Redaksi :
Penanggung Jawab :
Ida Faridah, S.Kp., M.Kes
Pimpinan Redaksi
Dr. Kemas Djamaludin
Dewan Redaksi :
Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep
Ns. Febi Ratnasari, S.Kep
Ns. Katrina Agustina, S.Kep
Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep
Ns. Ria Setia Sari, S. Kep
Sekretaris Redaksi :
Ningsih, SE
Silvi Yulianita, A.Md. Keb
Septy Ariyani, A. Md. Keb
Alamat Redaksi :
Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang
Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3
Tangerang 15133
Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663
1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau
artikel laporan lapangan
2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal
kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain
3. Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda
tangani oleh penulis
4. Komponen Naskah :
Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi
Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata,
dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai
dengan 3 – 5 kata kunci
Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka
dan tujuan penelitian
Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data,
teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data
Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan
dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir
Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks.
Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui
kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak
mengada-ada
5. Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks,
dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.
Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,
selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,
selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu.
Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya
6. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program
komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen
tertulis
7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan
dikembalikan jika ada permintaan tertulis.
ABSTRAK
Komunikasi Interpersonal dalam pelayanan kesehatan dikenal dengan sebutan KIP.
Dalam pelayanan KB KIP kegiatan KIP sangat penting berkenaan dengan kesadaran
untuk ber-KB dan pemilihan jenis Kontrasepsi yang digunakan. Dukungan Ibu PUS
untuk menggunakan KB sangat bergantung dari keterampilan petugas dalam
melakukan KIP.Jika petugas berhasil meyakinkan tentang manfa’at ber-KB maka
Dukungan masyarakat terhadap penggunaann KB meningkat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS
untuk menjadi Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014 Populasi yang akan diteliti
adalah Ibu PUS di wilayah PKM Kemiri Kabupaten Serang dengan jumlah sampel
sebanyak 95 responden.Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive
sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner, pengumpulan data dilakukan
dengan cara Pre-test dan Post test dengan terlebih dahulu dilakukan komunikasi
Interpersonal.Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat
dengan menggunakan T test. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden
berusia ˃ 30 tahun (62,1%), berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara
(72,6%). Terdapat peningkatan dukungan antara sebelum dan sesudah dilakukan KIP
yaitu se besar 18,9%.Hasil Uji statistic menunjukan terdapat pengaruh yang
signifikan KIP terhadap dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB (nilai
p=0,000). Saran yang diusulkan Penulis adalah Program kegiatan Komunikasi
Interpersonal perlu ditingkatkan untuk meningkatkan cakupan akseptor
KB.Komunikasi Interpersonal seharusnya sudah menjadi protap atau SOP yang
terstandar khususnya dalam pelayanan KB.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, pengetahuan, dukungan, Akseptor KB
PENDAHULUAN
Indonesia yang dulu dikenal berhasil dalam menjalankan program keluarga
berencana (Orde Baru), kini menghadapi ancaman besar di bidang kependudukan.
Laju pertumbuhan yang masih tinggi di kisaran 1,49% atau 44,5 juta jiwa per tahun
tanpa diimbangi peningkatan kualitas penduduk akan berdampak pada proses
kemajuan bangsa di masa depan.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), menyatakan bahwa Jumlah penduduk Indonesia saat
ini 250 juta jiwa, menempati urutan ke-4 dunia. Akan tetapi kualitas penduduk kita
berada di urutan 124 dari 187 negara, Selain masalah laju pertumbuhan dan kualitas,
TUJUAN
Untuk mengetahui Komunikasi interpersonaltenaga kesehatan di PKM kemiri
Tingkat Dukungan Ibu PUS untuk menjadi Akseptor KB sebelum dan sesudah
dilakukan Pendekatan Komunikasi Interpersonal di PKM kemiri Tahun 2014.
Hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS untuk menjadi
Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain preeksperimental yang termasuk kedalam jenis
quasi eksperimen dengan “ pre dan post test group design” yaitu penelitian
yang dilakukan terhadap satu kelompok sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan setelah eksperimen.
HASIL PENELITIAN
Tabel 2.1 Distribusi Karakteristik Ibu PUS di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014
Karakteristik Frekuensi %
Umur
- ≤ 30 tahun 36 37,9
- > 30 tahun 59 62,1
Pendidikan
- Rendah (SLTP Ke bawah) 69 72,6
- Tinggi (SLTA ke atas) 26 27,4
Paritas
- Primipara 69 72,6
- Multipara 26 27,4
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui sebagian besar responden berusia >30 tahun (62,1%),
berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara (72,6%). Gambaran Nilai Rata-
Rata Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan sesudah
dilakukan KIP. Tahun 2015
Tabel 2.3 Distribusi dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum
dilakukan KIP di PKM Kemiri Tahun 2014
Dukungan Sebelum Sesudah
F % F %
Berdasarkan tabel 2.3 diatas diketahui sebelum dilakukan KIP sebagian besar(60,0%)
responden mendukung menjadi akseptor KB, setelah dilakukan KIP sebagian besar
(78,9%) responden mendukung menjadi akseptor KB.
Pada table 2.4 diatas menunjukan, rata-rata Dukungan responden pada pengukuran
pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada pengukuran kedua
(post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungani adalah 62,76 dengan
standar deviasi 6,061. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan
kedua adalah 27,8. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 maka dapat
disimpulkan ada pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap Dukungan ibu
PUS untuk menjadi akseptor KB di PMK Kemiri tahun 2014 sebelum dan sesudah
dilakukannya KIP.
DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia >30
tahun (62,1%), hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia
dewasa. Sehingga peneliti berkesimpulan bahwa semakin dewasa umur seseorang,
maka akan semakin konstruktif dalam menggunakan akal terhadap masalah yang
dihadapi.
Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan
perkembangan seseorang, sehingga proses perubahan perilaku sejalan dengan
bertambahnya umur. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan yang rendah (72,6%), Menurut Notoatmodjo (2005)
tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada tingkat pemahaman dan cara
pandang terhadap kesehatan, termasuk Dukungan dalam ber-KB. Ibu dengan
pendidikan rendah sebelum dilakukan penyuluhan tentunya berbeda pemahamannya
mengenai KB dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut diperlukan konsep pembelajaran kesehatan , salah satunya
melalui metoda KIP (komunikasi interpersonal). Konsep pendidikan kesehatan adalah
suatu proses belajar pada individu, kelompok dan masyarakat dari tidak tahu menjadi
tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi
mampu mengatasi masalah tersebut (Notoatmodjo, 2005). Sebagian besar paritas
responden adalah primipara (72,6%). Artinya sebagian besar responden adalah para
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa Tidak ada Komunikasi Interpersonal tenaga Kesehatan diPKM
kemirti sebelum diadakan penelitian. Terjadi peningkatan dukungan antara sebelum
dan sesudah dilakukan KIP yaitu sebesar 18,9%. Ada pengaruh antara komunikasi
interpersonal terhadap Dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB, sebelum dan
sesudah dilakukan KIP.
ABSTRAK
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas mudah ,teratur,
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat dan penting untuk kemandirian
(Kozier, 2004). Demikian pula dengan pasien paska operasi diharapkan dapat
melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
Ruang Rawat Inap Bedah Bogenvil RSUD Kab Tangerang pada bulan Januari 2014
jumlah pasien yang dirawat sebanyak 98 pasien dengan bermacam-macam kasus
pembedahan. Dari jumlah tersebut didapatkan Kasus pembedahan abdomen sebanyak
28 pasien.Dari 28 pasien tersebut didapatkan 75% (21 pasien) yang tidak segera
melaksanakan mobilisasi setelah dilakukan pembedahan.Penelitian ini bertujuan
menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini paska pembedahan abdomen. Penelitian ini merupakan penelitian true
eksperimen menggunakan desain post test dengan kelompok kontrol. Intervensi yang
digunakan dalam studi ini adalah pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien
yang akan dilakukan tindakan pembedahan abdomen. Pelaksanaan terhadap
mobilisasi diamati pada hari kedua paska operasi.Besarnya sampel adalah 60 pasien
yang terdiri atas masing-masing 30 pasien kelompok latihan mobilisasi dan 30
kelompok penkes. Hasil penelitian didapatkan hamper sebagian besar respon den
pada kelompok penkes terdapat 51,7% melakukan mobilisasi dini dengan baik, dan
pada kelompok latihan mobilisasi 36,7% pasien melakukan mobilisasi dini dengan
baik. Analisist-paired menunjukkan adanya perbedaan signifikan secara statistic pada
aspek kemandirian pasien dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok
intervensi dengan kelompok control dengan p value 0,559.
Kata kunci: Pendidikankesehatan,mobilisasidini, pembedahan abdomen
PENDAHULUAN
Oprasi abdomen merupakan kedaruratan bedah yang sering dilakukan
diberbagai negara di seluruh dunia.Penyakit ini dapat di temukan di semua usia
namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian oprasi abdomen
1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tujuan penduduk dinegara
barat menderita penyakit abdomen dan terdapat lebih dari 200.000 penderita penyakit
abdomen dilakukan di amerika serikat setiap tahunnya. WHO (world Health
organization) menyebutkan insiden abdomen di asia dan afrika pada tahun 2005
adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.Di Indonesia insiden penyakit
bedah abdomen appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya jumlah pasien dari
tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2008), Kasus apendik
pada tahun 2005 sebnyak 65.755 orang dan pada tahun 2008 jumlah pasien penyakit
abdomen appendicitis sebanyak 75,6001 orang.RSUD kab tangerang panggung rawi
antara tahun 2013 sampai dengan 2014 total kasus penyakit abdomen sebanyak 782
TUJUAN
Mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi tentang
mobilisasi dini paska operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien paska
pembedahan abdomen di ruang Bogenvil RSUD KabTangerang
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain true eksperimen.
Rancangan yang digunakan adalah post test with control group design
(trueexperiment with control) yang dilakukan peneliti kepada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen, untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap efek
perlakuan, perbedaan sesudah adanya suatu intervensi
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini
Jumlah
MobilisasiDini
N %
Baik 24 40.0
Kurang 18 30.0
Cukup 18 30.0
Total 60 100
Berdasarkan pada tabel di atas dapat di analisa bahwa hamper sebagian besar
responden pada kelompok intervensi terdapat 24(40.0%) pasien melakukan
mobilisasi dini dengan baik,
Tabel 1.2DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanPendidikankesehatan
Penkes Frekuensi Prosentase %
Baik 31 51.7
Kurang 7 11.7
Cukup 22 36.7
Total 60 100
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian terkait hasil observasi tentang pelaksanaan
mobilisasi pasien, didapatkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
praoperasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pasien paska pembedahan abdomen
KESIMPULAN
Secara statistika dan perbedaan signifikan pada aspek kemandirian pasien
dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok Penkes dengan kelompok
latihan mobilisasidengan p value 0,559
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Ramali, (2004). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta:
PenerbitBukuKedokteranEGC
2. Arikunto, S, (2008). ProsedurPenelitian: Suatu PendekatanPraktik.
EdisiRevisi.Jakarta: RinekaCipta
3. Johansson, et al. (2004).Preoperative education for orthopaedic patient, Journal
4. Long, Barbara C. , (2006) Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. Bandung
5. Michael,O’Donnell,(2006).Definition of Health Promotion: Part III:Expanding
the Definition
6. Notoadmodjo,S.(2007). PromosiKesehatan&IlmuPerilaku, EdisiRevisi, Jakarta,
RinekaCipta
7. Notoatmodjo, S.(2010). MetodologiPenelitianKesehatan. EdisiRevisi.
Jakarta:RhinekaCipta
ABSTRAK
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti ;
keinginan, minat, kehendak, pengetahuan ,emosi, berfikir,sikap, motivasi, peran dan
sebagainya. Namun demikian sulit di bedakan refleksi dari gejala yang manakkah
seseorang itu berperilaku tertentu, sehingga terdapat faktor-faktor lain, yaitu
pengalaman, keyakinan, sarana-sarana fisik,sosio-budaya masyarakat dan sebagainya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Pasir Nangka
tahun 2015 dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap
kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok tahun 2015. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 62 lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas didapat nilai
p-value = 0,072>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara faktor faktor yang
mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas, untuk aspek
hubungan antara praktek posbindu bernilai p=0,265 >0,05 yang artinya terdapat
hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan
lansia di Puskesmas.Untuk aspek hubungan jarak dengan jumlah kunjungan ke
posbindu lansia p= 0,000< 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor
yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas.Untuk
aspek hubungan pelayanan dengan jumlah kunjungan ke posbindu di dapat nilai p=
0,000 < 0,05yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi
prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok,
kesimpulannya adalah dari 6 faktor yang mempengaruhi Perilaku Lansia terhadap
kunjungan Lansia di Posbindu Puskesmas Desa Cilongok diantaranya H0 diterima
yaitu: hubungan antara umur lansia, Hubungan antara pendidikan Lansia, Hubungan
antara Sikap Lansia dan Hubungan antara Praktek dengan jumlah kunjungan, dan Ha
ABSTRACT
Human behavior is a reflection of a variety of psychiatric symptoms such as; desire,
interest, desire, knowledge, emotions, thinking, attitude, motivation, role, and so on.
However difficult to differentiate the reflection of a person's symptoms behave, so
that there are other factors, namely experience, confidence, the means of physical,
socio-cultural and so on,
This study aims to determine the correlation between the factors that influence the
behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas Desa Cilongok
2015 by using descriptive method.
The results showed that for the correlation between the factors that influence the
behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas obtained p-
value = 0.072> 0.05, which means there is no correlation between the factors that
influence the behavior of the elderly to visit the elderly in health centers, for aspects
the correlation between practice ederly sevice health p-value = 0.265> 0.05, which
means there is a correlation between the factors that influence the behavior of the
elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect distance, have a
correlation with a number of visits to the elderly service health p = 0.000 <0.05,
which means there is a correlation Among the factors which influence the behavior of
the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect of the service,
have a correlation with the number of visits to erderly service health have p = 0.000
<0,05 which means that there is a correlation between the factors that influence the
behavior of the elderly to visit the elderly in Puskesmas Desa Cilongok, the
conclusion is of 6 factors that affect Behavior elderly to visit elderly in Erderly
Service Health in Desa Cilongok Public Health Service have H0 accepted with the
correlation p value between age and the elderly, the correlation between education
Elderly, correlation between Attitudes Elderly and the correlation between the
practice of the number of visits, and had received that : The correlation between the
distance to the correlation between the number of visits and the number of health
care visits.
Keywords: Elderly Behaviour, visit Elderly Service Health
TUJUAN
Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Lansia dengan jumlah kunjungan Lansia ke posbindu Lansia di Desa Cilongok ,
Kabupaten Tangerang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross
Sectional (potong lintang), untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
HASIL PENELITIAN
Analisi Univariat
Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Lansia
Umur Responden Jumlah Presentasi (%)
50-60 th 16 27
61-70 th 43 63
Jumlah 59 100
Jumlah 59 100
Dari tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden terdapat pada lansia yang
berpendidikan tinggi, yaitu sebanyak 32 responden (54,3%) dan sisanya terdapat pada
responden yang berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 27 responden (45,7%).
Setuju 59 100
Tidak Setuju 0 0
Jumlah 58 100
Rutin 47 79,7
Tidak Rutin 12 20,3
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa
praktek Posbindu Lansia rutin dilaksanakan, yaitu sebanyak 47 responden (79,7%),
sisanya mengatakan bahwa praktek Posbindu Lansia tidak rutin dilaksanakan,yaitu
sebanyak 12 responden (20,3%).
Jumlah 59 100
Dari tabel 3.5terlihat bahwa sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari
Posbindu Lansia terdekat yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan
responden yang bertempat tinggal dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28
responden (47,5%).
Analisis Bivariat
Tabel 3.8 Hubungan Umur Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke Posbindu
Lansia Dalam Satu Tahun
Jumlah Kunjungan
>6 <6 Total P
Umur
kali/tahun kali/tahun (%) value
( %) (%)
16
12 4
50-60 th (27,1
(20,3%) (6,8 %)
%)
43
26 17 0,072
61-70 th (72,9
(44,1%) (28,8 %)
%)
38 21 59
(64,4 %) (35,6 %) (100%)
Dari tabel 3.8 dapat dilihat hasil hubungan antara umurlansia dengan kunjungan
Posbindu diperoleh bahwa ada sebanyak 12 orang (20,3%) lansia berusia 50-60 th
yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada lansiaberusia61-70 th
sebanyak 26 orang lansia (44,1%) rutin berkunjung ke Posbindu. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur Lansia
dengankunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.
Dari tabel 3.10 dapat dilihathubungan antara sikap lansiadengan jumlah kunjungan,
sebanyak 26 orang (44,1%) Lansia yang suka dengan adanya Posbindu melakukan
Dari tabel 3.12 dapat dilihathubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan,
sebanyak 23 orang (39%) Lansia yang jarak antara rumahnya dengan pelayanan
kesehatan jauh, berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan padaLansia yang
jarak antara rumahnya dengan pelayanan kesehatan dekat, terdapat 3 orang (5,1%)
yang berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P
=0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di
Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.
DISKUSI
Sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari Posbindu Lansia terdekat
yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan responden yang bertempat tinggal
KESIMPULAN
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara umur Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok
pada tahun 2015.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa
Cilongok pada tahun 2015.
Sehingga hubungan antara sikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di
Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable
sikap dianggap sebagai variable yang konstan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S. 2010 .Prosedur Penelitian. PT . Rineka Cipta. .
2. Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
3. Notoatmodjo S. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. PT
Rineka Cipta.
4. Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
5. Poppy Kumala, dkk. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, EGC. Jakarta.
6. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2013. 2014 Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang.
7. Profil Puskesmas Pasir Nangka 2013. 2014 Puskesmas Desa Cilongok.
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut: (1) Bagaimana motivasi pegawai di RSUD Kota Tangerang? (2)
Bagaimana kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang? (3) Apakah terdapat
hubungan positif dan signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan
di RSUD Kota Tangerang?.
Selanjutnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk mengetahui
karakteristik responden di RSUD Kota Tangerang,(2) Untuk mengetahui motivasi
pegawai di RSUD Kota Tangerang,(3) untuk mengetahui kualitas pelayanan di
RSUD Kota Tangerang,(4) untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dan
kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif study
korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan korelasi
antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel terikatnya kualitas
pelayanan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
satu waktu (point time approach).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada tahun
2015, menunjukan dari hasil analisis bivariat hubungan antara jenis kelamin dengn
kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien di
RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara status
pegawai dengan kualitas pelayanan nilai Pvalue sebesar 0,257. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara status pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD
Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan
ABSTRACT
Formulation of the problem in this research is in the form of the following research
questions: (1) How is the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang
district? (2) How is the quality of services at the RSUD Kota Tangerang district? (3)
Is there a positive relationship and significant between motivation with the quality of
services at the RSUD Kota Tangerang District ?.
Furthermore, the purpose of this study are as follows: (1) to determine the
characteristics of the respondents in the RSUD Kota Tangerang District, (2) To know
the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang District, (3) to determine
the quality of care in RSUD Kota Tangerang District, (4) to determine the
relationship of employee motivation and quality of care in RSUD Kota Tangerang
Regency.
This type of research used in this research is descriptive correlation study is research
that aims to illustrate the correlation between variables, namely the independent
variable and the dependent variable motivation quality of service. The design of this
study using cross sectional approach is a study for studying the dynamics of the
PENDAHULUAN
Salah satu paradigma kesehatan yaitu: kesehatan untuk semua “Health for
All” adalah pelayanan jasa publik yang harus dapat diakses oleh setiap masyarakat
dari segala macam lapisan yang ada. Konsekuensi dari kesehatan untuk semua adalah
prinsip yang mendasari pelaksanaan otonomi daerah yaitu, keadilan, demokrasi dan
TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan di
RSUD Kota Tangerang.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distibusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=65)
Karakteristik
Jumlah(n) Persentase(%)
Responden
Jenis Kelamin
Perempuan 52 80,0
Laki-laki 13 20,0
Total 65 100,0
Status Pegawai
PNS 26 40,0
PTT 11 16,9
HONOR 28 43,1
Total 65 100,0
Pendidikan
SD 1 1,5
SMP 1 1,5
SMA 9 13,8
PT 54 83,1
Total 65 100,0
Masa kerja
Total 65 100,0
Tabel 4.2 Gambaran tentang motivasi pegawai yang menjadi responden di RSUD
Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Motivasi Jumlah Persentase
(n) (%)
Tinggi 6 9,2
Cukup tinggi 52 80,0
Rendah 7
Sangat rendah 0 10,8
0,0
Total 65 100,00
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui, bahwa sebanyak 6 orang (9,2%) responden
memiliki motivasi tinggi dalam bekerja di RSD Kota Tangerang, 52 orang (80,0%)
responden memiliki motivasi cukup tinggi dalam bekerja dan 7 orang (10,8%)
responden memiliki motivasi rendah dalam bekerja di RSUD Kota Tangerang.
Total 65 100,00
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui, bahwa sebanyak 1 orang (1,5%) responden
memiliki kualitas pelayanan yang baik di RSUD Kota Tangerang, 55 orang (84,6%)
responden memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik, 7 orang (10,8%)responden
memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik dan 2 orang (3,1%) responden
memiliki kualitas pelayanan yang buruk di RSUD Kota Tangerang.
Analisis Bivariat
Tabel 4.4 Analisis Bivariat Hubungan Karakteristik Responden dengan Kualitas
Pelayanan
Kualitas Pelayanan
Karakteristik Cukup Kurag Total P-
Baik Buruk
Responden Baik Baik Value
N % N % N % N % N %
Jenis
Kelamin
86,5 0,613
Perempuan 1 1,92 45 5 9,62 1 1,92 52 100
4
Laki-laki 0 0,0 10 84,6 2 7,7 1 7,7 13 100
Status
Pegawai
PNS 92,3
0 0,0 24 2 7,69 0 0,0 26 100
1 0,257
PTT 0 0,0 11 100 0 0,0 0 0,0 11 100
Honorer 71,4 17,8
1 3,57 20 5 2 7,14 28 100
3 6
Pendidikan
0,000
SD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100 1 100
Berdasarkan table 4.4 di atas, hasil analisis bivariat hubungan karakteristik responden
dengan kualitas pelayanan diperoleh bahwa untuk jenis kelamin diantara 52
responden yang jenis kelaminnya perempuan, terdapat 1 responden (1,92%) yang
kualitas pelayanannya baik, 45 responden (86,54%) kualitas pelayanannya cukup baik
5 responden (9,62%) kualitas pelayanannya kurang baik dan ada 1 responden (1,92%)
kualitas pelayanannya buruk. Sedangkan diantara 13 responden yang jenis
kelaminnya laki-laki, terdapat 10 responden (84,6%) kualitas pelayanannya cukup
baik, 1 responden (7,7%) kualitas pelayanannya kurang baik dan 1 responden (7,7%)
kualitas pelayanannya buruk.
DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai dengan
kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota
Tangerang.
Motivasi mempunyai peranan penting untuk dapat menggerakkan, mengerahkan
dan mengarahkan segala daya dan potensi karyawan kearah pemanfaatan yang paling
optimal sesuai dengan batas-batas. Apabila ditinjau dari teori Maslow (dalam
Nursalam, 2002), tentang motivasi dikaitkan dengan kebutuhan yang tersusun secara
hierarkis kebutuhan dapat dilihat sebagai berikut: untuk kebutuhan fisiologis sangat
erat hubungannnya dengan penghasilannya/gaji, kebutuhan rasa aman dengan
merasa terlindungi, dari ancaman baik itu tekanan dan akibat-akibatnya. Kebutuhan
rasa memiliki dan dimiliki terkait dengan lingkungan iklim kerja yang nyaman,
hubungan interpersonal yang harmonis, suasana kerja dan tanggung jawab.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak ada hubungan antara
motivasi dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, Azrul. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina rupa
Aksara.
2. Handoko, T. Hani, 2005. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
ABSTRAK
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,
dan sebagainya. Air sungai selain mudah didapat juga bisa digunakan untuk berbagai
keperluan. Perilaku ini terjadipada masyarakat di Kel.pasir jaya tangerang yang masih
menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan MCK (mandi,
cuci, kakus).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Air Di Kel.pasir jaya
Kabupaten Tangerang.Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi
menggunakan pendekatan crosss sectional Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya
sebanyak 162 responden. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling.
Instrument yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknik analisis data
menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian
pengetahuan menunjukan nilai p value 0.000 < dari 0.05, dan pendidikan
menunjukkan nilai p value 0.021 < dari 0.05.Hipotesis Ho ditolak artinya ada
pengaruh pengetahuan dan pendidikan dengan penggunaan air,variabel usia
menunjukkan p value 0.319 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak
ada pengaruh tingkat usia dengan penggunaan air, jenis kelamin menunjukkan nilai p
value 0.848 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
jenis kelamin dengan penggunaan air dan pekerjaan menunjukkan nilai p value
0.417> dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh pekerjaan
dengan penggunaan air. Saran dari hasil penelitian ini disarankan masyarakat dapat
menambah pengetahuan dan mendapat informasi tentang penggunaan air yang bersih
Kata kunci : penggunaan air, faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang
penggunaan air, masyarakat
PENDAHULUAN
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan / genetika.
Perilaku menurut Green (2010) dipengaruhi oleh 3 faktor yang pertama faktor
karakteristik yang terdiri dari umur, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, yang
kedua faktor Pemungkin, dan yang ketiga faktor PendukungMenurut Soekanto
(dalam Maryati dan Suryawati, 2010:174. Dalam Hidayati, 2012) mengatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi
kelompoknya sendiri, bersifat independen, mendiami suatu wilayah tertentu, dan
memiliki kebudayaan serta sebagian besar kegiatannya berlangsung didalam
kelompok itu sendiri.Masyarakat adalah subjek yang paling dominan untuk
memanfaatkan, merusak maupun memberdayakan alamnya. Akan tetapi, semua yang
dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan alam selalu menimbulkan
TUJUAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
masyarakat tentang penggunaan air
METODE PENELITIAN
Desain penelitian dalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian. Desain penelitian jenis deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran yang akurat tentang suatu masalah atau fenomena yang diteliti
(Suryanto, 2013 dalam Nurjazila 2014). Korelasi merupakan salah satu dari desain
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara dua variable atau
lebih variable penelitian. (Hidayat, 2010 dalam Nurjazila 2014).
Desain penelitian ini adalah desain korelasi deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui fenomena dan mengidentifikasi korelasi dari beberapa variabel
independen (pengetahuan, pendidikan, uisa, jenis kelamin, sikap, pekerjaan). Selain
itu, penelitian itu menggunakan pendekatan potong lintang (Cross Sectional ) yaitu
desain penelitian yang melakukan pengambilan data dalam satu waktu (Notoatmodjo,
2010 dalam Nurjazila 2014).
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 57 35.2
Perempuan 105 64.8
Total 162 100
3. Pendidikan
Rendah 147 90.7
Tinggi 15 9.3
Total 162 100.0
4. Pekerjaan
Tidak bekerja 107 66.0
Bekerja 55 34.0
Total 162 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan pengetahuan responden adalah sebagai berikut mayoritas usia
responden yaitu <11 tahun sebanyak 9 orang (5.6 %), 12-16 Tahun (Remaja Awal)
sebanyak 20 orang (12.3%), 17-25 tahun sebanyak 32 orang (19.8%), 26-35 tahun
sebanyak 44 orang (27.2%), 35-45 Tahun sebanyak 29 orang (17.9%), 45-55
sebanyak 13 orang (8.0%), 56-65 tahun sebanyak 12 orang (7.4%), dan > 65 tahun
3. Jenis kelamin
Laki-laki 32 19.8 25 15.4 57 35.2 0.021
Perempuan 62 38.3 43 26.5 105 64.8
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0
4.
0.417
Pendidikan
Rendah 90 55.6 57 35.2 147 90.7
5. Tinggi 4 2.5 11 6.8 15 9.3
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0 0.000
Pekerjaan
Rendah 65 40.1 42 25.9 107 66.0
Tinggi 29 17.9 26 16.0 55 34.0
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0
Pengetahuan
Rendah 72 44.4 22 13.6 94 58.0
Tinggi 22 13.6 46 28.4 68 42.0
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0
Berdasarkan tabel 5.4 karakteristik usia diketahui bahwa mayoritas responden usia
<11 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 6 orang (3.7%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 3 orang (1.9%). Usia
12-16 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 11 orang (6.8%). Usia
17-25 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 15 orang (9.3%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 17 orang (10.0%). Usia
26-35 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 24 orang (14.8%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 20 orang (12.3%). Usia
Correlations
pengetahuan penggunaanair pendidikan pekerjaan Jeniskelamin Usia
Pearson 1 .442** .246** .130 -.028 -.166*
Correlation
Pengetahuan Sig. (2- .000 .002 .100 .722 .034
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson .442** 1 .203** .077 -.028 -.159*
Correlation
penggunaanair Sig. (2- .000 .010 .330 .722 .044
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson .246** .203** 1 -.004 -.032 -.122
Correlation
Pendidikan Sig. (2- .002 .010 .958 .684 .120
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson .130 .077 -.004 1 -.482** .189*
Correlation
Pekerjaan
Sig. (2- .100 .330 .958 .000 .016
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson -.028 -.028 -.032 -.482** 1 -
**
Correlation .211
Jeniskelamin Sig. (2- .722 .722 .684 .000 .007
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson -.166* -.159* -.122 .189* -.211** 1
Usia
Correlation
DISKUSI
Bab ini akan menguraikan mengenai fakta, teori dan opini serta kesenjangan
diantaranya yang akan dikemukakan secara komprehensif terhadap penelitian baik
KESIMPULAN
Distribusi frekuensi dari lima faktor yang diteliti terhadap responden menghasilkan
gambaran responden mayoritas memiliki penggunaan air tidak baik, tingkat
pengetahuan rendah, tingkat pendidikan rendah, usia mayoritas 26-35 tahun, jenis
kelamin perempuan dan pekerjaan mayoritas tidak bekerja.Berdasarkan hasil uji
bivariat terhadap lima faktor yaitu tingkat pengetahuan dengan uji-square
menghasilkan p value 0.000 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap
penggunaan air
DAFTAR PUSTAKA
1. Hastono.(2007).Analisis Data Kesehatan Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan
2. Masyarakat Universitas Indonesia
3. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika
4. Nurjazila. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu Dalam
Pencegahan Penularan TB Paru Di RW 02 Desa Talok Kecamatan Kresek
Kabupaten TangerangTahun 2014. Skripsi
5. Sugiono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
6. Syafrudin.( 2008). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Tiara Putra Jakarta
7. Suryani, Sri. (2014). Hubungan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayinya Di Wilayah Kerja
Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang Pada Tahun 201. Skripsi
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan survei terakhir
tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2011). Target MDGs pada tahun 2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Persalinan dan menyusui merupakan
suatu kodrat bagi wanita. Berbagai komplikasi yang sering dialami selama masa
menyusui antara lain puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak dan
mastitis atau abses payudara sehingga ibu harus tetap melakukan perawatan payudara
secara benar, baik untuk mempersiapkan masa menyusui dan selama masa menyusui.
