Disusun Oleh:
Sekar Lintang Dewita Hanum
30101307075
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFLEKSI KASUS
Oleh :
30101307075
Pembimbing,
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. AAM
b. Usia : 8 tahun 3 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Alamat : Teguhan, Grobogan
e. Tanggal Masuk : 11-05-2018
f. Tanggal Pulang : 15-05-2017
IDENTITAS ORANGTUA
a. Nama Ayah : Tn. AS
b. Usia : 30 tahun
c. Pekerjaan : Potong rambut
d. Nama Ibu : Ny. SU
e. Usia : 28 tahun
f. Pekerjaan : Wiraswasta, warung di rumah
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis dengan pasien dan ibu pasien pada
tanggal 12 Mei 2018 di bangsal Anggrek RSUD Purwodadi.
a. Keluhan Utama
Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar orang tuanya ke IGD RSUD dr. R. Soedirdjo
Soemodiardjo pada hari jumat 11 Mei 2018 dengan keluhan
demam sejak 3 hari yang lalu. Demam mendadak, terus-menerus,
dan cukup tinggi namun tidak diukur. Pasien juga mengeluhkan
sakit perut terutama di perut atas tengah, mual (+), muntah (-).
BAB 1-2 hari sekali terakhir berwarna gelap, BAK dalam batas
normal. Pasien sudah minum obat sebelumnya dan demam turun
namun kemuduan demam lagi. Pasien juga batuk namun tidak
pilek. Riwayat perdarahan dari hidung, gusi dan saluran cerna,
bintik-bintik merah pada kedua tangan dan kaki pasien disangkal.
Riwayat keluar kota disangkal.
3
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pekerja sebagai pemotong rambut
dan menanggung 1 orang istri dan 1 orang anak. Ibu pasien sebagai
wiraswasta. Pasien dirawat di bangsal kelas II yang merupakan pasien
BPJS.
Riwayat bepergian keluar kota disangkal.
g. Riwayat Persalinan
Anak Laki-laki lahir spontan dari ibu G1P0A0 hamil 39 minggu,
berat badan lahir 3300 gram. Persalinan ditolong oleh bidan desa dan
bayi langsung menangis.
4
Perawakan Baik (diantara 2 – (-2) SD)
Perkembangan :
Sesuai dengan usia
i. Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien, imunisasi dasar An. AAM sudah lengkap.
Imunisasi dilakukan di puskesmas.
Kesan: Riwayat imunisasi dasar lengkap, tanpa disertai bukti
KMS.
5
j. Riwayat Makan dan Minum Anak
k. Keluarga Berencana
Tidak menggunakan KB.
6
- Tepi Lidah hiperemis (-)
- Lidah tremor (-)
- Pernapasan mulut (-)
vi. Kulit : DBN
- Hipopigmentasi (-)
- Hiperpigmentasi (-)
vii. Leher : DBN
- Pembesaran KGB (-)
- Pembesaran tiroid (-)
- Trachea terdorong (-)
viii. Thorax :
PARU-PARU
Inspeksi : DBN
Sikatrik, bekas luka operasi, kemerahan (-)
Bentuk dada normal, tidak ada dada tong
Hemithorax dextra dan sinistra simetris tidak ada yang
tertinggal saat inspirasi & ekspirasi
Retraksi substernal/chest indrawing (-)
Palpasi : DBN
Benjolan atau massa (-)
Nyeri tekan (-)
Stem fremitus vocal (+/+) Simetris
Perkusi : DBN
Sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : DBN
Suara dasar vesikuler (+/+)
Ronki basah halus nyaring (-/-)
Wheezing (-)
Hantaran (+/+) Simetris
JANTUNG
Inspeksi : DBN
- Pulsasi iktus kordis tak tampak
Palpasi : DBN
- Iktus kordis teraba linea midcalvicula sinistra ICS V
Perkusi : DBN
- Batas kiri bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
2 cm ke medial
- Batas kiri atas : ICS II linea parasternal sinistra
- Batas kanan atas : ICS II linea parasternal dekstra
- Batas kanan bawah: ICS III-IV linea parasternal sinistra
Auskultasi : DBN
- Bunyi jantung I-II regular (+)
- Murmur (-)
- Gallop (-)
7
ABDOMEN
Inspeksi : DBN
- Datar
- Tidak Ada Kemerahan
- Tidak ada Massa
- Tidak terlihat gerakan peristaltic usus
Auskultasi : DBN
- Bising usus (+) normal, 13 kali permenit
- Bising Aorta (-)
- Bising a. Renalis (-)
- Bising a. iliaka (-)
Perkusi :
- Lapang abdomen : Timpani
- Hepar : Kanan 7 cm, Kiri 5 cm
- Lien : Area Traube timpani (+)
Palpasi :
- Supel
- Tidak ada masa atau benjolan
- Nyeri tekan perut epigastrium (+)
- Hepar just palpable 2 cm di bawah arcus costa
- Lien tidak teraba
ix. Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”
Kesan: Hepatomegali
FOLLOW UP
Tanggal SOA P
11/5/18 S : Demam sejak 3 hari yang lalu, Infus RL 15 tpm
(masuk melalui disertai batuk, pilek (-), diare (-), Paracetamol infus
IGD) mual (+), muntah (-), nyeri perut 170 mg
07.00 WIB bagian atas(+), tanda perdarahan (-), Paracetamol syr
febris hari ke 3 BAB gelap (+) 3x1,5 cth
O : T : 40 C Ambroxol 3x1 cth
HR : 100x/min
RR : 30x/min
A : obs febris H-3, DD: DHF, typhoid
11/5/2018 S : demam (+), batuk (+), mual (+) Terapi lanjut
(bangsal) O : T : 38,1 C
08.00 WIB HR : 100x/min
RR : 30x/min
A : obs febris H-3, DD: DHF
8
11/5/2018 S : demam (+), batuk (+), mual (+) Terapi lanjut
(bangsal) O : T : 37 C
12.00 WIB HR : 100x/min
RR : 30x/min
A : obs febris H-3, DD: DHF
12/5/2018 S : demam (-), batuk (+), mual (-) Infus RL 15 tpm
O : T : 36,1 C Paracetamol infus
HR : 102x/min 170 mg
RR : 28 x/min Paracetamol syr
A : obs febris H-4, DD: DHF 3x1,5 cth
Ambroxol 3x1 cth
Terapi cairan
140 cc/jam 2jam
100 cc/jam 2 jam
45 cc/jam
meintanence
13/5/2018 S : demam (-), batuk (+), kaki bintik- Infus RL 15 tpm
bintik (+) Paracetamol infus
O : T : 36,4 C 170 mg
HR : 102x/min Paracetamol syr
RR : 32 x/min 3x1,5 cth
A : obs febris H-5, DD: DHF Ambroxol 3x1 cth
Terapi cairan
30cc/ jam jam
13.00
15/5/2018 S : demam (-), batuk (+) Infus RL 15 tpm
O : T : 36,2 C Paracetamol infus
HR : 104x/min 170 mg
RR : 32 x/min
A : obs febris H-7, DD: DHF Obat pulang
Paracetamol syr
3x1,5 cth
Ambroxol 3x1 cth
Apialis syr 1x1 cth
9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
11 Mei 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11,6 gr/dl L: 13,2 - 17,3 gr/dl
Leukosit 5830/mm3 L : 3.800 – 10.600/mm3
Trombosit 137.000 150.000-400.000/mm3
HT 37 % L : 40 – 52%
Eritrosit 4.600.000 4,5-6,5 juta
Hitung jenis
Basofil 0 0-1
Eosinofil 0 1,5
Batang 0 3-5
Segmen 62 35-50
Limfosit 33 5-40
Monosit 5 1-6
Widal
Tipe 0 1/160 (-), 1/320 (+), 1/640 (-)
Tipe H 1/160 (-), 1/320 (-), 1/640 (+)
Kesan : Hb rendah, Trompositopeni, test widal positif
13 Mei 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13,0 gr/dl L: 13,2 - 17,3 gr/dl
Trombosit 50.000 150.000-400.000/mm3
HT 39,2 % L : 40 – 52%
Kesan : Trompositopeni
14 Mei 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,3 gr/dl L: 13,2 - 17,3 gr/dl
Trombosit 43.000 150.000-400.000/mm3
10
HT 36,7 % L : 40 – 52%
Kesan : Trompositopeni
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
- Demam tinggi, mendadak dan terus-menerus
- Mual
- Nyeri perut atas
- BAB gelap
- Batuk
Pemeriksaan Fisik
- Nyeri tekan epigastrium
- Hepatomegali
Pemeriksaan Penunjang
- Trompositopeni
- Peningkatan HT<20%
11
• Monitor Tanda-tanda syok (akral dingin, nadi lemah cepat, capillary refill
>2 detik)
• Monitor jika terdapat perdarahan spontan (epistaksis, hematemesis,
melena, petechie).
• Monitor hasil laboratorium (Hb, trombosit, Ht) tiap hari
• Monitor balance cairan
12
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Demam Dengue atau Dengue Fever (DF) dan Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome)
adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
2. Epidemiologi
13
Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan
dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi
air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue
yaitu: 1) Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan
vektor di lingkungan, transportasi vektor di lingkungan, transportasi vektor dari
satu tempat ke tempat lain; 2) Pejamu: terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; 3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
3. Etiologi
Etiologi penyakit demam berdarah dangue adalah virus dangue termasuk
family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe. Terdapat empat
serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.
Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relative labil terhadap
suhu dan faktor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus DEN
virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh
suatu selubung dari lipid yang mengandung dua protein yaitu selubung protein E
dan protein membrane M.
4. Penularan
14
Virus dengue ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty betina yang merupakan vektor primer virus dengue. Oleh sebab itu, virus
dengue dianggap sebagai arbovirus (virus yang ditularkan melalui arthropoda)
15
Gambar 2. Patofisiologi DBD
Pada awalnya akan terjadi perlengketan antara antigen virus dengue dengan
Fc reseptor pada monosit. Kemudian virus akan berfusi melalui permukaan
membran plasma dan menekan RNA ke sitosol. Di dalam sel, virus akan terus
bereplikasi. Setelah itu, virus akan ber-assemble di luar sel dan menginfeksi sel-
sel lain. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel yang
terinfeksi secara cepat.
Namun demikian, mediator inflamasi yang menyebabkan terjadinya SSD
belum ditemukan secara pasti. Data terakhir menunjukkan IL-2 (interleukin-2),
INF-γ (interferon gamma), dan TNF- α (tumor necrosis factor) yang dilepaskan
menyebabkan interaksi antara aktivasi sel T dan makrofag yang terinfeksi yang
mengakibatkan kerusakan post-capiler endothelial junction.
Makrofag yang terinfeksi akan melepaskan mediator vasoaktif yang berefek
pada peningkatan permeabilitas vaskular. Peningkatan permeabilitas vaskular
menyebabkan kerusakan vaskular yang pada akhirnya akan mengakibatkan
terjadinya pengeluaran plasma ke ruang ekstravaskular sehingga terjadi penurunan
volume plasma, hipotensi, trombositopenia, serta diathesis hemorrhagic yang
mencapai puncaknya pada masa syok akibat hipovolemik.
16
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-
antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi
trombosit dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel
pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada
DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks
antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP
(adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini
akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial
system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan
menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya
koagulopati konsumtif (KID = koagulasi intravaskular deseminata), ditandai
dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi
penurunan faktor pembekuan.
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi
baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor
17
Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan
permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi,
perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan
faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dankerusakan
dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang
terjadi.
6. Klasifikasi
18
2. Fase kritis/ perembesan plasma: onset mendadak adanya perembesan
plasma dengan derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites
3. Fase recovery/ penyembuhan/ convalescence: perembesan plasma
mendadak berhenti disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma.
19
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian
dorsal, lengan atas, dan tangan.
Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada
kulit yg normal, dapat disertai rasa gatal
Manifestasi perdarahan
o Uji bendung positif dan/atau petekie
o Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran
cerna (jarang terjadi, dapat terjadi pada DD dengan
trombositopenia)
c. Demam berdarah dengue (DBD)
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi fase demam, kritis, dan
masa penyembuhan (convalescence, recovery)
Fase demam
Anamnesis
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C, serta terjadi kejang demam.
Dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri
tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan,
dan nyeri perut.
Pemeriksaan fisik
o Manifestasi perdarahan
Uji bending positif (>= 10 ptekie/inch2) merupakan manifestasi
perdarahan yang paling banyak pada fase demam awal.
Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur
vena.
Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
Epistaksis, perdarahan gusi
Perdarahan saluran cerna
Hematuria (jarang)
Menorrhagia
Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan dan
kelainan fungsi hati (transaminase) lebih sering ditemukan pada
DBD.
20
Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal,
perembesan plasma (khususnya pada rongga pleura dan rongga
peritoneal), hipovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Perembesan plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal terjadi
selama 24-48 jam.
Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
defervescence) ditandai dengan,
Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai dasar.
Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada
dinding kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus
= RLD) dan ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g% yang
merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma.
Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran,
sianosis, nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi,
tekanan nadi ≤20 mmHg, dengan peningkatan tekanan diastolik. Akral
dingin, capillary refill time memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (<
1ml/kg berat badan/jam), sampai anuria.
Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan
elektrolit, kegagalan multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok
tidak dapat segera diatasi.
Fase penyembuhan (convalescence, recovery)
Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan
kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti. Gejala umum
dapat ditemukan sinus bradikardia/ aritmia dan karakteristik confluent petechial
rash seperti pada DD.
d. Expanded dengue syndrome
21
Manifestasi berat yang tidak umum terjadi meliputi organ seperti hati,
ginjal, otak,dan jantung. Kelainan organ tersebut berkaitan dengan infeksi
penyerta, komorbiditas, atau komplikasi dari syok yang berkepanjangan.
Diagnosis. Diagnosis DBD/DSS ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan
laboratorium (WHO, 2011).
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (≤20
mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien
tampak gelisah.
Kriteria laboratorium
Trombositopenia (≤100.000/mikroliter)
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% dari nilai
dasar / menurut standar umur dan jenis kelamin
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan,
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi/ peningkatan hematokrit20%.
Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi perembesan plasma
Dijumpai tanda perembesan plasma
o Efusi pleura (foto toraks/ultrasonografi)
o Hipoalbuminemia
Perhatian
o Pada kasus syok, hematokrit yang tinggi dan trombositopenia yang
jelas, mendukung diagnosis DSS.
o Nilai LED rendah (<10mm/jam) saat syok membedakan DSS dari
syok sepsis.
22
8. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung
jenis, hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada
hari ke-1 setelah demam dan akan menurun sehingga tidak
terdeteksi setelah hari sakit ke-5-6. Deteksi antigen virus ini dapat
digunakan untuk diagnosis awal menentukan adanya infeksi
dengue, namun tidak dapat membedakan penyakit DD/DBD.
b. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue
i. Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit
ke-5 sakit, mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14,
dan akan menurun/ menghilang pada akhir minggu keempat
sakit.
ii. Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat
terdeteksi pada hari sakit ke-14. dan menghilang setelah 6
bulan sampai 4 tahun. Sedangkan pada infeksi sekunder
IgG anti dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.
23
iii. Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi
primer dari infeksi sekunder. Apabila rasio IgM:IgG >1,2
menunjukkan infeksi primer namun apabila IgM:IgG rasio
<1,2 menunjukkan infeksi sekunder.
Pemeriksaan radiologis
pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi,
o Distres pernafasan/ sesak
o Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa
terdapat kelainan radiologis terjadi apabilapada perembesan plasma
telah mencapai 20%-40%
o Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk
menilai edema paru karena overload pemberian cairan.
o Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru
terutama daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak
dibandingkan yang kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi
daripada kanan, dan efusi pleura.
o Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan
dinding vesika felea, dan dinding buli-buli.
24
9. Penatalaksanaan
Tanda kegawatan
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi
dengue, seperti berikut.
Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa
transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
Muntah yg menetap, tidak mau minum
Nyeri perut hebat
Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi
yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
25
Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal
setiap 2-4 jam pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.
Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih
sering pada pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.
Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien
dengan syok berkepanjangan / cairan yg berlebihan.
Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan
ideal) Indikasi pemberian cairan intravena
Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral atau muntah
Hematokrit meningkat 10%-20% meskipun dengan rehidrasi oral
Ancaman syok atau dalam keadaan syok
Prinsip umum terapi cairan pada DBD
Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat,
dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang
diberikan.
Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga
volume dan cairan intravaskular yang adekuat.
Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan
untuk menghitung volume cairan.
Kecepatan cairan intravena harus disesuaikan dengan keadaan klinis.
Transfusi suspensi trombosit pada trombositopenia untuk profilaksis tidak
dianjurkan
Pemeriksaan laboratorium baik pada kasus syok maupun non syok saat
tidak ada perbaikan klinis walaupun penggantian volume sudah cukup,
maka perhatikan ABCS yang terdiri dari, A – Acidosis: gas darah, B –
Bleeding: hematokrit, C – Calsium: elektrolit, Ca++ dan S – Sugar: gula
darah (dekstrostik)
26
1. Tata laksana infeksi dengue berdasarkan fase perjalanan penyakit
Fase Demam
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau
cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap
12-24 jam
Medikamentosa
o Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol
bukan aspirin.
o Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
o Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan. o
Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
Supportif
o Cairan: cairan pe oral + cairan intravena rumatan per hari + 5%
deficit
o Diberikan untuk 48 jam atau lebih
o Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan
plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit
27
Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan +
deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam.
28
setelah gagal pemberian cairan melalui oral. Cairan intraosesus harus dikerjakan
secara cepat dalam 2-5 menit
Perdarahan hebat
o Apabila sumber perdarahan dapat diidentifikasi, segera hentikan. Transfusi
darah segera adalah darurat tidak dapat ditunda sampai hematokrit turun
terlalu rendah. Bila darah yang hilang dapat dihitung, harus diganti.
Apabila tidak dapat diukur, 10 ml/kg darah segar atau 5 ml/kg PRC harus
diberikan dan dievaluasi.
o Pada perdarahan saluran cerna, H2 antagonis dan penghambat pompa
proton dapat digunakan.
o Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan komponen darah seperti
suspense trombosit, plasma darah segar/cryoprecipitate. Penggunaan
larutan tersebut ini dapat menyebabkan kelebihan cairan.
9. Monitoring
a. Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi
dan tekanan darah) minimal empat kali sehari
b. Nilai hematokrit minimal sekali sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar.
29
- Gagal hati akut
- Gagal ginjal akut
- Edem paru dan gagal napas
11. Komplikasi
Demam Dengue
Perdarahan dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptik, trombositopenia
hebat, dan trauma.
Demam Berdarah Dengue
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut.
Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma
Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik &
perdarahan hebat (DIC, kegagalan organ multipel)
Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai
30