Anda di halaman 1dari 1

NIM : 19/444746/EK/ 22564

Tugas Mingguan Perekonomian Indonesia pertemuan ke-3

Study Case Perekonomian di Indonesia

Issue Ekonomi di Masa Orde Lama

Krisis Ekonomi 1960-an: Sanering Gagal

Indonesia mengalami krisis keuangan pada awal dekade 1950-an. Namun,


keguncangan finansial pada tahun 1960-an lebih berat. Presiden Sukarno beserta perangkat
pemerintahannya pun memberlakukan kebijakan darurat agar perekonomian negara tidak
sekarat.

Menteri Keuangan Kabinet Hatta II, Syafruddin Prawiranegara mengusulkan


kebijakan sanering pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernilai 5 gulden ke atas dipotong
nilainya hingga setengahnya. Nilai itu dianggap tak akan membebani rakyat kecil. Sebab saat
itu, pecahan uang di atas 5 gulden hanya dimiliki mereka dengan ekonomi menengah ke atas.
Pemotongan uang dilakukan secara harfiah. Lembaran uang digunting dibelah menjadi dua.
Potongan pertama menjadi uang dengan nilai setengahnya. Sementara potongan kedua
ditukar sebagai kupon obligasi negara. Obligasi negara yang dipegang hanya bernilai
setengah. Obligasi itu akan dibayar negara 30 tahun kemudian dengan bunga 3 persen setiap
tahun. Kebijakan yang dikenal sebagai Gunting Syafruddin itu bertujuan mengatasi krisis
ekonomi. Mulai dari mengatasi inflasi, mengurangi beban utang luar negeri, dan
menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp 5,1 miliar. Dengan kebijakan ini, jumlah dan
jenis uang yang beredar bisa berkurang.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah yaitu Sanering (pemotongan nilai mata
uang) atau biasa disebut juga gunting Syaffrudin hingga redenominasi (penyederhanaan nilai
mata uang tanpa mengurangi nilai tukar) diterapkan. Namun, kian rumit dan panasnya situasi
politik membuat upaya perbaikan moneter menjadi kurang maksimal, ditambah lagi dengan
terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang akhirnya menumbangkan
rezim Orde Lama.

Anda mungkin juga menyukai