Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Kebijakan Gunting Syafruddin

Written by Tedy Heryansyah | Oct 9, 2017 8:17:00 AM

Hai RG Squad, kalian pernah mendengar tentang Gunting


Syafruddin? Wah kalau belum, berarti harus kita kasih tahu nih. Jadi, maksud
Gunting Syafruddin itu adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Syafruddin Prawiranegara, saat menjabat sebagai Menteri Keuangan pada
masa Kabinet Hatta II. Kebijakan Gunting Syafruddin merupakan salah satu
usaha untuk memperbaiki perekonomian Indonesia sekitar tahun 1950 akibat
agresi militer pada 1947 dan 1949, yang mengakibatkan laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi berat.
Contoh uang pada masa kebijakan Syafruddin (sumber: informasibelajar.com)

Untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar 5,1 miliar rupiah, Menteri


Keuangan saat itu Syafruddin Prawiranegara, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan RIS Nomor PU I, melakukan tindakan pemotongan uang.
Kebijakan ini merupakan kebijakan mata uang pertama kali di Indonesia,
sekaligus kebijakan yang membuat banyak pihak terkejut kala
itu. Kebijakan gunting Syafruddin ini berlaku sejak pukul 20.00 WIB tanggal 10
Maret 1950.

Kebijakan ekonomi Gunting Syafruddin tidak hanya memangkas setengah


dari nilai mata uangnya, tetapi juga dengan cara memotong fisik uang kertas
tersebut menjadi dua bagian. Gunting Syafruddin diterapkan untuk
menggunting mata uang NICA dan mata uang de Javasche Bank pecahan 5
gulden ke atas. Nah, untuk guntingan yang sebelah kiri, masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah. Misal sewaktu membeli sayuran, kita
membayarnya dengan uang guntingan sebelah kiri. Sedangkan yang sebelah
kanan, ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula.
Jika nilai uangnya 5 gulden, maka yang ditukar sebesar 2,5 gulden. Setelah
itu, nantinya akan dibayar tiga puluh tahun kemudian oleh negara, dengan
bunga tiga persen setahun.
Kemudian pada 22 Maret 1950 sampai 16 April 1950, bagian sebelah kiri
sudah harus ditukarkan dengan uang kertas yang baru di bank dan tempat-
tempat yang telah ditentukan. Jika lebih dari tanggal tersebut tidak ditukarkan,
maka uang bagian kiri tersebut sudah tidak lagi dapat digunakan. Di
samping itu, kebijakan ini tidak merugikan rakyat kecil karena yang memiliki
uang 5 gulden ke atas, hanya orang kelas menengah atas waktu itu.

Kebijakan Gunting Syafruddin ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara


jumlah uang dan barang yang beredar, sehingga tidak akan terjadi inflasi
nantinya. Selain itu, menurut Ki Agus Ahmad Badaruddin, seorang mantan
Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan melihat jika arah kebijakan ini
menyasar pada penggantian mata uang baru.

Nah, sekarang sudah jelaskan yang dimaksud Gunting Syafruddin itu? Jadi
intinya, kebijakan tersebut diambil kala itu karena melihat kondisi ekonomi
Indonesia yang memburuk, di mana jumlah uang yang beredar tidak
sebanding dengan jumlah barang yang ada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai