Anda di halaman 1dari 3

Perdagangan Internasional secara umum berkembang ke arah perdagangan yang lebih

bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional maupun global, cenderung
mengadakan kerja sama dalam bentuk penurunan atau penghapusan sama sekali hambatan-
hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif untuk menciptakan suatu mekanisme
perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif.

Dengan pertimbangan inilah ASEAN akhirnya memutuskan untuk bekerja sama dengan
China dalam bidang perdagangan dengan harapan bahwa kekuatan ekonomi China bisa
memberikan manfaat bagi negara-negara anggota ASEAN dan nantinya juga akan membuat
perekonomian di negara-negara anggota ASEAN ikut berkembang.

dengan potensi pasar sebanyak 1,7 milyar penduduk dan nilai produk domestic bruto antara
US$ 1,5 trilyun US$ 2 trilyun; akan dimulai pada 1 juli 2003 bersamaan dengan pelaksanaan
perdagangan bebas (AFTA)

2. dimana untuk senior ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filifina, Thailand dan Singapura,
pasar bebas akan mulai berlaku pada tahun 2010. Sementara untuk negara anggota
ASEAN lainnya, yaitu Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar mulai berlaku 2015
3. terhadap perdagangan barang sementara secara bebas bersamaan untuk melangkah
pada upaya perdagangan bebas bagi produk jasa.
4. yang didukung prosedur imigrasi yang lebih mudah. China akan memberikan perlakuan
tarif yang menguntungkan bagi tiga negara miskin ASEAN, yaitu Kamboja, Laos, dan
Myanmar
5. -
6. Dalam jangka waktu 10 tahun bagi terwujudnya perdagangan bebas ASEAN-China, China
menawarkan lebih awal sektor-sektor pertanian tertentu. Paket ini akan dilaksanakan
pada tahun 2004
7. di antara Vietnam, kamboja, Myanmar, laos, Thailand, serta provinsi Yunan di China
Selatan dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan perkembangan dikawasan ini.

 *Liberalisasi ekonomi merupakan sebuah paham atau sistem ekonomi yang menempatkan
peran swasta sebagai tokoh utama dari pelaku ekonomi. Dalam ekonomi liberal, peran
pemerintah tidak diperkenankan turut campur. Semuanya diatur oleh swasta ataupun
individu pemilik modal. Dengan demikian, dalam sistem ini masyarakat diharapkan mampu
berkompetisi untuk menjadi yang lebih baik.
 *Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai
satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang
dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen.
 Aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang
melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau
layanan yang ditujukan untuk target yang sama.
 Aliansi strategis adalah kerjasama (partnerships) antara dua atau lebih perusahaan atau unit
bisnis yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang signifikan secara strategis yang saling
menguntungkan (Elmuti dan Kathawala, 2001, p.205).

SEPAK TERJANG

 Penghapusan tarif dan hambatan non tarif dalam perdagangan barang. Dalam hal
penurunan dan penghapusan tarif perdagangan barang disepakati untuk menghapus pajak
impor atau bea impor melalui 3 skenario yaitu Early Harvest Programme (EHP), Normal Track
Programme, serta Sensitive dan Highly Sensitive.

 Meliberalisasi secara progresif perdagangan jasa.


Pelaksanaan liberalisasi dalam perdagangan jasa berarti akan memperlancar akses
pasar jasa antar negara-negara anggota ACFTA.
 Membangun rezim investasi yang kompetitif dan terbuka dalam kerangka ASEAN-China FTA.
Hal ini dilakukan dengan menghapus dan mengupayakan kemudahan berinvestasi antar
negara anggota ACFTA

DAMPAK
 Selanjutnya, 28 persen lahan Eropa ditanami, sedangkan angka ini adalah 19 persen untuk
AS, tapi untuk China hanya 10 persen. Akibatnya, China tidak hanya akan membeli komoditi,
tetapi juga akan berinvestasi di negara-negara penghasil komoditas. Ini akan memperkuat
koridor baru perdagangan dan arus investasi antara China dan Afrika, Amerika Latin
dan Timur Tengah.
 Perdagangan antara ASEAN dan Cina mempunyai kecenderungan menimbulkan dampak bagi
pelaksanaan ACFTA terhadap perdagangan internasional yang semakin menunjukkan
pentingnya perdagangan ASEAN-China bagi keduanya.

 DAMPAK POSITIF BAGI INDONESIA

 1)ACFTA akan membuat peluang kita untuk menarik investasi. Hasil dari investasi
tersebutdapat diputar lagi untuk mengekspor barang-barang ke negara yang tidak menjadi
pesertaACFTA

 2) ACFTA dapat meningkatkan voume perdagangan. Hal ini di


motivasidengan adanya persaingan ketat antara produsen. Sehingga produsen maupun para
importir dapat meningkatkan volume perdagangan yang tidak terlepas dari kualitassumber
yang diproduksi

 3)ACFTA akan berpengaruh positif pada proyeksi laba BUMN 2010 secara agregat. Namun di
samping itu faktor laba bersih, prosentase pay out ratio atas laba jugamenentukan besarnya
dividen atas laba BUMN. Keoptimisan tersebut, karena denganadanya AC-FTA, BUMN akan
dapat memanfaatkan barang modal yang lebih murah dandapat menjual produk ke Cina
dengan tarif yang lebih rendah pula( pemaparan MenkeuSri Mulyani dalam Rapat Kerja
ACFTA dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR RI,Rabu (20/1). Porsi terbesar (91 persen)
penerimaan pemerintah atas laba BUMN saat
ini berasal dari BUMN sektor pertambangan, jasa keuangan dan perbankan dantelekomunik
asi. BUMN tersebut membutuhkan impor barang modal yang cukupsignifikan dan dapat
menjual sebagian produknya ke pasar Cina.

 DAMPAK NEGATIF BAGI INDONESIA

 1.Serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-
sektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah
mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri), sehingga produk Indonesia akan
mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina.

 2. Pasar dalam negeri yang diserbu produk asing dengan kualitas dan harga yang
sangat bersaing mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di berb
agai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja.

 Hal yang membuat pengusaha lokal untuk bertahan hidup adalah bersikap pragmat
is, yakni dengan banting setir dari produsen tekstil menjadi importir tekstil Cina atau
setidaknya pedagang tekstil. Gejala inilah yang mulai tampak sejak awal tahun 2010.

 4. Tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak 2004 hingga 2008 hanya
24,95%, sedangkan tren pertumbuhan ekspor Cina ke Indonesia mencapai 35,09%. Meski
ekspor Indonesia bisa dimaksimalkan, yang sangat mungkin berkembang adalah ekspor
bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki nilai tambah seperti ekspor hasil
industri. Pola ini sangat digemari oleh Cina yang memang sedang “haus” bahan mentah dan
sumber energi untuk menggerakkan ekonominya.

 5.Peranan produksi terutama sektor industri manufaktur dan IKM dalam pasar nasional akan
terpangkas dan digantikan impor yang menyebabkan semakin menurunnya ketersediaan
lapangan kerja.

Anda mungkin juga menyukai