Anda di halaman 1dari 6

30 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No.

1, Maret 2004; 30-35


TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN: ANALISIS KASUS


Imami N. Rachmawati *

Abstrak
Artikel ini menggali aspek-aspek yang berkontribusi terhadap Angka Kematian Ibu (AKI). Pemaparan sebuah kasus hipertensi
dalam kehamilan yang terjadi di salah satu kota besar akan menekankan bahwa ada dua penyebab kematian ibu yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Artikel ini mendiskusikan isyu persamaan jender yang berhubungan dengan AKI dan juga membahas
program-program penurunan AKI saat ini. Sudahkah semuanya memandang perempuan sebagai individu yang holistik? Jika belum
sudah saatnyalah kita mempertimbangkannya untuk hasil yang lebih baik.

Kata kunci: Pre-eklampsia, Angka Kematian Ibu (AKI), persamaan jender.

Abstract
This article explores what aspects contributing the maternal mortality rate (MMR). A case description regarding hipertensive
disorders in pregnancy that happen in a big city will emphasize that cause of maternal death is direct and indirect factors. This
article also discusses the gender issue due to MMR. Through this article we need to re-thinking regarding current programs to
reduce MMR, have they view women as holistic individual..

Key words: Pre-eclampsia, Maternal Mortality Rate (MMR), gender equality.

LATAR BELAKANG Pelita keenam (1999) adalah 225 per 100,000 kelahiran
hidup. Oleh karena itu pemerintah memprioritaskan
Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan di
pelayanan kesehatan nasional pada pelayanan
dunia meninggal akibat komplikasi yang berhubungan
kesehatan maternal untuk menurunkan AKI.
dengan kehamilan dan persalinan (WHO, 1996).
DepKes (1995) melaporkan bahwa penyebab
Lebih dari separuhnya berada di negara Asia.
utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (38-
Gerakan Safemotherhood dicanangkan dalam
40%), penyakit hipertensi selama kehamilan (5-20%),
sebuah konferensi di Nairobi, Kenya pada tahun 1987.
dan sepsis (10-27%). Persalinan yang memanjang dan
Gerakan ini mengajak tindakan yang terkonsentrasi
aborsi juga penyebab kematian ibu, yang biasanya
pada tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk
merupakan akibat perdarahan atau sepsis.
menurunkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Wishnuwardani (1996) melaporkan bahwa 80%
meningkatkan kesehatan perempuan di negara-negara
kematian ibu terjadi di rumah sakit (RS). Ini
berkembang (Thaddeus & Maine, 1994). Prioritas
menunjukkan bahwa teknologi tinggi yang lebih
masalah kesehatan perempuan dan strategi yang pal-
canggih dan mahal di RS tidak menjamin penurunan
ing efektif yang ditujukan pada masalah-masalah
kematian ibu. Aspek lain yang barangkali tidak terkait
tersebut, akan berbeda menurut wilayah dan negara
dengan pelayanan di RS, seperti status perempuan itu
(Paolisso & Leslie, 1995).
sendiri dalam masyarakat juga berkontribusi terhadap
AKI adalah salah satu indikator yang dapat
kematian ibu.
menggambarkan status kesehatan penduduk,
Bagi banyak perempuan, terutama di negara dunia
terutama perempuan (Depkes, 1996). Data terakhir
ketiga, kehidupannya terancam oleh status kesehatan
menunjukkan AKI adalah 373 per 100,000 kelahiran
yang buruk dan akses yang tidak memadai terhadap
hidup (SKRT, 1995 dalam Depkes, 1996), masih
pelayanan kesehatan. Aspek sosiokultural yang
relatif lebih tinggi di antara negara-negara ASEAN
mempengaruhi situasi ini adalah status pendidikan,
lainnya. Tingginya AKI dan penurunannya yang
ekonomi perempuan dan posisi perempuan yang
lambat selama dekade terakhir telah menjadi masalah
diberikan oleh masyarakat di mana mereka
kesehatan utama. Sasaran untuk diperoleh pada akhir
Hipertensi pada kehamilan: Analisis kasus (Imami N. Rachmawati) 31

ditempatkan sebagai warga kelas dua terhadap pria. Walaupun dokter menjelaskan kondisi istrinya, ia tetap merasa
Ini sangat mengenaskan, karena kesehatan perempuan bahwa istrinya sehat seperti kehamilan yang lalu sehingga
menolak anjuran rawat inap tersebut. Kemudian keduanya
mempunyai dampak sosial yang luas terhadap anak-
meninggalkan rumah sakit bersama anak mereka. Tenaga
anak dan keluarga (Christiani, 1996). Kesehatan ma- kesehatan yang merawat Ny H benar-benar tidak dapat
ternal yang buruk dapat membahayakan anak, mengubah pendirian pasangan tersebut sehingga hanya
khususnya bayi baru lahir dan risiko kematian selama memberikan resep obat untuk di rumah.
periode perinatal. Bahkan jika seorang perempuan Kurang dari 12 jam berikutnya, Ny. H dibawa ke unit gawat
meninggal, keluarganya dan masyarakatnya secara darurat di RS yang sama dengan kondisi tidak sadar. Suaminya
menangis di sisi istrinya dan mengakui bahwa ia membutuhkan
bermakna menjadi kurang baik dalam ekonomi dan
istrinya untuk mengurus rumah dan anaknya saat ia bekerja di
sosial; keluarga akan kehilangan kontribusi perempuan kantor. Ia tidak menyadari kesehatan istrinya yang berhubungan
tersebut dalam hal pengelolaan rumah tangga; dan dengan kehamilannya dan tidak mengenal bahwa kehamilan
perekonomian akan kehilangan kontribusi istrinya berada pada kondisi risiko tinggi.
produktifnya terhadap ketenagakerjaan (Tinker, 1997).
ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN
Namun demikian, pencegahan kematian maternal
hendaknya dipertimbangkan untuk menjadi tujuan Beberapa model telah dikembangkan untuk
kunci, tidak hanya karena akibat kematian yang menjabarkan faktor yang mempengaruhi kematian ibu
merugikan anak dan anggota keluarga lainnya, tetapi (McCarthy & Maine, 1992; Thaddeus & Maine,
karena perempuan adalah pada hakekatnya sangat 1994). Untuk menganalisis kasus di atas dilakukan
berharga (Thaddeus & Maine, 1994). dengan menggunakan kerangka konseptual dari tiga
Tulisan ini akan menganalisis tiga fase keterlambatan fase keterlambatan yang memfokuskan pada jarak
dalam suatu studi kasus yang mengakibatkan kematian antara timbulnya suatu komplikasi obstetrik dan hasil
perempuan dan menjelaskan berbagai usaha untuk akhirnya (Thaddeus & Maine, 1994). Keterlambatan,
menurunkan AKI dan masalahnya sendiri. bagaimanapun mempunyai kontribusi terhadap
kematian ibu. Banyak rujukan melaporkan bahwa tiga
Kasus: fase keterlambatan sangat mempengaruhi angka
Ny. H (38 tahun), G5P3 dengan usia kehamilan saat ini 34 kematian dan kesakitan ibu di Indonesia (Cholil, 1997;
minggu, mengunjungi klinik antenatal di sebuah rumah sakit
Wishnuwardhani, 1997; Depkes, 1998).
swasta untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dia
datang bersama anaknya (3 tahun). Dua minggu yang lalu Ny Fase I: Terlambat dalam memutuskan untuk
H tidak datang karena harus menjaga anaknya. Di antara mencari pertolongan pada bagian individu, keluarga,
anaknya baru saja sembuh dari demam berdarah yang saat atau keduanya. Ini berhubungan dengan pengambil
itu sedang mewabah di daerahnya. Walaupun merasa agak keputusan dalam keluarga, status perempuan,
kelelahan dan sedikit pusing, dia merasa bahwa kondisi tersebut karakteristik penyakit, jarak dari fasilitas kesehatan,
tidak memerlukan perhatian khusus, apalagi ini merupakan
kehamilan kelima. keuangan dan kemungkinan biaya, pengalaman yang
Pada pemeriksaan, ditemukan beberapa masalah yang kritis lalu dengan sistem pelayanan kesehatan, dan mutu
terhadap kehamilan Ny. H, baik terhadap ibu maupun janinnya. pelayanan yang diterima.
Untuk memastikan kondisi Ny H perlu dilakukan pemeriksaan Fase II: Terlambat dalam mencapai fasilitas
penunjang lain yang lebih mudah dilakukan jika klien dirawat. pelayanan yang adekuat. Ini berhubungan dengan
Ny. H tidak dapat mempercayainya ketika tenaga kesehatan kemampuan faktor fisik, seperti distribusi fasilitas,
menjelaskan kondisinya. Dia merasa kondisinya baik.
Kenyataannya, dari tekanan darah klien 170/100 mmHg dan waktu tempuh dari rumah ke fasilitas, ketersediaan
terdapat edema yang berlebih pada daerah ekstremitas atas transportasi dan biayanya, serta kondisi jalan.
maupun bawah. Ny. H bingung karena ia tidak dapat Fase III: Terlambat dalam memperoleh
memutuskan apakah akan tinggal di rumah sakit atau tidak. Ia pelayanan yang adekuat di fasilitas kesehatan. Faktor
mengkhawatirkan anak-anaknya di rumah dan harus yang relevan di antaranya adalah: ketepatan sistem
menghubungi suaminya dahulu.
rujukan, kurangnya sediaan, peralatan, dan tenaga
Suami Ny H datang atas panggilan istrinya. Ia tampak gusar
karena ketika dihubungi istrinya ia sedang sibuk di kantornya.
yang terlatih; serta ketersediaan tenaga yang
kompeten.
32 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No. 1, Maret 2004; 30-35

