Sebagai “negara baru”, pada saat demokrasi liberal Indonesia masih harus banyak
belajar dalam berbagai hal agar negaranya semakin kuat. Salah satunya adalah dalam bidang
ekonomi. Di masa demokrasi liberal, sering terjadi perubahan kabinet yang ternyata
berdampak pada kehidupan ekonomi Indonesia saat itu. Untuk memperbaiki kondisi tersebut,
ada beberapa kebijakan yang dilakukan antara lain:
Gunting Syafruddin
Gerakan Benteng
Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian warga
Indonesia asli dari persaingan dagang dengan pengusaha asing khususnya Tionghoa. Pada
Oktober 1956, pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus untuk para pengusaha
pribumi.
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat
dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Rencana tersebut
tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena: