Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SEJARAH INDONESIA

“KONFRONTASI TERHADAP MALAYSIA”


DAN
“PERKEMBANGAN EKONOMI MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN “

Disusun oleh:
Jang Thomas A.N (28)
Jordan Dwiki S.(29)
Kris Agung P.(30)

SMKN 1 JENANGAN PONOROGO


2016/2017
Konfrontasi Terhadap Malaysia

Dwikora Masalah Malaysia merupakan isu


menguntungkan PKI untuk mendapatkan tempat
dalam kalangan pimpinan negara. Masalah ini
berawal dari keinginan Tengku Rahman dari
persekutuan Tanah Melayu dan Lee KuanYudari
Republik Singapura untuk menyatukan kedua negara
tersebut Malaysia. pembentukan Federasi Malaysia
mendapat tentangan dari Filipina dan Indonesia.
karena memiliki keinginan atas wilayah Sabah di
Kalimantan Utara.Filipina menganggap bahwa
wilayah Sabah secara historis adalah milik Sultan
Sulu.
Pemerintah Indonesia pada saat itu menentang
karena menurut Presiden Soekarno pembentukan
Federasi Malaysia merupakan sebagian dari rencana
Inggris untuk mengamankan kekuasaanya di Asia
Tenggara. Federasi Malaysia dianggap sebagai
proyek Neokolonialisme Inggris yang
membahayakan revolusi Indonesia. Oleh karena itu,
berdirinya negara federasi Malaysia ditentang oleh
pemerintah Indonesia. Untuk meredakan ketegangan
di antara tiga negara tersebut kemudian diadakan
Konferensi Maphilindo (Malaysia, Philipina dan
Indonesia) di Filipina pada tanggal 31 Juli-5 Agustus
1963. Hasil-hasil pertemuan puncak itu memberikan
kesan bahwa ketiga pemerintahan berusaha
mengadakan penyelesaian secara sebaik-baiknya
mengenai rencana pembentukan Federasi Malaysia
yang sumber sengketa. Maphilindo menghasilkan
tiga dokumen penting, yaitu Deklarasi Manila,
Persetujuan Manila dan Komunike Bersama. Inti
pokok dari tiga dokumen tersebut adalah Indonesia
dan Filipina menyambut baik pembentukan Federasi
Malaysia itu.
Mengenai pembentukan Federasi Malaysia, ketiga
kepala pemerintahan setuju untuk meminta Sekjen
PBB untuk melakukan pendekatan terhadap
persoalan ini sehingga dapat diketahui keinginan
rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukan ke
dalam Federasi Malaysia. Kemudian ketiga kepala
Sekjen PBB penyelidik . Menindaaklanjuti
permohonan ketiga pimpinan pemerintahan tersebut,
Sekretaris Jenderal PBB membetuk tim penyelidik
yang dipimpin oleh Lawrence Michelmore. Tim
tersebut memulai tugasnya di Malaysia 1963.
Namun sebelum misi PBB menyelesaikan tugasnya
dan melaporkan hasil kerjanya, Federasi Malaysia
diproklamasikan pada tanggal 16 September 1963.
Oleh karena itu, pemerintah RI menganggap
proklamasi tersebut sebagai pelecehan atas martabat
PBB dan pelangggaran Komunike Bersama Manila,
yang secara jelas menyatakan bahwa penyelidikan
kehendak rakyat Sabah dan Serawak harus terlebih
dahulu dilaksanakan sebelum Federasi Malaysia
diproklamasikan.Presiden Soekarno tidak dapat
menerima tindakan yang dilakukan oleh PM Tengku
Abdul Rahman karena menganggap referendum
tidak dijalankan secara semestinya. Konfik di Asia
ini menarik perhatian negara dan menghendaki
penyelesaian pertikaian secara damai. Pemerintah
Amerika Serikat, Jepang dan ini. Namun masalah
pokok yang menyebabkan sengketa dan
memburuknya hubungan ketiga negara tersebut
tetap tidak terpecahkan, karena PM Federasi
Malaysia, Tengku Abdul Rahman tiga negara.
Upaya lainnya adalah melakukan pertemuan
menteri-menteri luar negeri Indonesia, Malaysia dan
Filipina di Bangkok. Namun pertemuan Bangkok
yang dilakukan sampai dua kali tidak yang positif,
sehingga mengalami kemacetan. Ditengah
kemacetan diplomasi itu pada 3 Mei Presiden
Soekarno mengucapkan Dwi Komando (DwiKora)
yang berisi . Perhebat ketahanan revolusi Indonesia
Bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Manila,
Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai untuk
membubarkan negara boneka Malaysia”. Untuk
menjalankan konfrontasi Dwikora, Presiden
Soekarno membentuk. Komando Siaga dengan
Marsekal Madya Oemar Dani sebagai
Panglimanya.Walaupun pemerintah Indonesia telah
memutuskan melakukan konfrontasi secara total,
namun upaya penyelesaian diplomasi terus
dilakukan. Presiden RI menghadiri pertemuan
puncak di Tokyo pada tanggal 20 Juni 1964.
Ditengah berlangsungnya Konfrontasi Indonesia
Malaysia, Malaysia dicalonkan menjadi anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kondisi ini
mendorong pemerintah Indonesia mengambil sikap
menolak pencalonan Malaysia sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB. Sikap Indonesia ini
langsung disampaikan Presiden Soekarno pada
pidatonya tanggal 31 Desember 1964. “Oleh
karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang belum
diubah, yang tidak lagi mencaerminkan keadaan
sekarang, jikalau PBB menerima Malaysia menjadi
anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia, akan
keluar, kita akan meninggalkan PBB sekarang”.
(Taufk Abdullah dan AB Lapian,2012)
Dari pidato tersebut terlihat bahwa keluarnya
Indonesia dari PBB adalah karena masuknya
Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Ketika tanggal 7 Januari 1965
Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB, dengan spontan
Presiden Sokearno menyatakan “Indonesia keluar
dari PBB”.Walaupun Indonesia sudah keluar dari
PBB, sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh
pemerintah Indonesia terkait sengketa Indonesia
Malaysia dan perombakan PBB tetap tidak tercapai.
Karena dengan keluarnya Indonesai dari PBB,
Indonesia kehilangan satu forum yang dapat
digunakan untuk mencapai penyelesaian
persengketaan dengan Malaysia secara damai.
PERKEMBANGAN EKONOMI MASA
DEMOKRASI TRPIMPIN
Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno
mempraktikkan sistem ekonomi terpimpin. Presiden
secara langsung terjun dan mengatur perekonomian.
Pemusatan kegiatan perekonomian pada satu tangan
ini berakibat penurunan kegiatan perekonomian.
Dalam upaya meningkatkan aktivitas perekonomian
Indonesia, pemerintah mengambil beberapa langkah
yang dapat menunjang pembangunan ekonomi
Indonesia. Lankah-langkah yang ditempuh
pemerintah adalah sebagai berikut :
a) Devaluasi Mata Uang Rupiah
Sebagai langkah pertama dalam usaha
perbaikan keadaan ekonomi, maka pada
tanggal 24 Agustus 1959 pemerintah
mendevaluasi mata uang Rp 1.000,00 dan
Rp 500,00 menjadi Rp 100,00 dn Rp
50,00. Mata uang pecahan seratus
kebawah tidak didavaluasi. Tujuan
devaluasi ini adalah untuk meningkatkan
nilai rupiah dan rakyat kecil tidak
dirugikan. Pemerintah juga melakukan
pembekuan terhadap semua simpanan di
bank-bank yang melebihi jumlah Rp
25.000,00. Namun demikian, tindakan
pemerintah itu tidak dapat mengatasi
kemunduran ekonomi sehingga gambaran
ekonomi tetap suram.
b) Menekan Laju Inflasi

Dalam upaya membendung inflasi,


dikeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun
1959yang mulai berlaku sejak tanggal 25
Agustus 1959. Peraturan itu dimaksudkan
untuk mengurangi banyaknya uang yang
beredar agae dapat memperbaiki kondisi
keuangan dan perekonomian negara.
Penghasilan negara berupa devisa dan
penghasilan lain yang merupakan sumber-
sumber penting penerimaan negara
mengalami kemosrotan . hal ini
berpengaruh terhadap merosotnya nilai
mata uang rupiah. Akibatnya, pemerintah
melakukan likuiditas terhadap semua
sektor, baik sektor pemerintah maupun
sektor swasta. Keadaan ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menertibkan
setiap kegiatan pemerintah dan swasta
yang sebelumnya tidak dapat dikendalikan.
Sementara itu, sejak tahun 1961 Indonesia
secara terus-menerus membiayai
kekurangan neraca pembayarannya dari
cadangan emas dan devisa. Pada akhir
tahun 1965, untuk pertama kalinya dalam
sejarah keuangan, Indonesia sudah habis
membelanjakan cadangan emas dan
devisa, serta memperlihatkan saldo negatif
sebesar 3 juta dollar AS. Walaupun
demikian, aktivitas perekonomian
masyarakat Indonesia tidak diatur lagi oleh
bangsa asing melainkan telah diatur oleh
bangsa Indonesia sendiri.
c) Melaksanakan Pembangunan Nasional

Untuk melaksanakan pembangunan


nasional, diperlukan modal dan tenaga
ahli. Sementara Indonesia tidak memiliki
cukup modal dan tenaga ahli. Karena
konfrontasi dengan Malaysia dan
memasuhi negara-negara Barat (Eropa
Barat), maka bantuan modal dan tenaga
dari luar negeri sangat sulit diperoleh.
Dengan demikian, pembangunan yang
direncanakan tidak dapat dilaksanakan
dengan mulus sehingga belum dapat
menaikkan taraf hidup rakyat.
Pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno
menyampaikan Deklarasi Ekonomi (Dekon) di
Jakarta. Dekon merupakan strategi dasar dalam
ekonomi terpimpin. Tujuan utama Deklarasi
Ekonomi itu adalahuntuk menciptakan ekonomi
nasioanal yang bersifat demokratis dan bebas dari
imprealisme untuk mencapai kemajuan ekonomi.
Mengingat tidak mudahnya untuk mendapatkan
bantuan luar negeri, maka pemerintah Indonesia
menyatakan bahwa ekonomi Indonesia berpegang
pada sistem ekonomi berdikari (berdiri di atas kaki
sendiri).
Dekon itu kemudian disusul dengan 14 peraturan
pelaksanaan pada tanggal 26 Mei 1963 yang lebih
dikenal dengan Peraturan-peraturan 26 Mei .
Deklarasi Ekonomi beserta peraturan-peraturan
pelaksanaannya ternyata tidak berhasil mengatasi
kemerosotan ekonomi bahkan memperberat beban
hidup rakyat karena indeks biaya hidup semakin
meningkat, harga barang kebutuhan naik, dan juga
laju inflasi sangat tinggi.
Kegagalan itu disebabkan karena beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut :
• masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-
prinsip ekonomi, tetapi diatasi dengan cara-
cara politis.
• Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering
bertentangan antara satu peraturan dengan
peraturan yang lainnya.
• Tidak ada ukuran yang obyektif untuk menilai
suatu usaha atau hasil dari suatu usaha.
• Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan
salah urus.
A. KESIMPULAN

Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno


mempraktikkan sistem ekonomi terpimpin. Presiden
secara langsung terjun dan mengatur perekonomian.
Pemusatan kegiatan perekonomian pada satu tangan
ini berakibat penurunan kegiatan perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai