Cep Hal Hematoma
Cep Hal Hematoma
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah
bayi normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan
terhadap keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal. Saat ini
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi
di Asia Tenggara.
timbul tanpa trauma lahir. Cephal Hematoma terjadi sangat lambat, sehingga
tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya
adalah 2,5%. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi
terdiri atas pembengkakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di
atas periosteum. Selain itu, chepal hematoma mungkin timbul beberapa jam
setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
cephal hematoma
3. Untuk menambah literatur bacaan mahasiwa kebidanan pada khususnya
D. Manfaat Penulisan
makalah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gambar 2.1
Sumber : http://dianhusadaasuhanneonatus.blogspot.co.id/p/caput-
suksedangeum-dan-cephal-hematoma.html
B. Klasifikasi
Menurut (Ika Nugroho, 2002), letak jaringan yang terkena ada 2 jenis
yaitu:
1. Subgaleal
Galeal merupakan lapisan apneurotik yang melekat secara longgar
pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh daran vena di
daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi
sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock.
Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu. (Oxorn, Harry, 1996)
Penyebabnya adalah pendarahan yang letaknya antara apneurosis
epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum.
Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk
pemeriksaan selama persalinan, resiko terjadinya terutama pada bayi
dengan gangguan hemostasis darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat
edema menyeluruh pada kulit kepala. Pendarahan biasanya lebih berat
dibandingkan dengan pendarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih
besar.
2. Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis
sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-
sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit
dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
Gambaran klinis: Kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi
sampai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Pendarahan dibatasi
oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
C. Etiologi
Menurut Sarwono Prawiroharjo dalam buku Ilmu Kebidanan 2002,
Cephalhematoma dapat terjadi karena:
1. Persalinan lama
Persalinan lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan
tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya
pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vakum atau cunam yang kuat dapat
menyebabkan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang
melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
D. Patofisiologi
Cephalhematoma terjadi ketika pembuluh darah pecah selama
persalinan atau kelahiran yang menyebabkan pendarahan ke dalam daerah
antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada wanita
primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan
ekstraksi vakum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephalhematoma berbatas
tegas dan tidak melebar seperti batas tulang. Cephalhematoma dapat
melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang okspital lebih jarang
terlibat dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya
minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukurannya pada hari
kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna. (Wong, 2008)
Menurut FK Unpad, 1985 dalam buku Obstentri Fisiologi Bandung, proses
perjalanan penyakit cephalhematoma adalah:
1. Cephalhematoma terjadi akibat adanya robekan pembuluh darah yang
melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum. Robeknya pembuluh darah
ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul
timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
2. Bagian kepala yang hematoma biasanya berwarna merah akibat adanya
penumpukan daerah yang pendarahan subperiosteum.
F. Komplikasi
1. Iktrus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan
ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O
antara ibu dan bayi (Kosim, 2003).
2. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum
karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan
yang banyak.
3. Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala
terluka. (kosim, 2003)
4. Klafikasi mungkin bertahan > dari 1 tahun. Gelaja lanjut yang mungkin
terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai
dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau pendarahan intra
kranial.
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
A. Kesimpulan
Cephalhematoma adalah pendarahan sub periosteal akibat kerusakan
jaringan poriesteum karena adanya tarikan atau tekanan jalan lahir.
Dimana Cephalhematoma terjadi ketika pembuluh darah pecah selama
persalinan atau kelahiran yang menyebabkan pendarahan ke dalam
daerah antara tulang dan periosteum. Adapun klasifikasi Cephalhematoma
menurut (Ika Nugroho, 2002 ), berdasarkan letak jaringan yang terkena ada
ialah Subgaleal dan Subperiosteal. Dimana Cephalhematoma dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya tekanan jalan lahir yang
terlalu lama, molase yang kuat ataupun karena partus dengan tindakan
(vakum atau cunam).
Adapun tanda dan gejala dari Cephalhematoma, ialah: adanya
fluktuasi, adanya benjoan, adanya Cephalhematoma timbul di daerah
tulang parietal, kepala tampak bengkak dan berwarna merah, tampak
benjolan dengan batas yang tegas, pada perabaan terasa mula-mula
keras, kemudian menjadi lunak, benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8
jam setelah lahir, benjolan membesar pada hari kedua atau hari ketiga,
benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat Cephalhematoma ialah: iktrerus, anemia, infeksi. Adapun
penatalaksaan Cephalhematoma ialah diantaranya: hampir sama dengan
kaput suksedoneum, jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering,
lakukan pemberian Vitamin K dan adapun pemeriksaan penunjangnya ialah
Pemeriksaan X-Ray pada tengkorak, pemeriksaan darah lengkap (untuk
menilai kadar bilirubin, hematokrit, faktor pembekuan dan haemoglobin).
B. Saran
Pada penderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan
kepada ibu dan keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau
penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal
hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya
cephal hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang
aman dan tepat.