BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Terdapat delapan tulang telapak tangan yang tersusun dalam empat baris
capitatum, hamatum. Carpal membentuk konvek pada posterior dan konkaf pada
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang-tulang
5
carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada
jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot fleksor pada pergelangan tangan beserta
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang
sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik
m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor
pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima
memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari
keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari
kedua, ketiga, dan keempat bagian distal dari sendi interphalangeal proksimal
fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis
yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari
transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Carpal Tunnel
acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy Carpal Tunnel
Syndrome pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James
Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel
Syndrome spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada
taboo 1913. Istilah Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch pada
terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel
Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini
ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan
disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau
pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit
Carpal Tunnel syndrome adalah salah satu gangguan saraf yang umum terjadi.
perhatian medis untuk carpal tunnel syndrome pada tahun 1988. Di Belanda,
diperkirakan sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan revalensi
sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi umum. Orang tua setengah baya
lebih mungkin beresiko dibandingkan orang yang lebih muda, dan wanita tiga kali
National Health Interview Study (NIHS) mencatat bahwa CTS lebih sering
mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25-64 tahun, prevalensi
tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun. Prevalensi
CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
9
laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui.
Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dan 58%
kasus meningkat untuk setiap dekade usia 59 tahun, setelah itu, jumlah kasus di
setiap dekade menurun. Atroshi et al. mengamati serupa distribusi usia dengan
prevalensi tertinggi CTS pada pria dari 45-54 tahun dan wanita usia 55-64. Lunak
dan Rudolfer menemukan bahwa kasus CTS memiliki distribusi usia dengan
gerakan biomekanik berulang sesaat yang tinggi pada tangan pergelangan tangan
kanan 74,1%, dan pada tangan kiri 65,5%. Pekerja perempuan dengan CTS lebih
perbedaan antara peningkatan umur, pendidikan, masa kerja, jam kerja serta
Carpal Tunnel Syndrome adalah pekerja yang terpapar getaran, pekerja perakitan,
pengolahan makanan & buruh pabrik makanan beku, pekerja toko, pekerja
2.4 Etiologi
pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial
10
bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di
paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka
meningkatkan risiko CTS, diantaranya yaitu usia lanjut, jenis kelamin perempuan,
dan adanya diabetes, obesitas, kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena
yang terlibat dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan
2008).
tangan dan tangan, sprain pergelangan tangan, dan trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
11
3. Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama
pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
juga terjadi karena penebalan ligamen dan tendon dari simpanan zat yang
disebut mukopolisakarida.
hipotiroidi, kehamilan.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik: punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
syndrome.
2.5 Patofisiologi
mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS
12
dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf tetapi
et al., 2004).
perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS, terutama
kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan konduksi saraf
dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum karpal
di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari
saraf dan tekanan darah sistolik. Kiernan dkk menemukan bahwa konduksi
melambat pada median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan
mungkin tidak selalu disebabkan myelinisasi yang terganggu (Tana, et al., 2004).
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan
jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel. Lundborg et
al mencatat edema epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut
13
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan edem yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi
fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Hal ini jika berlangsung kronis
akan menyebabkan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
2011).
sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi kerusakan pada saraf
dengan naiknya berat badan dan IMT. IMT yang rendah merupakan kondisi
kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja dengan IMT
minimal ≥25 lebih beresiko terkena CTS dibandingkan dengan pekerja yang
mempunyai berat badan normal dengan IMT <25. American Obesity Association
menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat badan.
(Bachrodin, 2011).
Dua bentuk carpal tunnel syndrome yaitu akut dan kronis. Bentuk akut
mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan,
tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh
kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik
trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam carpal tunnel syndrome (Pecina, et
al., 2001).
- Numbness
- Burning
15
Pain Atrophy
-Night
Stiffness
1. Anamnesis
Gambaran klinis CTS adalah nyeri di tangan atau lengan terutama pada malam
hari atau saat bekerja, pengecilan dan kelemahan otot-otot eminensia tenar,
hilangnya sensasi pada tangan pada distribusi nervus medianus, parestesia seperti
kesemutan pada distribusi nervus medianus, kondisi ini sering bilateral (Ginsberg,
2008). Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari sesuai dengan distribusi
muncul setelah bekerja pada sebagian besar pasien. Gejala lainnya adalah nyeri di
tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari. Pasien sering terbangun
di malam hari atau pagi hari dan menjabat tangan mereka untuk meringankan
gejala ini. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau
yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak
Lokasi gejala ini dapat dilaporkan sebagai keterlibatan seluruh tangan atau
pada permukaan palmar ibu jari dan dua atau tiga jari (Franklin, et al., 2009).
mungkin menunjukkan kerusakan otot. Apabila tidak segera ditagani dengan baik
kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai
atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot
lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Rambe, 2004; Mumenthaler, et al.,
2. Pemeriksaan Fisik
khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan
tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah sebagai
a). Phalen's test: Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa CTS.
17
b). Torniquet test: Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan
sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa.
c). Tinel's sign: Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit
Raynaud.
e). Thenar wasting: Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-
otot thenar.
f). Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
g). Wrist extension test: Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
i). Luthy's sign (bottle's sign): Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita idak dapat
diagnosa
j). Pemeriksaan sensibilitas: Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah tes yang
3. Pemeriksaan Penunjang
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
(Fisher, et al., 2004). Pasien yang tidak ada perbaikan dengan penanganan
Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG
bisa normal pada 31% kasus CTS. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25%
kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten
saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
- Kelainan masa laten atau konduksi sensoris atau motoris distal median melalui
kelainan proksimal.
- Pedoman nilai normal untuk batas atas latensi:Latensi motorik distal median 4.2
msec/8 cm, Latensi sensorik distal median (Pergelangan-jari) 3,5 cm sec/14 cm,
menggunakan jarak dan/atau nilai-nilai masa laten yang berbeda, data normatif ini
miopati.
berkala.
- Pada dugaan CTS dengan hasil pemeriksaan normal, pengujian dinamis (pra dan
- Pemeriksaan ulang pada interval yang tepat (3-4 bulan) mungkin menunjukkan
- Pengujian tambahan mungkin diindikasikan pada kasus pasca operasi yang tetap
bergejala.
22
- Individu dengan diagnosa CTS di satu sisi mungkin memiliki NCS yang
abnormal pada sisi berlawanan. Pembedahan tidak boleh dilakukan kecuali pada
yang mendasari. Pasien diskrining pada pemeriksaan awal untuk tanda-tanda atau
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya
kadar gula darah, kadar hormon tiroid, atau darah lengkap. Pemeriksaan ini jarang
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto
polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.
USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan
dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di
carpal tunnel proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome
(Ross, 1997; Wilkinson and Maureen, 2001; Rambe dan Aldi, 2004; Cartwright,
et al., 2012).
23
sesuai dermatomnya.
2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-
otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan
bawah.
telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak
longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang
repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di
dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test dilakukan dengan palpasi otot
abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.
2.9 Penatalaksanaan
gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder
untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer
harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid
tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari
atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi
24
steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan
dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan
membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-
latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer
rasa nyeri.
pergelangan tangan.
Gerakan yang dilakukan dengan bantuan dari luar misalkan dari fisioterapi
Gerakan yang diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari
dihasilkan oleh kontraksi otot yang melawan gravitasi tanpa bantuan atau
tenaga baik dari luar tubuh ataupun dari dalam tubuh itu sendiri.
27
ataupun statik yang melibatkan kontraksi otot dengan tahanan dari luar
yang bisa berupa manual maupun memakai alat (Kisner and Colby, 2007).
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan
terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi
otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada
tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi
konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif
tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten (Rambe dan Aldi,
2004).
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal,
yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering
CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun tenosinovitis pada terowongan
karpal lebih baik dioperasi secara terbuka (Rambe dan Aldi, 2004).
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan di
mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
2011):
a). Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran
b). Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
d). Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta mengupayakan
rotasi kerja.
mendasari terjadinya CTS seperti trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,
infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan
2011).
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik.
Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi
harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi
hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi
resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan,
2.12 Algoritma