Anda di halaman 1dari 112

Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan

isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial


baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan
lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April,
Agustus, dan Desember.

Redaksi :

Penanggung Jawab :
Ida Faridah, S.Kp., M.Kes

Pimpinan Redaksi
Dr. Kemas Djamaludin

Wakil Pimpinan Redaksi :


Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep

Dewan Redaksi :
Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep
Ns. Febi Ratnasari, S.Kep
Ns. Katrina Agustina, S.Kep
Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep
Ns. Ria Setia Sari, S. Kep

Sekretaris Redaksi :
Ningsih, SE
Silvi Yulianita, A.Md. Keb
Septy Ariyani, A. Md. Keb

Alamat Redaksi :
Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang
Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3
Tangerang 15133
Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266


DAFTAR ISI

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu Pus Untuk


Menjadi Akseptor Kb Di Puskesmas Kemiri.............................................. 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Operasi Terhadap Pelaksanaan


Mobilisasi Dini Paska Operasi Pada Pasien Paska Pembedahan Abdomen
8
Diruang Bogenvil Rsud Kabupaten Tangerang...........................................

Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Lansia


Terhadap Kunjungan Lansia Di Desa Cilongok Tahun
13
2014.............................................................................................................

Hubungan Motivasi Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Di Rsud Kota


Tangerang..................................................................................................... 24

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang


penggunaan air di wilayah kel. Pasir jaya.................................................... 34

Hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam


melakukan perawatan payudara di kampung Gembor................................. 43

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil


primigravida diwilayah kerja puskesmas pasarkemis Tangerang................ 49

Hubungan beban kerja perawat terhadap pendokumantasian asuhan


keperawaratan di instalasi rawat inap di RSU Kota Tangerang................... 58

Hubungan pendidikan kesehatan mobilisasi terhadap pelaksanaan


mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta............................ 64

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam


menggunakan alat pelindung diri di unit produksi PT. INOAC Pasarkemis
71
Tangerang.....................................................................................................

Hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premesntruasi sindrom


pada remaja di Kp. Gembor.......................................................................... 79

Hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan


kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas 85
pasarkemis....................................................................................................

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266


Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial
spiritual remaja di lingkungan Kp. Cilongok............................................... 92

Faktor-faktor yang mempengaruhi respon kecemasan anak terhadap


100
hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang........................................

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266


PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau
artikel laporan lapangan
2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal
kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain
3. Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda
tangani oleh penulis
4. Komponen Naskah :
 Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi
 Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama
 Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata,
dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai
dengan 3 – 5 kata kunci
 Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka
dan tujuan penelitian
 Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data,
teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data
 Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan
dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir
 Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks.
 Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui
kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak
mengada-ada
5. Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks,
dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.
Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,
selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,
selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu.
Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya
6. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program
komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen
tertulis
7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan
dikembalikan jika ada permintaan tertulis.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266


8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat
LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3
Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266


Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu
PUS untuk Menjadi Akseptor KB di Puskesmas Kecamatan
PKM Kemiri Tahun 2014
Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*
,Eke Pratiwi*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Komunikasi Interpersonal dalam pelayanan kesehatan dikenal dengan sebutan KIP.
Dalam pelayanan KB KIP kegiatan KIP sangat penting berkenaan dengan kesadaran
untuk ber-KB dan pemilihan jenis Kontrasepsi yang digunakan. Dukungan Ibu PUS
untuk menggunakan KB sangat bergantung dari keterampilan petugas dalam
melakukan KIP.Jika petugas berhasil meyakinkan tentang manfa’at ber-KB maka
Dukungan masyarakat terhadap penggunaann KB meningkat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS
untuk menjadi Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014 Populasi yang akan diteliti
adalah Ibu PUS di wilayah PKM Kemiri Kabupaten Serang dengan jumlah sampel
sebanyak 95 responden.Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive
sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner, pengumpulan data dilakukan
dengan cara Pre-test dan Post test dengan terlebih dahulu dilakukan komunikasi
Interpersonal.Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat
dengan menggunakan T test. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden
berusia ˃ 30 tahun (62,1%), berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara
(72,6%). Terdapat peningkatan dukungan antara sebelum dan sesudah dilakukan KIP
yaitu se besar 18,9%.Hasil Uji statistic menunjukan terdapat pengaruh yang
signifikan KIP terhadap dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB (nilai
p=0,000). Saran yang diusulkan Penulis adalah Program kegiatan Komunikasi
Interpersonal perlu ditingkatkan untuk meningkatkan cakupan akseptor
KB.Komunikasi Interpersonal seharusnya sudah menjadi protap atau SOP yang
terstandar khususnya dalam pelayanan KB.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, pengetahuan, dukungan, Akseptor KB

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 1


ABSTRACT
Interpersonal Communication and Counseling in Health Services know as KIP/K. in
the family planning activities of KIP/K is very important with regard to awareness for
KB and the selection of the type of contraception used. The participation rate for
using family planning acceptors large dependent on the skills of officers in doing
KP/K. If the officers managed to convince about the benefits of family planning the
participation of people who use family planning increases. This study aimed to
determine the effect of Interpersonal Communication and Counseling to the support
of mothers couples of childbearing age to become family planning acceptors in
kemiri Health Center in 2015. Population to be studied is the mothers of couples of
childbearing age in the district PKM Kemiri the total sample of 95 respondents.
Sampling method using purposive sampling technique. Data collection tools such as
questionnaires, data collection is done by pre-test and post-test by first do
Interpersonal Communication and Counseling. Analysis of the data used are
univariate and bivariate analysis using T Test dependent. The results showed the
majority of respondents age > 30 years (62,1%), less educated (72,6%) and parity
primiparous (72,6%)/ there is a growing support for the before and after KIP/K is
equal to 18,9%. Statistical test results showed that there were significant effect KIP/K
is equal to support EFA mother to become family planning acceptors (p value=
0,000). The suggestion that the author is a program of Activities Proposed
Interpersonal Communication and Counseling needs to be improved to increase the
coverage of family planning acceptors. Interpersonal Communication and
Counseling should be a standar operation procedure or SOP. Standardized
especially in family planning services.
Keywords : Interpersonal Communication and Counseling, Knowledge, Support,
Family Planning Acceptors.

PENDAHULUAN
Indonesia yang dulu dikenal berhasil dalam menjalankan program keluarga
berencana (Orde Baru), kini menghadapi ancaman besar di bidang kependudukan.
Laju pertumbuhan yang masih tinggi di kisaran 1,49% atau 44,5 juta jiwa per tahun
tanpa diimbangi peningkatan kualitas penduduk akan berdampak pada proses
kemajuan bangsa di masa depan.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), menyatakan bahwa Jumlah penduduk Indonesia saat
ini 250 juta jiwa, menempati urutan ke-4 dunia. Akan tetapi kualitas penduduk kita
berada di urutan 124 dari 187 negara, Selain masalah laju pertumbuhan dan kualitas,

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 2


persoalan serius lainnya adalah penyebaran yang belum merata, serta data dan
informasi kependudukan yang minim. Saat ini 59% penduduk masih terkonsentrasi di
Pulau Jawa, sebuah kondisi yang kurang menguntungkan untuk pembangunan.
Kemudian dalam hal ketersediaan data, antara daerah yang satu dengan yang lain
belum sama.Hal itu merupakan imbas dari desentralisasi urusan kependudukan dan
keluarga berencana yang diterapkan sejak tahun 2000.

TUJUAN
Untuk mengetahui Komunikasi interpersonaltenaga kesehatan di PKM kemiri
Tingkat Dukungan Ibu PUS untuk menjadi Akseptor KB sebelum dan sesudah
dilakukan Pendekatan Komunikasi Interpersonal di PKM kemiri Tahun 2014.
Hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS untuk menjadi
Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain preeksperimental yang termasuk kedalam jenis
quasi eksperimen dengan “ pre dan post test group design” yaitu penelitian
yang dilakukan terhadap satu kelompok sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan setelah eksperimen.

HASIL PENELITIAN
Tabel 2.1 Distribusi Karakteristik Ibu PUS di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014
Karakteristik Frekuensi %
Umur
- ≤ 30 tahun 36 37,9
- > 30 tahun 59 62,1
Pendidikan
- Rendah (SLTP Ke bawah) 69 72,6
- Tinggi (SLTA ke atas) 26 27,4
Paritas
- Primipara 69 72,6
- Multipara 26 27,4

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui sebagian besar responden berusia >30 tahun (62,1%),
berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara (72,6%). Gambaran Nilai Rata-
Rata Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan sesudah
dilakukan KIP. Tahun 2015

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 3


Tabel 2.2 Distribusi Nilai Rata - Rata Dukungan Ibu PUS Untuk Menjadi
Akseptor KB sebelum dan Sesudah Dilakukan KIP di Puskesmas PKM Kemiri
Tahun 2014.
Dukungan Pre test Post test
Mean 34,94 62,76
Median 34 62
Standar deviasi 6,124 6,061
Nilai minimum 20 46
Nilai maximum 50 78
Berdasarkan Tabel 2.2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Dukungan responden pada
pengukuran pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada
pengukuran kedua (post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungan
adalah 62,76 dengan standar deviasi 6,061.