Kasus di atas adalah penemuan nyata pada 1996- pada yang bukan praktisi profesional. Tidak
an di sebuah rumah sakit bersalin swasta di Jakarta. mengejutkan jika cakupan wanita hamil yang
Tentu saja Jakarta mempunyai pelayanan kesehatan mengunjungi fasilitas pelayanan antenatal paling
yang sangat modern, termasuk pelayanan maternitas. tidak empat kali lebih kecil dari pada 60% (SKRT,
Di kota ini ada beberapa tipe RS umum pemerintah, 1994 dalam Depkes, 1996).
yaitu tipe A, B, dan C. RS tipe A adalah rujukan tertinggi, Menurut DepKes RI (1998), pelayanan antenatal
yang memiliki seluruh pelayanan kesehatan spesialis ialah pengawasan pelayanan kesehatan terhadap wanita
dan superspesialis dan juga berfungsi sebagai pusat hamil oleh para profesional (dokter ahli kandungan, dokter
pendidikan. Pemerintah juga memiliki beberapa RS umum, bidan, dan perawat). Standar pelayanan antenatal
khusus tersier, seperti RS ibu dan anak, RS untuk kanker, adalah mengukur tinggi badan, memonitor berat badan,
RS jiwa, dan pusat jantung. Di masyarakat, pemerintah tekanan darah, dan posisi fundus uteri, memberian vaksin
juga menyediakan pusat kesehatan masyarakat pada tetanus toxoid dan memberikan sedikitnya 90 tablet zat
setiap kelurahan. Selain itu ada beberapa RS militer, besi. Wanita hamil diberikan pelayanan perawatan ante-
dan juga RS milik swasta. Data menyebutkan jumlah natal paling tidak empat kali; sekali pada trimester pertama
nasional tempat tidur RS dan tenaga kesehatan per dan trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.
100.000 populasi pada tahun 1994 adalah 60,8, dan Akan tetapi, di kota besar jumlah kunjungan antenatal
Jakarta tercatat pada peringkat 161 (DEPKES, 1998). tergantung kebijakan dan prosedur yang digunakan di
Artinya jumlah tempat tidur RS dan tenaga kesehatan rumah sakit. Fasilitas kesehatan modern biasanya tidak
di Jakarta adalah lebih dari jumlah nasional. berorientasi pada pasien. Mereka cenderung untuk
Ketika jarak dari fasilitas kesehatan, biaya memiliki budayanya sendiri yang tidak dapat diterima
finansial dan kesempatan masih menjadi rintangan oleh perempuan. Klien sering mengeluh mengenai
pada sebagian besar negara berkembang (Thaddeus kurangnya dukungan emosional dan privasi dalam seting
& Maine, 1994), di Jakarta fasilitas kesehatan rumah sakit dan terputusnya tanggung jawab rumah
bertebaran di sebagian besar wilayah. Ada sistem tangga sebagai hasil dari pembatasan rumah sakit. Pilihan
transportasi dengan kondisi jalan yang baik yang perempuan terhadap pemberi pelayanan dipengaruhi
memfasilitasi tiap orang di Jakarta untuk menjangkau oleh biaya pelayanan, kemudahan, dan keramahtamahan
fasilitas kesehatan dengan mudah. (Thompson, 1996).
Biaya finansial yang mencakup biaya transportasi, Tingkah laku mencari pelayanan kesehatan juga
biaya dokter dan fasilitas, biaya pengobatan dan sangat dipengaruhi oleh karakter penyakit yang
lainnya, dan biaya kesempatan mungkin tidak menjadi dirasakan oleh individu. Untuk alasan itu, calon
halangan untuk keterlambatan keputusan dalam pengguna pelayanan kesehatan harus mengenali
mencari perawatan. Penduduk Jakarta mempunyai in- apakah terdapat suatu kondisi abnormal. Keparahan
come perkapita lebih tinggi dibandingkan propinsi dan etiologi masalah yang dirasakan membentuk
lainnya. Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas keputusan untuk mencari perawatan. Penghargaan
kesehatan manapun yang sesuai dengan tingkat sosial adalah pandangan klien terhadap kenyataan, bukan
ekonomi mereka. oleh pemberi pelayanan kesehatan yang mungkin
Kualitas perawatan mempengaruhi keputusan dilandasi oleh kriteria medis. Ibu hamil, terutama pada
untuk mencari perawatan melalui dua aspek, yaitu kehamilan berikutnya cenderung kurang
terhadap hasil dan pelayanan yang diterima. Aspek memperhatikan kesehatan mereka sendiri karena
pertama termasuk efektifitas pengobatan dan kehamilan dianggap proses alami. Hal ini berhubungan
pengobatan yang diresepkan. Aspek kedua termasuk dengan aspek sosiokultural (Thaddeus & Maine, 1994;
sikap staf, prosedur rumah sakit, efisiensi dan Swasono, 1998). Sepanjang sakit yang dirasakan itu
ketersediaan pasokan (Thaddeus & Maine, 1994). tidak parah dan tidak mengganggu aktifitas maka tidak
Ketika pasien merasa tidak puas dengan salah satu aspek ada upaya untuk mencari perawatan.
tersebut, mereka cenderung mencari alternatif, misalnya
Hipertensi pada kehamilan: Analisis kasus (Imami N. Rachmawati) 33

