Keramik secara ilmiah adalah benda-benda yang dibuat dari bahan lunak dari alam yang
dijadikan keras dengan cara pemanasan. Material keramik adalah non logam, senyawa
inorganik, biasanya senyawa ikatan oksigen, karbon, nitrogen, boron dan silikon. Keramik
pada industri tidak bisa dibayangkan sebagai benda-benda seni. Beberapa contoh keramik
industri adalah pipa selokan, insulator listrik, bata tahan panas dan lainnya.
Keramik industri dibuat dari bubuk yang telah diberi tekanan sedemikian rupa
kemudian dipanaskan pada temperatur tinggi. Akan tetapi, sebagian besar keramik industri
dibentuk dari bubuk kimia khusus seperti silikon karbida, alumina dan barium titanate.
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dari perut bumi
dan dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini dengan
mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan pengotor. Kemudian
endapan tadi disaring dan bubuk material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis
dan air. Hasilnya, bubuk dengan tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 µm (0.0001
cm).
Keramik dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti
kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware),
keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik halus (keramik industri)
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic,
engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll).
Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis.
Sifat Keramik
Keramik memiliki sifat kimia, mekanik, fisika, panas, elektrik, dan magnetik yang
membedakan mereka dari material lain seperti logam dan plastik. Industri keramik merubah
sifat keramik dengan cara mengontrol jenis dan jumlah material yang digunakan untuk
pembuatan.
A. Sifat Kimia
Keramik industri sebagian besar adalah oksida (senyawa ikatan oksigen), akan tetapi
ada juga senyawa carbida (senyawa ikatan karbon dan logam berat), nitrida (senyawa ikatan
nitrogen), borida (senyawa ikatan boron) dan silida (senyawa ikatan silikon). Sebagai contoh,
pembuatan keramik alumina menggunakan 85 sampai 99 persen aluminum oksida sebagai
bahan utama dan dikombinasikan dengan berbagai senyawa kompleks secara kimia. Beberapa
contoh senyawa kompleks adalah barium titanate (BaTiO3) dan zinc ferrite (ZnFe2O4). Material
lain yang dapat disebut juga sebagai jenis keramik adalah berlian dan graphite dari karbon.
Keramik lebih resisten terhadap korosi dibanding plastik dan logam. Keramik biasanya
tidak bereaksi dengan sebagian besar cairan, gas, aklali dan asam. Jenis-jenis keramik memiliki
titik leleh yang tinggi dan beberapa diantaranya masih dapat digunakan pada temperatur
mendekati titik lelehnya. Keramik juga stabil dalam waktu yang lama.
B. Sifat Mekanik
Ikatan keramik dapat dibilang sangat kuat, dapat kita lihat dari kekakuan ikatan dengan
mengukur kemampuan keramik menahan tekanan dan kelengkungan. Bend Strength atau
jumlah tekanan yang diperlukan untuk melengkungkan benda biasanya digunakan untuk
menentukan kekuatan keramik. Salah satu keramik yang keras adalah Zirconium dioxide yang
memiliki bend strength mendekati senyawa besi. Zirconias (ZrO2) mampu mempertahankan
kekuatannya hingga temperatur 900oC (1652oF), dan bahkan silikon carbida dan silikon nitrida
dapat mempertahankan kekuatannya pada temperatur diatas 1400oC (2552oF). Material-
material silikon ini biasanya digunakan pada peralatan yang memerlukan panas tinggi seperti
bagian dari Gas-Turbine Engine. Walaupun keramik memiliki ikatan yang kuat dan tahan pada
temperatur tinggi, material ini sangat rapuh dan mudah pecah bila dijatuhkan atau ketika
dipanaskan dan didinginkan seketika.
C. Sifat Fisik
Sebagian besar keramik adalah ikatan dari karbon, oksigen atau nitrogen dengan
material lain seperti logam ringan dan semilogam. Hal ini menyebabkan keramik biasanya
memiliki densitas yang kecil. Sebagian keramik yang ringan mungkin dapat sekeras logam
yang berat. Keramik yang keras juga tahan terhadap gesekan. Senyawa keramik yang paling
keras adalah berlian, diikuti boron nitrida pada urutan kedua dalam bentuk kristal kubusnya.
Aluminum oksida dan silikon karbida biasa digunakan untuk memotong, menggiling,
menghaluskan dan menghaluskan material-material keras lain.
D. Sifat Panas
Sebagian besar keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya walaupun pada
temperatur yang tinggi material ini dapat bertahan dari deformasi dan dapat bertahan dibawah
tekanan tinggi. Akan tetapi perubahan temperatur yang besar dan tiba-tiba dapat melemahkan
keramik. Kontraksi dan ekspansi pada perubahan temperatur tersebutlah yang dapat membuat
keramik pecah. Silikon karbida dan silikon nitrida lebih dapat bertahan dari kontraksi dan
ekspansi pada perubahan temperatur tinggi daripada keramik-keramik lain. Oleh karena itu
material ini digunakan pada bagian-bagian mesin seperti rotor pada turbin dalam mesin jet yang
memiliki variasi perubahan temperatur yang ekstrim.
E. Sifat Elektrik
Beberapa jenis keramik dapat menghantarkan listrik. Contohnya Chromium dioksida
yang mampu menghantarkan listrik sama baiknya dengan sebagian besar logam. Jenis keramik
lain seperti silikon karbida, kurang dapat menghantarkan listrik tapi masih dapat dikatakan
sebagai semikonduktor. Keramik seperti aluminum oksida bahkan tidak menghantarkan listrik
sama sekali. Beberapa keramik seperti porcelain dapat bertindak sebagai insulator (alat untuk
memisahkan elemen-elemen pada sirkuit listrik agar tetap pada jalurnya masing-masing) pada
temperatur rendah tapi dapat menghantarkan listrik pada temperatur tinggi.
F. Sifat Magnetik
Keramik yang mengandung besi oksida (Fe2O3) dapat memiliki gaya magnetik mirip
dengan magnet besi, nikel dan cobalt. Keramik berbasis besi oksida ini biasa disebut ferrite.
Keramik magnetis lainnya adalah oksida-oksida nikel, senyawa mangan dan barium. Keramik
ber-magnet biasanya digunakan pada motor elektrik dan sirkuit listrik dan dapat dibuat dengan
resistensi tinggi terhadap demagnetisasi. Ketika elektron-elektron disejajarkan sedemikian
rupa, keramik dapat menghasilkan medan magnet yang sangat kuat dan sukar demagnetisasi
(menghilangkan medan magnet) dengan memecah barisan elektron tersebut.
Keramik industri dibuat dari bubuk yang telah diberi tekanan sedemikian rupa
kemudian dipanaskan pada temperatur tinggi. Keramik tradisional seperti porcelain, ubin
(keramik lantai) dan tembikar dibuat dari bubuk yang terdiri dari berbagai material seperti
tanah liat (lempung), talc, silika dan faldspar. Akan tetapi, sebagian besar keramik industri
dibentuk dari bubuk kimia khusus seperti silikon karbida, alumina dan barium titanate.
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dari perut bumi
dan dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini dengan
mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan pengotor. Kemudian
endapan tadi disaring dan bubuk material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis
dan air. Hasilnya, bubuk dengan tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 mikrometer
(0.0001 centimeter).
1. Plastik Konvensional
Plastik merupakan salah satu jenis polimer. Polimer lain yang umum diproduksi selain plastik
adalah serat dan karet (elastomer). Polimer sendiri merupakan molekul besar (makromolekul)
yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan
kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal
dari polimer.
Berdasarkan surve , dari tahun 1970 sampai 2000, konsumsi plastik dunia makin meningkat
jauh melebihi logam besi dan baja. Ada alasan-alasan ekonomis yang dapat diterima dalam
kecenderungan tersebut. Plastik lebih ringan dan umumnya lebih tahan terhadap korosi. Seperti
logam, plastik juga dapat dipadu untuk memperbaiki sifat-sifat fisiknya. Dan jika dihubungkan
dengan kenaikan harga energi , plastik bisa diproduksi dan diproses dengan input energi yang
lebih rendah daripada logam
Jika diklasifikasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan kegunaanya maka
plastik dibagi menjadi plastik komoditi dan plastik teknik
Plastik komoditi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- volume yang tinggi
- harga yang murah
- plastik ini bisa dibandingkan dengan baja dan aluminium dalam industri logam
- sering dipakai dalam bentuk barang pakai-buang (disposable) seperti lapisan pengemas
Tabel 1 Contoh dan kegunaan polimer komersial (Stevens, 2001)
Polimer komersial Kegunaan atau manfaat
Gambar 1.
