Anda di halaman 1dari 12

XII MIPA 1

Kehidupan ekonomi masa


demokrasi liberal
Kelompok 2
Anggota Kelompok

M. Ramadhan M. Ramiz Harits Fayyaza Ariefa

Rangga P. Rafqi Jhonathan Kent

Thoriq M. Tasya Aulia


Sejarah singkat Era Demokrasi Liberal
Era Demokrasi Liberal atau yang dikenal pula dengan Era Demokrasi
Parlementer adalah era ketika Presiden Soekarno memerintah
menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950. Periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 (sejak
pembubaran Republik Indonesia Serikat) sampai 5 Juli 1959 (keluarnya
Dekret Presiden).
Masa ini disebut masa liberal,karena dalam politik dan sistemekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Padahal, pengusahapribumi masih
lemah dan belumbisa bersaing dengan pengusahanonpribumi, terutama
pengusahaCina. Pada akhirnya, sistem inihanya memperburuk
kondisiperekonomian Indonesia yang barumerdeka.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan
pemerintah Indonesia

Gunting Syafruddin
Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 20 Maret
1950 oleh Menteri Keuangan saat itu, Syafruddin
Prawiranegara.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting
uang kertas menjadi dua bagian, bagian kanan
dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri
tetap merupakan alat pembayaran yang sah
dengan nilai separuh dari nilai nominal yang
tertera, sedangkan guntingan uang kertas bagian
kanan ditukarkan dengan surat obligasi
pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah
guna mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat dan menambah kas negara.
Gerakan Benteng
Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo,
seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan dalam
program kerja Kabinet Natsir.
Pada dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan untuk
melindungi para pengusaha dalam negeri dengan cara
memberikan bantuan berupa kredit dan bimbingan konkret.
Sekitar 700 pengusaha dalam negeri telah mendapat
bantuan kredit dari pemerintah. Namun, program ini tidak
berjalan dengan baik karena kebiasaan konsumtif yang
dimiliki oleh pengusaha dalam negeri. Banyak yang
menggunakan dana kredit tersebut untuk memenuhi
kepentingan pribadinya.
Sistem Ekonomi Ali Baba
Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Mr. Iskaq
Tjokrohadisurjo menteri ekonomi pada masa Kabinet Ali
I. Kabinet ini fokus pada kebijakan Indonesia dan
mengutamakan kaum pribumi. Kata “Ali” mewakili
pengusaha pribumi dan “Baba” mewakili pengusaha
Tionghoa. Program ini berisi pemberian kredit dan
lisensi pemerintah untuk pengusaha swasta nasional
pribumi agar dapat bersaing dengan pengusaha
nonpribumi. Namun, program ini gagal karena
pengusaha pribumi masih miskin dibandingkan
pengusaha nonpribumi.
FINEK
Persetujuan Finansial Ekonomi
Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin
Harahap dikirim seorang delegasi ke Jenewa, Swiss
untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi
antara pihak Indonesia dengan Belanda. Misi ini
dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung tanggal 7
Januari 1956, adapun kesepakatan yang pada Finek
adalah:
1. Hasil KMB dibubarkan.
2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas
hubungan bilateral
3. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang
Nasional
Gerakan Asaat
Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr.
Asaat bertujuan melindungi Rencana Pembangunan Lima
perekonomian warga Indonesia asli
dari persaingan dagang dengan
Tahun (RPLT)
pengusaha asing khususnya Tionghoa. Ketidakstabilan politik dan ekonomi
Pada Oktober 1956, pemerintah menyebabkan merosotnya ekonomi,
menyatakan akan membuat lisensi inflasi, dan lambatnya pelaksanaan
khusus untuk para pengusaha pribumi. pembangunan. Pada awalnya kabinet
menekankan pada program
pembangunan ekonomi jangka pendek
kemudian dibentuk Badan Perancang
Pembangunan Nasional yang disebut
Biro Perancang Negara. Pada bulan
Mei 1956 biro ini menyusun RPLT.
Musyawarah Pembangunan nasional
Musyawarah Nasional Pembangunan atau Munap adalah
sebuah jalan keluar bagi kesenjangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah pada masa Kabinet Djuanda.
Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana
pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan
yang menyeluruh untuk jangka panjang. Rencana tersebut
tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:

1. Adanya kesulitan dalam menentukan prioritas.


2. Terjadi ketegangan politik.
3. Timbul pemberontakan PRRI/ Permesta.
Nasionalisasi
Perusahaan Asing
Bangsa Indonesia di masa demokrasi liberal juga tidak lepas dari
kehadiran perusahaan-perusahaan asing yang dijadikan menjadi milik
pemerintah Indonesia atau lebih dikenal dengan nasionalisasi.

Tahap ini dimulai sejak Desember 1958 dengan dikeluarkannya


undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda.

Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia di


antaranya:
Bank Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij (Bank Dagang Negara).
Bank De Nationale Handelsbank N. V (Bank Umum Negara).
N.V Nederlandsche Handels Maatschappij (Bank Exim).
Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij/KNILM
(Garuda Indonesia).
Nasionalisasi de Javasche Bank
Pada tanggal 19 Juni 1951, Kabinet Sukiman
membentuk Panitia Nasionalisasi de Javasche
Bank yang berdasarkan pada keputusan
Pemerintah RI No. 122 dan 123.

Pemerintah memberhentikan Dr. Houwing sebagai


Presiden de Javasche Bank dan mengangkat Mr.
Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden de
Javasche Bank yang baru.

Pada tanggal 15 Desember 1951 diumumkan


Undang-Undang No. 24 tahun 1951 tentang
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Sentral kemudian pada tanggal 1 Juli 1953, de
Javasche Bank berganti menjadi Bank Indonesia.
Terimakasih
Pantun spontan
Bunga mawar bunga selasih
Warnanya cerah tiada duanya
Cukup sekian dan terima kasih
Kami harap tidak ada yang bertanya

Anda mungkin juga menyukai