Hipertensi dalam kehamilan, relatif merupakan faktor risiko yang memperkuat komplikasi adalah:
kejadian umum yang ditemukan pada 10% dari Nyonya H hamil pada usia 38 tahun dan dia kelelahan
seluruh kehamilan (May & Mahlmeister, 1994; mengurus anak-anaknya.
Tuffnel & Rogerson, 1998). Di Inggris dan di Aspek sosiokultural yang memberi andil keterlambatan
Amerika Serikat, hipertensi merupakan komplikasi adalah status perempuan. Status perempuan tersusun dari
medis kehamilan yang sangat bermakna dan menjadi posisinya dalam pendidikan, budaya, ekonomi, hukum, dan
penyebab kedua kematian maternal (DEPKES, 1996; politik dalam suatu masyarakat tertentu. Nilai perempuan
Saftlas, 1990). Di negara-negara berkembang, diukur pada kemampuan untuk melahirkan anak, dan hal
komplikasi ini menyumbang lebih dari seperempat itu dalam rangka meraih status sosial dan menaikkan
dari seluruh kematian maternal (Favin et al, 1985). perasaan penghargaan diri, seorang perempuan harus
Penyakit hipertensi dalam kehamilan dibedakan menghasilkan (Levine, 1994). Beberapa penelitian
menjadi dua penyakit serius: pre-eklampsia dan (Thaddeus & Maine, 1994; Paolisso & Leslie, 1995)
eklampsia. Suatu gambaran patologi utama dari pre- menyebutkan bahwa perempuan tidak membuat
eklampsia dan eklampsia ditandai dengan keputusannya sendiri dalam mencari perawatan: pasangan
meningkatnya resistensi pembuluh darah periferal atau anggota keluarga yang lebih seniorlah yang membuat
berhubungan dengan vasospasme. Hipertensi keputusan. Tidak masalah bagaimana pentingnya kebutuhan
bukanlah masalah patologi utama dalam penyakit ini, untuk pelayanan kesehatan bagi perempuan yang sedang
kecuali jika tingkat tekanan darah sangat tinggi (di mengalami komplikasi, ijin meninggalkan rumah untuk
atas 160/110 mmHg) (May & Mahlmeister, 1994). ke RS biasanya hanya bisa diberikan oleh suami.
Ancaman kehidupan otak, ginjal dan perubahan Sekalipun di Jakarta, perempuan masih belum
karakteristik hati dari penyakit ini merupakan risiko memiliki hak yang sama dengan pria. Kasus di atas bisa
tinggi bagi wanita. Penyebab utama penyakit ini mewakili status perempuan dalam keluarga mereka
masih belum diketahui dan ini tak dapat dicegah atau sebagai golongan kedua setelah pria. Nyonya H tidak
disembuhkan secara efektif. Faktor risiko yang dapat membuat keputusan tanpa memberitahukan
diketahui adalah paritas, usia (terlalu muda atau suaminya, meskipun keputusan ini berhubungan dengan
terlalu tua), prevalensi dalam keluarga, diabetes atau kesehatannya sendiri bahkan hidupnya. Hidupnya tidak
penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya, terlihat lebih penting daripada keputusan suaminya. Di
hipertensi kronis yang sudah ada sebelumnya, samping itu, dia harus merawat anak-anaknya yang baru
kehamilan kembar, mola hydatidiform, hidrops saja sembuh dari demam berdarah dan mengabaikan sta-
fetalis, dan pekerjaan selama hamil. Meskipun tus kesehatan dirinya sendiri sehubungan dengan
terdapat banyak faktor risiko, tidak ada satupun yang kehamilannya. Sayangnya, Tuan H hanya berfikir bahwa
spesifik. Tanda-tandanya pun juga tidak spesifik. istrinya harus melakukan tanggung jawabnya untuk
Sebagai contoh kasus Ny H, sakit kepala yang memelihara anak-anak mereka dari pada tinggal di RS
diakibatkan oleh vasospasme otak atau edema untuk menjaga kesehatan istrinya.
serebral mungkin diinterpretasikan sebagai suatu Ketergantungan perempuan pada suaminya juga
kelelahan. Sedangkan edema dirasakan sebagai berhubungan dengan status ekonominya. Penelitian telah
kondisi normal yang biasa terjadi selama kehamilan secara konsisten menunjukkan suatu hubungan antara
(May & Mahlmeister, 1994; Patrick & Robert, 1999). kelas ekonomi dan kesakitan dan kematian maternal dan
Nyonya H dalam kasus ini tidak menyadari gejala- bayi (Thaddeus & Maine, 1994; Levine, 1994; Christiani,
gejalanya. Ini bisa terjadi karena beberapa gejala 1996; Paolisso & Leslie, 1995). Seorang perempuan
hipertensi dalam kehamilan tidak spesifik. Akibatnya, hamil yang menderita secara ekonomi bisa juga
keputusan untuk mencari perawatan menjadu menderita secara fisik (Levine, 1994). Lebih dari satu
terlambat. Tanpa informasi atau pengetahuan yang milyar orang, sebagian besar diantaranya adalah
cukup, wanita cenderung menginterpretasikan bahwa perempuan tinggal dalam kondisi sangat miskin. Sebagai
gejala-gejala itu normal dalam kehamilan. Beberapa hasilnya, kondisi kesehatannya dapat mendatangkan
34 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 8, No. 1, Maret 2004; 30-35

malapetaka (Christiani, 1996). Ketergantungan nyonya proaktif bisa ditunjukkan oleh staf melalui beberapa cara,
H terhadap suaminya ketika harus memutuskan apakah seperti kunjungan rumah; atau mengingatkan klien beberapa
akan tinggal di rumah sakit atau tidak, dapat dipengaruhi hari sebelum jadwal. Sikap ini memperlihatkan bahwa staf
oleh status ekonominya. bisa menjadi seorang mitra bagi ibu untuk perawatan
Di negara berkembang, umumnya pria mempunyai kehamilan dan kesehatan mereka secara keseluruhan.
tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada wanita.
Strategi akselerasi penurunan AKI: Kebijakan-
Anak perempuan menerima pendidikan jauh lebih sedikit
kebijakan dan program-program pemerintah
dari pada anak laki-laki (WHO, 1995). Perempuan tidak
mempunyai akses pada pendidikan formal sebagaimana Kebijakan DEPKES RI untuk Inisiasi Safemotherhood
para keluarga merasa percuma bagi anak-anak perempuan termasuk: memperkuat komitmen politik dan
mereka dan lebih penting bagi mereka untuk bekerja kepemimpinan; meningkatkan cakupan dan kualitas
dengan ibu mereka, menyiapkan mereka menjadi istri, ibu pelayanan maternal, termasuk dukungan pelayanan rujukan;
dan pengelola rumatangga yang baik (Levine, 1994). memperkuat manajemen sistem informasi sebagai masukan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin dalam perencanaan dan evaluasi program; mengembangkan
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. sumber daya manusia untuk meningkatkan keahlian tehnik
Individu dapat bergantung lebih pada perawatan dan dan manajerial; menerapkan teknologi yang tepat dalam
pengobatan mandiri dengan menentukan obat sendiri dan membicarakan masalah maternal/ perinatal; mendukung
menunda kunjungan ke pelayanan kesehatan sampai aktifitas masyarakat sehubungan dengan perawatan
metode yang mereka gunakan gagal mengatasi masalah. kesehatan maternal dan perinatal; marketing sosial dan
Dalam hal ini, status pendidikan bisa dihubungkan dengan mobilisasi masyarakat; dan melakukan penelitian operasional
pengetahuan perempuan berkenaan dengan kehamilannya. untuk memberikan masukan penting.
Fase berikutnya ialah keterlambatan mencapai Strategi difokuskan pada daerah sebagai unit terkecil
fasilitas kesehatan yang memadai. Mempertimbangkan bagi Inisiatif Safemotherhood. Program itu juga
kondisi terkini di Jakarta, fase ini mungkin tidak menyebutkan bahwa tiga fase keterlambatan
signifikan. Walaupun kondisi kemacetan lalulintas dapat mempengaruhi kesehatan maternal. Sampai sekarang
saja menjadi masalah. pemerintah menekankan program pada fase kedua dan
Sedangkan fase ketiga, yakni keterlambatan dalam ketiga. Fokus ini kelihatannya tidak sesuai untuk kota besar,
menerima pelayanan yang adekuat pada sebuah yang mempunyai masalah berbeda, meskipun di Jakarta
fasilitas, Thaddeus dan Maine (1994) menyebutkan ada lima daerah yang termasuk dalam program. Untuk itu
bahwa keterlambatan dalam pemberian pelayanan Jakarta tidak mendapat banyak perhatian, sementara masih
kesehatan mungkin diakibatkan oleh kurangnya staf, banyak komplikasi kehamilan dan kelahiran yang bisa
peralatan pokok, persediaan, obat-obatan dan darah, menyumbang kematian maternal pada tingkat nasional.
juga manajemen yang kurang. Pada kebijakan tingkat nasional, pemerintah melibatkan
Manajemen dan staf yang tidak berkualitas telah sektor swasta. Akan tetapi pada program safemotherhood,
menyebabkan kurangnya pengetahuan perempuan tentang peran sektor swasta tidak terlalu nampak. Salah satu program
komplikasi kehamilan. Staf berperan memberikan adalah meningkatkan dukungan dari lembaga sektor internal
pendidikan kepada perempuan guna mendeteksi gejala- yang mencakup beberapa organisasi pemerintah dan
gejala komplikasi sedini mungkin, mendeteksi faktor risiko beberapa departemen terkait, seperti Departemen Dalam
hipertensi dalam kehamilan, dan menginformasikannya Negeri, Kementrian Pemberdayaan Perempuan, dan
kepada klien. Untuk itu perlu ditegaskan bahwa ibu harus Departemen Tenaga Kerja, tetapi tidak disebutkan
datang untuk periksa hamil secara teratur. Pemberi keterlibatan sektor swasta. Padahal di kota besar seperti
pelayanan harus mempertimbangkan kebijakan yang Jakarta, sektor ini berperan penting dalam menyediakan
mengurangi hambatan dalam pemeriksaan antenatal dan pelayanan kesehatan, pemerintah hanya memberi perhatian
juga harus menciptakan suatu mekanisme untuk kepada fasilitas pemerintah. Program penting yang harus
menindaklanjutiwanita selama periode antenatal. Suatu sikap dipertimbangkan untuk melibatkan sektor swasta
Hipertensi pada kehamilan: Analisis kasus (Imami N. Rachmawati) 35

adalah: peningkatan keahlian teknik dan sikap bagi Favin, M., et al. (1985). Maternal health in
pada pemberi pelayanan; penguatan manajemen developing countries. Midwifery (1): 75-85.
kesehatan maternal dan perinatal dan kualitas Levine, MA. (1994). The relationship of poverty to
pelayanan melalui latihan dan pendidikan dan pregnancy in the developing world. Midwives
penyediaan audit maternal dan perinatal yang akurat; chronicle & nursing notes (April): 118-121.
aplikasi teknologi yang tepat; dan pengembangan May, KA and Mahlmeister, LR. (1994). Maternal
aktifitas komunikasi informasi dan edukasi (KIE). and neonatal nursing: Family-centered care.
KIE juga merupakan tanggung jawab sektor-sektor (Third Edition). Philadelphia.
lainnya. Sekali lagi, ini tidak hanya lembaga pemerintah Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998).
tetapi juga lembaga swasta, misalnya sektor bisnis dan Upaya akselerasi dalam menurunkan angka
lembaga swadaya masyarakat. Program ini penting untuk kematian ibu. Jakarta: DEPKES RI.
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah- Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998).
masalah yang berkaitan dengan kesehatan ibu. Pedoman pelayanan dasar keperawatan.
Dalam perencanaan program, status perempuan Jakarta: DEPKES RI.
dalam masyarakat tertentu juga harus dipertimbangkan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1996). Profil
Pemberi pelayanan kesehatan harus meluaskan kesehatan indonesia 1995. Jakarta: DEPKES RI.
wawasannya dalam melihat masalah perempuan dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1991).
melibatkan suatu tim multidisiplin. Pedoman untuk monitoring wilayah kesehatan
maternal dan anak. Jakarta: DEPKES RI.
KESIMPULAN Paolisso, M & Leslie, J. (1995). Meeting the Changing
Berbagai aspek dapat menyebabkan terjadinya tiga health needs of women in developing countries.
fase keterlambatan. Aspek tersebut adalah manajemen Social Science and Medicine, 40 (1): 55-65.
komplikasi yang tidak adekuat. Hal ini diperkuat Patrick., T & Roberts., J.M. (1999). Current concept
dengan status perempuan di dalam masyarakat yang in preeclampsia. MCN. 24 (4): 193-201.
masih dianggap sebagai warga kelas dua sehingga tidak Thaddeus, S. and Maine, D. (1994). Too far to walk:
memungkinkan dirinya untuk membuat keputusan Maternal mortality in context. Social Science
sendiri. Pada akhirnya aspek-aspek ini akan and Medicine, 38 (8): 1091-1110.
berkontribusi terhadap kematian maternal. Thompson, A. (1996). Safe motherhood at risk?
Untuk itu dalam membuat strategi penurunan Midwifery, 12: 15-164.
kematian maternal harus melibatkan multisektor. Strategi Tonks, A. (1994). Pregnancy’s toll in the developing
yang lebih holistik, menggunakan pendekatan berorientasi world. British Journal of Midwifery, vol. 308:
jender yang melihat perempuan dalam seluruh perannya 353-354 ( 5 February).
dan hubungan sepanjang rentang hidupnya (HH). Swasono, MF. (1997). Beberapa aspek sosial budaya
dalam kehamilan, persalinan, dan perawatan ibu
* Imami N. Rachmawati, S.Kp., MSc.: Staf pengajar bagian dan bayi. Dalam MF. Swasono: Kehamilan,
keperawatan maternitas dan anak FIK-UI persalinan, dan perawatan ibu dan bayi dalam
konteks budaya. Jakarta: UI-Press.
Walker, I. (1996). Taking action on pre-eclampsia. Brit-
KEPUSTAKAAN ish Journal of Midwifery, vol.4, No.7: 343-345.
Cholil A. (1996). Pokok pikiran tentang Wishnuwardhani., S.D. (1996). Gambaran kasus-kasus
kebijaksanaan nasional Gerakan Sayang Ibu. gawat darurat di RSCM. Makalah, disampaikan
Jakarta: Departemen Pemberdayaan Perempuan. pada temu wicara dalam rangka Gerakan Sayang
Christiani, K. (1996). Women’s health: Effect on Ibu di Jakarta, 16 Desember 1996.
morbidity and mortality in pregnancy and birth. World Health Organization. (1996). Estimates of
Midwifery, 12: 113-119. maternal mortality: A new approach by WHO
and UNICEF. Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai