Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM

PENETAPAN TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT


(Studi Pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang)

Rizal Andriansyah
Siti Ragil Handayani
Devi Farah Azizah
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan atas dasar semakin berkembangnya dunia usaha yang mengakibatkan
naiknya tingkat persaingan bisnis. Rumah Sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang orientasinya
bersifat non profit, maka dari itu dibutuhkan ketepatan dari manajemen dalam mengambil keputusaan
khususnya dalam penenatapan tarif rawat inap untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam
mengatasi persaingan yang ada. Avtivity Based Costing System dinilai dapat memberikan keakuratan lebih
dibandingkan dengan metode tradisional dalam menghitung harga pokok rawat inap sehingga dapat
membantu manajemen dalam penetapan tarif rawat inap dapat disesuaikan dengan sumber daya yang
digunakan oleh masing-masing kelas. Pada penelitian ini cost driver yang digunakan dalam penghitungan
harga pokok ruang rawat inap adalah, jumlah hari rawat inap, jumlah pasien rawat inap, pemakaian daya
listrik ruang rawat inap, jam tenaga kerja, dan porsi makan. Hasil dari penghitungan harga pokok rawat
inap pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang dengan menggunakan activity based costing system
didapatkan selisih tarif yang lebih rendah untuk Kelas Anggrek Rp 47.223,07, Kelas Melati Rp 13.640,39,
Kelas I Rp 19.302,88, Kelas II Rp 9.517,08, sedangkan tarif yang lebih tinggi terjadi pada Kelas III dengan
selisih Rp 33.444,87, dan Kelas Anak Rp 28.931,72.
Kata kunci : Activity Based Costing, Tarif Rawat Inap

1. PENDAHULUAN aktivitas, serta mengendalikan biaya melalui


Rumah sakit dalam menentukan harga penyediaan informasi tentang aktivitas yang
pokok produk, terkadang masih menggunakan menjadi sebab timbulnya biaya tesebut”. Activty
akuntansi biaya tradisional. Dimana sistem ini Based Costing (ABC system) memfokuskan pada
tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan biaya yang melekat pada produk berdasarkan
yang maju, pada diversifikasi (keanekaragaman) aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi,
produk yang tinggi. “Biaya produk yang menjalankan, dan mendistribusikan atau
dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional menunjang produk yang bersangkutan. Activity
memberikan informasi biaya yang terdistorsi. based costing system (ABC system) menganggap
Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas
dalam pembebanan biaya, sehingga menimbulkan yang menghasilkan produk. Pendekatan ini
kesalahan dalam penentuan biaya, pembuatan menggunakan penggerak biaya pada aktivitas
keputusan, perencanaan, dan pengendalian” yang menimbulkan biaya dan akan lebih akurat
(Supriyono, 1999:259). diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan
Perkembang ilmu pengetahuan telah beraneka ragam jenis produk serta sukar untuk
menghasilkan suatu sistem penentuan harga pokok mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk
berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi secara individual.
distorsi yang terjadi pada sistem akuntansi biaya Perbedaan utama perhitungan harga pokok
tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activity produk antara akuntansi biaya tradisional dengan
Based Costing. Menurut Sulastiningsih dan Activity Based Costing system (ABC system)
Zulkifli (1999:26), “Activity Based Costing system adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang
(ABC system) adalah sebuah sistem infomasi yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok produk
mengidentifikasikan bermacam-macam aktivitas dengan Activity Based Costing system (ABC
yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan system) menggunakan cost driver dengan jumlah
mengumpulkan biaya berdasarkan sifat dari banyak dibandingkan dengan sistem akuntansi

1
biaya tradisional yang hanya menggunakan satu 2. KAJIAN PUSTAKA
atau dua cost driver berdasarkan unit. Activity 2.1. Akuntansi Biaya
Based Costing system (ABC system) menganggap Setiap perusahaan pasti memerlukan
bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya akuntansi biaya untuk dapat mengetahui informasi
aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini penting mengenai biaya yang dikeluarkan untuk
menggunakan cost driver yang berdasar pada suatu proses produksi baik itu besar maupun kecil.
akitivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih Menurut Mulyadi (2002:7), “akuntansi biaya
baik apabila diterapkan pada perusahaan yang adalah proses pencatatan, penggolongan,
menghasilkan keanekaragaman produk. peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
Rumah sakit merupakan salah satu penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
perusahaan jasa yang menghasilkan tertentu, serta penafsiran terhadapnya”. Pendapat
keanekaragaman produk. Keadaan tersebut lain dikeemukakan oleh Bustami dan Nurlela
mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan (2007:2) yang mengemukakan bahwa “akuntansi
aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga biaya adalah suatu bidang akuntansi yang
menuntut ketepatan biaya overhead dalam mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur
penentuan harga pokok produk. Seperti diketahui, dan melaporkan tentang informasi biaya yang
penghitungan biaya menggunakan model digunakan”. sedangkan menurut Erlina (2002:1)
tradisional menimbulkan ketidakakuratan dalam “akuntansi biaya adalah salah satu cabang
mengidentifikasikan biaya-biaya yang keluar dari akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam
setiap aktivitas, maka Activity Based Costing memonitor dan merekam transaksi biaya secara
system (ABC system) dinilai dapat mengukur sistematis, serta menyajikannya informasi biaya
secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap dalam bentuk laporan biaya”. Menurut Horngren,
aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya Foster, dan Datar (2006:3) mendefinisikan bahwa
cost driver yang digunakan dalam pembebanan “akuntansi biaya mengukur, menganalisis, dan
biaya overhead, sehingga dengan menggunakan melaporkan informasi keuangan dan non
Activity Based Costing system (ABC system) keuangan yang terkait dengan biaya perolehan
dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian atau penggunaan sumber daya dalam suatu
biaya, dan ketepatan pembebanan biaya yang organisasi”
lebih akurat. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan
Rumah Sakit Islam Gondanglegi merupakan para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
salah satu rumah sakit milik swasta yang berdiri akuntansi biaya menyediakan informasi yang
di daerah Kabupaten Malang yang dalam dibutuhkan untuk akuntansi keuangan maupun
perhitungan biaya rawat inap masih menggunakan manajemen dalam mengukur dan melaporkan
sistem akuntansi biaya tradisional. Hal ini akan setiap informasi yang terkait dengan biaya
mengakibatkan terjadinya distorsi dalam perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam
pembebanan biaya rawat inap dan akan suatu organisasi. Akuntansi biaya tidak hanya
menghasilkan infomasi yang kurang akurat menyajikan perhitungan biaya persediaan dan
sebagai dasar dalam penentuan tarif rawat inap. harga pokok penjualan dalam penyajian laporan
Saat ini RSI Gondanglegi memiliki pesaing kuat laba rugi, tetapi merupakan pelengkap dalam
yaitu RSUD Kepanjen milik Pemerintah dan manajemen dengan perangkat akuntansi aktivitas
rumah sakit swasta yang letaknya berjarak tidak perencanaan dan pengendalian, perbaikan
lebih dari lima kilometer, maka dibutuhkan kualitas, dan efisiensi.
ketepatan dalam pembebanan harga pokok
produksi untuk membantu manajemen dalam 2.2. Biaya
mengambil keputusan agar dapat bertahan dalam Biaya memiliki berbagai macam arti
persaingan yang terjadi. tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan
keakuratan informasi yang bertujuan untuk untuk mendapatkan suatu barang. Para pakar
mengetahui tarif jasa rawat inap pada masing- memiliki definisi yang berbeda berkaitan tentang
masing tipe kelas berdasarkan metode activity kriteria dari biaya, tetapi memiliki maksud yang
based costing system yang dapat diterapkan dalam sama.
di Rumah Sakit Islam Gondanglegi Kabupaten Menurut Sunarto (2003:4) “biaya adalah
Malang. harga pokok atau bagiannya yang telah
dimafaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh
pendapatan”. Menurut Kusnadi, dkk (1999:8)

2
“biaya sebagai manfaat yang dikorbankan dalam alokasi adalah kemudahan dan rendahnya
rangka memperoleh barang dan jasa. Berdasarkan biaya implementasi. Akan tetapi alokasi
pengertian-pengertian tentang biaya diatas dapat adalah metode yang tingkat keakuratan
disimpulkan bahwa biaya adalah besarnya nilai pembebanan biayanya paling rendah dan
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang penggunaannya harus seminimal mungkin.
ataupun jasa”.
Hansen dan Mowen (2000:38) 2.3. Activity Based Costing System (ABC
mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas System)
atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk Activity based costing system memfokuskan
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental.
memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi Activity based costing system menggunakan biaya
organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas dari aktivitas sebagai dasar untuk membagikan
karena sumber nonkas dapat ditukar dengan biaya ke objek lain seperti produk, jasa, atau
barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat konsumen. Aktivitas yang terjadi di perusahaan
menganggap biaya sebagai ukuran dollar dari dipengaruhi oleh penggerak biaya dari biaya-biaya
sumber daya yang digunakan untuk mencapai yang dikeluarkan untuk aktivitas tersebut.
keuntungan tertentu. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi
Carter dan Usry (2006:29) menyatakan yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni,
bahwa “biaya adalah nilai tukar, pengeluaran, bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengorbanan, untuk memperoleh manfaat”. pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh Mulyadi aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
(2005:8) definisi “biaya adalah sumber ekonomi Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas
yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemudian ke produk. Activity Based Costing
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan System mengasumsikan bahwa aktivitas-
tertentu”. aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya
Hansen dan Mowen (2004:43) menyatakan dan bukannya produk.
bahwa pembebanan biaya dapat dilakukan melalui Menurut Garrison dan Norren (2000:42)
tiga cara sebagai berikut: “activity based costing adalah metode costing
a. Penelusuran langsung yang dirancang untuk menyediakan informasi
Penelusuran langsung meupakan proses biaya bagi manajer untuk pembuatan keputusan
pengidentifikasian dan pembebanan biaya stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi
yang berkaitan dengan suatu objek melalui kapasitas dan biaya tetap”. Pengambilan
pengamatan fisik keputusan yang berpengalaman tidak
b. Penelusuran penggerak menggunakan informasi akuntansi tanpa
Penelusuran adalah penggunaan penggerak mempertimbangkan potensi ketidakakuratannya.
untuk membebankan biaya ke objek biaya. Data yang tidak akurat dapat menyesatkan dan
Penggerak adalah faktor yang menyebabkan menghasilkan kesalahan yang berdampak pada
perubahan dalam penggunaan sumber daya pengambilan keputusan strategi yang kurang
dan memiliki hubungan sebab akibat dengan optimal. Dengan adanya activity based costing
objek biaya. Penulusuran penggerak biasanya system dapat dihitung harga pokok suatu produk
kurang akurat dibandingkan dengan atau jasa yang dapat digunakan oleh menajemen
penulusuran langsung. Diperkirakan tingkat sebagai alternatif dalam menentukan harga jual.
keakuratan penelusuran penggerak ini akan Activity based costing system merupakan
lebih tinggi jika hubungan sebab akibatnya metode yang menerapkan konsep-konsep
kuat akuntansi aktivitas untuk menghasilkan
c. Alokasi perhitungan harga pokok produksi yang lebih
Alokasi merupakan metode pembebanan biaya akurat. Namun dari perspektif manajerial, Activity
tidak langsung ke objek biaya. Pengalokasian based costing system menawarkan lebih dari
biaya tidak langsung didasarkan pada sekedar informasi biaya produk yang akurat akan
kemudahan atau beberapa asumsi yang tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya
berhubungan karena karena tidak tedapat dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta
hubungan sebab akibat. Pembebanan biaya dapat menelusuri biaya-biaya ke objek biaya
tidak langsung ke objek biaya secara arbiter selain produk, misalnya pelanggan dan saluran
mengurangi keakuratan pembebanan biaya distribusi.
secara keseluruhan. Salah satu keunggulan