Tabel 2.3 Distribusi dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum
dilakukan KIP di PKM Kemiri Tahun 2014
Dukungan Sebelum Sesudah
F % F %

Tidak 38 40,0 20 21,1


Ya 57 60,0 75 78,9
Total 95 100,0 95 100,0

Berdasarkan tabel 2.3 diatas diketahui sebelum dilakukan KIP sebagian besar(60,0%)
responden mendukung menjadi akseptor KB, setelah dilakukan KIP sebagian besar
(78,9%) responden mendukung menjadi akseptor KB.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 4


Tabel 2.4 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu PUS
untuk Menjadi Akseptor KB di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014
Nilai selisih P
Variabel Mean SD SE N
rata-rata Value
Dukungan
- Pre test
34,94 6,124 0,628
- Post test 27,8 0,000 95
62,76 6,061 0,622

Pada table 2.4 diatas menunjukan, rata-rata Dukungan responden pada pengukuran
pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada pengukuran kedua
(post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungani adalah 62,76 dengan
standar deviasi 6,061. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan
kedua adalah 27,8. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 maka dapat
disimpulkan ada pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap Dukungan ibu
PUS untuk menjadi akseptor KB di PMK Kemiri tahun 2014 sebelum dan sesudah
dilakukannya KIP.

DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia >30
tahun (62,1%), hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia
dewasa. Sehingga peneliti berkesimpulan bahwa semakin dewasa umur seseorang,
maka akan semakin konstruktif dalam menggunakan akal terhadap masalah yang
dihadapi.
Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan
perkembangan seseorang, sehingga proses perubahan perilaku sejalan dengan
bertambahnya umur. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan yang rendah (72,6%), Menurut Notoatmodjo (2005)
tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada tingkat pemahaman dan cara
pandang terhadap kesehatan, termasuk Dukungan dalam ber-KB. Ibu dengan
pendidikan rendah sebelum dilakukan penyuluhan tentunya berbeda pemahamannya
mengenai KB dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut diperlukan konsep pembelajaran kesehatan , salah satunya
melalui metoda KIP (komunikasi interpersonal). Konsep pendidikan kesehatan adalah
suatu proses belajar pada individu, kelompok dan masyarakat dari tidak tahu menjadi
tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi
mampu mengatasi masalah tersebut (Notoatmodjo, 2005). Sebagian besar paritas
responden adalah primipara (72,6%). Artinya sebagian besar responden adalah para

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 5


Ibu yang memiliki anak satu atau baru menikah. Menurut Winkjosastro (2005),
paritas menggambarkan banyaknya jumlah anak dapat pula menggambarkan
pengalaman ibu, ibu yang sudah memiliki anak tentunya memiliki perencanaan dalam
mengatur jaraknya kelahiran anak, biasanya yang menjadi patokannya adalah usia
anak pertama, sehingga pada akhirnya mengikuti program KB.
Gambaran Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan
sesudah dilakukan KIP Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan KIP
baru (60,0%) responden mendukung menjadi akseptor KB. Hal ini menggambarkan
bahwa responden belum menunjukkan sikap positif terhadap KB.Rendahnya
Dukungan tersebut dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh
sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman yang baik tentang KB.
Strategi agar Ibu PUS berminat untuk mendukung menjadi akseptor KB adalah
melalui media pendidikan kesehatan, hal ini sangat diperlukan dalam merubah
perilaku masyarakat terutama bagi mereka yang ber-pendidikan rendah serta akses
informasi yang terbatas. Oleh karenanya program promosi kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan
nilai-nilai kesehatan, salah satunya berupa metoda KIP, melalui metode tersebut
diharapkan masyarakat khususnya calon askseptor ikut mendukung aktif untuk
mengikuti program KB. Setelah dilakukan KIP sebagian besar (78,9%) responden
mendukung menjadi akseptor KB. Artinya mengalami peningkatan Dukungan
sebesar 18,9% jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan KIP. Walaupun tidak
mencapai 100% namun hal ini menandakan perubahan yang positif dan lebih
baik.Metode KIP walaupun hanya disampaikan dalam waktu maksimal 15 menit,
telah mampu merubah sikap responden.Peningkatan dukungan setelah dilakukan KIP
diharapkan memiliki dampak positif terhadap peningkatan partisipasi untuk menjadi
akseptor KB.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa Tidak ada Komunikasi Interpersonal tenaga Kesehatan diPKM
kemirti sebelum diadakan penelitian. Terjadi peningkatan dukungan antara sebelum
dan sesudah dilakukan KIP yaitu sebesar 18,9%. Ada pengaruh antara komunikasi
interpersonal terhadap Dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB, sebelum dan
sesudah dilakukan KIP.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 6


DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2006), Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
2. Hidayat A.A. (2011). Metoda Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
3. Nurhasanah N. 2010, Ilmu Komunikasi Dalam Kontek Keperawatan. Jakarta :
CV.Trans Info Media.
4. Komala, Lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses,dan Konteks
Bandung : Widya Padjadjaran.
5. Nursalam. (2007). Aplikasi Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan BKKBN.
(2008), hal. 3.
6. Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992.
7. Arum & Sujiyatni. (2009), hal. 28, 29. Visi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 7


Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Operasi Terhadap
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Paska Pembedahan Abdomen di
Ruang Bogenvil RSUD Kab Tangerang Tahun 2014
*Ns.Zahrah Maulidia Septimar,S.kep,*Ratna Mustika,*Rina Solihat,*Siti
Maesaroh,*Villi Permana
*Mahasiswa S1 KeperawatanStikesYatsi*
**Staf DosenS1Keperawatan StikesYatsi*

ABSTRAK
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas mudah ,teratur,
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat dan penting untuk kemandirian
(Kozier, 2004). Demikian pula dengan pasien paska operasi diharapkan dapat
melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
Ruang Rawat Inap Bedah Bogenvil RSUD Kab Tangerang pada bulan Januari 2014
jumlah pasien yang dirawat sebanyak 98 pasien dengan bermacam-macam kasus
pembedahan. Dari jumlah tersebut didapatkan Kasus pembedahan abdomen sebanyak
28 pasien.Dari 28 pasien tersebut didapatkan 75% (21 pasien) yang tidak segera
melaksanakan mobilisasi setelah dilakukan pembedahan.Penelitian ini bertujuan
menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini paska pembedahan abdomen. Penelitian ini merupakan penelitian true
eksperimen menggunakan desain post test dengan kelompok kontrol. Intervensi yang
digunakan dalam studi ini adalah pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien
yang akan dilakukan tindakan pembedahan abdomen. Pelaksanaan terhadap
mobilisasi diamati pada hari kedua paska operasi.Besarnya sampel adalah 60 pasien
yang terdiri atas masing-masing 30 pasien kelompok latihan mobilisasi dan 30
kelompok penkes. Hasil penelitian didapatkan hamper sebagian besar respon den
pada kelompok penkes terdapat 51,7% melakukan mobilisasi dini dengan baik, dan
pada kelompok latihan mobilisasi 36,7% pasien melakukan mobilisasi dini dengan
baik. Analisist-paired menunjukkan adanya perbedaan signifikan secara statistic pada
aspek kemandirian pasien dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok
intervensi dengan kelompok control dengan p value 0,559.
Kata kunci: Pendidikankesehatan,mobilisasidini, pembedahan abdomen

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 8


ABSTRACT
Mobilization is a person's ability to move freely, easily, regularly, in order to meet
the needs of healthy living and essential to self-sufficiency (Kozier, 2004). Similarly,
postoperative patients are expected to mobilize as soon as possible. From the
observations have made in Bogenvil room at RSUD Cilegon in Januari 2015 as the
number of patients treated 98 patients with a variety of surgical cases. Of this amount
earned as many as 28 cases of abdominal surgery patients. Of the 28 patients
obtained 75% (21 patients) who did not immediately carry out mobilization after
surgery. This study aims to explain the influence of preoperative health education on
the implementation of early mobilization post-abdominal surgery. This study is using
the true experimental post test design with a control group. The intervention used in
this study is that health education be given to patients following surgery abdomen.
Implementation of the mobilization was observed on the second day post-surgery. The
sample size was 60 patients consisting of 30 patients each penkes group and 30
mobiliztion exercises group. The results obtained most of the respondents in the
penkes group 51.7% are doing well early mobilization, and in the mobiliztion
exercises group 36.7% of patients did well early mobilization. Paired t-analysis
showed a statistically significant difference in aspects of patient autonomy early
mobilization in the intervention group patients with a control group with p value
0.559. Suggestions in this research so that the hospital can facilitate and make health
education permanent procedure in preoperative patients.
Keywords : Health Education, Early Mobilization, Abdominal Surgery

PENDAHULUAN
Oprasi abdomen merupakan kedaruratan bedah yang sering dilakukan
diberbagai negara di seluruh dunia.Penyakit ini dapat di temukan di semua usia
namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian oprasi abdomen
1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tujuan penduduk dinegara
barat menderita penyakit abdomen dan terdapat lebih dari 200.000 penderita penyakit
abdomen dilakukan di amerika serikat setiap tahunnya. WHO (world Health
organization) menyebutkan insiden abdomen di asia dan afrika pada tahun 2005
adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.Di Indonesia insiden penyakit
bedah abdomen appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya jumlah pasien dari
tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2008), Kasus apendik
pada tahun 2005 sebnyak 65.755 orang dan pada tahun 2008 jumlah pasien penyakit
abdomen appendicitis sebanyak 75,6001 orang.RSUD kab tangerang panggung rawi
antara tahun 2013 sampai dengan 2014 total kasus penyakit abdomen sebanyak 782

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 9


kasus.Perawat mampu memberikan pelanyanan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat yang menggunakan konsep prilaku manusia, perkembangan
kepribadian.

TUJUAN
Mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi tentang
mobilisasi dini paska operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien paska
pembedahan abdomen di ruang Bogenvil RSUD KabTangerang

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain true eksperimen.
Rancangan yang digunakan adalah post test with control group design
(trueexperiment with control) yang dilakukan peneliti kepada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen, untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap efek
perlakuan, perbedaan sesudah adanya suatu intervensi

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini

Jumlah
MobilisasiDini
N %
Baik 24 40.0
Kurang 18 30.0
Cukup 18 30.0
Total 60 100
Berdasarkan pada tabel di atas dapat di analisa bahwa hamper sebagian besar
responden pada kelompok intervensi terdapat 24(40.0%) pasien melakukan
mobilisasi dini dengan baik,

Tabel 1.2DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanPendidikankesehatan
Penkes Frekuensi Prosentase %
Baik 31 51.7
Kurang 7 11.7
Cukup 22 36.7
Total 60 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 10


Dari Respon den sebnyak 60 orang, didapatkan bahwa penkes baik sebanyak 31
orang (51,7%), Penkes kurang sebanyak 7 orang (11,7%) Sedangkan penkes cukup
sebanyak 22(36.7%).

