat mata terbuka
Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
Palmar grasp menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di
tangan bayi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
77

Jari bayi akan melekuk disekeliling beban seketika


Plantar grasp
bila jari diletakkan di telapak kaki bayi
Jari-jari bayi akan hiperekstensi dan terpisah
Tanda Babinski seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari tumit keatas
melintas bantalisi bantalan kaki
Sumber : Sondakh, 2013

g. Inisiasi Menyusu Dini

1) Pengertian IMD

Inisisasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya dibiarkan

setidaknya selama satu jam segera setelah lahir,

kemudian bayi akan mencari payudara ibu sendiri. Cara

bayi melakukan inisisasi menyusu dini ini dinamakan the

brest crawl atau merangkak mencari payudara (Sondakh,

2013).

2) Prinsip pemberian IMD

a) Setelah bayi lahir tali pusat segera diikat.

b) Tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi

bersentuhan langsung ke kulit ibu, selimuti bayi dan

beri topi.

c) Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu

jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu

sendiri.

d) Beri dukungan pada ibu untuk mengenali saat bayi

siap untuk menyusu. Menyusui dimulai 30 menit

setelah bayi lahir.

e) Memberikan kolostrum pada bayi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
78

f) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam, mintalah ibu untuk

memeluk dan membelainya. Sebagian besar bayi

akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60

menit.

g) Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu

sebelum bayi menyusu (Sondakh, 2013).

3) Manfaat IMD bagi ibu dan bayi

a) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko

perdarahan pasca persalinan dan menunda ovulasi.

b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan

meningkatkan produksi ASI.

c) Memberikan kekebalan pasif pada bayi.

d) Meningkatkan kecerdasan.

e) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan

menghisap, menelan dan bernafas.

f) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

g) Mencegah kehilangan panas.

h) Meningkatkan berat badan (Sondakh, 2013).

h. Kebutuhan dasar bayi

1) Cairan dan nutrisi

Semua bayi harus mendapatkan cukup cairan dan nutrisi

dalam satu jam pertama kehidupan, baik entera/maupun

parentera. Untuk bayi prematur atau sakit kebutuhan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
79

cairan atau kalori dapat dihitung yaitu mengusahakan

asupannya sampai 150-175 ml/kg per 24 jam pada hari

ke 5-7 kehidupan. Berikan ASI sesering mungkin sesuai

dengan keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau

sesuai kebutuhan bayi yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit

setiap 4 jam) pergantian antara payudara kiri dan kanan.

Berikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

selanjutnya berikan ASI selama 2 tahun dengan makan

pendamping ASI (MPASI) (Vivian, 2011).

2) Eliminasi

a) Berkemih (BAK)

Bayi baru lahir harus berkamih dalam 12 jam

pertama kehidupan dan jika diberikan susu dengan

tepat. Harus berkemih minimal 6-10 kali setiap 24

jam. Umumnya bayi cukup bulan akan

mengeluarkan urien 15-16 ml/kg/hari. Untuk

menjaga bayi tetap bersih dan kering maka setelah

BAK harus diganti pokoknya (Vivian, 2011).

b) Defekasi (BAB)

Mekonium harus dikeluarkan dalam 24 jam pertama

kehidupan dan dapat berlangsung selama 48 jam

dengan catatan bayi deberi susu dengan tepat.

Warna dan konsistensi feses akan berubah menjadi

terang, lebih berwarna kuning hijau dan kurang

lengket dibandingkan mekonium. Feses yang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
80

berubah ini dapat berlanjut selama 48 jam dan

kemudian feses menjadi kuning, dan lebih lunak.

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi

selama minggu pertama dan jumlah paling banyak

antara hari ketiga dan keempat karenan feses

transisi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu

kedua yang awal frekuensi sebanyak 5-6 kali setiap

hari minggu 1 dan 2 kali sehari. Bayi mulai memiliki

pola defekasi yang normal pada minggu kedua

kehidupannya (Vivian, 2011).

3) Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya

sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata

tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi

terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan (Vivian,

2011).

4) Kebersihan kulit

Kebersihan kulit bayi perlu dijaga. Mandi dengan

membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap

hari, tetapi bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat

perlu dibersihkan secara teratur. Dan jika ingin

memegang bayi harus cuci tangan (Vivian, 2011).

5) Keamanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga

keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya jangan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
81

meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu

perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi

selain ASI (Vivian, 2011).

i. Tanda bahaya bayi

1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit.

2) Terlalu hangat (>38oC) atau terlalu dingin (<36oC).

3) Kulit bayi kering terutama 24 jam pertama, biru, pucat

atau memar.

4) Isapan lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk

berlebihan.

5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk,

berdarah.

6) Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh

meningkat, merah, bengkak, keluar cairan dan

pernafasan sulit.

7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses

lembek atau cair, berwarna hijau tua dan terdapat lendir

atau darah (Vivian, 2011).

j. Komplikasi bayi baru lahir dan penanganannya

Macam-macam komplikasi yang terjadi pada BBL yaitu :

1) Asfiksia neonatorum

Ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
82

disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus. Diagnosis

hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan

ditemukannya tanda-tanda gawat janin seperti denyut

jantung janin menurun, terdapat mekonium dalam air

ketuban, pemeriksaan pH darah janin turun sampai

dibawah 7,2. Tindakan yang dilakukan ialah dengan

melakukan resusitasi (Prawirohardjo, 2007).

2) Kaput suksadaneum

Kelainan ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,

sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada

bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat

pengeluaran serum dari pembuluh darah. Kaput

suksadaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan

biasanya menghilang setelah 2-5 hari (Prawirohardjo,

2007).

3) Cephalhematoma

Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal

tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang

bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya.