Macam-macam bahan baku plastik (a division of Regal Supply Company, 1999-2000)
Berikut adalah teknik pemrosesan plastik berdasarkan sifat plastik yang akan dibuat:
Termoplastik Termoset
Cetak injeksi Cetak Kempa
Ekstrusi Cetak alih/transfer
Cetak embus Cetak injeksi
Termoforming Cetak injeksi reaktif
Cetak Putar Cetak plastik diperkuat
Kalendering
Contoh :
Teknik produksi plastik yang tepat untuk bahan baku PVC adalah ekstrusi. Pertama bahan
berupa PVC berbentuk butiran atau serbuk dimasukkan dalam corong, di dorong ke screw
baja. Dilairkan ke sepanjang bejana (barrel), dan dipanaskan. Kedalaman lekukan screw
makin berkurang untuk memadatkan bahannya. Pada ujung ekstruder, lelehan melalui die
dalam keadaan panas, lunak, dan mudah dibentuk. Ekstrusi ini harus segera dijaga bentuk dan
ukurannya yaitu dengan cara pendinginan menggunakan udara atau air. Dalam proses
ekstrusi, ekstrudat yang dihasilkan tidak selalu tepat sama dengan dimensi/ukuran die, yaitu
agak lebih kecil. Untuk mengatasi hal ini maka dapat digunakan alat khusus yang mampu
mengambil ekstrudat lunak dari die dengan cepat.Berikut adalah gambar mesin ekstrusi:
(Hartono, 1993)
2.2 Poliester
Poliester merupakan bahan baku produksi plastik jenis termoset. Poliester memiliki
berat molekul yang tinggi dan titik lebur yang tinggi. Poliester sering digabungkan dengan
polimer lain untuk menambah kualitasnya, seperti pada poliester resin yang digabungkan
dengan gelas fiber, dapat diperoleh polimer plastik yang kuat, kokoh, tahan terhadap suhu
atau tidak mudah meleleh. Contoh pada perahu boat, alat-alat olahraga,dan alat-alat listrik
(Bhatnagar, 2004).
Salah satu jenis poliester adalah polifenil ester. Polimer ini di proses melalui metode
polimerisasi kondensasi dengan reaksi sebagai berikut:
HOOROH + R’ (COCl)2 H[OROCOR’CO]nCl + HCl
Plastik Modern
Platik konvensional sudah lama menimbulkan masalah bagi lingkungan. Plastik berbahan baku
polimer sintetis minyak bumi tidak dapat didegradasi oleh alam, sehingga menjadi sumber
pencemaran di berbagai tempat, terutama di tanah dan air. Namun, seiring perkembangan
zaman, telah ditemukan solusi plastik ramah lingkungan atau disebut plastic biodegrdable.
Plastic biodegradable merupakan plastik yang terbuat dari bahan-bahan alami antara lain
selulosa, pati, kolagen, kasein, protein, khitosan, khitin, atau lipid dari hewan. Bahan-bahan
alami ini termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sampah plastik yang
dihasilkan dapat didegradasi oleh alam dan mikroorganisme (Wawan, 2005).
Salah satu sumber bahan baku plastik biodegradable adalah klobot jagung. Klobot jagung
memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi sekitar 32%, dan sisanya hemiselulosa 32%
dan lignin 20% (Hettenhaus, 2002). Sekitar 1 ton klobot jagung yang dihasilkan akan
proporsional dengan hasil 1 ton biji jagung. Klobot jagung akan terus meningkat jumlahnya
sering meningkatnya panen jagung tiap tahun.
Berikut adalah proses pembuatan polimer biodegradabel dari klobot jagung:
a. Persiapan bahan baku polimer biodegradable
- Pembuatan serbuk klobot jagung
Klobot jagung di cuci dengan air, dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm dan dikeringkan
dibawah terik matahari. Kemudian dilakukan penggilingan. Serbuk klobot jagung yang
dihasilakan masih mengandung komponen lain terutama lignin. Lignin dipisahkan dengan
menambahkan NaOH dalam konsentrasi pekat.
- Selulosa dari klobot jagung cenderung kaku sebagai bahan baku plastik, ini disebabkan oleh
derajat kristalinasi yang tinggi dari selulosa. Namun, proses asetilasi selulosa telah membuat
kekakuan selulosa menurun, sehingga diperoleh plastik selulosa asetat yang elastis. Untuk
menjaga kestabilan plastik selulosa maka perlu ditambahkan stabilizer atau disebut juga
pemlastis atau plasticizer . contoh pemlastis yang bisa digunakan adalah kanji dan tandan
kelapa sawit (TKS, serta asam laktat