Tujuan dilakukan penulisan Riset Keperawatan ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan
perawatan payudara.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square, dimana
ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara
dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara primer menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara yaitu p-Value 0.101 >
α (0.05).
Dinas pemerintahan yang terkait seperti dinas kesehatan wilayah dapat memberikan
penyuluhan menyeluruhan pada masyarakat mengenai perawatan payudara untuk
menambah pengetahuan dari masyarakat.
ABSTRACT
Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator to look at the health status of
women. Mortality and morbidity of pregnant women, maternity and childbirth is still
a major problem in developing countries, including Indonesia. Based on the last
PENDULUAN
Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan
memudahkan sikecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga merangsang
produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2009).
Sebagai seorang tenaga kesehatan harus benar-benar memperhatikan betapa
pentingnya perawatan payudara untuk memperlancar produksi ASI. Perawatan
payudara bisa dilakukan secara teratur 2 kali sehari. Berdasarkan studi pendahulu
menurut Eni Wulandari Tahun 2012 di BPS Aryanti, pada bulan Januari – Maret
2012 didapatkan data ibu nifas sebanyak 32 ibu nifas. Peneliti berhasil mewawancarai
kepada 12 responden didapat hasil 2 orang dengan pengetahuan dan sikap dalam
melakukan perawatan payudara baik, 4 orang dengan pengetahuandan sikap dalam
melakukan payudara cukup, dan 6 orang dengan pengetahuandan sikap dalam
melakukan payudara kurang.
Berdasarkan data dan fakta diatas, peneliti melakukan observasi di Kp. Gembor
RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang dan mendapatkan hasil bahwa
pengetahuan yang didapat ibu nifas masih belum begitu banyak tahu tentang
perawatan payudara dikarenakan masih adanya payudara ibu nifas yang putingnya
lecet, payudara yang bengkak dan adanya abses payudara.
TUJUAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu
primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT
003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang
METODE
Desain peneliti yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossection
dengan potong lintang (crosstabulation) dan uji chisquare. Dimana chisquare adalah
untuk mengetahui ada atau tidaknya dan seberapa erat hubungan tingkat pengetahuan
ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT
003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang pada bulan Agustus.
HASIL PENELITIAN
Tabel 6.1 Distribusi frekuensi usia responden di Kp. Gembor RT 003/ RW 06
Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014
Usia Frekuensi Persen
20 th – 30 th 30 50.0
31 th – 40 th 21 35.0
41 th – 50 th 9 15.0
Total 60 100.0
Distribusi frekuensi umur dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai
usia 20 th – 30 th ada 30 orang (50.0%), ibu yang mempunyai usia 31 th – 40 th ada
21 orang (35,0%) dan ibu yang mempunyai usia 41 th – 50 th ada 9 orang (15.0%).
DISKUSI
Dalam penelitian ini ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi
responden untuk melakukan tindakan perawatan payudara, dimana faktor-faktor
tersebut adalah peranan keluarga, peranan tokoh masyarakat, peranan tetangga,
tingkat pengetahuan, dan social ekonomi. Faktor tersebut tidak menjadi bahan dalam
penelitian pada ini, maka hubungan pengetahuan dan tindakan perawatan payudara
adalah tidak ada bahwa ternyata tindakan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
tersebut yang tidak termasuk dalam penelitian pada saat ini.
KESIMPULAN
Dari hasil data chi square yaitu p Value 0.101 > α (0.05) artinya Ho gagal
diterima sehingga tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan
sikap dalam melakukan perawatan payudara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, Y. 2010. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta : pustaka rihana
2. Bobak, ledermilk Jensen. 2004. Keperawatan matermitas. Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC
ABSTRAK
Ibu hamil ada yang mengalami kecemasan saat menjalani kehamilannya. Masalah
yang dialami ibu hamil diantaranya ketidaknyamanan seperti perubahan bentuk
tubuh, sering marah, gelisah, dan cemas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang, meliputi usia, pengetahuan, dukungan
keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan. Jenis penelitian analitik, dengan desain
cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil primigravida yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis bulan Desember 2014. Hasil penghitungan
sampel sebanyak 55 orang. Analisis data yaitu univariat (distribusi frekuensi) dan
bivariat (Uji Kai Kuadrat). Hasil analisis univariat,hampir sebagian besar ibu primipara
mengalami kecemasan rendah (56,4%), umurnya tidak berisiko (58,2%), pengetahuan
kurang (56,4%), dukungan keluarga baik (61,8%), dan dukungan tenaga kesehatan
baik (63,6%). Hasil analisis bivariat, variabel yang berhubungan dengan kecemasan
pada ibu hamil primigravida adalah pengetahuan (p = 0,029 dan OR = 4,154),
dukungan keluarga (p = 0,003 dan OR = 6,944), dan dukungan tenaga kesehatan (p =
0,007 dan OR = 5,833). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah umur (p =
0,767). Saran penelitian adalah Puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil, memasang pesan kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan upaya mengatasi
kecemasan, keluarga memberikan dukungan berupa anjuran, motivasi, dan informasi
yang baik sehingga dapat menurunkan kecemasan ibu hamil.
Kata kunci :Faktor-Faktor, Kecemasan, Ibu Hamil, Primigravida
ABSTRACT
Pregnant women experience anxiety while undergoing pregnancy. The problems
experienced by pregnant women is discomfort during pregnancy undergo such a
change in body shape, angry, and anxiety. The purpose of this study was to determine
the factors associated with anxiety in pregnant women primigravida in Puskesmas
Pasar Kemis, include age, knowledge, family support, and the support of health
professionals. This type of research is analytic, the cross-sectional design. Samples is
55 pregnant women primigravida. Results of univariate analysis showed most of
PENDAHULUAN
Kehamilan awal untuk keluarga pemula, merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai
tanggung jawab. Wanita akan menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah.
Hubungan mereka berubah, begitu juga dengan keluarga besar atau masyarakat yang
membutuhkan penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga (Susanti, 2008).
Penelitian Singh (1991) terhadap 1.000 (seribu) wanita India, menemukan bahwa 691
subjek wanita hamil (kelompok eksperimen) merasa lebih cemas dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Kecemasan dimulai pada bulan kedua yaitu ketika mereka
mengetahui kehamilannya, dan kemudian meningkat lagi pada usia kehamilan
memasuki usia kehamilan lima bulan. Pada bulan ke enam dan ketujuh, kecemasan
sedikit berkurang. Dan selanjutnya pada bulan ke delapan dan kesembilan kecemasan
meningkat lagi hingga menjelang waktu melahirkan (Taufik, 2010).
Kecemasan yang umumnya dialami oleh ibu hamil biasanya ibu menjadi takut,
khawatir dan berfantasi karena akan memulai dengan hal baru dalam pengalaman
hidupnya dengan adanya bayi dalam kandungannya (terutama pada primigravida).
Selain itu ibu akan merasa rendah diri, hal ini disebabkan karena mulai timbulnya
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), leher,payudara membesar, perut
membesar disertai linea alba dan berat badan akan semakin meningkat. Hal tersebut
akan membuat ibu merasa khawatir jika setelah melahirkan berat badannya tidak
kembali seperti sebelum hamil. Pada kehamilan yang tidak diinginkan ibu akan
merasa takut kehamilannya diketahui oleh orang lain sehingga berusaha menutupi
kehamilannya atau menggugurkannya. Ibu yang pernah mengalami keguguran atau
melahirkan bayi mati/cacat khawatir bila itu akan terjadi lagi sehingga ingin
melindungi bayinya. Kehamilan yang tidak diterima suami dan keluarga membuat ibu
semakin khawatir dan takut menjalani kehamilannya (Bahiyatun, 2011).
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).
HASIL PENELITIAN
Tabel 7.1 Distribusi frekuensi kecemasan pada ibu hamil primigravida di
wilayah kerja Puskesmas Pasara Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014
Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%)
Tinggi 24 43,6
Rendah 31 56,4
Total 55 100,0
Tabel 7.1, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamengalami
kecemasan rendah yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang mengalami
kecemasan tinggi sebanyak 24 orang (43,6%).