Kelainan ini dapat terjadi pada persalinan lama atau

persalinan yang diakhiri dengan alat seperti ekstraksi

cunam atau ekstraktor vakum. Bila tidak ditemukan gejala

lanjut, cephalhematoma tidak memerlukan perawatan

khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya

setelah 2-12 minggu (Prawirohardjo, 2007).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
83

4) Brachial palsy

Kelainan ini akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada

saat bayi lahir, sehingga terjadi kerusakan pada pleksus

brakialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak

sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha

melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi

kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu

lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada

kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu

depan (Prawirohardjo, 2007).

Penanggulangannya ialah dengan jalan meletakkan

lengan atas dalam posisi abduksi 90o dan putaran ke

luar. Siku berada 90o disertai supinasi lengan bawah

dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan

menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan beberapa

waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa

hari, kadang-kadang sampai 3-6 bulan (Prawirohardjo,

2007).

5) Fraktura klavikula

Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan

melahirkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul

pada persalinan presentasi kepala dengan bayi besar

atau kelahiran sungsang dengan lengan membumbung

ke atas. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah

kelemahan lengan pada sisi yang terkena disertai

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
84

menghilangnya refleks morro pada sisi tersebut.

Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan

imobilisasi dalam posisi abduksi 60o dan fleksi 90o dari

siku yang terkena (Prawirohardjo, 2007).

6) Fraktura humeri

Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam

melahirkan lengan pada presentasi kepala atau pada

sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada

keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat

digerakkan dan refleks morro sisi tersebut hilang.

Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya

imobilisasi lengan selama 2-4 minggu (Prawirohardjo,

2007).

7) Hernia diafragmatika

Disini terdapat lubang diafragma yang hanya ditutup oleh

lapisan pleura dan peritoneum, yang memungkinkan

sebagian isi rongga perut dapat masuk kedalam rongga

dada. Pengobatannya ialah tindakan bedah. Prognosis

bayi disamping tindakan bedahnya sendiri ditentukan pula

ada tidaknya hipoplasi paru pada segmen yang tertekan

serta ada tidaknya komplikasi kardiologi akibat hipoplasi

paru tersebut (Prawirohardjo, 2007).

8) Omfalokel

Terdapat hernia pada dinding perut di sekitar pusat,

sehingga isi rongga perut dapat masuk ke dalam suatu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
85

kantong di atas permukaan rongga perut. Pengobatan

terdiri atas tindakan bedah dengan tujuan untuk menutup

hernia tersebut. Pada herniasi yang besar, tindakan

bedah dilakukan bertahap (Prawirohardjo, 2007).

9) Meningokel

Merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah

tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah

lumbo-sakral (Prawirohardjo, 2007).

10) Hidrochepalus

Merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan

likuor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel-

ventrikel, yang disertai dengan kenaikan tekanan

intrakranial. Pengobatannya ialah dengan pembedahan

bila keadaan memungkinkan (Prawirohardjo, 2007).

11) Anensefalus

Merupakan suatu kelainan kongenital dimana tulang-

tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal dari os

frontalis, os parientalis dan os osipitalis. Pengobatannya

saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati, meninggal

waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir

(Prawirohardjo, 2007).

12) Tetanus neonatorum

Disebabkan oleh Clostridium tetani. Kelainan ini biasa

terjadi pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama

pada nukleus motorik. Pengobatan utama yaitu untuk

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
86

memperbaiki keadaan umum, menghilangkan kejang,

mengikat toksin yang masih beredar, dan pemberian

antibiotika terhadap infeksi (Prawirohardjo, 2007).

13) Ikterus fisiologis

Ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang

tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak

melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai

potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan

suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya

menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-

lambatnya 10 hari pertama (Prawirohardjo, 2007).

14) Berat badan lahir rendah (BBLR)

Yaitu BBL dengan berat bada <2500 gram.

Penatalaksanaannya umumnya sama dengan perawatan

neonatus normal, seperti pengaturan suhu lingkungan,

makanan, mencegah infeksi dan lain-lain, akan tetapi

perlu diperhatikan :

a) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan

janin serta menemukan gangguan pertumbuhan

misalnya dengan pemeriksaan USG.

b) Memeriksa kadar gula darah.

c) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati

hiperviskositasnya (Prawirohardjo, 2007).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
87

k. Imunisasi

1) Pengertian

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan

pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam

tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu (Muslihatun, 2010).

2) Imunisasi dasar

Jadwal imunisasi yang diwajibkan sesuai program

pengembangan imunisasi adalah :

a) BCG

Tujuan dari pemberian vaksin BCG adalah untuk

mengurangi resiko TBC berat. Diberikan pada bayi

umur kurang dari atau sama dengan 2 bulan.

Kontraindikasinya adalah pengobatan buruk,

demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah TBC dan

kehamilan. Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan

karena manfaaatnya diragukan, efektivitas

perlindungan hanya 40%.

b) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B1 diberikan sedini mungkin

setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi

maternal ibu ke bayi. Jadwal selanjutnya hepatitis

B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hepatitis

B-1. Sejak tahun 2005 departemen kesehatan lahir,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
88

dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DPT- hepatitis

B umur 2-3-4 bulan.

c) Polio

Vaksin IPV (inectived polimyelitis vaccine) bisa

diberikan pada anak sehat dengan

imunokompromise atau bersamaan dengan vaksin

DPT. Jadwal pemberian imunisasi poli adalah polio

1 saat lahir. Imunisasi dasar polio 2,3,4 interval

minimal pemberian 4 minggu. Dosis vaksin adalah 2

tetes. Kontraindikasi pemberian imunisasi polio

adalah penyakit akut, demam, muntah atau diare.

d) DPT

DPT adalah toksoid difteria, dan tetanus. Kontra

indikasi adalah riwayat anafilaksis dan ensefalopati

sesudah pemberian vaksis pertusis sebelumnya.

