0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
56 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas dua topik utama, yaitu (1) Konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia karena pembentukan Federasi Malaysia dan (2) Perkembangan ekonomi masa demokrasi terpimpin di Indonesia. Konfrontasi berlangsung dari 1963 hingga 1966 dan berujung pada kegagalan tujuan Indonesia. Ekonomi di masa itu mengalami kemunduran meski pemerintah mengambil langkah-langkah seperti devaluasi mata uang dan menekan inflasi.
Dokumen tersebut membahas dua topik utama, yaitu (1) Konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia karena pembentukan Federasi Malaysia dan (2) Perkembangan ekonomi masa demokrasi terpimpin di Indonesia. Konfrontasi berlangsung dari 1963 hingga 1966 dan berujung pada kegagalan tujuan Indonesia. Ekonomi di masa itu mengalami kemunduran meski pemerintah mengambil langkah-langkah seperti devaluasi mata uang dan menekan inflasi.
Dokumen tersebut membahas dua topik utama, yaitu (1) Konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia karena pembentukan Federasi Malaysia dan (2) Perkembangan ekonomi masa demokrasi terpimpin di Indonesia. Konfrontasi berlangsung dari 1963 hingga 1966 dan berujung pada kegagalan tujuan Indonesia. Ekonomi di masa itu mengalami kemunduran meski pemerintah mengambil langkah-langkah seperti devaluasi mata uang dan menekan inflasi.
DAN “PERKEMBANGAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN “
Disusun oleh: Jang Thomas A.N (28) Jordan Dwiki S.(29) Kris Agung P.(30)
SMKN 1 JENANGAN PONOROGO
2016/2017 Konfrontasi Terhadap Malaysia
Dwikora Masalah Malaysia merupakan isu
menguntungkan PKI untuk mendapatkan tempat dalam kalangan pimpinan negara. Masalah ini berawal dari keinginan Tengku Rahman dari persekutuan Tanah Melayu dan Lee KuanYudari Republik Singapura untuk menyatukan kedua negara tersebut Malaysia. pembentukan Federasi Malaysia mendapat tentangan dari Filipina dan Indonesia. karena memiliki keinginan atas wilayah Sabah di Kalimantan Utara.Filipina menganggap bahwa wilayah Sabah secara historis adalah milik Sultan Sulu. Pemerintah Indonesia pada saat itu menentang karena menurut Presiden Soekarno pembentukan Federasi Malaysia merupakan sebagian dari rencana Inggris untuk mengamankan kekuasaanya di Asia Tenggara. Federasi Malaysia dianggap sebagai proyek Neokolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia. Oleh karena itu, berdirinya negara federasi Malaysia ditentang oleh pemerintah Indonesia. Untuk meredakan ketegangan di antara tiga negara tersebut kemudian diadakan Konferensi Maphilindo (Malaysia, Philipina dan Indonesia) di Filipina pada tanggal 31 Juli-5 Agustus 1963. Hasil-hasil pertemuan puncak itu memberikan kesan bahwa ketiga pemerintahan berusaha mengadakan penyelesaian secara sebaik-baiknya mengenai rencana pembentukan Federasi Malaysia yang sumber sengketa. Maphilindo menghasilkan tiga dokumen penting, yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila dan Komunike Bersama. Inti pokok dari tiga dokumen tersebut adalah Indonesia dan Filipina menyambut baik pembentukan Federasi Malaysia itu. Mengenai pembentukan Federasi Malaysia, ketiga kepala pemerintahan setuju untuk meminta Sekjen PBB untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan ini sehingga dapat diketahui keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukan ke dalam Federasi Malaysia. Kemudian ketiga kepala Sekjen PBB penyelidik . Menindaaklanjuti permohonan ketiga pimpinan pemerintahan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB membetuk tim penyelidik yang dipimpin oleh Lawrence Michelmore. Tim tersebut memulai tugasnya di Malaysia 1963. Namun sebelum misi PBB menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasil kerjanya, Federasi Malaysia diproklamasikan pada tanggal 16 September 1963. Oleh karena itu, pemerintah RI menganggap proklamasi tersebut sebagai pelecehan atas martabat PBB dan pelangggaran Komunike Bersama Manila, yang secara jelas menyatakan bahwa penyelidikan kehendak rakyat Sabah dan Serawak harus terlebih dahulu dilaksanakan sebelum Federasi Malaysia diproklamasikan.Presiden Soekarno tidak dapat menerima tindakan yang dilakukan oleh PM Tengku Abdul Rahman karena menganggap referendum tidak dijalankan secara semestinya. Konfik di Asia ini menarik perhatian negara dan menghendaki penyelesaian pertikaian secara damai. Pemerintah Amerika Serikat, Jepang dan ini. Namun masalah pokok yang menyebabkan sengketa dan memburuknya hubungan ketiga negara tersebut tetap tidak terpecahkan, karena PM Federasi Malaysia, Tengku Abdul Rahman tiga negara. Upaya lainnya adalah melakukan pertemuan menteri-menteri luar negeri Indonesia, Malaysia dan Filipina di Bangkok. Namun pertemuan Bangkok yang dilakukan sampai dua kali tidak yang positif, sehingga mengalami kemacetan. Ditengah kemacetan diplomasi itu pada 3 Mei Presiden Soekarno mengucapkan Dwi Komando (DwiKora) yang berisi . Perhebat ketahanan revolusi Indonesia Bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Manila, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia”. Untuk menjalankan konfrontasi Dwikora, Presiden Soekarno membentuk. Komando Siaga dengan Marsekal Madya Oemar Dani sebagai Panglimanya.Walaupun pemerintah Indonesia telah memutuskan melakukan konfrontasi secara total, namun upaya penyelesaian diplomasi terus dilakukan. Presiden RI menghadiri pertemuan puncak di Tokyo pada tanggal 20 Juni 1964. Ditengah berlangsungnya Konfrontasi Indonesia Malaysia, Malaysia dicalonkan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kondisi ini mendorong pemerintah Indonesia mengambil sikap menolak