Kurang 21 38,2
Baik 34 61,8
Total 55 100,0
Tabel 7.5 Hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah
kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014
n % n % n % (OR)
Tabel 7.8 Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan ibu hamil
primipara di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang
Tahun 2014
Dukungan Kecemasan Pada Ibu Total
Petugas Hamil Nila Odd
Kesehatan ip Ratio
Tinggi Rendah (OR)
n % n % n %
Kurang 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,00 5,833
7
Baik 10 28,6 25 71,4 35 100,0
Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0
Tabel 7.7 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan petugas kesehatan
dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 20 orang ibu yang menyatakan dukungan
petugas kesehatan kurang, ada 14 orang (70,0%) yang memiliki kecemasan tinggi,
sedangkan dari 35 orang ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik,
ada 10 orang (28,6%) yang memiliki kecemasan tinggi.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,007 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α
5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR =
5,833, yang artinya ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan kurang, akan
berisikomengalami kecemasan tinggi sebesar 5,833 kali, dibandingkan dengan ibu
yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara menyatakan
dukungan petugas kesehatan baik (63,6%).Hasil analisis hubungan dukungan petugas
kesehatan dengan kecemasan ibu hamil, diperoleh p value = 0,007 dan OR = 5,833,
sehingga ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan
kecemasan pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aprianawati, RB.2012. Hubungan Antara Dukungan KeluargaDengan
Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran AnakPertama Pada Masa
Triwulan Ketiga.
2. Arsinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
3. Astria, Y. (2009). Hubungan Karekteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan
Kecemasan Menghadapi Persalinan Di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan
RSUP FatmawatiTahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 12 April 2013. http://id.pdfsb.com/jurnal.
4. Jhaquin, A. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
5. National Institut of Mental Health (2008). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Depresi Pospartum Pada Ibu Hamil Pascapersalinan Primipara. 9
April 2013. http://repository.usu.ac.id.
ABSTRAK
Kegiatan keperawatan merupkan salah satu kegiatan pelayanan yan dirumah sakit,
tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien antara lain
mengkaji kebutuhan pasien merencanakan tindakan keperawaataan melaksanakan
rencanaa tindakan mengevaluasi hasil asukan keperawataan yang telah diberikan serta
mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawataan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja perawat dan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang tahun 2014.
Desain penelitian yang digunakan adalah “crossectional” sampel adalah perawat di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang yang telah memenuhu
criteria ,jumlah sampel 155 responden untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk
kelengkapan pendokumentasian, pemilihan sampel dilakukan dengan metode sampel
jenuh atau sensus. Data dikumpulkan menggunakan pemilihan sampel 155 respoden
untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk kelengkapan pendokumentasian,
kuesioner dan hasilnya dianalisis dengan uji ChiSquare. Analisa univariat perawat
dengan beban kerja kategori ringan (27,3%),kategori sedang (45,5%) dam kategori
berat (27,3%). Dari hasil uji bivariat bahwa ketidakhubungan yang bermakna antara
beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan Pvalue=0.083
Katakunci :bebankerjadanpendokumentasian
ABSTRACT
Nursing activitiesis one of the activitie so fexisting servicesin hospitals,duties of
nurses in providing nursing care to patients, among other,assess the patient’s
PENDAHULUAN
Globalisasi mengakibatkan Tingginya kompetisi disektor kesehatan khususnya pada
pendokumentasian dibidang kesehatan.Tingginya tuntutan masyarakat baik Nasional
maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan kesehatan yang diberikan dirumah
sakit.Pelayanan yang baik,tepat,cepat, aman serta transparan dalam penulisan hasil
intervensi merupakan indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan
antar rumah sakit baik swasta, pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin
leluasa berkembang. Untuk bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas
terhadap pelayanan di rumah sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan
asing,rumah sakit harus memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat,
tepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya,2005).
Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antara petugas kesehatan dalam
rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan
jelas,kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang
perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit.
(Nursalam,2008). Manfaat dokumentasi keperawatan adalah (1)sebagai kualitas
pelayanan, (2) sebagai komunikasi perawat dengan profesi kesehatan lainnya,
(3)Mempunyai nilai pendidikan, (4) bernilai hukum, (5) sebagai penelitian, (6)
akreditasi (Nursalam,2008).
METODE
Metode yang digunakan adalah kuantitatif analitik,karena menganalisa dinamika
korelasi antara variable independen (bebankerja) dan variable dependent
(Pendokumentasian asuhan keperawatan).Model pendekatan yang digunakan pada
peneliti ini adalah pendekatan secara cross sectional yaitu rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali
waktu).(Hidayat,2008).
HASIL PENELITIAN
Tabel 8.2 Distribus iFrekuensi beban kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014
Variabel Frekuensi
Beban kerja n %
Ringan 15 27,3
Sedang 25 45,5
Berat 15 27,3
Jumlah 55 100
Pendokumentasian N %
AsuhanTidak
Keperawatan
dilakukan 35 63,6
Dilakukan 20 36,4
Jumlah 55 100
Ringan 12 80 3 20 15 100
Sedang 12 48 13 52 25 100
0.083
Berat 11 73,3 4 26,7 15 100
DISKUSI
Dalam penelitian ini, peneliti menilai beban kerja di Instalasi Rawa tInap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 kepada 55 perawatdengan menggunakan
kuisioner.Didapatkan hasil bahwa dari 55 perawat, beban kerja dengan kategori
ringan (27,3%), kategori sedang (45,5%) dan kategori berat
(27,3%),Halinimenunjukanbahwa bebankerja perawat diInstalasirawat inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang dikategori sedang.
Penemuan dilapangan terlihat masih ada pekerjaan yang bukan pekerjaan perawat
dilakukan oleh perawat, seperti mengambil obat ke apotik, mengambil dan
mengantar sampel darah ke laboratorium,konsul rontgen, mengantar pasien rawat
inap ke poliklinik untuk konsul dengan dokter spesilais.Untuk mengatasi masalah
pekerjaan yang seharusnya bukan pekerjaan perawat seharusnya rumah sakit
mempekerjakan tenaga untuk pekerjaan tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja perawat dengan
kelengakapan pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang tahun 2014 adalah Tidak ada hubungan beban kerja
perawat terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan, masih
adafaktor-faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan seperti umur,masa kerja,pendidikan,pengetahuan dan sikap.
Ns. Rangga Saputra,S.Kep**, Putri Jati I*, Chandra E*, Dhea Knes*
,Desi R*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
Pendidikan kesehatan preoperasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan
pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam
meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tujuan
penelitian mengidentifikasi hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi
terhadap pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun
2014.
Metode penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasidi RSUD Tarakan
Jakarta Tahun 2014.Besarnya sampel menggunakan derajat kepercayaan 95% dan
derajat kesalahan 5%. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square.
Hasil penelitian ini yaitu dari 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥50 tahun,
33 responden (38,8%) berpendidikan SMP, 37 responden (43,5%) berkerja sebagai
Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 36 responden (42,4%) mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang mobilisasi cukup, 52 responden (61,2%) pelaksanaan mobilisasi
pasien post operasikurang 22 dan dari 36 (66,1%) responden dengan pendidikan
kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0.001 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya
1
terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan kesehatan tentang mobilisasi
denganpelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun
2014.
Penelitian ini diharapkan menjadi acuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan di tempat dia bekerja.
Kata Kunci :Pendidikan Kesehatan, Mobilisasi, Pasien Post Operasi
PENDAHULUAN
Menurut WHO (Dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan, 2008) Sehat itu
sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan sehat juga
merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial d
an spiritual.Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan
dengan kondisi individu sebelumnya.
Kondisi sakit ini mengakibatkan seseorang harus melakukan tindakan pengobatan
baik itu dilakukan dengan rawat jalan di Rumah sakit maupun sampai dilakukan
tindakan pembedahan atau bahkan sampai dengan proses kehilangan anggota tubuh
serta kematian.
METODE
Desain penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Kesehatan
Tentang Mobilisasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD
Tarakan Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).
HASIL PENELITIAN
Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di RSUD Tarakan
Jakarta Tahun 2014.
Umur Frekuensi Persentase
<50 tahun 41 48,2
≥50 tahun 44 51,8
Total 85 100,0
SD 22 25,9
SMP 33 38,8
SMA 29 34,1
PNS
Total 85 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan pekerjaan. Hal ini
menunjukan bahwa dari 85 responden, 37 responden (43,5%) diantaranya berkerja
sebagaiIbu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 33 responden (38,8%) berkerja sebagai
buruh, 12 responden (14,2%) diantaranya bekerja sebagaiPNS dan 3responden (3,5%)
diantaranya berkerja sebagai karyawan.
Jumlah 85 100,0
Jumlah 85 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi.
Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 52 responden (61,2%) pelaksanaan
mobilisasi pasien post operasikurang dan 33 responden (38,8%) pelaksanaan
mobilisasi pasien post operasi baik.
Pelaksanaan Mobilisasi P
Pendidikan Kurang Baik Jumlah Value
Kesehatan
n % n % n %
Kurang 18 78,3 5 21,7 23 100
Cukup 14 5376 22 61,1 36 100 0.001
Baik 20 76,9 6 23,1 26 100
Jumlah 52 61,2 33 38,8 85 100
Pada tabel 5.6 menunjukan hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasidengan
pelaksanaan mobilisasi pasien post operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun
2014.Hasil analisis diperoleh bahwa 22 dari 36 (66,1%) responden denganpendidikan
kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Sedangkan dari 5
(21,7 %) responden yang pendidikan kesehatankurangpelaksanaan mobilisasi pasien
post operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001<0.05α= maka dapat
disimpulkan bahwa H diterima artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
1
pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post
operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien post operasi yang ada di RSUD
Tarakan Jakarta Tahun 2014. Dengan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
sebanyak 85 orang.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan didukung
oleh teori-teori yang telah penulis pelajari serta pembahasan yang telah disajikan
dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan Terdapat hubungan antara
pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post
operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.
ABSTRAK
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang paling menonjol adalah
diakibatkan oleh kondisi kerja dan perbuatan yang tidak aman. Kondisi yang tidak
aman ini antara lain disebakan oleh alat-alat, lingkungan kerja, dan bisa juga oleh
faktor manusianya. Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis
pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja diutamakan, namun kadang-
kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga perlu
digunakan alat-alat pelindung diri yang sesuai dan memadai untuk melindungi tenaga
kerja dari potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan gangguan
kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam menggunakan alat pelindung diri di
unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang Jenis penelitian ini bersifat
deskriptif analitik dimana peneliti memberikan gambaran dan memperoleh hubungan
tentang kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri di unit produksi
PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang.
Sampel penelitian adalah karyawan /tenaga kerja secara random. Pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui kepatuhan tenaga
kerja dalam menggunakan alat pelindung diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan alat pelindung diri. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan
program pengolahan data statistik univariat dan bivariat.
Hasil penelitian yang didapat dari penelitian bulan Januari - Februari 2014 tentang
factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat
pelindung diri di unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa hanya umur dan jenis kelamin yang
menunjukkan tidak adanya kemaknaan atau berhubungan.Saran peneliti untuk
PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang agar adanya pengukuran kebisingan secara
kontinyu dan dilakukan tindakan pencegahan baik secara teknis, administrative
ABSTRACT
Factors that cause accidents most prominent is caused by working conditions and
unsafe acts. Unsafe conditions, among others, caused by the tools, work environment,
and can also by the human factor. Labor protection through technical security efforts
premises, equipment and working environment takes precedence, but sometimes the
danger is still not fully under control. So it is necessary to use personal protective
equipment appropriate and adequate to protect workers from potential hazards that
can cause accidents and health problems.
The purpose of this research is to know about the factors associated with adherence
of employees in the use of personal protective equipment in the production unit
PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang This research is descriptive and analytical in
which researchers provide an overview and obtain the relationship of employee
compliance in the use of personal protective equipment in the production unit of PT.
PINOAC Pasar Kemis wheels Tangerang - Banten.
Samples are employee / labor random. The collection of data by using a
questionnaire which aims to determine the compliance of labor in the use of personal
protective equipment and the factors that affect the use of personal protective
equipment. The collected data is processed by using statistical data processing
program univariate and bivariate.
Research results obtained from studies January - February 2014 concerning factors
related to the compliance of employees in the use of personal protective equipment in
the production unit PT INOAC wheels Tangerang - Banten.
Based on the results it was concluded that only age and gender showed no
significance or related.Suggestions researchers to P.T. INOAC wheels so that the
noise measurements carried out continuously and preventive measures, both
technical, administrative and personal protective equipment, PPE use more attention,
minimal medical examination once a year in accordance with the impact of worker
exposure, perform periodic training on K3 and sustainable and provides APD as
needed.
TUJUAN
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan Alat
Pelindung Diri di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis Tangerang Banten.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah : Cross-sectional / potong lintang untuk
memperoleh hubungan tentang upaya pengendalian dampak yang ditimbulkan akibat
dari proses produksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan
dalam penggunaan alat pelindung diri di unit Produksi PT. INOAC Pasar Kemis
Tangerang Banten.
HASIL PENELITIAN
Tabel 10.1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 76 17,3
Kurang baik 364 82,7
Total 440 100,0
Berdasarkan pengkatagorian pengetahuan, terlihat hanya sebagian kecil saja dari
responden berpengetahuan baik. Distribusi responden yang mempunyai pengetahuan
baik sebanyak 17,3% sedangkan responden yang pengetahuannya kurang baik ada
82,7%.
Tabel 10.2 Distribusi Responden Menurut Sikap Di PT. INOAC Pasar Kemis
tahun 2014
Sikap Jumlah Persentase
Baik 90 20,5
Kurang baik 350 79,5
Total 440 100,0
Analisis terhadap sikap responden didapatkan bahwa sebagian kecil saja yang
bersikap baik. Dari seluruh responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 20,5%
sedangkan responden yang sikapnya kurang baik ada 79,5%.
Tabel 10.7 Distribusi Responden Menurut Umur Di PT. INOAC Pasar Kemis
tahun 2014
Tabel 10.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 404 91,8
Perempuan 36 8,2
Total 440 100,0
Hasil analisis terhadap jenis kelamin, ternyata didapatkan sebagian besarnya adalah
berjenis kelamin laki-laki. Distribusi responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 91,8% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan ada 8,2%.
Tabel 10.10 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Masa Kerja Jumlah Persentase
0-5 tahun 81 18,4
6-15 tahun 198 45,0
>15 tahun 161 36,6
Total 440 100,0
Distribusi responden berdasarkan masa kerja terlihat hampir separuhnya mempunyai
masa kerja 6-15 tahun. Responden yang mempunyai masa kerja 0-5 tahun sebanyak
18,4%, responden yang mempunyai masa kerja 6-15 tahun sebanyak 45,0%
sedangkan responden yang mempunyai masa kerja >15 tahun ada 36,6%.
DISKUSI
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, sehingga antara variabel
independen dengan variabel dependen di ukur secara bersamaan dan hanya
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar pengetahuan pekerja mengenai
alat pelindung diri kurang baik yaitu sebesar 364 orang (82,7%). Hasil analisis
diperoleh nilai P-value = 0,272 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.
Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian besar sikap pekerja dalam penggunaan
Alat Pelindung Diri adalah kurang baik yaitu sebanyak 350 orang (79,5%). Hasil
analisis diperoleh nilai P-value = 0,765 berarti tidak ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD.
DAFTAR PUSTAKA
1. As’ad, M. 2010. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri,
Yogyakart: Liberty.
2. Departemen Tenaga Kerja, Published by 2011. Macam-macam Alat Pelindung
Diri, Kumpulan Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta : Published by 2011
3. Green, Lawrence, W. 2010. Health Education Planning, A. Diagnostic
Approach, Mayfield Publishing Company.
4. Hadi, Suseno. 2012. Program Kesehatan Kerja yang Berbasis Perilaku, Majalah
Hiperkes dan KK, Jakarta.
5. Notoatmodjo, Soekidjo, 2009. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Yogyakarta : Andi Offset.
6. Siswanto, A. 2011. Alat Pelindung Diri, Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta.
7. Sumadi, 2013. Alat Pelindung Diri, Makalah Pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bagi Teknisi Perusahaan.
8. Suma’mur, 2007. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : PT.
Gunung Agung, Jakarta.
Ns.Katrin Agustina ,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*
,Eke Pratiwi*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Masalah kecemasan pada remaja ini terjadi
karena masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga menuju masa dewasa.
Kecemasan merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya premenstruasi
syndrome. Kecemasan yang berlebihan akan memperparah gejala-gejala fisik maupun
psikologi pada kejadian premenstruasi syndrome. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan
pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 73 responden yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi. Teknik pengambilan sampel total sampling.
Instrumen yang digunakan berupa lembar kuisioner dengan teknik analisa data
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan hubungan
korelasi -0,297 yang berarti menunjukan hubungan positif yang sangat kuat. Nilai ρ
value 0,040< dari α 0,05 dengan hipotesis H0 ditolak artinya ada hubungan tingkat
kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.Kesimpulan dan saran terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi
syndrome. Jadi sebaiknya seseorang dapat menangani kecemasan yang berlebihan
agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome. Dari hasil penelitian ini
disarankan untuk tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada
mahasiswi maupun remaja agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome
Kata Kunci : kecemasan, premenstruasi syndrome, mahasiswa
ABSTRACT
Anxiety is a response of the body that are not specific to anything that happens in a
person. Student anxiety on this issue occurs because of the transition from childhood
up to adulthood. Anxiety is one of the risk factors causes premenstrual syndrome.
PENDAHULUAN
Haid atau Menstruasi adalah proses alami yang harus dilalui wanita setiap bulannya,
mulai dari usia remaja hingga menopause. Proses haid ini ditandai dengan keluarnya
darah yang terjadi secara periodik. Siklus ini terjadi setiap 28 hari sekali, bila tidak
terjadi pembuahan (fertilisasi), maka dinding rahim akan mengeluarkan darah yang
sering kita sebut dengan menstruasi ( kurang lebih 7 hari dalam sebulan)( Dwi Sunar
Prasetyono, 2007). Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulai haid berikutnya. Pada masing- masing wanita mempunyai variasi
dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas normal (Prawiroharjo, 2006). Panjang
siklus haid yang normal atau dianggap siklus mentsruasi yang khas ialah 28 hari,
tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada
wanita yang sama. Siklus menstruasi tersebut bervariasi, hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari.
Hal ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Nantoro, 2009).
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
kejadian premenstruasi syndrome.
HASIL PENELITIAN
Tabel 11.1 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Remaja kampong gembor
Tangerang Tahun 2014
Usia Menarche Frekuensi (n) Persentase (%)
Cepat ≤12 tahun 11 15,1
Ideal (antara 13-14 tahun) 51 69,9
Terlambat ≥ 14 tahun 11 15,1
Total 73 100
Berdasarkan tabel 11.1 diketahui bahwa frekuensi usia menarche dari 73 responden
didapatkan bahwa usia menarche yang paling banyak adalah usia menarche ideal
yaitu sebanyak 51 responden (69,9%), kemudian usia menarche terlambat sebanyak
11 responden (15,1%), dan yang paling sedikit yaitu usia menarche yang cepat
sebanyak 10 responden (13,7%).
Berdasarkan tabel 11.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat kecemasan
yang mengalami cemas tentang kejadian premenstruasi syndrome sebanyak 14
responden (19,2%), hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi Square
DISKUSI
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini ada 73
responden. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hasil pengolahan data dengan
tehnik analisa data yang dibagi dua yaitu analisa univariat dan analisa bivariat yaitu
sebagai berikut :Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) <
α (0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada
kampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi menunjukan
kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor Tangerang dengan korelasi
sangat kuat.Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) < α
(0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome
padakampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi
menunjukan kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat
KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian
premenstruasi syndrome di kampung gembor dapat disimpulkan bahwa dari 73
responden untuk usia menarche pada kampung gembor yang tertinggi yaitu usia
menarche ideal sebanyak 52 responden (71,2%). Untuk karakteristik umur pada
remaja putri dari 73 responden yang tertinggi yaitu masa remaja akhir sebanyak 63
responden (86,3%) dan yang terendah sebanyak 10 responden (13,7%) yang umurnya
termasuk kedalam masa remaja pertengahan. Dan untuk tingkat kecemasan pada
remaja putri dari 73 responden didapatkan bahwa yang paling banyak dialami adalah
tingkat kecemasan : tidak cemas yaitu sebanyak 48 responden (65,8%), dan tingkat
kecemasan yang paling sedikit dialami adalah keadaan cemas yaitu sebanyak 25
responden (34,2%).
DAFTAR PUSTAKA
1. Arum, (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Dalam
Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP Negeri Kedawungn Sragen Tahun
2012.Diakses tanggal 10 Mei 2015 jam 19.30
2. Badriyah, (2012). Hubungan pengetahuan Remaja Putri Tentag Premenstruasi
syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Sragen
Tahun 2012.
3. Hastono, Sutanto Priyono. (2007). Analisa Data Kesehatan . Depok : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
4. Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
5. Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineks Cipta
6. Yusuf, Syamsu. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
7. Rusniawati, (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome Pada Siswi Remaja Kelas XI Di SMK YARSI MEDIKA Kec.
ABSTRAK
Kasus DBD yang terjadi selama 2014 di sebagian besar provinsi di wilayah Indonesia
sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511
orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. Di Provinsi Banten pada Tahun
2011 jumlah kasus Deman Berdarah mencapai 1.979 kasus sedangkan pada tahun
2010 mencapai 5.468 kasus. Sementara itu di Kota Serang pada tahun 2012 terdapat
394 kasus dan 2013 terjadi 324 kasus, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas
Singandaru dimana penulis melakukan penelitian, pada tahun 2012 terjadi 27 kasus,
tahun 2013 terdapat 24 kasus dan pada tahun 2014 terdapat 16 kasus. Menurunnya
kasus DBD menunjukan tingginya kepedulian kebersihan lingkungan. Prsentase
keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat
2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target rumah
sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%. Namun hanya sekitar
24,9% di tahun 2010, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan, Sementara di
Provinsi Banten hanya 27,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah
dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2014.
Metode penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang
bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah
dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar
kemis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita demam berdarah
dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2015, sebanyak 16
penderita, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel
jenuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56.3%) memiliki
kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya yaitu 43.8%
ABSTRACT
DHF cases occurred during 2014 in most of the provinces in Indonesia is slightly
lower than 2013, with the number of patients: 112 511 people, and the number death:
871 cases. In Banten province in the year 2011 the number of cases of dengue fever
reached 1,979 cases, while in 2010 5468 cases. Meanwhile in Serang City in 2012
there were 394 cases and 324 cases in 2013, while in PuskesmasSingandaru where
the authors conducted a study, in 2012 occurred 27 cases, in 2013 there were 24
cases and in 2014 there were 16 cases. Thistrend showed high awareness of
environmental hygiene. The percentage of families who inhabit a healthy home is one
indicator of Healthy Indonesia 2010 and the Millennium Development Goals (MDGs)
by 2015. Targets to be achieved healthy homes have been set at 80%. But in 2010, the
percentage of healthy homes nationally only about 24.9%, the number is below the
target set, while in Banten province reached 27.9%). This study aimed to determine
the relationship of residential sanitation dengue fever patients with dengue
hemorrhagic fever incidence in Puskesmas Pasar kemis 2014.
This research method using a quantitative study with correlation design, which aims
to obtain a residential sanitation relationship with dengue hemorrhagic fever
incidence in PuskesmasSingandaruKota Serang. The population in this study were all
patients with dengue hemorrhagic fever (DHF) in Puskesmas pasar kemis in 2014, a
total of 16 patients, and the sample used in this study is saturated sample method.
The results showed that the majority of respondents (56.3%) had not qualified home
sanitary conditions, while the remaining 43.8% have eligible home sanitary
conditions. The total number of respondents is 16 (100%) experienced dengue
hemorrhagic fever incidence. There was no significant relationship between the
Sanitary house of DHF patients with dengue incidence in Puskesmas Singandaru
Serang, described by P Value 0.119> α 0:05.
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data
dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempatiurutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue
dengan kejadian demam berdarah denguedi wilayah kerja Puskesmas Singandaru
Kota Serang Tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang
bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah
dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Kemis. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono, 2012).
HASIL PENELITIAN
Tabel 12.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 8 50.0
Perempuan 8 50.0
Total 16 100%
2 Umur
< 18 tahun 9 56%
19-39 tahun 4 25%
>40 tahun 3 19%
Total 16 100
Tingkat Pendidikan
Tidak (belum) sekolah 2 12.5%
SD/sederajat 3 19%
SMP/sederajat 5 31%
SMA/sederajat 4 25%
Perguruan Tinggi 2 12.5%
Total 16 100%
Tabel 12.3. Hubungan Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014
Variabel Kejadian Demam Berdarah Dengue P-
Total
Sanitasi Rumah Terjadi Tidak Terjadi Value
Penderita DBD N % N % N %
Memenuhi Syarat 7 43.8% 0 0% 9 43.8%
0.119
Tidak Memenuhi Syarat 9 56.3% 0 0% 7 56.3%
Total 16 100% 0 0% 16 100%
Berdasarkan Tabel 12.3, menunjukkan bahwa variabel Independen yaitu Sanitasi
Rumah Penderita DBD terdapat 7 orang responden atau 43.8% dengan kondisi
DISKUSI
Adapun pada variabel kejadian DBD, peneliti menemukan keseluruhan responden
adalah penderita DBD yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis,
sehingga jumlah terjadi DBD adalah 100% atau sebanyak 16 orang. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku
kesehatan (Health Behaviour) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi
sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan
kesehatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian
ini.Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu: prosentase jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan masing-masing sama yaitu sebesar 50%, umur
responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun berjumlah 56%, dan pendidikan
terakhir responden yaitu SMP berjumlah 31%.Sebagian besar responden yaitu 56.3%
memiliki kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya
yaitu 43.8% memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah
keseluruhan responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsismi, Prof. Dr. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Azwar Azrul. 2007. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa
aksara.
3. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. “ Sosial dan Kependudukan”.
BPS. Tersedia di http:// www. bps.go.id. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak
7. WHO. 2012. Dengue Haemorrhagic Fever; Diagnosis, Treatment, Prevention
and Control (Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Alih Bahasa: Monica Ester,
SKp. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
8. Sugiyono, Prof. Dr. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Edisi 2012. Bandung: Alfabeta.
9. Timmreck Thomas, PhD. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Alih Bahasa: Munaya Fauziah, SKM, dkk.
10. Ummi Zulaikhah, 2014, Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik
Pencegahan Demam Berdarah Dengue pada Masyarakat di RW 022 Kelurahan
Pamulang Barat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
ABSTRAK
Lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan
ini dapat meliputi lingkungan prenatal yaitu lingkungan yang masih dalam kandungan
dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah bayi lahir. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial
spiritual remaja di Lingkungan kampong cilongok Tahun 2014.
Rancangan penelitian ini adalahKuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
remaja, teknik pengambilan sampel adalah dengan random sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 150 responden. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner
yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data menggunakan analisis
univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan nilai hitungp= 0,013 dimana
nilai hitung< dari α = 0,05, dengan hipotesis Ho ditolak artinya ada hubungan kondisi
lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong
cilongok Tahun 2014.
Penelitian ini direkomendasikan terutama pada remaja. Hendaknya remaja dapat
menunjukan peran diri yang baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas
perkembangannya.
Kata kunci : Kondisi Lingkungan, Perkembangan Sosial Spiritual, Remaja.
ABSTRACT
The enviroment is a factor that plays an important role in determining whether or not
the potential is reached and already owned. Which include environmental factors
may include prenatal environment is an environment which is still in womb and post
natal environment is an environment after birth. The study aims at knowing the
relationship of environmental conditions with spiritual adolescent social development
in cilongokThe design of this study is quantitative. The population in this study were
PENDAHULUAN
Remaja adalah suatu usia ketika individu menjadi terintergrasi ke dalam masyarakat
dewasa, ketika anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Piaget, 1991 dalam Ali
dan Asrori , 2010 dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H.
C. Pangemanan, 2013).
Fase remaja adalah fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial,
baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Ali dan Asrori, 2011 dalam
Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H. C. Pangemanan, 2013).
Tugas perkembangan pada massa ini adalah pencapaian identitas pribadi dan
menghindari peran ganda (Atkinson dan Hilgard dalam Saam dan Wahyuni, 2012
dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H. C. Pangemanan,
2013).
Berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
dalam Florence J. Peilouw dan M. Nursalim, 2013 pada remaja perempuan dan laki-
laki berusia 15-19 tahun yang tidak menikah, terdapat beberapa masalah yang
dihadapi remaja di Indonesia dipengaruhi faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor
yang berasal dari dalam diri individu antara lain, masalah psikologis dan sosial yang
dihadapi, belum matang emosi, kurangnya kontrol diri, kemampuan pengambilan
keputusan yang rendah, serta tidak terbiasa mempertahankan usaha untuk mencapai
tujuan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu antara lain, persoalan
keluarga, pengaruh negatif dari komunitas.
Menurut penelitian Setia Budi, 2012 dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu
dan Damajanti H. C. Pangemanan, 2013 remaja dapat menunjukan peran diri yang
baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas perkembangannya. Hasil
TUJUAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Hubungan antara kondisi lingkungan
dengan perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain penelitian Kuantitatif
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong cilongok Kabupaten
Tangerang. Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional dimana studi ini
merupakan rancangan yang mempelajari dan melihat pengaruh masalah dan faktor
daya ukur variabel dependen dan variabel independen pada waktu yang bersamaan,
selain itu juga dapat mendeskripsikan hubungan antara kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok Kabupaten
Tangerang.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel (Notoatmodjo, 2010).