Jadwal pemberian imunisasi DPT adalah diberikan

3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6

minggu. DPT ulangan diberikan setelah 1 tahun dari

DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan.

e) Campak

Diberikan satu dosis 0,5 ml suntikan subkutan pada

umur 9 bulan. Imunisasi ulang diberikan pada anak

umur 5-6 tahun, kontraindikasinya adalah demam

tinggi, dengan pengobatan imunoglobulin

(Muslihatun, 2010).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
89

4. NIFAS

a. Definisi

Nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

(Prawirohardjo, 2009).

Menurut Saiffudin (2006), masa nifas (puerperium) dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi

perubahan-perubahan fisiologi, yaitu :

1) Perubahan fisik

2) Involusi uterus dan pengeluaran lokhia

3) Laktasi/pengeluaran susu ibu

4) Perubahan sistem tubuh lainnya

5) Perubahan psikis

b. Tujuan asuhan masa nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian ASI pada bayinya dan perawatan bayi sehat.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
90

4) Konseling HIV / AIDS dan memberikan pelayanan

keluarga berencana.

c. Periode masa nifas

Tahapan/periode masa nifas (Suherni, 2009), yaitu :

1) Puerperium dini

Yaitu masa pemulihan saat-saat ibu diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial

Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ

genital. Kira-kira antara 6-8 minggu.

3) Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

persalinan mempunyai komplikasi.

d. Kunjungan masa nifas

Jadwal kunjungan rumah paling sedikit 4 kali kunjungan nifas

dilakukan untuk menilai status ibu, bayi baru lahir dan untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang

terjadi (Juraida, dkk, 2013).

1) Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia

uteri.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
91

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

(rujuk bila perdarahan berlanjut).

c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga

bagaimana mencegah perdarahan.

d) Pemberian ASI dini.

e) Mengusahakan hubungan (Bonding dan

Attachment) antara ibu dan BBL.

f) Mencegah hipotermia.

g) Mengawasi kondisi ibu selama 2 jam pascapartum.

2) Kunjungan 6 hari setelah persalinan, tujuannya :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal untuk

berkontraksi.

b) Menjamin fundus uteri berada dibawah pusat dan

tidak terjadi perdarahan abnormal serta tidak ada

bau.

c) Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

d) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan

dan istirahat.

e) Memastikan ibu menyusui dengan baik.

f) Memberikan konseling tentang asuhan bayi sehari-

hari.

3) Kunjungan 2 minggu setelah persalinan, tujuannya :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal untuk

berkontraksi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
92

b) Menjamin fundus uteri berada dibawah pusat dan

tidak terjadi perdarahan abnormal serta tidak ada

bau.

c) Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

d) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan

dan istirahat.

e) Memastikan ibu menyusui dengan baik.

f) Memberikan konseling tentang asuhan bayi sehari-

hari.

4) Kunjungan 6 minggu setelah persalinan, tujuannya :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit

yang ibu atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

e. Perubahan fisiologis masa nifas

1) Involusi uterus

Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam

keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini

dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi

otot-otot polos uterus.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
93

Tabel 2.10 Perubahan serviks

Diameter
Berat bekas
Involusi TFU Uterus melekat Keadaan serviks
(gr) plasenta
(cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahr 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek
1 minggu Pertengahan pusat- Beberapa hari setelah
500 7,5
simpisis post partum dapat dilalui
2 minggu Tak teraba diatas 2 jari,
350 3-4
simpisis Akhir minggu pertama
6 minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 dapat dimasuki 1 jari
8 minggu Sebesar normal 30
Sumber : Vivian, 2013

2) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim salama masa nifas.

Lokhea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap

wanita. Sekret mikroskopik lokhea terdiri atas eritrosit,

peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Pengeluaran

lokhea dapat dibagi menurut waktu dan warnanya, yaitu:

a) Lokhea rubra

Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai hari

ketiga masa nifas. Lokhea ini berwarna merah dan

terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.

b) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir karena pengaruh plasma darah,

pengeluarannya pada hari ke-3 sampai ke-5

postpartum.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
94

c) Lokhea serosa

Lokhea ini muncul pada hari ke-5 sampai ke-9

postpartum. Warnanya kekuningan atau kecoklatan.

Lokhea ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum.

d) Lokhea alba

Lokhea ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum.

Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih

banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks

dan serabut jaringan yang mati.

3) Ovarium dan tuba falopii

Setelah plasenta lahir, produksi ekstrogen dan

progesteron menurun, sehingga menimbulkan

mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada

saat inilah dimulai kembali proses ovulasi, sehingga

wanita dapat hamil kembali.

4) Perubahan sistem pencernaan

Setelah plasenta lahir terjadi pula penurunan produksi

progesteron, sehingga menyebabkan nyeri ulu hati

(heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari

pertama.

5) Perubahan sistem perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum.

Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami

dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
95

postpartum. Pada awal postpartum kandung kemih

mengalami edema, kongesti dan hipotonik. Hal ini

disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala II

persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama

proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan

oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan

trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.

6) Perubahan sistem endokrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG

dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali

setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urin

ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat

dalam plasma.

7) Perubahan sistem kardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama persalinan dan

berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus

dikeluarkan beberapa hari pertama postpartum dan akan

kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum.

8) Perubahan tanda vital

Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun

secara perlahan dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi

menjadi normal setelah persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
96

f. Perubahan/adaptasi psikologis pada masa nifas

Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu

tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi

setiap wanita atau pasangan suami isteri. Ada banyak

perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan yang lalu dan

bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu nifas

mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari

lingkungannya. Perubahan peran seorang ibu memerlukan

adaptasi yang harus dijalani. Tanggungjawab menjadi seorang

ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.

Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya

merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani

adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase

sebagai berikut :

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang

berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua

setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu

terutama pada dirinya sendiri.

2) Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa

tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
97

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga

timbul percaya diri.

3) Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima

tanggungjawab akan peran barunya yang berlangsung

sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta

kepercayaan dirinya mulai meningkat. Ibu lebih mandiri

dalam memenuhi kebutuhan diri dari bayinya. Dukungan

dari suami dan keluarga sangat diperlukan dalam fase ini.

g. Kebutuhan dasar ibu nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada

ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air

susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang

bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat bayi

akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta

kebiasaan maka yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah

terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting

adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu

yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayinya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
98

2) Ambulasi

Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat

konservatif,di mana puerperal harus tidur terlentang

selama 40 hari.kini perawatan puerperium lebih aktif

dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu

sebagai berikut :

a) melancarkan pengeluaran lokai, mengurangi infeksi

puerperium.

b) Mempercepat involusi uterus.

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal adan alat

kelamin.

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah

sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran

sisa metabolisme.

3) Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK). Setelah ibu melahirkan, terutama

bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih

bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh

iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga

penderita takut BAK. Buang Air Besar (BAB). Defekasi

(buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum.

Berikut adalah cara agar dapar BAB dengan teratur.

a) Diet teratur.

b) Pemberian cairan yang banyak.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
99

c) Ambulasi yang baik.

d) Bila takut buang airbesar secara episiotomi, maka

diberikan laksan supposotria.

4) Personal higiene

Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi

sendiri di kamar mandi. Bagian yang paling utama

membersihkan adalah :

a) Puting susu

b) Partum lokhea

c) Perineum

5) Istirahat

Umumnya seorang ibu akan merasa lelah setelah

melahirkan bayinya. Seorang ibu juga akan merasa

cemas apakah mampu untuk merawat bayinya atau tidak.

Hal ini mengakibatkan susah tidur. Alasan lainnya adalah

terjadi gangguan pola tidur akibat dari beban kerja yang

bertambah.

6) Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika

luka episiotomi telah sembuh dan lokhea telah berhenti.

Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda hingga 40

hari masa nifas karena pada saat itu diharapkan organ-

organ tubuh telah pulih kembali.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
100

h. Komplikasi pada masa nifas

1) Hemoragi

Perdarahan pasca persalinan primer

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah

bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca

persalinan. Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah

atonia uteri dan sisa plasenta (80%), laserasi jalan lahir

(20%), serta gangguan faal pembekuan darah pasca-

solusia plasenta. Berikut adalah faktor resiko dari

komplikasi ini, yaitu :

a) Partus lama

b) Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan kembar.

Makrosomia)

c) Perdarahan antepartum

d) Pasca-induksi oksitosin atao MgSO4

e) Korioamnionitis

f) Mioma uteri

g) Anestesia (Vivian, 2011)

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Perdarahan kala III (plasenta belum lahir)

Masase fundus uterus untuk memicu kontraksi

uterus disertai dengan tarikan tali pusat terkendali.

Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah

berkontraksi dengan baik, periksa kemungkinan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
101

adanya laserasi jalan lahir atau pun ruptur. Bila

[lasenta belum dapat dilahirkan maka segera

melakukan manual plasenta. Bila setelah dilahirkan

terlihat plasenta tidak lengkap, maka segera di

lakukan eksplorasi kavum uteri atau kuretase

(Vivian, 2011).

b) Perdarahan pasca persalinan primer (true HPP)

b.1 Periksa apakah plasenta lengkap.

b.2 Masase fundus uteri.

b.3 Pasang infus RL dan berikan uterotonik

(oksitosin, methergin, atau mesoprostol)

b.4 Bila perdalahan > 1 liter pertimbangkan

trasfusi.

b.5 Periksa faktor pembekuan darah.

b.6 Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan

terus terjadi, periksa kemungkinan adanya

laserasi jalan lahir.

b.7 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan

kompresi bimanual.

b.8 Bila perdarahan terus berlangsung,

pertimbangkan ligasi arteria hipogastrika

(Vivian, 2011).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
102

2) Infeksi masa nifas

a) Endometritis

Infeksi ini sering terjadi disebabkan oleh kuman

yang memasuki endometrium melalui luka bekas

insersio plasenta dan dalam waktu singkat. Tanda

dan gejala endometritis adalah sebagai berikut :

a.1 Peningkatan demam secara persisten hingga

40oC, bergantung pada keparahan infeksi.

a.2 Takikardi.

a.3 Menggigil dengan infeksi berat.

a.4 Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.

a.5 Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.

a.6 Subinvolusio.

a.7 Lokhea sedikit, tidak berbau, atau berbau

tidak sedap, lokhea seropurelenta (Vivian,

2011).

Penanganannya dengan obat antimikroba

spektrum-luas termasuk sefalosporin (misalnya

cefoxistin, cefotetan) dan penisilin spektrum-luas,

atau inhibitor kombinasi penicillin/betalaktamase

(augmentin, unasyn). Kombinasi klindamisin dan

gentamisin juga dapat digunakan, seperti

metronidazol jika ibu tidak menyusui. Endometritis

ringan dapat ditangani dengan terapi oral meskipun

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
103

infeksi yang lebih serius memerlukan hospitalisasi

untuk terapi intravena (Vivian, 2011).

b) Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang

dapat terjadi melalui beberapa cara penyebaran

melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau

dari endometritis, penyebaran langsung dari luka

pada serviks yang meluas sampai ke dasar

ligamentum, serta penyebaran sekunder dari

tromboflebitis. Penderita tampak sakit, nadi cepat

dan perut nyeri (Vivian, 2011).

c) Peritonitis

Peritonitis berasal dari parametritis yang menyebar

ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke

peritoneum atau langsung sewaktu tindakan per

abdominal (Vivian, 2011).

