Anda di halaman 1dari 3

005 - KEYAKINAN MENENTUKAN SIKAP

Bukti dari betapa dahsyatnya keyakinan.

Masih teringat dibenak kita, tentang kisah Bilal bin Rabah r.a.
Ketika Bilal sang budak ketahuan oleh tuannya yaitu Umayyah bin Khalaf
bahwa dia telah meninggalkan agama nenek moyangnya dan menjadi pengikut
Nabi Muhammad, betapa murkanya Umayyah dan langsung membawa Bilal ke tengah
padang pasir yang gersang. Di bawah terik mata hari yang panas membakar
kulit. bilal ditelanjangi disertai dengan tindihan batu besar diatas
tubuhnya yang kurus, sambil tidak henti-hentinya dicambuk.

Bilal dipaksa supaya kembali kepada ajaran nenek moyangnya dan meninggalkan
ajaran Muhammad, tapi apa yang terjadi tidak ada satu katapun pengingkaran
Bilal terhadap 'keyakinan' yang telah diperolehnya dari Rasulullah. Dan
kata yang keluar dari mulut Bilal yang telah berdarah-darah hanyalah
perkataan: ,,......ahad…….ahad……..ahad……………."

Tentulah hal itu semakin membuat tuannya naik pitam dan tanpa ampun lagi
Bilal terus disiksa, dengan harapan dia akan jera dan ketakutan.
Menghadapi siksaan berat seperti itu Bilal bukannya murtad tapi dia malah
semakin kokoh 'keyakinan'-nya bahwa Islam-lah agama yang benar bukan agama
pantheismenya orang-orang Quraisy. Bahkan dia rela meskipun harus mati
karena mempertahankan 'keyakinan' Islamnya itu.

Mendengar peristiwa penyiksaan itu, salah seorang sahabat besar Rasulullah


yaitu Abu Bakar segera datang ketempat itu dan menemui Umayyah bin Khalaf
lalu menanyakan tentang perihal Bilal, seandainya Umayyah mau menjual
Bilal, pasti Abu Bakar akan membelinya tanpa penawaran dengan harga
berapapun yang Umayyah inginkan.

Akhirnya Abu Bakar pun membayar kepada Umayyah bin Khalaf sesuai dengan
harga yang diinginkannya, lalu Bilal pun dimerdekakan.

Itulah mungkin sekelumit kisah tentang betapa dahsyatnya "KEYAKINAN" yang


telah terpatri di dalam kalbu, sampai sampai siksaan sepedih apapun tidak
mampu membuat Bilal bergeming dan murtad meskipun nyawa taruhannnya.

Sekarang telah terbukti kan betapa dahsyatnya KEYAKINAN ILAHIYYAH sehingga


mampu membentengi seseorang dari hasutan setan.

Dari fakta di atas telah nyata, bahwa sikap seseorang merupakan cerminan
KEYAKINAN yang berada di dalam kalbunya, seperti kata pepatah, dengan
keyakinan orang mampu memindahkan gunung.
Dari fenomena fenomena di atas jelaslah bahwa SIKAP seseorang ditentukan
oleh KEYAKINANnya bukan oleh ilmunya. Bila kita melihat seorang sarjana
agama ternyata ia berzina, yang salah itu bukan sikapnya tapi keyakinannya.
Atau misalnya seorang bendahara perusahaan yang mengerti betul tentang
keuangan ternyata dia korupsi yang salah itu bukan sikapnya tetapi
keyakinannya.
Sebanyak apapun ilmu itu tidak berpengaruh terhadap perubahan sikap selama
ilmu-ilmu tersebut tidak diolah menjadi keyakinan dan dibenamkan didalam
kalbu kita.
rEnunGkaN: Seorang ustadz, lulusan suatu pesantren yang sama, dalam waktu
yang sama, apakah akan mempunyai SIKAP akhlaq yang sama?

CONTOH-CONTOH KEDAHSYATAN KEYAKINAN


Dibawah ini ada beberapa contoh-contoh keyakinan terlepas itu keyakinan
yang baik(Ilahiyyah) atau bukan.
· Semua Agama Baik
Karena keyakinan inilah bayak orang tua yang membiarkan anaknya pindah
agama, dengan alasan tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, semuanya
mengajarkan kebaikan. Padahal Al-Qur’an telah menegaskan hanya Islamlah
agama yang diridhai Allah. (QS. 3 : 19, 85)

· Ketentuan Allah pasti Baik


Dengan memiliki keyakinan ini kita tidak akan buruk sangka kepada Allah,
akan sabar dan ikhlas menerima takdir dan musibah. Malam dan siang, sama.
Ketika sakit dan ketika sehat, sama.

· Murtad = Neraka
Dengan keyakinan ini tidak mungkin orang mau melepas aqidahnya meskipun
diiming-imingi uang dan kekayaan. Seperti halnya kisah Bilal bin Rabah di
atas dia lebih rela mati dari pada harus murtad.

· Mati Hanya Soal Waktu


Dahsyatnya hal ini jika sudah jadi keyakinan Ilahiyyah, maka kita tidak
akan tenggelam dalam keindahan dunia dan akan terus mempersiapan bekal
sebanyak-banyaknya untuk di akhirat kelah sesudah kematian.
Minggu lalu saya bersama seorang kawan, ia memang seorang direktur lembaga
terkenal, kita menengok seorang kawan yang dirawat di sebuah rumah sakit di
Bandung, kawan kita menderita paru-paru basah akut dan sudah bernanah.
Sementara ginjal mengantri untuk diagnosa. Istri dan keluarganya sudah
tidak berkata banyak, karena dokter sudah isyarat bahwa usianya sudah
menjelang 'maghrib'. Seorang saudaranya bercerita bahwa ia punya hobby main
kartu dan minum alkohol. Oh, ia belum punya keyakinan bahwa bekal kematian
lebih penting daripada bekal hari tua. Kataku kepada kawanku yang
direktur:,, iqro-mu apa mas, tentang kondisi kawan kita yang barusan kita
lihat?" Lama ia menjawab:,, apa artinya pendidikan tinggi yang memberikan
simbol kita kaya ilmu, tetapi ternyata ilmu itu belum diolah sebagai suatu
keyakinan. Aku yakin bahwa dia tahu kalau hobby main kartu larut malam dan
minum alkohol itu tidak baik, dia tahu itu, tapi sayang dia tidak punya
keyakinan bahwa yang ida lakukan membahayakan dirinya. Kita berjalan pelan
di koridor rumah sakit:,, apa artinya kekayaan, gelar pendidikan, jabatan
yang ia punya kalau keadaannya sudah seperti itu.".
Bagaimana penadapat anda, kalau seandainya andalah yang mengalami hal
seperti ini?

Pesantren al-Quran dan Teknologi DURIYAT MULIA


pudjo rahardjo,
nurjaeni,
ade sutisna

Anda mungkin juga menyukai