1. Usia
Usia 12-16 Tahun 85 56,7
Usia 17-25 Tahun 65 43,3
Total 150 100
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 47 31,3
Perempuan 103 68,7
Total 150 100
4. Suku
Sunda 78 52,0
Betawi 2 1.3
Jawa 63 42,0
Lain-lain 7 4,7
Total 150 100
5. Agama
Islam 147 98,0
Budha 0 0
Katolik 3 2,0
Kristen 0 0
Hindu 0 0
Total 150 100
Berdasarkan tabel 13.1 Diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, suku dan
agama responden adalah sebagai berikut mayoritas usia responden yaitu 12-16 Tahun
(Remaja Awal) sebanyak 85 orang (56,67%) sedangkan usia 17-25 Tahun (Remaja
Ahkir) sebanyak 65 orang (43,3%), mayoritas jenis kelamin responden yaitu
perempuan sebanyak 103 orang (68.67%) sedangkan laki-laki sebanyak 47 orang
(31.3%), mayoritas suku responden yaitu sunda sebanyak 78 orang (52%) sedangkan
betawi sebanyak 2 orang (1.3%), jawa sebanyak 63 orang (43,0%), lain-lain
sebanyak 7 orang (4,7%) dan mayoritas agama responden yaitu islam sebanyak 147
orang (98%) sedangkan katolik sebanyak 3 orang (2,0%).
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kondisi 2,431 1,253 4,719
Lingkungan (tidak baik /
baik)
1,516 1,092 2,104
For cohort Perkembangan
Sosial Spiritual = tidak baik
Correlations
Kondisi Perkembanga
Lingkungan n Sosial
Spiritual
Pearson 1 ,216**
Correlation
Kondisi Lingkungan
Sig. (2-tailed) ,008
N 150 150
Pearson ,216** 1
Perkembangan Sosial Correlation
Spiritual Sig. (2-tailed) ,008
N 150 150
Sumber : Hasil SPSS 21
DISKUSI
Diketahui hasil penelitian distribusi frekuensi usia dari 150 responden, di
dapatkan usia 12-16 tahun sebanyak 85 (56,7%) lebih banyak dari pada usia 17-25
tahun sebanyak 65 (43,3%). Menurut Notoatmojo, 2007 Karena semakin tua semakin
bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi suku dari 150 responden, di
dapatkan suku sunda sebanyak 78 (52,0%) lebih banyak dari suku jawa sebanyak 63
(42,0%), suku lain-lain sebanyak 7 (4,7%) dan suku betawi sebanyak 2 (1,3%).
Menurut Syamsu Yusuf, 2014 dasar kebudayaan dapat menentukan pola-pola
hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari masyarakat satu ke
masyarakat lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian untuk kondisi lingkungan dari 150 responden
yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %) sedangkan kondisi
lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %). Menurut Wong, D. L, 1995 dalam A.
Aziz Alimul Hidayat, 2008 lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan
penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.
Berdasarkan hasil penelitian perkembangan sosial spiritual dari 150 responden
yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan
perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 68 orang (45,3%). Menurut F. J
Monks, dkk., 2001 dalam Prof. DR. HJ. Samsunuwiyati Mart’at, S. Psi, 2005
KESIMPULAN
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil
secara statistic bahwa nilai signifikannya adalah 0,013 (0,013<0.05) artinya terdapat
hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja karena
nilai p < 0,05 yaitu (p=0,013). Evaluasi dalam penelitian ini ada hubungan kondisi
lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja. OR : 2,431 artinya bahwa
kondisi lingkungan peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi
perkembangan sosial spiritual di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten
Tangerang Tahun 2015. Korelasi antara hubungan kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau rendah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amie Ristanti. 2008. Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan
idetintas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.
2. Departemen Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes
Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 30-11-2014
3. Galih Wicaksono dan Najlatun Naqiyah. 2013. Penerapan teknik bermain peran
dalam bimbingn kelompok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa kelas X multimedia SMK IKIP Surabnaya.ejournal volume 1
( ejournal.unesa.ac.id ). Diakses pada tanggal 30-11-2014
4. Hastono.2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Universitas Indonesia
5. Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. EGC :
Jakarta.
6. Yusuf Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Rosda
ABSTRAK
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi
kemajuan suatu bangsa. Salah satu tujuan pembangunan era milenium yang dikenal
dengan millenium development goals (MDG’s) pada bidang kesehatan yang akan
dicapai pemerintah, yaitu mengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan
pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. tujuan
dari MDG’s tersebut membuat kesehatan menjadi sangat penting bagi anak. di
Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari
385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013).
Mengurangi angka kematian memerlukan akses kesehatan yang baik, kualitas
perawatan kelahiran dan manajemen penyakit masa kanak-kanak yang baik. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSIA Budiasih Kota Serang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis
dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 176 orang pasien anak,
menggunakan Proportionate Random Sampling, sehingga didapatkan 62 orang
responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer(melalui
wawancara) dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun)
yaitu sebanyak 38 anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak
28 anak (38.7%), sebagian besar pasien anak tidak pernah dirawat yaitu 82,3%,
dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 54.8%. adapun
respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami kecemasan sedang
yaitu 45.2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel faktor usia pasien
anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji statistik yaitu p-
value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan dukungan keluarga
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value 0.077 > α 0.05
ABSTRACT
In the life of a nation, children are the successor to the ideal progress of a nation.
One of the millennium development goals, known as the Millennium Development
Goals (MDGs), in the health sector is to reduce infant mortality. MDG targets the
reduction of child mortality in 2015 was 32 per 1,000 live births. The purpose of the
MDG's made to be very important for the health of children. In Indonesia, the
number of deaths of children under the age of five has been reduced from
385,000 in 1990 to 152,000 in 2012 (UNICEF, 2013).
Reducing mortality requires better access to health care, quality of care delivery and
good management of childhood illnesses. The purpose of this study is to determine
the factors that influence a child's response to the child's hospitalization in RSIA
Budiasih Serang. The method used is descriptive research method using cross
sectional approach with the patient population of 176 children, using
Proportionate Random Sampling, so there are 62 people respondents. Data were
collected by using primary data (through interviews) and secondary data.
The results showed children patient age are in the age of toddlers (1-3 years) 38
children (61.3%), and pre-school age (4-5 year) is 28 children (38.7%). Most
patients are never treated is 82.3%, and pediatric patients who received family
support is at 54.8%. As for the response of anxiety in pediatric patients are
subjected to moderate anxiety, namely 45.2%. There is a significant relationship
between the variables age factor of pediatric patients with anxiety response
shown by the results of a statistical test is p-value = 0.00 <α 0:05. The factors taken
care and family support experience showed no significant difference (p- value
0.077> α of 0.05 and p-value 0.728> α 0.05) on the response of anxiety in the
child's hospitalization at RSU Kota Tangerang.
PENDAHULUAN
Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan
suatu bangsa. Dari sudut pandang anak sebagai aset, anak merupakan salah satu
modal sumber daya manusia, jika dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan,dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan
membentuk anak tumbuh menjadi manusia berkualitas.
TUJUAN
Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon kecemasan anak
terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang.
METODE PENELITIAN
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan
penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau
sekali waktu (Hidayat: 2007). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan.
Adapun penggunaan metode ini adalah untuk melihat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota
Tangerang.
HASIL PENELITIAN
Tabel 14.1 Distribusi Frekuensi Menurut Usia Pasien Anak di Ruang Anak RSU
Kota Tangerang
Hasil Penelitian
Karakteristik
N (%)
Usia Pasien Anak
1. 1-3 tahun 38 61.3%
2. 4-5 tahun 24 38.7%
Total 62 100%
Sebagian besar usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu sebanyak 38
anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 28 anak (38.7%)
Tabel 14.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Ruang Anak RSU Kota
Tangerang
Variabel N %
Ada 34 54.8%
Dukungan Keluarga
Tidak Ada 28 45.2%
Total 62 100%
Berdasarkan Tabel 14.3. di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap
hospitalisasi anak sebagian besar adalah ada dukungan yaitu 54.8% atau sebanyak 34
orang responden. Sementara itu sisanya 45.2% atau sebanyak 28 orang pasien anak
tidak mendapat dukungan keluarga.
Variabel N %
Ringan 23 37.1%
Respon
Sedang 28 45.2%
Kecemasan
Berat 11 17.7%
Total 62 100%
Tabel 14.4. menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel Respon
Kecemasan, terdapat sebagian besar responden dengan Respon Kecemasan Ringan
yaitu 23 (37.1%), Respon Kecemasan Sedang sebesar 28 (45.2%) dan respon
kecemasan berat yaitu 11 (17.7%).
DISKUSI
Hubungan silang antara variabel pengalaman anak dirawat dengan respon kecemasan
terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yaitu 51 orang atau 82.3% tidak
pernah dirawat, yang terdiri dari 24 orang pasien anak dengan respon kecemasan
sedang, 16 orang (31.4%) pasien anak dengan respon kecemasan ringan, dan 11 orang
(21.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan pada pasien anak yang pernah
dirawat hanya 11 orang atau 17.7% pasien anak yang pernah dirawat, dengan respon
kecemasan ringan sebanyak 7 orang pasien anak (63.6%), dan respon kecemasan
sedang 4 orang (36.4%) pasien anak.
Faktor Dukungan Keluarga dengan Respon Kecemasan, Hubungan silang antara
variabel dukungan keluarga terhadap respon kecemasan menunjukkan perbedaan
prosentase yang tidak terlalu besar antara terdapat dukungan keluarga dan tidak ada
dukungan keluarga, yaitu ada dukungan keluarga sebesar 54.8% atau sebanyak 34
orang pasien anak, yang terdiri dari 14 orang (41.2%) pasien anak dengan respon
kecemasan sedang, 13 pasien anak (38.2%) dengan respon kecemasan ringan, dan 7
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, maka dapat
disimpulkanPasien anak sebagian besar berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu
61.3%.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak tidak pernah
dirawat yaitu 82.3%, dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar
54.8%. Adapun respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami
kecemasan sedang yaitu 45.2%.Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel
faktor usia pasien anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji
statistik yaitu p-value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan
dukungan keluarga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value =
0.077 dan 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di ruang
anak RSU Kota Tangerang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Audrey, dkk. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. hlm. 438.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. UNICEF (2014). Progress Report.
http://www.unicef.org/publications/files/CRC_at_25_Anniversary_Publication_2
5Sept_2014.pdf. Diakses pada 20 Februari 2014.
4. Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Jakarta:
EGC.
5. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.