3) Infeksi saluran kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif

tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung

kemih akibat trauma kandung kemih saat persalinan,

pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari

perineum, atau kateterisasi yang sering. Pengobatannya

dengan pemberian antibiotika golongan nitrofurantoin,

sulfonamid atau sefalosporin (Vivian, 2011).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
104

4) Mastitis

Mastitis atau infeksi payudara merupakan komplikasi

pada wanita menyusui. Mastitis dibedakan dari

peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat

pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam

payudara. Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara

oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera

payudara. Penanganan terbaik mastitis adalah dengan

pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan mencuci

tangan menggunakan sabun antibakteria secara cermat,

pencegahan pembesaran dengan menyusui lebih sering,

posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga

payudara yang baik tanpa konstriksi, membersihkan

hanya dengan air (Vivian, 2011).

5) Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi

darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah

darah karena hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma

terjadi karena ruptur pembuluh darah spontan atau akibat

trauma. Tanda-tanda umum hematoma adalah nyeri

ekstrem diluar proporsi ketidaknyamanan. Jika diduga

terjadi hematoma, penting untuk mengkonsultasikannya

dengan dokter (Vivian, 2011).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
105

i. Asuhan Masa Nifas

Asuhan pada masa nifas dilakukan untuk memantau keadaan

ibu pasca persalinan. Hal ini bertujuan untuk mengawasi dan

mengetahui sejak dini keluhan ibu agar dapat segera dilakukan

penanganan.

1) Pengkajian data fisik

a) Riwayat kesehatan

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan ialah:

a.1 Keluhan yang dirasakan ibu saat ini

a.2 Adakah kesulitan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari

a.3 Riwayat tentang persalinan

a.4 Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini

a.5 Perasaan ibu saat ini yang berkaitan dengan

kelahiran bayi dan penerimaan terhadap

peran baru sebagai orang tua

a.6 Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan

perawatan bayi sehari-hari

a.7 Bagaimana perencanaan menyusui nanti

a.8 Bagaimana dukungan suami dan keluarga

a.9 Pengetahuan ibu tentang nifas

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dan

terfokus pada masa nifas, yaitu :

b.1 Keadaan umum, kesadaran

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
106

b.2 TTV : tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi

b.3 Payudara : pembesaran, puting susu

(menonjol/mendatar, adakah nyeri atau lecet

pada puting), ASI sudah keluar, adakah

pembengkakan, radang, atau benjolan

abnormal.

b.4 Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi

uterus

b.5 Kandung kemih kosong/penuh

b.6 Genetalia dan perineum : lokhea, oedema,

peradangan, keadaan jahitan, puss, tanda-

tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan

perineum, dan hemoroid pada anus.

b.7 Ekstremitas bawah : pergerakan, gumpalan

darah pada otot kaki yang menyebabkan

nyeri, oedema, human’s sign, dan varises.

b.8 Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu.

2) Merumuskan diagnosis

Analisis data dan interpretasi dilakukan untuk

mendapatkan rumusan diagnosis. Berdasarkan data yang

diperoleh, bidan akan memperoleh kesimpulan apakah

masa nifas ibu normal atau tidak. Bidan harus mendeteksi

masalah yang mungkin timbul pada ibu dengan

merumuskan masalah potensial.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
107

3) Merencanakan asuhan kebidanan

Perencanaan asuhan nifas pada ibu dilakukan

berdasarkan pada diagnosa yang didapat. Bidan harus

melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap ibu.

Memantau kondisi ibu setiap 15 menit pada satu jam

pertama dan setian 30 menit pada jam kedua. Bidan tidak

boleh meninggalkan ibu pada 2 jam pertama karena pada

fase ini berbagai kemungkinan/komplikasi dapat

timbul.perhatikan adanya tanda-tanda bahaya pada ibu

maupun bayi.

4) Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan untuk

memastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Berikan

pendidikan kesehatan sesuai dengan perencanaan.

Pastikan bahwa ibu telah mengikuti rencana yang telah

disusun. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan

bidan harus berdiskusi dengan ibu dan keluarga.

5) Evaluasi dan asuhan kebidanan

Evaluasi dari asuhan kebidanan nifas diperlukan untuk

mengetahui keberhasilan yang diberikan.

5. METODE KESEHATAN REPRODUKSI

a. Definisi

Keluarga berencana menurut WHO (World Health

Organisation) adalah tindakan dan upaya untuk membantu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
108

pasangan suami isteri untuk mendapatkan objek tertentu, untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, mengantur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan

dengan umur suami isteri dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga (Hanafi. 2004).

Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur jarak

kelahiran anak (Purwaningsih. 2010).

Jadi, pengertian kontrasepsi adalah upaya untuk

mencegah kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara dan

permanen.

b. Tujuan program KB

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, melalui

pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia. Terciptanya penduduk yang berkualitas

sumber daya yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga (Hanafi. 2004).

c. Sasaran program KB

Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran

langsung dan sasaran tidak langsung tergantung dari tujuan

yang ingin dicapai sasaran langsungnya yaitu pasangan usia

subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
109

dengan cara menurunkan penggunaan kontrasepsi secara

berkelanjutan. Sedangkan secara tidak langsungnya adalah

pelaksaanaan dan pengelolaan KB dengan tujuan untuk

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan

kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai

keluarga yang berkualitas keluarga sejahtera (Hanafi. 2004).

d. Skrining/penapisan KB

1) Tujuan utama dari penapisan

Tujuan utama dari penapisan klien sebelum pemberian

suatu metode kontrasepsi misalnya pil KB, suntikan atau

AKDR adalah untuk menentukan apakah ada kehamilan,

keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan

masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi)

yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih

lanjut (Saiffudin, 2011).

2) Penapisan keluarga berencana

Tanyakan kepada klien hal-hal dibawah ini, bila semua

jawaban klien adalah TIDAK, klien yang bersangkutan

dapat memakai metode yang diinginkannya. Apabila klien

menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan

maka pil kombinasi adalah etode pilihan terakhir (Affandi,

2012).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
110

Tabel 2.11 Penapisan metode kontrasepsi hormonal

No. Pertanyaan Ya Tidak


Hari pertama haid terakhir 7 hari
1.
atau lebih
Menyusui dan kurang dari 6 minggu
2.
pasca salin
Perdarahan/perdarahan bercak
3.
antara haid setelah senggama
4. Ikterus pada kulit atau sklera mata
Nyeri kepala hebat atau gangguan
5.
visual
Nyeri hebat pada betis, paha, dada
6.
atau tungkai bengkak (oedem)
Tekanan darah di atas 160 mmHg
7.
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
8. Massa atau benjolan pada payudara
9. Sedang minum obat-obatan epilepsi
Sumber : Sri Handayani, 2010

Tabel 2.12 Penapisan metode kontrasepsi AKDR

No. Pertanyaan Ya Tidak


Hari pertama haid terakhir 7 hari
1.
atau lebih
Klien (atau pasangan) mempunyai
2.
pasangan seks lain
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penyakit radang panggul atau
4.
kehamilan ektopik
Haid banyak (>1-2 pembalut tiap 4
5.
jam)
6. Haid lama (>8 hari)
Dismenorhea berat yang
7. membutuhkan analgetika dan/atau
istirahat baring
Perdarahan/perdarahan bercak
8.
antara haid setelah senggama
Gejala penyakit jantung valvular
9.
atau kongenital
Sumber : Sri Handayani, 2010

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
111

3) Penapisan metode kontrasepsi mantap

a) Tubektomi

Tabel 2.13 Penapisan metode kontrasepsi Tubektomi

Fasilitas Fasilitas
No. Keadaan Klien
Rawat Jalan Rujukan
DM tidak
terkontrol,
riwayat
KU baik, tidak
gangguan
Keadaan umum ada tanda
pembekuan
1. (anamnesa dan penyakit
darah, ada
pemeriksaan fisik) jantung, paru,
tanda
ginjal
penyakit
jantung, paru
atau ginjal
2. Keadaan emosi tenang Cemas, takut
<160/100 ≥160/100
3. Tekanan darah
mmHg mmHg
>85 kg ; <35
4. Berat badan 35-85 kg
kg
Op abdomen
lainnya,
Bekas SC
Riwayat operasi perlekatan
5. tanpa
abdomen/panggul atau terdapat
perlekatan
kelainan pada
px panggul
Riwayat radang
panggul, Pemeriksaan
Pemeriksaan
6. kehamilan dalam ada
dalam normal
ektopik, kelainan
apendiksitis
7. Anemia Hb≥8gr% Hb<8gr%
Sumber : Sri Handayani, 2010

b) Vasektomi

Tabel 2.14 Penapisan metode kontrasepsi Vasektomi

Fasilitas Fasilitas
No. Keadaan Klien
Rawat Jalan Rujukan
DM tidak
terkontrol,
KU baik,
riwayat
Keadaan umum tidak ada
gangguan
(anamnesa dan tanda
1. pembekuan
pemeriksaan penyakit
darah, ada
fisik) jantung, paru,
tanda penyakit
ginjal
jantung, paru
atau ginjal
2. Keadaan emosi tenang Cemas, takut
3. Tekanan darah <160/100 ≥160/100

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
112

mmHg mmHg
Infeksi atau Tanda-tanda
4. kelainan Normal infeksi atau
skrotum/inguinal ada kelainan
5. Anemia Hb≥8gr% Hb<8gr%
Sumber : Sri Handayani, 2010

Klien tidak hamil apabila tidak melakukan senggama

sejak haid terakhir, sedang memakai metode efektif

secara baik dan benar, sekarang dalam masa 7 hari

pertama haid terakhir, didalam 4 minggu pascapersalinan,

dalam 7 hari pascakeguguran, menyusui dan tidak haid

(Affandi, 2012).

e. Jenis metode KB pascapersalinan

1) Kontrasepsi non hormonal

a) Senggama terputus (coitus interruptus)

Senggama terputus ialah penarikan penis dari

vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini

berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya

ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar

laki-laki dan setelah itu masih ada waktu kira-kira

“detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang

singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis

keluar dari vagina. Keuntungan, cara ini tidak

memerlukan biaya, alat maupun persiapan, tetapi

kekurangannya ialah untuk menyukseskan cara ini

dibutuhkan pengendalian yang besar dari pihak laki-

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
113

laki. Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang

berhasil (Sarwono, 2014).

b) Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau

tanpa tambahan larutan obat segera setelah koitus.

Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma

secara mekanik dari vagina. Efektivitas cara ini

untuk mengurangi terjadinya konsepsi hanya dalam

batas-batas tertentu karena sebelum dilakukannya

pembilasan, spermatozoa dalam jumlah besar

sudah memasuki serviks uteri (Sarwono, 2014).

c) Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged

lactation)

Memperpanjang masa laktasi sering dilakukan

untuk mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui

anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang

amenorea postpartum. Akan tetapi ovulasi pada

suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului

haid pertama setelah partus (Sarwono, 2014).

d) Pantang berkala (rhythm method)

Masa subur yang juga disebut “fase ovulasi” mulai

48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah

ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu,

perempuan tersebut berada dalam masa tidak

subur. Kesulitan cara ini ialah sulit untuk

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
114

menentukan waktu yang tepat dari ovulasi. Ovulasi

umumnya terjadi pada 14+2 hari sebelum hari

pertama haid yang akan datang. Dengan demikian,

pada perempuan dengan haid yang tidak teratur

sangat sulit atau sama sekali tidak dapat

diperhitungkan saat terjadinya ovulasi (Sarwono,

2014).

Tabel 2.15 Menentukan masa subur

Hari
Lamanya Hari Lamanya
terakhir
daur haid pertama daur haid
masa
terpendek masa subur terpanjang
subur
21 hari hari ke-3 21 hari hari ke-10
22 hari hari ke-4 22 hari hari ke-11
23 hari hari ke-5 23 hari hari ke-12
24 hari hari ke-6 24 hari hari ke-13
25 hari hari ke-7 25 hari hari ke-14
26 hari hari ke-8 26 hari hari ke-15
27 hari hari ke-9 27 hari hari ke-16
28 hari hari ke-10 28 hari hari ke-17
29 hari hari ke-11 29 hari hari ke-18
30 hari hari ke-12 30 hari hari ke-19
31 hari hari ke-13 31 hari hari ke-20
32 hari hari ke-14 32 hari hari ke-21
33 hari hari ke-15 33 hari hari ke-22
34 hari hari ke-16 34 hari hari ke-23
35 hari hari ke-17 35 hari hari ke-24
Sumber : Sarwono, 2014

e) Kondom

Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari

penis sewaktu melakukan koitus dan mencegah

pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk

kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal

pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu

berfungsi sebagai penampung sperma. Biasanya

diameternya kira-kira 31-36,5 mm dan panjangnya

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
115

lebih kurang 19 cm. Keuntungan kondom selain

untuk memberi perlindungan terhadap penyakit

kelamin juga dapat digunakan dengan tujuan

kontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya

pasangan yang mempergunakannya merasakan

selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam

koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom

ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya

sperma. Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu

kondom dan ketelitian penggunaannya (Sarwono,

2014).

f) Diafragma vaginal

Merupakan alat kontrasepsi non hormonal yang

dimasukan kedalam vagina sebelum koitus untuk

menjaga jangan sampai sperma masuk kedalam

uterus. Diafragma paling cocok digunakan oleh

perempuan dengan dasar panggul yang tidak

longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.

Tingkat kegagalan lebih tinggi daripada

penggunaan pil atau IUD (Sarwono, 2014).

2) Kontrasepsi hormonal

a) Pil kontrasepsi kombinasi

Metode kontrasepsi dengan menggunakan

kombinasi hormon mengandung hormon estrogen

dan progesteron.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
116

b) Pil sekuensial

Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan karena

tidak seefektif pil kombinasi dan pemakaiannya

hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pil

diminum yang hanya mengandung estrogen saja

untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang

mengandung estrogen dan progesteron untuk 5-7

hari (Sarwono, 2014).

c) Mini-pil

Mini-pil bukan merupakan penghambat ovulasi oleh

karena selama memakan pil mini ini kadang-kadang

ovulasi masih dapat terjadi. Efek utamanya ialah

terhadap lendir serviks dan juga terhadap

endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak

dapat terjadi, mini-pil ini umumnya tidak dipakai

untuk kontrasepsi (Sarwono, 2014).

d) Depo provera (suntikan setiap 3 bulan)

Depo provera ialah alat kontrasepsi yang digunakan

untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai

efek progestagen yang kuat dan sangat efektif.

Mekanisme kerja obat ini dapat menghalangi

terjadinya involusi dengan jalan menekan

pembentukan gonadotropin releasing hormone dari

hipotalamus, mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
117

menghalangi implantasi ovum didalam

endometrium. Keuntungan kontrasepsi ini ialah :

efektivitas tinggi, pemakaiannya sederhana, injeksi

hanya 4x dalam setahun, dan cocok untuk ibu-ibu

yang menyusui anak. Kekurangannya ialah : sering

menimbulkan perdarahan yang tidak teratur

(spotting, breakthrough bleeding), dapat

menimbulkan amenorea (Sarwono, 2014).

e) Monthly injectable (suntikan setiap bulan)

Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormon

progestin dan estrogen seperti hormon alami pada

tubuh perempuan. Mekanisme kerjanya adalah

mencegah keluarnya ovum dari ovarium (ovulasi).

Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk

mendapatkan suntikan (Sarwono, 2014).

3) Alat kontrasepsi dalam rahim

Alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim dengan

menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur

sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan

plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada

yang tidak.

4) Sterilisasi

Sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba

Fallopii perempuan atau kedua vasdeferens laki-laki,

yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
118

hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.

Keuntungan sterilisasi ialah :

a) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga

tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang.

b) Efektivitas hampir 100%.

c) Tidak mempengaruhi libido seksualitas.

d) Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient’s

failure) (Sarwono, 2014).

5) Alat kontrasepsi bawah kulit

Alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin

yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri.

f. Waktu Untuk ber-KB

1) Postpartum : KB suntik, Implant, AKDR, Pil KB

hanya progesteron, Kontap, Metode Sederhana.

2) Pasca – Abortus : KB Susuk atau Implant.

3) Saat Menstruasi : AKDR, Kontap, Metode Sederhana,

KB Suntik.

4) Post – Koitus : KB Darurat.

B. STANDAR ASUHAN PELAYANAN KEBIDANAN

Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan (Nurul, Yanti. 2010), meliputi

24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut :

Standar Pelayanan Umum

1. Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
119

2. Pencatatan dan pelaporan.

Standar Pelayanan Antenatal

3. Identifikasi ibu hamil.

4. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.

