Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang begitu pesat pada
awal abad 20 sejumlah dokter mulai mengembangkan tindakan bedah untuk
membuang lemak yang berlebih dari tubuh.
Tahun 1921, dr. Charles Dujarrier yang berasal dari Perancis mencoba mengeluarkan
lemak dari betis seseorang balerina hanya dengan menggunakan teknik curette saja.
Akibatnya sang ballerina terinfeksi hingga kakinya harus diamputasi dan akhirnya
meninggal dunia. Meskipun hasilnya sangat buruk, namun akibat kejadian tersebut
mata dunia kedokteran mulai terbuka untuk mempelajari cara sedot lemak yang aman.
Tahun 1958, dr. Ivo Pittanguy di Rio de Janeiro mencoba mengikuti dr. Charles
Dujarrier, namum belum memberikan hasil yang maksimal. Karena dari operasi
tersebut meninggalkan bekas irisan yang cukup menonjol.
Barulah pada tahun 1974, di Roma, Italia seorang dokter THT bersama anaknya, dr.
Arpad Fischer dan dr. Giorgio Fischer memperkenalkan bedah Liposuction dengan
hasil yang cukup memuaskan. Teknik baru yang diperkenalkan adalah teknik
penyedotan lemak dari bawah kulit dengan irisan kecil. Hal ini dapat dilakukan setelah
mereka berhasil memodifikasi kanula yang biasa digunakan untuk orang yang ingin
mengugurkan kandungan menjadi tumpul agar mengurangi pendarahan yang terjadi.
Namun sampai saat itu mereka masih menggunakan bius umum dalam melakukan
Liposuction.
Di tahun 1978, dr. Yves Gerard Illous dan dr. Pierre Fournier berhasil mempopulerkan
teknik Liposuction di Prancis, setelah mereka berhasil melakukan simplifikasi
peralatan dan teknik yang di pergunakan. Meskipun masih menggunakan bius umum,
namun saat itu mereka sudah mulai memasukkan sejumlah cairan Wetting agar
memudahkan dalam penyedotan lemak.
Di Amerika bedah sedot lemak mulai diperkenalkan pada tahun 1982, dan dalam
waktu singkat menjadi sangat populer dan menjadi tindakan bedah kosmetik yang
paling sering dilakukan. Hal tersebut dikarenakan hampir lima puluh persen penduduk
di Amerika saat itu mengalami kelebihan berat badan.
Perkembangan bedah lemak mengalami kemajuan yang sangat berarti ketika dr.
Jeffrey Klein dan dr. Pattrick Lilis mengembangkan teknik Liposuction agar bisa
dilakukan dengan bius lokal. Pada tahun 1987 mereka berdua berhasil menemukan
cairan Klein dan Lilis yang digunakan untuk melakukan teknik Tumescent yang
mereka kembangkan, dan mulai saat itu Liposuction menjadi tindakan bedah yang
sangat aman.
Di Indonesia tindakan bedah sedot lemak sebenarnya sudah mulai dikenal sejak tahun
1980-an, namun saat itu Liposuction masih sering menimbulkan komplikasi. Seiring
berkembangnya teknik yang digunakan, bedah sedot lemak di Indonesia pun turut
manjadi tindakan bedah kosmetik yang paling aman.
Apa itu operasi sedot lemak?
Operasi sedot lemak atau dalam istilah medis disebut dengan liposuction adalah operasi
bedah kosmetik untuk menghilangkan lemak di tubuh yang tidak hilang meski sudah
melakukan diet ketat atau olahraga. Biasanya operasi ini dilakukan pada daerah-daerah rawan
tumpukan lemak seperti paha, lengan, perut, dan pinggul, bokong, atau area wajah.
Operasi ini dilakukan di bawah pengawasan ahli bedah plastik dan dokter kulit. Seorang
dokter bedah plastik berperan dalam bedah estetika dan rekonstruksi tubuh yang akan disedot
lemaknya. Sementara seorang dokter kulit berperan dalam proses pemulihan pada bentuk dan
hasil kulit pasien setelah operasi.
Sebagian besar tujuan utama dilakukannya tindakan sedot lemak ini adalah karena
permasalahan estetika. Pasien ingin membuang lemak tubuh di area tertentu sehingga lekuk
tubuh menjadi lebih terlihat, terutama pada daerah-daerah yang tetap mengalami
penumpukan lemak walaupun sudah dilakukan pengaturan pola makan dan olahraga.
Daerah-daerah yang paling sering dilakukan tindakan sedot lemak ini antara lain : paha,
pinggul, pinggang, perut, bokong, leher, dan punggung.
Selain untuk masalah estetika, tindakan sedot lemak juga dapat digunakan untuk mengatasi
beberapa masalah medis, seperti :
Tindakan sedot lemak harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan memiliki
keahlian khusus, dengan peralatan yang aman. Sedot lemak ini dapat dilakukan terhadap
outpatient, dimana pasien dapat datang dan pulang di hari yang sama saat tindakan walaupun
jumlah lemak yang dkeluarkan sangat banyak. Apabila jumlah lemak yang akan dibuang
tidak terlalu banyak, maka pasien cukup diberikan obat bius lokal dan juga obat penenang
agar tidak tegang, sedangkan apabila jumlah lemak yang dikeluarkan sangat banyak maka
penggunaan bius total juga dapat digunakan.
Lama pengerjaan dari tindakan sedot lemak bervariasi dari sekitar 1 – 4 jam. Beberapa tahun
belakangan ini, teknik sedot lemak semakin berkembang pesat sehingga lebih mudah
dilakukan, lebih aman terhadap pasien dan juga lebih tidak sakit. Beberapa teknik sedok
lemak antara lain :
Tumescent liposuction. Dengan teknik ini hanya menggunakan obat bius lokal di
tempat memasukan selang sehingga tidak terasa sakit.
Setelah tindakan selesai dilakukan, daerah yang disedot lemaknya harus dibebat atau diikat
dengan perban elastis. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya bengkak,
memar atau nyeri. Perban elastis ini dapat digunakan selama 3 – 4 minggu. Oleh karena itu
kandidat yang baik untuk melakukan sedot lemak ini adalah pasien yang memiliki kelenturan
dan elastisitas kulit yang baik, sehingga bentuk kulit dapat kembali sempurna.
Dokter juga memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi. Sebagian besar pasien
dapat melakukan aktivitas normal setelah pengaruh obat bius hilang dan pasien merasa
nyaman.
Perlu diketahui bahwa operasi sedot lemak bukanlah perawatan untuk menurunkan berat
badan. Operasi ini bertujuan menghilangkan timbunan lemak yang tidak bisa dibasmi dengan
diet dan olahraga.
Seberapa ampuhnya prosedur ini untuk menghilangkan lemak di tubuh pada dasarnya
tergantung pada masing-masing pasien. Hasil dari prosedur ini tidak akan langsung
menghasilkan perubahaan yang fantastis dan instan. Bahkan Anda perlu diet ketat untuk
melihat hasil akhir yang maksimal selama beberapa bulan.
Sel-sel lemak dalam tubuh Anda akan dihilangkan secara permanen selama prosedur operasi
berlangsung. Namun, Anda bisa saja mengalami kenaikan berat badan dengan pertumbuhan
sel-sel lemak yang baru. Jika berat badan Anda bertambah setelah operasi, lemak berpotensi
besar dapat muncul di tempat-tempat baru dan tak terduga.
Biasanya hal ini disebabkan karena Anda tidak berkomitmen untuk menjalani pola hidup
sehat, sehingga memicu penumpukkan lemak yang baru di tubuh.
Itu sebabnya penting bagi Anda untuk menerapkan pola hidup sehat agar hasil dari operasi ini
lebih optimal. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang yang meliputi karbohidrat, serat,
protein, dan lemak sehat. Hindari produk makanan olahan yang tinggi gula dan garam. Yang
tidak kalah penting, perbanyaklah olahraga ataupun aktivitas fisik.
Tidak semua orang yang kelebihan berat badan bisa melakukan prosedur sedot lemak
Anda mungkin berpikir jika prosedur ini dapat dilakukan oleh semua orang, terutama bagi
mereka yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, pada kenyataannya tidak
semua orang yang kelebihan berat badan bisa melakukan prosedur sedot lemak.
Ketika Anda memutuskan untuk menghilangkan lemak dengan cara disedot, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu:
Sedot lemak juga sebenarnya bisa dilakukan disemua rentang usia, mulai dari remaja
hingga sudah lanjut usia asalkan mereka dalam keadaan sehat. Meskipun begitu hasil
terbaik akan diperoleh mereka yang masih memiliki kulit yang elastis seperti yang
dimiliki mereka yang masih muda. Karena jika kulit sudah tidak elastis seperti yang
dimiliki lanjut usia, ada kemungkinan kulit tidak akan kencang kembali sehingga perlu
dilakukan operasi pengencangan kulit.