pencalonan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sikap Indonesia ini langsung disampaikan Presiden Soekarno pada pidatonya tanggal 31 Desember 1964. “Oleh karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang belum diubah, yang tidak lagi mencaerminkan keadaan sekarang, jikalau PBB menerima Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia, akan keluar, kita akan meninggalkan PBB sekarang”. (Taufk Abdullah dan AB Lapian,2012) Dari pidato tersebut terlihat bahwa keluarnya Indonesia dari PBB adalah karena masuknya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Ketika tanggal 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dengan spontan Presiden Sokearno menyatakan “Indonesia keluar dari PBB”.Walaupun Indonesia sudah keluar dari PBB, sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia terkait sengketa Indonesia Malaysia dan perombakan PBB tetap tidak tercapai. Karena dengan keluarnya Indonesai dari PBB, Indonesia kehilangan satu forum yang dapat digunakan untuk mencapai penyelesaian persengketaan dengan Malaysia secara damai. PERKEMBANGAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TRPIMPIN Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno mempraktikkan sistem ekonomi terpimpin. Presiden secara langsung terjun dan mengatur perekonomian. Pemusatan kegiatan perekonomian pada satu tangan ini berakibat penurunan kegiatan perekonomian. Dalam upaya meningkatkan aktivitas perekonomian Indonesia, pemerintah mengambil beberapa langkah yang dapat menunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Lankah-langkah yang ditempuh pemerintah adalah sebagai berikut : a) Devaluasi Mata Uang Rupiah Sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan keadaan ekonomi, maka pada tanggal 24 Agustus 1959 pemerintah mendevaluasi mata uang Rp 1.000,00 dan Rp 500,00 menjadi Rp 100,00 dn Rp 50,00. Mata uang pecahan seratus kebawah tidak didavaluasi. Tujuan devaluasi ini adalah untuk meningkatkan nilai rupiah dan rakyat kecil tidak dirugikan. Pemerintah juga melakukan pembekuan terhadap semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah Rp 25.000,00. Namun demikian, tindakan pemerintah itu tidak dapat mengatasi kemunduran ekonomi sehingga gambaran ekonomi tetap suram. b) Menekan Laju Inflasi
Dalam upaya membendung inflasi,
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1959yang mulai berlaku sejak tanggal 25 Agustus 1959. Peraturan itu dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar agae dapat memperbaiki kondisi keuangan dan perekonomian negara. Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lain yang merupakan sumber- sumber penting penerimaan negara mengalami kemosrotan . hal ini berpengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang rupiah. Akibatnya, pemerintah melakukan likuiditas terhadap semua sektor, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta. Keadaan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menertibkan setiap kegiatan pemerintah dan swasta yang sebelumnya tidak dapat dikendalikan. Sementara itu, sejak tahun 1961 Indonesia secara terus-menerus membiayai kekurangan neraca pembayarannya dari cadangan emas dan devisa. Pada akhir tahun 1965, untuk pertama kalinya dalam sejarah keuangan, Indonesia sudah habis membelanjakan cadangan emas dan devisa, serta memperlihatkan saldo negatif sebesar 3 juta dollar AS. Walaupun demikian, aktivitas perekonomian masyarakat Indonesia tidak diatur lagi oleh bangsa asing melainkan telah diatur oleh bangsa Indonesia sendiri. c) Melaksanakan Pembangunan Nasional
Untuk melaksanakan pembangunan
nasional, diperlukan modal dan tenaga ahli. Sementara Indonesia tidak memiliki cukup modal dan tenaga ahli. Karena konfrontasi dengan Malaysia dan memasuhi negara-negara Barat (Eropa Barat), maka bantuan modal dan tenaga dari luar negeri sangat sulit diperoleh. Dengan demikian, pembangunan yang direncanakan tidak dapat dilaksanakan dengan mulus sehingga belum dapat menaikkan taraf hidup rakyat. Pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno menyampaikan Deklarasi Ekonomi (Dekon) di Jakarta. Dekon merupakan strategi dasar dalam ekonomi terpimpin. Tujuan utama Deklarasi Ekonomi itu adalahuntuk menciptakan ekonomi nasioanal yang bersifat demokratis dan bebas dari imprealisme untuk mencapai kemajuan ekonomi. Mengingat tidak mudahnya untuk mendapatkan bantuan luar negeri, maka pemerintah Indonesia menyatakan bahwa ekonomi Indonesia berpegang pada sistem ekonomi berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Dekon itu kemudian disusul dengan 14 peraturan pelaksanaan pada tanggal 26 Mei 1963 yang lebih dikenal dengan Peraturan-peraturan 26 Mei . Deklarasi Ekonomi beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya ternyata tidak berhasil mengatasi kemerosotan ekonomi bahkan memperberat beban hidup rakyat karena indeks biaya hidup semakin meningkat, harga barang kebutuhan naik, dan juga laju inflasi sangat tinggi. Kegagalan itu disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut : • masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip- prinsip ekonomi, tetapi diatasi dengan cara- cara politis. • Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangan antara satu peraturan dengan peraturan yang lainnya. • Tidak ada ukuran yang obyektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu usaha. • Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus. A. KESIMPULAN
Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno
mempraktikkan sistem ekonomi terpimpin. Presiden secara langsung terjun dan mengatur perekonomian. Pemusatan kegiatan perekonomian pada satu tangan ini berakibat penurunan kegiatan perekonomian.