5. Palpasi abdominal.

6. Pengelolaan anemia pada kehamilan.

7. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.

8. Persiapan persalinan.

Standar Pelayanan Kebidanan

9. Asuhan persalinan kala I.

10. Persalinan kala II yang aman.

11. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III.

12. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.

Standar Pelayanan Nifas

13. Perawatan bayi baru lahir.

14. Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan.

15. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.

Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal

16. Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III.

17. Penanganan kegawatan pada eklampsia.

18. Penanganan kegawatan pada partus lama/macet.

19. Persalinan dengan penggunaan vakum ekstrator.

20. Penanganan retentio plasenta.

21. Penanganan perdarahan postpartum primer.

22. Penanganan perdarahan postpartum sekunder.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
120

23. Penanganan sepsis puerperalis.

24. Penanganan asfiksia neonatorum.

C. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Langkah-langkah asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney

(Moh. Wildan, 2009) yaitu :

1. Pengumpulan data

Langkah ini dilakukan dengan menggunakan pengkajian melalui

proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan

terbaru atau catatan sebelumnya, data laboratorium dan

membandingkannya dengan hasil studi. Semua data dikumpulkan

dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.

2. Interpretasi data

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar

terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah dan

diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi

yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terfikirkan

perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.

3. Identifikasi diagnosis

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau

diagnosa potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan

diagnosis yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi yanng cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
121

pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan

tindakan segera.

4. Kebutuhan akan tindakan segera

Tahap ini dilakukan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan

beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan.

Kegiatan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan

rujukan.

5. Perencanaan asuhan

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan

perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis

yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh

juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar

pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.

6. Pelaksanaan asuhan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana

sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosis yang

ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan secara mandiri maupun

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

7. Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni

dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan

yang telah dilakukan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang

dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan

secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
122

D. PENDOKUMENTASIAN

Pendokumentasian atau pencatatan manajemen kebidanan dapat

diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data

Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analisis/Assesment, dan P

adalah Planning/Perencanaan. Merupakan catatan yang bersifat

sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini

merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan

(Muslihatun, 2009).

1. Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama

data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi

pasien mengenal kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsunng

dengan diagnosis. Data subjektif ini akan menguatkan diagnosis yang

akan disusun.

2. Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data

yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik

lainnya. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
123

bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan

diagnosis.

3. Analisis/Assesment

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari

data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen

kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif

maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi

sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat.

4. Planning/Perencanaan

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini

dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa

mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu.

E. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No.

900/Menkes/SK/VII/2002 Bab V Pasal 14 sampai Pasal 26 dan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Bab

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
124

III Pasal 9 sampai Pasal 19, tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan, maka dalam menjalankan praktik kebidanan mempunyai wewenang

sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

Pelayanan ini diberikan pada masa pra-hamil, hamil, persalinan,

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Adapun

wewenang bidan berkaitan dengan pelayanan tersebut sebagai

berikut :

a. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.

b. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

c. Penyuluhan dan konseling.

d. Melakukan episiotomi.

e. Melakukan penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

f. Fasilitas bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi

pemberian ASI eksklusif.

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum.

h. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

i. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan.

j. Pemberian surat keterangan kematian dan cuti bersalin.

2. Pelayanan Kesehatan Anak

Pelayanan kesehatan anak diberikan kepada bayi baru lahir, bayi,

anak balita, dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan

kesehatan anak bidan berwenang dalam hal-hal berikut :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
125

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisisasi menyusu dini, injeksi vitamin K,

perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan

perawatan tali pusat.

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera

merujuk.

c. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan.

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra-

sekolah.

f. Pemberian konseling dan penyuluhan.

g. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga

Berencana

Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana meliputi hal-hal

sebagai berikut :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

b. Memberikan kontrasepsi oral dan kondom.

Selain kewenangan diatas, bidan yang dilatih juga mempunyai

kewenangan dalam menjalankan program pemerintah di bidang

pelayanan kesehatan yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pemberian alat kontrasepsi suntik, kontrasepsi dalam rahim,

dan kontrasepsi dibawah kulit.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
126

b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus

penyakit kronis tertentu yang dilakukan dibawah supervisi

dokter.

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan.

d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang

kesehatan ibu, anak, anak usia sekolah, remaja, dan

penyehatan lingkungan.

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak

prasekolah dan anak sekolah.

f. Melakukan pelayanan kebidanan komunitas.

g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan

penyuluhan terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk

pemberian kondom dan penyakit lainnya.

h. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat

adiktif lainnya (napza) melalui informasi dan edukasi.

i. Pelayanan kesehatan lainnya yang merupakan program

pemerintah.

Dalam melaksanakan otonomi, bidan memerlukan kompetensi-kompetensi

baik dari segi pengetahuan umum, keterampilan, dan perilaku yang

berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan

kesehatan secara profesional. Kompetensi tersebut antara lain adalah :

1. Kompetensi ke – 1

Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari

ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
127

dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk

wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

2. Kompetensi ke – 2

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yang tanggapan terhadap budaya, dan pelayanan

menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan

kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan

kesiapan menjadi orang tua.

3. Kompetensi ke – 3

Bidan memberi asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehaan selama kehamilan yang meliputi deteksi

dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

4. Kompetensi ke – 4

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap

budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan

yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu

untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru

lahir.

5. Kompetensi ke – 5

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

6. Kompetensi ke – 6

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada

bayi baru lahir sehat sampai dengan satu bulan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
128

7. Kompetensi ke – 7

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada

bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 bulan).

8. Kompetensi ke – 8

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif

pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya

setempat.

9. Kompetensi ke – 9

Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan

sistem reproduksi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016

Anda mungkin juga menyukai