3
Sedangkan menurut Mulyadi (1993:34) b. Menetapkan metode biaya berdasarkan
memberikan pengertian activity based costing activity based costing dengan langkah-langkah
system sebagai berikut: ABC merupakan metode sebagai berikut:
penentuan HPP (product costing) yang ditujukan 1. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas.
untuk menyajikan harga pokok secara cermat bagi Langkah pertama dalam merancang
kepentingan manajemen, dengan mengukur secara sistem activity based costing, adalah
cermat sumber daya setiap aktivitas yang melakukan analisis aktivitas untuk
digunakan untuk menghasilkan produk. mengidentifikasi biaya dan aktivitas
Pengertian activity based costing System perusahaan.
yang lain juga dikemukakan oleh Tunggal 2. Membebankan biaya berdasarkan
(1992:27) adalah: Bahwa ABC system tidak hanya aktivitas. Activity based costing
memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih menggunakan penggerak biaya untuk
akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang membebankan biaya ke aktivitas.
menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, 3. Membebankan biaya aktivitas pada objek
sehingga ABC system juga dikenal sebagai sistem biaya. Langkah terakhir adalah
manajemen yang pertama. membebankan biaya aktivitas atau tempat
penampungan biaya aktivitas pada output
3. METODE berdasarkan penggerak biaya konsumsi
Metode penelitian yang digunakan adalah aktivitas yang tepat. Output adalah objek
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. biaya dari aktivitas yang dilakukan
Tujuan studi kasus menurut Nazir (2009:57) perusahaan atau organisasi. Langkah-
adalah “untuk memberikan gambaran secara langkahnya ialah sebagai berikut:
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta a) Menentukan kelompok biaya
karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun homogen (homogenous cost pool)
status dari subjek, yang kemudian dari sifat-sifat b) Menghitug tarif tiap-tiap kelompok
khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang biaya, yaitu dengan membagi jumlah
bersifat umum”. Pendapat lain dikemukakan oleh biaya dari kelompok biaya dengan
Indriantoro (2000:26) “Penelitian studi kasus cost driver dari tiap kelompok biaya
merupakan penelitian dengan karakteristik tersebut.
masalah yang berkaitan dengan latar belakang & c) Membebankan biaya overhead pada
kondisi saat ini dari subyek yang diteliti serta masing-masing produk dengan cara
interaksi dengan lingkungan”. Tujuan dari mengalikan tarif kelompok biaya
penelitian deskriptif dengan metode studi kasus dengan unit cost driver yang
ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau dikonsumsi produk.
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat c. Dengan melakukan langkah pada point b maka
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan dapat diketahui tarif rawat inap dengan
antar fenomena yang diselidiki. Pelaksanaannya metode Activity Based Costing secara akurat.
tidak terbatas hanya sampai pengumpulan data, d. Membandingkan tarif rawat inap Rumah Sakit
tetapi juga meliputi analisa dan intrepetasi tentang bedasarkan metode activity based costing
arti dari data itu. dengan tarif rawat inap pada Tahun 2012.
Fokus penelitian meliputi:
a. Tarif rawat inap pada Rumah Sakit Islam 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Godanglegi 4.1. Tarif Rawat Inap Menggunakan Activity
b. Seluruh biaya dan aktivitas yang berkaitan Based Costing system
dengan jasa rawat inap. Perhitungan harga pokok rawat inap yang
1. Pengidentifikasian biaya sumber daya dan dilakukan Rumah Sakit Islam Gondanglegi
aktivitas yang terjadi pada Rumah Sakit mengakibatkan terjadinya distorsi biaya.
Islam Gondanglegi Penyebab terjadinya distorsi adalah ketika Rumah
2. Pembebanan sumber daya dan aktivitas Sakit mengalokasikan sama rata biaya untuk tiap-
3. Pembebanan biaya aktivitas ke obyek tiap kelas. Activity Based Costing System dapat
biaya menjadi solusi untuk mengatasi terjadiya distorsi
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam dalam membebankan biaya sehingga dapat
melakukan analisis data meliputi membantu manajemen dalam mengambil
a. Melakukan analisis tarif rawat inap rumah keputusan sebagai dasar penetapan tarif rawat
sakit saat ini. inap. Karena activity based costing system

4
mengalokasikan biaya sesuai dengan konsumsi
biaya pada masing-masing kelas. Tarif per unit cost driver =
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
bidang keuangan, biaya yang ada di unit ruang
rawat inap adalah:
1. Biaya perawatan Tabel 1 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Ruang
2. Biaya listrik Rawat Inap Dengan Metode ABC
3. Biaya konsumsi JUMLAH COST
AKTIVITAS DRIVER TARIF (Rp)
NO (Rp) DRIVER
4. Biaya administrasi a b (c : d)
c d
5. Biaya laundry Unit Level
1
6. Biaya kebersihan Activity Cost
a. Pemakaian
7. Biaya penyusutan gedung KWH 26.536.861 40.825,9 650,10
Listrik
8. Biaya penyusutan fasilitas 1. Anggrek 16.645,8
2. Melati 4.760,9
4.1.1. Mengklasifikasi Aktivitas Biaya kedalam 3. Kelas I 4.394,3
Berbagai Aktivitas 4. Kelas II 4.821,8
1. Berdasarkan unit level activity cost 5. Kelas III 8.889,7
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap
6. Kelas Anak 1.300,0
unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit
bersifat proporsional dengan jumlah unit b. Penyediaan Porsi
produksi. Aktivitas yang termasuk dalam 232.932.000 51.054 4.562,46
Konsumsi Makan
ketegori ini adalah penyediaan tenaga listrik, 1. Anggrek 4.563
dan biaya konsumsi. 2. Melati 5.022
2. Berdasarkan Batch related activity costs 3. Kelas I 7.629
Aktivitas ini dilakukan setiap kali 4. Kelas II 10.860
batch diproses, tanpa memperhatikan berapa 5. Kelas III 20.052
unit yang ada pada batch tersebut. Aktivitas 6. Kelas Anak 2.928
ini tergantung pada jumlah batch produk yang
di produksi. Biaya yang ada pada aktivitas ini Batch Related
2
yaitu biaya perawatan pasien oleh perawat, Activity cost
a. Perawatan
biaya administrasi dan biaya kebersihan. Pasien oleh JTK 954.081.687 1656 576.136,28
3. Berdasarkan Facility sustaining activity cost Perawat
Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan 1. Anggrek 216

untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki 2. Melati 216


oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk 3. Kelas I 264
dalam kategori ini adalah biaya penyusutan 4. Kelas II 360
gedung, biaya penyusutan fasilitas dan biaya 5. Kelas III 504
laundry. 6. Kelas Anak 96

4.1.2. Mengidentifikasi Cost Driver b. Pemeliharaa


Luas
Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi n 126.732.544 636 199.265,01
Lantai
Kebersihan
sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya 1. Anggrek 120
adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap 2. Melati 120
biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini 3. Kelas I 84
dimaksudkan dalam penentuan kelompok aktivitas
4. Kelas II 48
dan tarif/unit cost driver.
5. Kelas III 240
6. Kelas Anak 24
4.1.3. Menentukan Tarif per Unit Cost Driver
Setelah mengidentifikasi cost driver,
kemudian menentukan tarif per unit cost driver. c. Pelayanan Jumlah
32.422.313 4793 6.764,51
Administrasi Pasien
Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver 1. Anggrek 355
dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost 2. Melati 471
driver. Tarif per unit cost driver dapat dihitung 3. Kelas I 574
dengan rumus sbb: 4. Kelas II 1190

5
JUMLAH COST a. Menghitung biaya overhead yang dibebankan
AKTIVITAS DRIVER TARIF (Rp)
NO (Rp) DRIVER
a b (c : d) pada masing-masing kelas
c d
5. Kelas III 1919
dengan cara :
6. Kelas Anak BOP yang dibebankan = tarif cost driver per
284
unit x driver yang digunakan oleh masing-
masing kelas rawat inap.
Facility
3 sustaining b. Menjumlahkan seluruh biaya aktivitas yang
activity cost telah dikelompokkan
a. Pemeliharaa Luas
Lantai
97.227.700 636 152.873,74 c. Membaginya total biaya aktivitas masing-
n Gedung
1. Anggrek 120
masing kelas rawat inap dengan jumlah hari
2. Melati
rawat inap di masing-masing kelas.
120
3. Kelas I
d. Menambahkan harga pokok rawat inap dengan
84
laba yang diharapkan.
4. Kelas II 48 Berdasarkan hasil wawancara, laba yang
5. Kelas III 240 diharapkan untuk masing-masing kelas adalah
6. Kelas Anak 24 15% untuk kelas Anggrek dan Melati, 13%
b. Pemeliharaan untuk kelas I, kelas II, dan kelas III, dan 7%
Fasilitas
1. AC untuk kelas Anak.
LOS 780.000 1521 512,82
(ANGGREK)
2. TV
(ANGGREK, LOS 700.000 3195 219,09
Total biaya yang terpakai pada aktivitas di
MELATI) Kelas Anggrek setelah tarif cost driver dikalikan
3. KIPAS
ANGIN LOS 325.000 15497 20,97
dengan driver adalah Rp 202.064.089,60, lalu
(MELATI, I, II) dibagai dengan jumlah hari pakai ruang rawat inap
4. LEMARI Kelas Anggrek tahun 2012 selama 1521 hari,
KECIL
LOS 270.000 5738 47,05 didapatkan biaya rawat inap sejumlah
(ANGGREK,
MELATI, I,) Rp 132.849,50. Setelah itu ditambah asumsi laba
5. JAM
DINDING 15% dari Rp 132.849,50 didapatkan tarif
(ANGGREK, LOS 60.000 17.018 3,53 berdasarkan Activity Based Costing System
MELATI, I, II,
III, ANAK) sebesar Rp 152.776,93.
6. MEJA Total biaya yang terpakai pada aktivitas di
PASIEN
(ANGGREK, LOS 360.000 17.018 21,15 Kelas Melati setelah tarif cost driver dikalikan
MELATI, I, II, dengan driver adalah Rp 198.492.162,72, lalu
III, ANAK)
7. KURSI dibagai dengan jumlah hari pakai ruang rawat inap
PENUNGGU Kelas Melati tahun 2012 selama 1.674 hari,
(ANGGREK, LOS 180.000 17.018 10,58
MELATI, I, II, didapatkan biaya rawat inap sejumlah
III, ANAK) Rp 118.573,57. Setelah itu ditambah asumsi laba
8. TEMPAT
TIDUR 15% dari Rp 118.573,57 didapatkan tarif
PASIEN berdasarkan Activity Based Costing System
LOS 900.000 17.018 52,89
(ANGGREK,
MELATI, I, II, sebesar Rp 136.359,61.
III, ANAK) Total biaya yang terpakai pada aktivitas di
Kelas I setelah tarif cost driver dikalikan dengan
b. Pelayanan LOS 20.007.500 17.018 1.175,67 driver adalah Rp 226.613.072,55, lalu dibagai
Laundry
1. Anggrek
dengan jumlah hari pakai ruang rawat inap Kelas I
1.521
tahun 2012 selama 2.543 hari, didapatkan biaya
2. Melati 1.674 rawat inap sejumlah Rp 89.112,50. Setelah itu
3. Kelas I 2.543 ditambah asumsi laba 13% dari Rp 89.112,50
4. Kelas II 3.620 didapatkan tarif berdasarkan Activity Based
5. Kelas III 6.684 Costing System sebesar Rp 100.697,12.
6. Kelas Anak 976 Total biaya yang terpakai pada aktivitas di
Kelas II setelah tarif cost driver dikalikan dengan
Sumber: Data diolah, 2012
driver adalah Rp 289.865.646,28, lalu dibagai
dengan jumlah hari pakai ruang rawat inap Kelas I
4.1.4. Menghitung Harga Pokok Rawat Inap
tahun 2012 selama 3.620 hari, didapatkan biaya
Tahap-tahap yang dilakukan dalam
rawat inap sejumlah Rp 80.073,38. Setelah itu
perhitungan tarif rawat inap adalah sebagai
ditambah asumsi laba 13% dari Rp 80.073,38
berikut :
6
didapatkan tarif berdasarkan Activity Based Rumah Sakit Gondanglegi Malang lebih tinggi
Costing System sebesar Rp 90.482,92. pada Kelas Anggrek, Kelas Melati, Kelas I, dan
Total biaya yang terpakai pada aktivitas di Kelas II, sedangkan tarif yang lebih rendah terjadi
Kelas III setelah tarif cost driver dikalikan dengan pada Kelas III dan Kelas Anak. Selisih yang yang
driver adalah Rp 493.580.094,58, lalu dibagai timbul untuk kelas ANGGREK Rp 47.223,07,
dengan jumlah hari pakai ruang rawat inap Kelas I Kelas MELATI Rp 13.640,39, Kelas I
tahun 2012 selama 6.684 hari, didapatkan biaya Rp 19.302,88, Kelas II Rp 9.517,08, Kelas III
rawat inap sejumlah Rp 73.845,02. Setelah itu Rp 3.444,87, dan Kelas Anak Rp 28.931,72.
ditambah asumsi laba 13% dari Rp 73.845,02 Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap
didapatkan tarif berdasarkan Activity Based dengan menggunakan metode tradisional dan
Costing System sebesar Rp 83.444,87. Activity Based Costing system, disebabkan karena
Total biaya yang terpakai pada aktivitas di pembebanan biaya overhead pada masing-masing
Kelas Anak setelah tarif cost driver dikalikan produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional
dengan driver adalah Rp 81.119.034,92, lalu biaya overhead pada masing-masing produk
dibagai dengan jumlah hari pakai ruang rawat inap hanya dibebankan pada satu cost driver saja.
Kelas I tahun 2012 selama 976 hari, didapatkan Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada
biaya rawat inap sejumlah Rp 83.113,76. Setelah pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada
itu ditambah asumsi laba 10% dari Rp 83.113,76 Activity Based Costing system, biaya overhead
didapatkan tarif berdasarkan Activity Based pada masing-masing produk dibebankan pada
Costing System sebesar Rp 88.931,72. banyak cost driver. Sehingga dalam Activity
Based Costing system, telah mampu
mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar
4.2. Perbandingan Tarif Rawat Inap dengan secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing
Menggunakan Metode Tradisional dan aktivitas.
Activity Based Costing System
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 2. Perbandingan Tarif Ruang Rawat Inap 5.1. Kesimpulan
Dengan Menggunakan Metode Tradisonal Penentuan tarif rawat inap berdasarkan
dan ABC System penghitungan dengan menggunakan metode
Activity Based Costing System dilakukan dengan
TARIF menggunakan banyak cost driver. Cost driver
TARIF
TIPE ABC SELISIH
TRADISIONAL yang digunakan adalah lama hari rawat inap/Long
KAMAR SYSTEM (Rp)
(Rp) Of Stay (LOS), jumlah pasien rawat inap, luas
(Rp)
ruang rawat inap, daya listrik ruang rawat inap,
ANGGREK 200.000 152.776,93 47.223,07
jam tenaga kerja, dan porsi makan. Adapun hasil
MELATI 150.000 136.359,61 13.640,39 dari penghitungan harga pokok rawat inap dengan
I 120.000 100.697,12 19.302,88 menggunakan activity based costing system
II 100.000 90.482,92 9.517,08 didapatkan tarif rawat inap untuk Kelas Anggrek
III 80.000 83.444,87 3.444,87
Rp 152.776,93, Kelas Melati Rp 136.359,61,
Kelas I Rp 100.697,12, Kelas II Rp 90.482,92,
ANAK 60.000 88.931,72 28.931,72 Kelas III Rp 83.444,87, dan Kelas Anak
Sumber: Data diolah, 2012 Rp 88.931,72.
Terdapat perbedaan hasil penghitungan tarif
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui rawat inap tiap kelas antara metode Activity Based
bahwa hasil perhitungan tarif jasa rawat inap Costing System dengan penghitungan secara
dengan menggunakan Activity Based Costing tradisional. Perbedaan tersebut menimbulkan tarif
system untuk kelas ANGGREK Rp 152.776,93, yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Tarif yang
Kelas MELATI Rp 136.359,61, Kelas I ditetapkan oleh Rumah Sakit Islam Gondanglegi
Rp 100.697,12, Kelas II Rp 90.482,92, Kelas III Malang saat ini lebih tinggi pada ruang rawat inap
Rp 83.444,87, Kelas Anak Rp 88.931,72. Kelas Anggrek dengan selisih Rp 47.223,07,
Dari hasil tersebut dapat diketahui jika Kelas MELATI Rp 13.640,39, Kelas I
dibandingkan dengan metode tradisional, maka Rp 19.302,88, Kelas II Rp 9.517,08, sedangkan
Activity Based Costing system memberikan tarif tarif yang lebih rendah terjadi pada ruang rawat
rawat inap yang lebih kecil kecuali pada Kelas III inap Kelas III dengan selisih Rp 3.444,87, dan
dan Kelas Anak. Tarif yang ditetapkan oleh Kelas Anak Rp 28.931,72. Metode Activity Based

7
Costing System sudah dapat memberikan Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Bogor :
keakuratan yang lebih baik karena telah Penerbit Ghalia Indonesia.
melakukan penghitungan sesuai dengan sumber Sulastiningsih, Zulkifli. 1999. Akuntansi Biaya:
daya yang dikonsumsi tiap-tiap kelas. Dilengkapi dengan Isu-isu Kontemporer.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
5.2. Saran
Sunarto. 2003. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi.
Rumah sakit sebaiknya mulai
Yogyakarta: Amus.
mempertimbangkan penerapan metode Activity
Supriono. 1999. Akuntansi Biaya, Pengumpulan
Based Costing System dalam penetapan tarif rawat
Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi
inap karena dapat memberikan keakuratan dalam
Kedua. Yogyakarta: BPFE
mengidentifikasi biaya pada masing-masing kelas
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik
dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi


Biaya: teori & Aplikasi. Edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Carter, William K dan Usry, Milton F. 2006.
Akuntansi Biaya. Diterjemahkan oleh
Krista. Jakarta: Salemba empat.
Erlina. 2002. Fungsi dan Pengertian Akuntansi
Biaya. Digitized by USU Digital Library.
Diakses 25 April 2012.
Garrison, Ray dan Norren, Eric W. 2000.
Akuntansi Manajerial. Diterjemahkan oleh
Totok Bidisantoso. Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Hansen, Don dan Mowen, Maryanne. 2000.
Manajemen Biaya: Akuntansi dan
Pengendalian. Diterjemahkan oleh Totok
Budisantoso. Jakrata: Salemba Empat.
Hansen, Don dan Mowen, Maryanne .. 2004.
Manajemen Biaya: Akuntansi dan
Pengendalian. Diterjemahkan oleh Totok
Budisantoso. Jakrata: Salemba Empat.
Horngren, Charles T, Foster, George dan Datar,
Srikant M. 2006. Akuntansi Biaya:
Penekanan Manajerial. Jilid 1. Edisi
Keduabelas. Diterjemahkan oleh P.A.
Lestari. Jakarta: Erlangga.
Indriantoro Nur dan Bambang Supomo. 2000.
Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, Edisi pertama.
Yogyakarta : BPFE.
Kusnadi, dkk. 1999. Akuntansi Biaya 1
(tradisional & modern). Bandung : Fakultas
Ekonomi Universitas Jenderal Achmad
Yani.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen, Konsep,
Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2. Yogjakarta.
BP STIE YKPN.
Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima.
Yogyakarta: Aditya Media .

Anda mungkin juga menyukai