Tabel 1.3 HasilPerhitunganUjiNormalitas


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Penkes .211 60 .000 .886 60 .000
Mobilisasi .155 60 .001 .931 60 .002
Berdasarkantabel 1.3 dapat dilihat hasil uji normalitas dengan nilai Sig dari Shapiro
–Wilkv ariabel penkes menghasilkan signifikansi (ρ) sebesar 0,00. Nilai (ρ) > 0,05
berarti bahwa skor penkes berdistribusi normal. Uji normalitas dengan nilai Sig dari
Shapiro-Wilkvaria bella tihan mobilisasi menghasilkan signifikan si (ρ) sebesar 0,02..

Table1.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Mobilisasi Dini pada Pasien


Bedah Abdomen di RSUD KabTangerang tahun 2014
Mobillisasi Penkes
Pearson
1 .559
Correlation
Mobillisasi
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
Pearson
.559 1
Correlation
Penkes
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat hasil perhitungan korelasi atau hubungan kedua
variable penelitian dengan teknik Pearson’s Product Moment. Perhitungan
menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,559 dengan signifikansi (ρ) sebesar
0,000.Nilai (ρ) < 0,05atau r hitung> r tabel (0,559 > 0,425) maka ada hubungan yang
signifikan antara penkes dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi
appendicitis di RSUD KabTangerang

DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian terkait hasil observasi tentang pelaksanaan
mobilisasi pasien, didapatkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
praoperasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pasien paska pembedahan abdomen

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 11


dalam melakukan mobilisasi dini paska operasi pada kelompok intervensi.Perbedaan
tersebut sangat bermakna yaitu p=0,559 pada alpha 5% (p<α), terhadap kemungkinan
terjadinya perubahan terhadap sikap dan perilaku mobilisasi dini mandiri pasien
dalam melakukan latihan-latihan mobilisasi dini paska operasi.Dalam penelitian ini
pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan yang mungkin disebabkan
oleh perbedaan dari banyak factor misalnya tingkat pengetahuan, pendidikan, umur,
dan jenis kelamin.Faktor-faktor tersebut mungkin bias mepengaruhi tingkat
mobilisasi dini pada pasien.Namun ketiga factor tersebut tidak ikut diteliti dalam
penelitian ini.

KESIMPULAN
Secara statistika dan perbedaan signifikan pada aspek kemandirian pasien
dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok Penkes dengan kelompok
latihan mobilisasidengan p value 0,559

DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Ramali, (2004). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta:
PenerbitBukuKedokteranEGC
2. Arikunto, S, (2008). ProsedurPenelitian: Suatu PendekatanPraktik.
EdisiRevisi.Jakarta: RinekaCipta
3. Johansson, et al. (2004).Preoperative education for orthopaedic patient, Journal
4. Long, Barbara C. , (2006) Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. Bandung
5. Michael,O’Donnell,(2006).Definition of Health Promotion: Part III:Expanding
the Definition
6. Notoadmodjo,S.(2007). PromosiKesehatan&IlmuPerilaku, EdisiRevisi, Jakarta,
RinekaCipta
7. Notoatmodjo, S.(2010). MetodologiPenelitianKesehatan. EdisiRevisi.
Jakarta:RhinekaCipta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 12


Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Lansia Terhadap Kunjungan Lansia Di Desa Cilongok
Ns.Rina Puspitasari,S.Kep;M.Kep**, Erid Tarmija*, Habiri*, Hizye Natalia*,
Elfira T*.
*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf Dosen SI Keperawatan Stikees Yatsi

ABSTRAK
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti ;
keinginan, minat, kehendak, pengetahuan ,emosi, berfikir,sikap, motivasi, peran dan
sebagainya. Namun demikian sulit di bedakan refleksi dari gejala yang manakkah
seseorang itu berperilaku tertentu, sehingga terdapat faktor-faktor lain, yaitu
pengalaman, keyakinan, sarana-sarana fisik,sosio-budaya masyarakat dan sebagainya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Pasir Nangka
tahun 2015 dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap
kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok tahun 2015. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 62 lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas didapat nilai
p-value = 0,072>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara faktor faktor yang
mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas, untuk aspek
hubungan antara praktek posbindu bernilai p=0,265 >0,05 yang artinya terdapat
hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan
lansia di Puskesmas.Untuk aspek hubungan jarak dengan jumlah kunjungan ke
posbindu lansia p= 0,000< 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor
yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas.Untuk
aspek hubungan pelayanan dengan jumlah kunjungan ke posbindu di dapat nilai p=
0,000 < 0,05yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi
prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok,
kesimpulannya adalah dari 6 faktor yang mempengaruhi Perilaku Lansia terhadap
kunjungan Lansia di Posbindu Puskesmas Desa Cilongok diantaranya H0 diterima
yaitu: hubungan antara umur lansia, Hubungan antara pendidikan Lansia, Hubungan
antara Sikap Lansia dan Hubungan antara Praktek dengan jumlah kunjungan, dan Ha

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 13


yang d terima yaitu : Hubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan dan Hubungan
antara pelayanan kesehatan dengan jumlah kunjungan.
Kata Kunci : Perilaku Lansia, Kunjungan Posbindu Lansia.

ABSTRACT
Human behavior is a reflection of a variety of psychiatric symptoms such as; desire,
interest, desire, knowledge, emotions, thinking, attitude, motivation, role, and so on.
However difficult to differentiate the reflection of a person's symptoms behave, so
that there are other factors, namely experience, confidence, the means of physical,
socio-cultural and so on,
This study aims to determine the correlation between the factors that influence the
behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas Desa Cilongok
2015 by using descriptive method.
The results showed that for the correlation between the factors that influence the
behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas obtained p-
value = 0.072> 0.05, which means there is no correlation between the factors that
influence the behavior of the elderly to visit the elderly in health centers, for aspects
the correlation between practice ederly sevice health p-value = 0.265> 0.05, which
means there is a correlation between the factors that influence the behavior of the
elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect distance, have a
correlation with a number of visits to the elderly service health p = 0.000 <0.05,
which means there is a correlation Among the factors which influence the behavior of
the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect of the service,
have a correlation with the number of visits to erderly service health have p = 0.000
<0,05 which means that there is a correlation between the factors that influence the
behavior of the elderly to visit the elderly in Puskesmas Desa Cilongok, the
conclusion is of 6 factors that affect Behavior elderly to visit elderly in Erderly
Service Health in Desa Cilongok Public Health Service have H0 accepted with the
correlation p value between age and the elderly, the correlation between education
Elderly, correlation between Attitudes Elderly and the correlation between the
practice of the number of visits, and had received that : The correlation between the
distance to the correlation between the number of visits and the number of health
care visits.
Keywords: Elderly Behaviour, visit Elderly Service Health

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 14


PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran,
telah mampu mengobati berbagai penyakit dan juga berhasil mengurangi angka
kematian maupun memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga
kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia
bertambah banyak dan cenderung berlangsung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2008).
Di wilayah kecamatan Desa Cilongok terdapat 7 Posbindu Lansia,dengan
jumlah kunjungan selama dua tahun berikut adalah sebagai berikut :
Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat berkunjung kePosbindu.Faktor
tersebut bisa berasal dari dalam diri orang itu sendiri (faktor predisposisi) dan dari
luar diri orang itu sendiri (faktor pemungkin dan penguat). Salah satu faktor
predisposisi adalah pengetahuan (Harbandiyah, 2006). Faktor pengetahuan
masyarakat yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan status
kesehatan seseorang, sedangkan pengetahuan masyarakat yang buruk dapat
menyebabkan kegagalan dalam peningkatan status kesehatannya (Tinuk, 2003).
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba
dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu, penghargaan
psikis sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan. Peran
kader posbindu lansia memegang peranan penting dalam memotivasi para lansia
untuk mencapai tujuan dalam kegiatan posbindu lansia (Nursalam, 2002).
Dilihat dari data kunjungan posbindu lansia di wilayah kerja puskesmas Desa
Cilongok tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan jumlah kunjungan sebanyak 10,84
%, melihat adanya penurunan kajian lebih lanjut tentang hubungan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku Lansia terhadap kunjungan Lansia ke Posbindu
lansia di Puskesmas Desa Cilongok, Kabupaten Tangerang.
Jumlah Kunjungan Posbindu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa
Cilongok Tahun 2013 berjumlah 8273 orang, Tahun 2014 berjumlah 7376 orang dan
jumlah total 15649 orang.

TUJUAN
Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Lansia dengan jumlah kunjungan Lansia ke posbindu Lansia di Desa Cilongok ,
Kabupaten Tangerang.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross
Sectional (potong lintang), untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 15


mempengaruhi perilaku dengan jumlah kunjungan lansia di posbindu lansia di
puskesmas Desa Cilongok tahun 2014.

HASIL PENELITIAN
Analisi Univariat
Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Lansia
Umur Responden Jumlah Presentasi (%)

50-60 th 16 27
61-70 th 43 63
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.1terlihat bahwa responden yang berumur 50-60th sebanyak 16


orang (27%), dan yang berumur 61-70th sebanyak 43 responden (63%).

Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Lansia


Pendidikan Lansia Jumlah Presentasi (%)
Rendah (tidak sekolah, 27 45,7
sd,smp)
Tinggi (Sma, Perguruan 32 54,3
Tinggi)

Jumlah 59 100
Dari tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden terdapat pada lansia yang
berpendidikan tinggi, yaitu sebanyak 32 responden (54,3%) dan sisanya terdapat pada
responden yang berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 27 responden (45,7%).

Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Lansia


Sikap Lansia Jumlah Presentasi (%)

Setuju 59 100
Tidak Setuju 0 0

Jumlah 58 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 16


Lebih lanjut tabel 3.3 terlihat bahwa responden seluruh responden yang setuju akan
adanya pelaksanaan Posbindu Lansia yaitu sebanyak 59 responden (100%).

Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Praktek Posbindu Lansia


Praktek Posbindu
Jumlah Presentasi (%)
Lansia

Rutin 47 79,7
Tidak Rutin 12 20,3

Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa
praktek Posbindu Lansia rutin dilaksanakan, yaitu sebanyak 47 responden (79,7%),
sisanya mengatakan bahwa praktek Posbindu Lansia tidak rutin dilaksanakan,yaitu
sebanyak 12 responden (20,3%).

Tabel 3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak


Jarak Jumlah Presentasi (%)
Jauh 31 52,5
Dekat 28 47,5

Jumlah 59 100
Dari tabel 3.5terlihat bahwa sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari
Posbindu Lansia terdekat yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan
responden yang bertempat tinggal dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28
responden (47,5%).

Tabel 3.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan


Pelayanan Jumlah Presentasi (%)
Baik 40 67,8
Kurang Baik 19 32,2
Jumlah 59 100
Dari tabel 3.6 terlihat bahwa sebanyak 40responden (67,8%), menyatakan bahwa
pelayanan diPosbindu yang mereka kunjungi adalah baik, sedangkan sebanyak 19

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 17


responden (32,2%) menyatakan bahwa pelayanan diPosbindu yang mereka kunjungi
adalah kurang baik.

Tabel 3.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan


Kunjungan Jumlah Presentasi (%)
Rutin 26 44,4
Tidak Rutin 33 55,6
Jumlah 59 100
Dari tabel 3.7 terlihat bahwa sebanyak 26responden (44,4%), menyatakan bahwa
mereka rutin melakukan kunjungan ke Posbindu, sedangkan sebanyak 33 responden
(55,6%) menyatakan bahwa mereka tidak rutin melakukan kunjungan ke Posbindu.

Analisis Bivariat
Tabel 3.8 Hubungan Umur Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke Posbindu
Lansia Dalam Satu Tahun
Jumlah Kunjungan
>6 <6 Total P
Umur
kali/tahun kali/tahun (%) value
( %) (%)
16
12 4
50-60 th (27,1
(20,3%) (6,8 %)
%)
43
26 17 0,072
61-70 th (72,9
(44,1%) (28,8 %)
%)
38 21 59
(64,4 %) (35,6 %) (100%)
Dari tabel 3.8 dapat dilihat hasil hubungan antara umurlansia dengan kunjungan
Posbindu diperoleh bahwa ada sebanyak 12 orang (20,3%) lansia berusia 50-60 th
yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada lansiaberusia61-70 th
sebanyak 26 orang lansia (44,1%) rutin berkunjung ke Posbindu. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur Lansia
dengankunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 18


Tabel 3.9 Hubungan Pendidikan Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke
Posbindu
Jumlah Kunjungan Total
>6 <6 (%) P
Pendidikan
kali/tahun kali/tahun value
( %) (%)
Rendah 15 12 27 0,103
(25,4%) (20,4%) (45.8%)
Tinggi 11 21 32
(18,6%) (35,6%) (54.2%)
Jumlah 26 33 59
(44,1 %) (55,9%) (100 %)
Dari tabel 3.9 dapat dilihat hasil hubungan antara pendidikan Lansia dengan jumlah
kunjungan Posbindu diperoleh data bahwa ada sebanyak 15 orang (25,4%) Lansia
yang berpendidikan rendah yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan
pada Lansia yang berpendidikan tinggi terdapat 11 orang (18,6%) yang berkunjung
secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,103 (p >0,05)
yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di
Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

Tabel 3.10 Hubungan Sikap Lansi Dengan Jumlah Kunjungan


Jumlah Kunjungan Total
(%)
P
Sikap Lansia >6 <6
value
kali/tahun kali/tahun
( %) (%)
Suka 26 33 59
(44,1%) (55,9 %) (100%)
Tidak Suka 0 0 0
(0%) (0%) (0%) a
26 33 59
(44,1 %) (55,9 %) (100%)

Dari tabel 3.10 dapat dilihathubungan antara sikap lansiadengan jumlah kunjungan,
sebanyak 26 orang (44,1%) Lansia yang suka dengan adanya Posbindu melakukan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 19


kunjungan secara rutin ke Posbindu, sedangkan sebanyak 33 orang Lansia (55,9%)
yang suka dengan adanya Posbindu tidak melakukan kunjungan secara rutin ke
Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai a (hal ini dikarenakan seluruh
responden menyatakan suka dengan adanya Posbindu lansia, sehingga hubungan
antarasikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok
pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable sikap dianggap sebagai
variable yang konstan.

Tabel 3.11 Hubungan Praktek Posbindu Dengan Jumlah Kunjungan


Jumlah Kunjungan Total
Praktek >6 <6 (%) P
Posbindu kali/tahun kali/tahun value
( %) (%)
Rutin 19 28 27
(32,2%) (47,5%) (79,7 %)
Tidak Rutin 7 5 12
0,265
(11,9%) (8,5 %) (20,3 %)
Jumlah 26 33 59
(44,1%) (55,9 %) (100 %)
Dari tabel 3.11 dapat dilihat hasil hubungan antara praktek Posbindu dengan jumlah
kunjungan diperoleh bahwa ada sebanyak 19 orang (32,2%) Lansiayang menyatakan
Posbindu dilaksanakan secara rutinberkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan
pada Lansiayang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara tidak rutinsebanyak 7
orang (11,9%) tetap berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai P =0,265 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin
Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada
tahun 2015.

Tabel 3.12 Hubungan Jarak Rumah Dengan Jumlah Kunjungan


Jumlah Kunjungan Total
(%) P
Jarak >6 <6
kali/tahun kali/tahun value
( %) (%)
Jauh 23 8 31 0,000
(39%) (13,6 %) (52,5%)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 20


Dekat 3 25 28
(5,1%) (42,4%) (47,5%)
26 33 59
(44,1 %) (55,9 %) (100%)

Dari tabel 3.12 dapat dilihathubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan,
sebanyak 23 orang (39%) Lansia yang jarak antara rumahnya dengan pelayanan
kesehatan jauh, berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan padaLansia yang
jarak antara rumahnya dengan pelayanan kesehatan dekat, terdapat 3 orang (5,1%)
yang berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P
=0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di
Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

Tabel 5.13 Hubungan Pelayanan Kesehatan DenganJumlah Kunjungan


Jumlah Kunjungan Total
P
>6 <6 (%)
Pelayanan val
kali/tahun kali/tahun
ue
( %) (%)
Baik 25 15 40 0,0
(42,4%) (25,4 %) (67,8) 00
Kurang Baik 1 18 19
(1,7%) (30,5%) (32,2)
26 33 59
(44,1%) (55,9%) (100)
Dari tabel 3.13 dapat dilihat hasil hubungan antarapelayanan kesehatan denganjumlah
kunjungandiperoleh bahwa ada sebanyak 25 orang (42,4%) Lansia yang menyatakan
pelayanan di Posbindu baik, berkunjung secara rutin ke Posbinduk, sedangkan pada
Lansia yang menyatakan pelayanan di Posbindu kurang baik sebanyak 1 orang
(1,7%), tetap melakukan kunjungan secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai P =0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dengan
kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

DISKUSI
Sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari Posbindu Lansia terdekat
yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan responden yang bertempat tinggal

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 21


dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28 responden (47,5%). Jarak merupakan
salah satu factor pendorong seseorang dalam melakukan upaya kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah
dicapai, sehingga membutuhkan transportasi untuk menjangkau tempat pelayanan
kesehatan, apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien,
maka disebut suatu kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh
pemakai jasa pelayanan kesehatan itu (Razak, 2000).
Dilihat hasil hubungan antara pendidikan Lansia dengan jumlah kunjungan
Posbindu diperoleh data bahwa ada sebanyak 15 orang (25,4%) Lansia yang
berpendidikan rendah yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada
Lansia yang berpendidikan tinggi terdapat 11 orang (18,6%) yang berkunjung secara
rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,103 ( p > 0,05) yang
berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas
Desa Cilongok pada tahun 2015.
Dari hasil hubungan antara praktek Posbindu dengan jumlah kunjungan
diperoleh bahwa ada sebanyak 19 orang (32,2 %) Lansia yang menyatakan Posbindu
dilaksanakan secara rutin berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada
Lansia yang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara tidak rutin sebanyak 7 orang
(11,9%) tetap berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai P =0,265 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin Posbindu dengan
kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Pasir Nangka pada tahun 2015. Hal ini
menunjukan bahwa walaupun Posbindu tidak dilaksanakan secara rutin, kebutuhan
masyarakat akan Posbindu tetap ada.

KESIMPULAN
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara umur Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok
pada tahun 2015.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa
Cilongok pada tahun 2015.
Sehingga hubungan antara sikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di
Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable
sikap dianggap sebagai variable yang konstan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 22


Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara praktek rutin Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa
Cilongok pada tahun 2015.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun
2015.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pelayanan dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada
tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S. 2010 .Prosedur Penelitian. PT . Rineka Cipta. .
2. Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
3. Notoatmodjo S. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. PT
Rineka Cipta.
4. Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
5. Poppy Kumala, dkk. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, EGC. Jakarta.
6. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2013. 2014 Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang.
7. Profil Puskesmas Pasir Nangka 2013. 2014 Puskesmas Desa Cilongok.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 23


Hubungan Motivasi Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Di RSUD
Kota Tangerang
Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes**, Ebi Shafani*, Dwi Hayati*, Berti Setiawan*, Afrina
Safitri*,
*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi,
**Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut: (1) Bagaimana motivasi pegawai di RSUD Kota Tangerang? (2)
Bagaimana kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang? (3) Apakah terdapat
hubungan positif dan signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan
di RSUD Kota Tangerang?.
Selanjutnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk mengetahui
karakteristik responden di RSUD Kota Tangerang,(2) Untuk mengetahui motivasi
pegawai di RSUD Kota Tangerang,(3) untuk mengetahui kualitas pelayanan di
RSUD Kota Tangerang,(4) untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dan
kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif study
korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan korelasi
antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel terikatnya kualitas
pelayanan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
satu waktu (point time approach).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada tahun
2015, menunjukan dari hasil analisis bivariat hubungan antara jenis kelamin dengn
kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien di
RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara status
pegawai dengan kualitas pelayanan nilai Pvalue sebesar 0,257. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara status pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD
Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 24


dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0, 000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai P value < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD
Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara masa kerja
dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,020. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota
Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai
dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di
RSUD Kota Tangerang.
Hasil penelitian ini menjawab hipotesis yaitu, tidak ada hubungan antara motivasi
pegawai dengan kualitas pelayanan yang diberikan, karena dilihat dari pendidikan
yang mayoritas diploma dan masa kerja dengan rata-rata kurang dari 5 tahun hal ini
menyebabkan belum terlihatnya motivasi pada diri responden untuk memberikan
pelayanan yang terbaik,selain itu sampel pada penelitian ini jumlahnya sedikit
sehingga memungkinkan diperoleh hubungan yang tidak signifikan padahal pada
penelitian lain menggunakan sampel yang lebih besar (>100 responden)
Kata kunci:Motivasi pegawai,kualitas pelayanan

ABSTRACT
Formulation of the problem in this research is in the form of the following research
questions: (1) How is the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang
district? (2) How is the quality of services at the RSUD Kota Tangerang district? (3)
Is there a positive relationship and significant between motivation with the quality of
services at the RSUD Kota Tangerang District ?.
Furthermore, the purpose of this study are as follows: (1) to determine the
characteristics of the respondents in the RSUD Kota Tangerang District, (2) To know
the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang District, (3) to determine
the quality of care in RSUD Kota Tangerang District, (4) to determine the
relationship of employee motivation and quality of care in RSUD Kota Tangerang
Regency.
This type of research used in this research is descriptive correlation study is research
that aims to illustrate the correlation between variables, namely the independent
variable and the dependent variable motivation quality of service. The design of this
study using cross sectional approach is a study for studying the dynamics of the

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 25


correlation between risk factors with effects by means of observation or data
collection approach once at a time (point time approach).
Based on the results of research conducted in the RSUD Kota Tangerang district in
2015, shows the results of the bivariate analysis of the relationship between the sexes
with less quality of services obtained pvalue value of 0.613. This indicates that the
value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between the
sexes with the quality of services provided to patients at the RSUD Kota Tangerang
Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between the
status of employees with service quality pvalue value of 0.257. This indicates that the
value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between
employee status with quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang
Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between
education and the quality of services obtained pvalue value of 0, 000. This indicates
that the value of P value <0.05 it can be concluded there is a significant relationship
between education and quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang
Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between the
period of employment with the quality of service obtained pvalue value of 0,020. This
indicates that the value pvalue <0.05, it can be concluded that there is a significant
relationship between the period of employment with the quality of service to patients
at the RSUD Kota Tangerang Regency. Based on the results of the bivariate analysis
of the relationship between motivation with the quality of service obtained pvalue
value of 0.673. This indicates that the value pvalue> 0.05 we can conclude there is no
significant relationship between motivation with the quality of service to patients at
the RSUD Kota Tangerang Regency.
Results of this research is to answer the hypothesis that, there is no relationship
between motivation with the quality of services provided, as seen from the education
that the majority of diploma and a job with an average of less than 5 years this led to
yet invisibility of motivation on self-respondents to provide services best, besides the
number of samples in this study makes it possible to be obtained no significant
relationship whereas in other studies using larger samples (> 100 respondents)
Keywords: employee motivation, quality of service

PENDAHULUAN
Salah satu paradigma kesehatan yaitu: kesehatan untuk semua “Health for
All” adalah pelayanan jasa publik yang harus dapat diakses oleh setiap masyarakat
dari segala macam lapisan yang ada. Konsekuensi dari kesehatan untuk semua adalah
prinsip yang mendasari pelaksanaan otonomi daerah yaitu, keadilan, demokrasi dan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 26


partisipasi, efisiensi, serta efektifitas. Desentralisasi kesehatan juga menjadikan sektor
kesehatan sebagai urusanpemerintah daerah yang harus dipertanggungjawabkan
kepada masyarakatnya (Public Accountability). Sehingga Pembangunan Kesehatan
yang dilakukan dan Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah
dapat dijadikan salah satu ukuran untuk menilai kinerja pemerintah daerah terhadap
masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang langsung menyentuh pada lapisan masyarakat yang
paling bawah dan sangat diperlukan oleh masyarakat adalah sangat penting, hal ini
dikarenakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas akan memberikan
perlindungan kesehatan kepada warga masyarakat khususnya bagi warga kurang
mampu. RSUD diharapkan mampu memberikan jaminan bagi warga masyarakat
sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan.
Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan pelayanan kesehatan minimum yang
dibutuhkan rakyatnya. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan prinsip yang harus
dipegang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
bagaimana masyarakat puas dan nyaman dalam menerima pelayanan kesehatan yang
diberikan dan keberadaan RSUD sebagai media untuk memberikan pelayanan
kesehatan haruslah dijalankan dengan baik sehingga kualitas pelayanan yang
diberikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat.
Manfaat lain yang didapat oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
adalah kepastian dari pemerintah bahwa mereka akan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik yang mereka butuhkan dengan biaya yang relatif murah dan
jarak untuk mendapatkan pelayanan tersebut relatif dekat. RSUD diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan dasar serta menjadi pelopor penggerak
pembangunan di wilayah kerjanya. RSUD dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu baik dari segi manajemen, sumber daya, sarana dan prasarana sehingga
pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan
memberikan kepuasan kepada pengguna jasa RSUD.
Untuk mencapai kualitas pelayanan yang memuaskan, unsur penting yang
perlu diperhatikan salah satunya yaitu motivasi pegawai, motivasi penting karena
dengan motivasi ini diharapkan setiap individu Pegawai mau bekerja keras dan
antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan di
RSUD Kota Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 27


METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif study korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
hubungan korelasi antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel
terikatnya kualitas pelayanan (Nursalam, 2003)

HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distibusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=65)
Karakteristik
Jumlah(n) Persentase(%)
Responden
Jenis Kelamin
Perempuan 52 80,0
Laki-laki 13 20,0
Total 65 100,0
Status Pegawai
PNS 26 40,0
PTT 11 16,9
HONOR 28 43,1
Total 65 100,0
Pendidikan

SD 1 1,5
SMP 1 1,5
SMA 9 13,8
PT 54 83,1

Total 65 100,0

Masa kerja

< 5 Tahun 24 36,9


> 5 Tahun 20 30,8
> 10 Tahun 21 32,3

Total 65 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 28


Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa untuk karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin diketahui sebanyak 52 responden (80%) berjenis kelamin perempuan
dan sebanyak 13 responden (20%) berjenis kelamin laki-laki. Untuk karakteristik
responden berdasarkan status kepegawaiannya sebanyak 26 orang (40%) responden
status pegawainya PNS, 11 orang (16,9%) responden status pegawainya PTT dan 28
orang (43,1%) status pegawainya Honorer. Untuk karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikannya sebanyak 1 orang (1,5%) responden
berpendidikan SD, 1 orang (1,5%) responden berpendidikan SMP, 9 orang (13,8%)
responden berpendidikan SMA dan 54 orang (83,1%) responden berpendidikan
perguruan tinggi.Dan untuk karakteristik responden berdasarkan masa kerja sebanyak
24 orang (36,9%) responden memiliki masa kerja di bawah 5 tahun, 20 orang (30,8%)
responden memiliki masa kerja di atas 5 tahun, dan 21 orang (32,3%) responden
memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun di RSUD Kota Tangerang.

Tabel 4.2 Gambaran tentang motivasi pegawai yang menjadi responden di RSUD
Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Motivasi Jumlah Persentase
(n) (%)
Tinggi 6 9,2
Cukup tinggi 52 80,0
Rendah 7
Sangat rendah 0 10,8
0,0
Total 65 100,00
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui, bahwa sebanyak 6 orang (9,2%) responden
memiliki motivasi tinggi dalam bekerja di RSD Kota Tangerang, 52 orang (80,0%)
responden memiliki motivasi cukup tinggi dalam bekerja dan 7 orang (10,8%)
responden memiliki motivasi rendah dalam bekerja di RSUD Kota Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 29


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan
(n=65)
Kualitas Pelayanan Jumlah Persentase %
Baik 1
Cukup Baik 55 1,5
Kurang Baik 7 84,6
Buruk 2 10,8
3,1

Total 65 100,00
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui, bahwa sebanyak 1 orang (1,5%) responden
memiliki kualitas pelayanan yang baik di RSUD Kota Tangerang, 55 orang (84,6%)
responden memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik, 7 orang (10,8%)responden
memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik dan 2 orang (3,1%) responden
memiliki kualitas pelayanan yang buruk di RSUD Kota Tangerang.

Analisis Bivariat
Tabel 4.4 Analisis Bivariat Hubungan Karakteristik Responden dengan Kualitas
Pelayanan
Kualitas Pelayanan
Karakteristik Cukup Kurag Total P-
Baik Buruk
Responden Baik Baik Value
N % N % N % N % N %
Jenis
Kelamin
86,5 0,613
Perempuan 1 1,92 45 5 9,62 1 1,92 52 100
4
Laki-laki 0 0,0 10 84,6 2 7,7 1 7,7 13 100
Status
Pegawai
PNS 92,3
0 0,0 24 2 7,69 0 0,0 26 100
1 0,257
PTT 0 0,0 11 100 0 0,0 0 0,0 11 100
Honorer 71,4 17,8
1 3,57 20 5 2 7,14 28 100
3 6
Pendidikan
0,000
SD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100 1 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 30


Karakteristik Kualitas Pelayanan Total P-
Responden 10 Value
SMP 0 0,0 0 0,0 1 100 0 0,0 1
0
77,7 11,1 11,1 10
SMA 0 0,0 7 1 1 9
8 1 1 0
PT/DIPLOM 88,8 10
1 1,85 48 5 9,26 0 0,0 54
A 9 0
Masa Kerja
91,6 10
< 5 tahun 0 0,0 22 2 8,33 0 0,0 24
7 0
10 0,020
> 5 tahun 1 5 12 60 5 25 2 10 20
0
10
> 10 tahun 0 0,0 21 100 0 0,0 0 0,0 21
0

Berdasarkan table 4.4 di atas, hasil analisis bivariat hubungan karakteristik responden
dengan kualitas pelayanan diperoleh bahwa untuk jenis kelamin diantara 52
responden yang jenis kelaminnya perempuan, terdapat 1 responden (1,92%) yang
kualitas pelayanannya baik, 45 responden (86,54%) kualitas pelayanannya cukup baik
5 responden (9,62%) kualitas pelayanannya kurang baik dan ada 1 responden (1,92%)
kualitas pelayanannya buruk. Sedangkan diantara 13 responden yang jenis
kelaminnya laki-laki, terdapat 10 responden (84,6%) kualitas pelayanannya cukup
baik, 1 responden (7,7%) kualitas pelayanannya kurang baik dan 1 responden (7,7%)
kualitas pelayanannya buruk.

Tabel 4.5 Analisis Bivariat Hubungan Motivasi Pegawai dengan Kualitas


Pelayanan
Kualitas Pelayanan
Cukup Kurang Total P-
Motivasi Baik Buruk
Baik Baik Value
N % N % N % N % N %
Tinggi 0 0,0 5 83,3 1 16,7 0 0,0 6 100
Cukup 86,5 1,92
1 1,92 45 5 9,62 1 52 100 0,673
Tinggi 4
Rendah 71,4
0 0,0 5 1 14,29 1 14,29 7 100
2

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 31


Berdasarkan table 4.5 di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi dengan
kualitas pelayanan terhadap pasien diperoleh bahwa diantara 6 responden yang
motivasinya tinggi, terdapat 5 responden (83,3%) memiliki kualitas pelayanan yang
cukup baik dan 1 responden (16,7%) yang memiliki kualitas pelayanan kurang baik.
Diantara 52 responden yang motivasinya cukup tinggi, terdapat 1 responden (1,92%)
memiliki kualitas pelayanan yang baik,45 responden (86,54%) memiliki kualitas
pelayanan yang cukup baik, 5 responden (9,62%) memiliki kualitas pelayanan yang
kurang baik dan 1 responden (1,92%) memiliki kualitas pelayanan yang buruk.
Sedangkan diantara 7 responden yang motivasinya rendah, terdapat 5 responden
(71,42%) memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik,1 responden (14,29%) yang
memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik,dan 1 responden (14,29%) yang
memiliki kualitas pelayanan buruk.

DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai dengan
kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota
Tangerang.
Motivasi mempunyai peranan penting untuk dapat menggerakkan, mengerahkan
dan mengarahkan segala daya dan potensi karyawan kearah pemanfaatan yang paling
optimal sesuai dengan batas-batas. Apabila ditinjau dari teori Maslow (dalam
Nursalam, 2002), tentang motivasi dikaitkan dengan kebutuhan yang tersusun secara
hierarkis kebutuhan dapat dilihat sebagai berikut: untuk kebutuhan fisiologis sangat
erat hubungannnya dengan penghasilannya/gaji, kebutuhan rasa aman dengan
merasa terlindungi, dari ancaman baik itu tekanan dan akibat-akibatnya. Kebutuhan
rasa memiliki dan dimiliki terkait dengan lingkungan iklim kerja yang nyaman,
hubungan interpersonal yang harmonis, suasana kerja dan tanggung jawab.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak ada hubungan antara
motivasi dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, Azrul. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina rupa
Aksara.
2. Handoko, T. Hani, 2005. Manajemen Personalia dan Sumber Daya

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 32


Manusia.Yogyakarta: BPFE.
3. A.A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.
4. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
5. Robbins, Stephen. P, 2006.Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prehallindo.
6. Simamora, Bilson, 2004. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif
Profitabel, Jakarta: Gramedia PustakaUmum.
7. Wijono, Djoko, 2007. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:
Airlangga University Press.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 33


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN AIR DI KEL.PASIR JAYA
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
Ns.katrin Agustina ,S.Kep **, Kosim*, Ricky Anggara*, Decy Mayangsari*,
Wulandari*,
*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi,
**Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,
dan sebagainya. Air sungai selain mudah didapat juga bisa digunakan untuk berbagai
keperluan. Perilaku ini terjadipada masyarakat di Kel.pasir jaya tangerang yang masih
menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan MCK (mandi,
cuci, kakus).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Air Di Kel.pasir jaya
Kabupaten Tangerang.Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi
menggunakan pendekatan crosss sectional Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya
sebanyak 162 responden. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling.
Instrument yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknik analisis data
menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian
pengetahuan menunjukan nilai p value 0.000 < dari 0.05, dan pendidikan
menunjukkan nilai p value 0.021 < dari 0.05.Hipotesis Ho ditolak artinya ada
pengaruh pengetahuan dan pendidikan dengan penggunaan air,variabel usia
menunjukkan p value 0.319 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak
ada pengaruh tingkat usia dengan penggunaan air, jenis kelamin menunjukkan nilai p
value 0.848 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
jenis kelamin dengan penggunaan air dan pekerjaan menunjukkan nilai p value
0.417> dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh pekerjaan
dengan penggunaan air. Saran dari hasil penelitian ini disarankan masyarakat dapat
menambah pengetahuan dan mendapat informasi tentang penggunaan air yang bersih
Kata kunci : penggunaan air, faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang
penggunaan air, masyarakat

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 34


ABSTRACT
Water is used daily needs for drinking, cook, shower, gargle, clean the floor,
washing appliance kitchen appliance, washing clothes, etc. In addition to readily
available river water can also be used for various purposes. .This behavior occurs in
the community in the village Kel.pasir jayaDistricts Kel.pasir jaya who still use river
water for daily needs such as bathing, washing and toilet activities.The purpose of
this study to determine the factors that affect people’s behavior on water use in
village Kel.pasir jaya District Kel.pasir jaya..This study design is descriptive
correlation cross sectional approach. Population in this study were people who lived
in the Kel.pasir jayadistricts Sukasari village district Rajeg Tangerang sebanyak 162
respondents. The sampling technique random sampling. Instrument used in the form
questionnaire. Data analysis techniques using univariate, bivariate, and univariat,
bivariate multivariate.Demonstrate knowledge of search result p value 0.000 < 0.05,
and education showed the value of p value 0.021 < 0.05. Hipothesis is rejected means
that there is an influence of knowledge and education with the use of water, the age
variabel indicates p value 0.319>0.05. Ho accepted hypothesis means that there is no
influence of age with the use of water, se shows p value 0.848 > 0.05,with ho
accepted hypothesis means that there is no influence of gender in the use of water.
And the work shows p value 0.417> 0.05, with ho accepted hypothesis means that
there is no effect of work with the use of water.Advice from the results of this study
sunggested that people can add to their knowledge and gain information about the
use of clean water.
Keywords :Water use, factors that affect people’s behavior on water use, people’s.

PENDAHULUAN
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan / genetika.
Perilaku menurut Green (2010) dipengaruhi oleh 3 faktor yang pertama faktor
karakteristik yang terdiri dari umur, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, yang
kedua faktor Pemungkin, dan yang ketiga faktor PendukungMenurut Soekanto
(dalam Maryati dan Suryawati, 2010:174. Dalam Hidayati, 2012) mengatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi
kelompoknya sendiri, bersifat independen, mendiami suatu wilayah tertentu, dan
memiliki kebudayaan serta sebagian besar kegiatannya berlangsung didalam
kelompok itu sendiri.Masyarakat adalah subjek yang paling dominan untuk
memanfaatkan, merusak maupun memberdayakan alamnya. Akan tetapi, semua yang
dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan alam selalu menimbulkan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 35


konsekuensi logis terhadap kehidupan sosialnya, seperti pencemaran lingkungan,
timbulnya penyakit dan masalah-masalah lainnya. Perilaku ini terjadi di Kampung
Kel.pasir jayatersebut terdapat sungai disepinggiran jalan serta dekat dengan rumah
warga yang tinggal di kampung tersebut sehingga memudahkan penduduk yang
bermukiman dipinggiran sungai menggunakan air sungai ini untuk keperluan rumah
tangga atau MCK.
Menurut hasil penelitian Hidayati tahun 2012 mengenai perilaku masyarakat dalam
menggunakan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga di Desa Samelagi Besar
Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas perilaku masyarakat yang menggunakan air
sungai berdasarkan kelompok umur yaitu 25-29 (24%), 30-34 (32%), 35-39 (20%),
40-44 (8%), 45-49 (12%), dan 50 keatas (4%). Berdasarkan tingkat pendidikan
SD/sederajat (40%), SLTP/sederajat (32%), SMU/sederajat(20%),
Akademik/sederajat (8%). Berdasarkan jenis pekerjaan pegawai negeri (8%), petani
(40%), pedagang (20%), buruh bangunan (32%). Sedangkan berdasarkan lamanya
informan bertempat tinggal di lokasi penelitian yaitu 1-5 tahun (20%), 5-10 tahun
(32%), sejak lahir sampai saat ini (48%).

TUJUAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
masyarakat tentang penggunaan air

METODE PENELITIAN
Desain penelitian dalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian. Desain penelitian jenis deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran yang akurat tentang suatu masalah atau fenomena yang diteliti
(Suryanto, 2013 dalam Nurjazila 2014). Korelasi merupakan salah satu dari desain
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara dua variable atau
lebih variable penelitian. (Hidayat, 2010 dalam Nurjazila 2014).
Desain penelitian ini adalah desain korelasi deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui fenomena dan mengidentifikasi korelasi dari beberapa variabel
independen (pengetahuan, pendidikan, uisa, jenis kelamin, sikap, pekerjaan). Selain
itu, penelitian itu menggunakan pendekatan potong lintang (Cross Sectional ) yaitu
desain penelitian yang melakukan pengambilan data dalam satu waktu (Notoatmodjo,
2010 dalam Nurjazila 2014).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 36


HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan,dan Pekerjaan, di Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang
No Karakteristik Frekuensi Persentase
(%)
1. Usia
Usia <11 Tahun 9 5.6
Usia 12-16 Tahun 20 12.3
Usia 17-25 Tahun 32 19.8
Usia 26-35 Tahun 44 27.2
Usia 36-45 Tahun 29 17.9
Usia 45-55 Tahun 13 8.0
Usia 56- 65 Tahun 12 7.4
Usia > 65 Tahun 3 1.9
Total 162 100

2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 57 35.2
Perempuan 105 64.8
Total 162 100

3. Pendidikan
Rendah 147 90.7
Tinggi 15 9.3
Total 162 100.0

4. Pekerjaan
Tidak bekerja 107 66.0
Bekerja 55 34.0
Total 162 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan pengetahuan responden adalah sebagai berikut mayoritas usia
responden yaitu <11 tahun sebanyak 9 orang (5.6 %), 12-16 Tahun (Remaja Awal)
sebanyak 20 orang (12.3%), 17-25 tahun sebanyak 32 orang (19.8%), 26-35 tahun
sebanyak 44 orang (27.2%), 35-45 Tahun sebanyak 29 orang (17.9%), 45-55
sebanyak 13 orang (8.0%), 56-65 tahun sebanyak 12 orang (7.4%), dan > 65 tahun

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 37


sebanyak 9 orang (1.9%). Mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan
sebanyak 105 orang (64.8%), laki-laki sebanyak 57 orang (35.2%).

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Pengetahuan di


Kel.pasir jaya
Kabupaten Tangerang
Pengetahuan Frekuensi Presentasi
(%)
Rendah 94 58.0
Tinggi 68 42.0
Total 162 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa mayoritas pengetahuan responden adalah
sebagai berikut mayoritas pengetahuan rendah sebanyak 94 orang (58.0%), dan
pengetahuan tinggi sebanyak 68 orang (42.0%).

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Penggunaan air di


Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang
Penggunaan air Frekuensi Presentasi (%)
Tidak Baik 94 58.0
Baik 68 42.0
Total 162 100
Berdasarkan tabel 5.3 Diketahui bahwa mayoritas perilaku responden adalah sebagai
berikut mayoritas penggunaan air tidak baik sebanyak 94 orang (58.0%), dan
penggunaan air baik sebanyak 68 orang (4.20%).

Tabel 5.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang


Penggunaan Air
No Faktor-faktor Penggunaan air
yang Tidak baik Baik Total P-
mempengaruhi N % N % N % value
Perilaku
1. Usia
<11 6 3.7 3 1.9 9 5.6
12-16 9 5.6 11 6.8 20 12.3
17-25 15 9.3 17 10.5 32 19.8
26-35 24 14.8 20 12.3 44 27.2 0.319
36-45 20 12.3 9 5.6 29 17.9

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 38


46-55 9 5.6 4 2.5 13 8.0
56-65 8 4.9 4 2.5 12 7.4
2. >65 3 1.9 0 0.0 3 1.9
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0 0.848

3. Jenis kelamin
Laki-laki 32 19.8 25 15.4 57 35.2 0.021
Perempuan 62 38.3 43 26.5 105 64.8
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0
4.
0.417
Pendidikan
Rendah 90 55.6 57 35.2 147 90.7
5. Tinggi 4 2.5 11 6.8 15 9.3
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0 0.000

Pekerjaan
Rendah 65 40.1 42 25.9 107 66.0
Tinggi 29 17.9 26 16.0 55 34.0
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0

Pengetahuan
Rendah 72 44.4 22 13.6 94 58.0
Tinggi 22 13.6 46 28.4 68 42.0
Total 94 58.0 68 42.0 162 100.0
Berdasarkan tabel 5.4 karakteristik usia diketahui bahwa mayoritas responden usia
<11 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 6 orang (3.7%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 3 orang (1.9%). Usia
12-16 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 11 orang (6.8%). Usia
17-25 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 15 orang (9.3%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 17 orang (10.0%). Usia
26-35 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 24 orang (14.8%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 20 orang (12.3%). Usia

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 39


36-45 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 20 orang (12.3%),
sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 9 orang (5.6%). Usia
46-55 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%),

Tabel 5.5Hasil analisis koefisien korelasi pengaruh dengan penggunaan air

Correlations
pengetahuan penggunaanair pendidikan pekerjaan Jeniskelamin Usia
Pearson 1 .442** .246** .130 -.028 -.166*
Correlation
Pengetahuan Sig. (2- .000 .002 .100 .722 .034
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson .442** 1 .203** .077 -.028 -.159*
Correlation
penggunaanair Sig. (2- .000 .010 .330 .722 .044
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson .246** .203** 1 -.004 -.032 -.122
Correlation
Pendidikan Sig. (2- .002 .010 .958 .684 .120
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson .130 .077 -.004 1 -.482** .189*
Correlation
Pekerjaan
Sig. (2- .100 .330 .958 .000 .016
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson -.028 -.028 -.032 -.482** 1 -
**
Correlation .211
Jeniskelamin Sig. (2- .722 .722 .684 .000 .007
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
Pearson -.166* -.159* -.122 .189* -.211** 1
Usia
Correlation

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 40


Sig. (2- .034 .044 .120 .016 .007
tailed)
N 162 162 162 162 162 162
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pengaruh atau korelasi antara pengetahuan
dengan penggunaan air adalah 0.442 atau cukup. Pengaruh atau korelasi antara
pendidikan dengan penggunaan air 0.203 atau rendah, pengaruh atau korelasi
pekerjaan dengn penggunaan air 0.077 atau korelasi sangat rendah. Pengaruh atau
korelasi jenis kelamin dengan penggunaan air adalah -0.028 atau sangat-sangat
rendah. Pengaruh atau korelasi usia adalah -0.159 atau sangat-sangat rendah.

Tabel 5.6Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi


Interval koefisien Tingkat hubungan
± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah
± 0,20-0,399 Korelasi rendah
± 0,40-0,599 Korelasi cukup
± 0,60-0,799 Korelasi kuat
± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat

Tabel 5.7Crosstabulation Seleksi Bivariat


No Variabel P value
1 Pengetahuan 0.000
2 Usia 0.319
3 Jenis kelamin 0.848
4 Pendidikan 0.021
5 Pekerjaan 0.417
Berdasarkan tabel 5.7 hanya varaibel pengetahuan dan pendidikan yang mempunyai
nilai p value < 0.25. Sedangkan variabel karakteristik usia, jenis kelamin, dan
pekerjaan mempunyai nilai p value > 0.25 oleh sebab itu peneliti tidak melakukan
seleksi multivariat dikarenakan hanya ada dua variabel saja yang mempunyai
pengaruh terhadap penggunaan air di Kampung Sarakan RT 04 RW 05 Desa Sukasari
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2015.

DISKUSI
Bab ini akan menguraikan mengenai fakta, teori dan opini serta kesenjangan
diantaranya yang akan dikemukakan secara komprehensif terhadap penelitian baik

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 41


yang bersifat analisa univariat, bivariat maupun multivariat terhadap variabel
independen tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan)
dan variabel dependen (penggunaan air) di Kel.pasir jayaKabupaten Tangerang
Tahun 2014

KESIMPULAN
Distribusi frekuensi dari lima faktor yang diteliti terhadap responden menghasilkan
gambaran responden mayoritas memiliki penggunaan air tidak baik, tingkat
pengetahuan rendah, tingkat pendidikan rendah, usia mayoritas 26-35 tahun, jenis
kelamin perempuan dan pekerjaan mayoritas tidak bekerja.Berdasarkan hasil uji
bivariat terhadap lima faktor yaitu tingkat pengetahuan dengan uji-square
menghasilkan p value 0.000 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap
penggunaan air

DAFTAR PUSTAKA
1. Hastono.(2007).Analisis Data Kesehatan Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan
2. Masyarakat Universitas Indonesia
3. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika
4. Nurjazila. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu Dalam
Pencegahan Penularan TB Paru Di RW 02 Desa Talok Kecamatan Kresek
Kabupaten TangerangTahun 2014. Skripsi
5. Sugiono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
6. Syafrudin.( 2008). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Tiara Putra Jakarta
7. Suryani, Sri. (2014). Hubungan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayinya Di Wilayah Kerja
Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang Pada Tahun 201. Skripsi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 42


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA DENGAN
SIKAP DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA DI KAMPUNG
GEMBOR
Ns.Ayu Pratiwi,S.Kep **, Dede F*, Fauzy S*, Dini Sartika*, Willy Fitriya*,
*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi,
**Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan survei terakhir
tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2011). Target MDGs pada tahun 2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Persalinan dan menyusui merupakan
suatu kodrat bagi wanita. Berbagai komplikasi yang sering dialami selama masa
menyusui antara lain puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak dan
mastitis atau abses payudara sehingga ibu harus tetap melakukan perawatan payudara
secara benar, baik untuk mempersiapkan masa menyusui dan selama masa menyusui.
Tujuan dilakukan penulisan Riset Keperawatan ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan
perawatan payudara.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square, dimana
ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara
dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara primer menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara yaitu p-Value 0.101 >
α (0.05).
Dinas pemerintahan yang terkait seperti dinas kesehatan wilayah dapat memberikan
penyuluhan menyeluruhan pada masyarakat mengenai perawatan payudara untuk
menambah pengetahuan dari masyarakat.

ABSTRACT

Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator to look at the health status of
women. Mortality and morbidity of pregnant women, maternity and childbirth is still
a major problem in developing countries, including Indonesia. Based on the last

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 43


survey in 2007 MMR in Indonesia amounted to 228 per 100,000 live births (MOH,
2011). The MDG target by 2015 AKI can be reduced to 102 per 100,000 live births
(MOH, 2008). Childbirth and breastfeeding is a natural for women. Various
complications often experienced during breastfeeding, among others, nipple pain,
sore nipples, engorgement and mastitis or breast abscesses that the mother should
keep doing breast care properly, both to prepare for lactation and during lactation.
The purpose of writing this Nursing research is to determine the extent of correlation
between knowledge with attitude primiparous mothers in the treatment of breast.
The method used in this study is the chi-square test, which will indicate the presence
or no correlation between knowledge with attitude primiparous mothers in the
treatment of breast. Data collection is done by using the primary questionnaire.
The research found no relationship between the level of knowledge primiparous
mothers with attitude in the treatment of breast, namely p-Value 0101> α (0.05).
Relevant government agencies such as the health service region can provide
counseling menyeluruhan community about breast care to add to the knowledge of
the public.

PENDULUAN
Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan
memudahkan sikecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga merangsang
produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2009).
Sebagai seorang tenaga kesehatan harus benar-benar memperhatikan betapa
pentingnya perawatan payudara untuk memperlancar produksi ASI. Perawatan
payudara bisa dilakukan secara teratur 2 kali sehari. Berdasarkan studi pendahulu
menurut Eni Wulandari Tahun 2012 di BPS Aryanti, pada bulan Januari – Maret
2012 didapatkan data ibu nifas sebanyak 32 ibu nifas. Peneliti berhasil mewawancarai
kepada 12 responden didapat hasil 2 orang dengan pengetahuan dan sikap dalam
melakukan perawatan payudara baik, 4 orang dengan pengetahuandan sikap dalam
melakukan payudara cukup, dan 6 orang dengan pengetahuandan sikap dalam
melakukan payudara kurang.
Berdasarkan data dan fakta diatas, peneliti melakukan observasi di Kp. Gembor
RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang dan mendapatkan hasil bahwa
pengetahuan yang didapat ibu nifas masih belum begitu banyak tahu tentang
perawatan payudara dikarenakan masih adanya payudara ibu nifas yang putingnya
lecet, payudara yang bengkak dan adanya abses payudara.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 44


Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Primipara Dengan Sikap Dalam Melakukan Perawatan Payudara di Kp. Gembor
RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang”.

TUJUAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu
primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT
003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang

METODE
Desain peneliti yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossection
dengan potong lintang (crosstabulation) dan uji chisquare. Dimana chisquare adalah
untuk mengetahui ada atau tidaknya dan seberapa erat hubungan tingkat pengetahuan
ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT
003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang pada bulan Agustus.

HASIL PENELITIAN
Tabel 6.1 Distribusi frekuensi usia responden di Kp. Gembor RT 003/ RW 06
Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014
Usia Frekuensi Persen
20 th – 30 th 30 50.0
31 th – 40 th 21 35.0
41 th – 50 th 9 15.0
Total 60 100.0
Distribusi frekuensi umur dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai
usia 20 th – 30 th ada 30 orang (50.0%), ibu yang mempunyai usia 31 th – 40 th ada
21 orang (35,0%) dan ibu yang mempunyai usia 41 th – 50 th ada 9 orang (15.0%).

Tabel 6.2 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di Kp. Gembor RT 003/ RW


06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014
Pekerjaan Frekuensi Persen
IRT 33 55.0
Swasta 23 38.3
PNS 4 6.7
Total 60 100.0
Data frekuensi pekerjaan dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai
pekerjaan IRT ada 33 orang (55.0%), ibu yang mempunyai pekerjaan swasta ada 23
orang (38,3%) dan ibu yang mempunyai pekerjaan PNS ada 4 orang (6,7%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 45


Tabel 6.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di Kp. Gembor
RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014
Pendidikan Frekuensi Persen
Tidak tamat 4 6.7
SD 9 15.0
SMP 19 31.7
SMA 23 38.3
Sarjana 5 8.3
Total 60 100.0
Data frekuensi pendidikan dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai
pendidikan tidak tamat ada 4 orang (6.7%), ibu yang mempunyai pendidikan SD ada
9 orang (15.0%), ibu yang mempunyai pendidikan SMP ada 19 orang (31.7%), ibu
yang mempunyai pendidikan SMA ada 23 orang (38.3%), ibu yang mempunyai
pendidikan Sarjana ada 5 orang (8.3%)

Tabel 6.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang


perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya
Tangerang Tahun 2014
Tingkat pengetahuan Frekuensi Persen
15
Baik 25.0
37
Sedang 61.7
8
Kurang 13.3
Total 60 100.0
Data frekuensi tingkat pengetahuan ibu dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang perawatan payudara ada 15 orang
(25.0%), ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang perawatan
payudara ada 37 orang (61.7%) dan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan
kuranng tentang perawatan payudara ada 8 orang (13.3%)

Tabel 6.5 Distribusi frekuensi sikap responden dalam melakukan perawatan


payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang
Tahun 2014
Sikap Frekuensi Persen
31
Tidak melakukan 51.7
29
Melakukan 48.3
Total 60 100.0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 46


Data frekuensi tingkat pengetahuan ibu dari 60 responden didapatkan bahwa ibu tidak
melakukan tindakan perawatan payudara ada 31 orang (51.7%) dan ibu yang
melakukan tindakan perawatan payudara ada 29 orang (48.3%)

Tabel 6.6 Crosstabulation berdasarkan tingkat pengetahuan ibu primipara


dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/
RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014
Variabel Sikap yang dilakukan dalam
tingkat melakukan perawatan payudara Total P Value
pengetahuan Tidak melakukan Melakukan
Baik 5 33.33% 10 66.7% 15 100%
Tidak baik 26 57.8% 19 42.2% 45 100% 0.101
Total 31 51.7% 29 48.3% 60 100%
Didapatkan responden yang tidak melakukan perawatan payudara sejumlah 31
responden (51,7%), dengan perician 5 responden (33,33%) berpengetahuan baik, dan
26 responden (57,8%) berpengetahuan tidak baik. Sedangkan yang melakukan
perawatan payudara sejumlah 29 responden (48,3%), dengan perincian yaitu 10
responden (66,7%) berpengetahuan baik, dan 19 responden (42,2%) berpengetahuan
tidak baik.

DISKUSI
Dalam penelitian ini ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi
responden untuk melakukan tindakan perawatan payudara, dimana faktor-faktor
tersebut adalah peranan keluarga, peranan tokoh masyarakat, peranan tetangga,
tingkat pengetahuan, dan social ekonomi. Faktor tersebut tidak menjadi bahan dalam
penelitian pada ini, maka hubungan pengetahuan dan tindakan perawatan payudara
adalah tidak ada bahwa ternyata tindakan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
tersebut yang tidak termasuk dalam penelitian pada saat ini.

KESIMPULAN
Dari hasil data chi square yaitu p Value 0.101 > α (0.05) artinya Ho gagal
diterima sehingga tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan
sikap dalam melakukan perawatan payudara.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, Y. 2010. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta : pustaka rihana
2. Bobak, ledermilk Jensen. 2004. Keperawatan matermitas. Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 47


3. Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakartra : buku kedokteran, EGC
4. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : rineka cipta
5. Varney, H. 2007. Asuhan kebidanan. Jakarta : EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 48


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN
PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PASAR KEMIS TANGERANG TAHUN 2014
Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Nurbaiti*, Risky Hamja*, Tutik Komariah*
,Ulfa Arif*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Ibu hamil ada yang mengalami kecemasan saat menjalani kehamilannya. Masalah
yang dialami ibu hamil diantaranya ketidaknyamanan seperti perubahan bentuk
tubuh, sering marah, gelisah, dan cemas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang, meliputi usia, pengetahuan, dukungan
keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan. Jenis penelitian analitik, dengan desain
cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil primigravida yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis bulan Desember 2014. Hasil penghitungan
sampel sebanyak 55 orang. Analisis data yaitu univariat (distribusi frekuensi) dan
bivariat (Uji Kai Kuadrat). Hasil analisis univariat,hampir sebagian besar ibu primipara
mengalami kecemasan rendah (56,4%), umurnya tidak berisiko (58,2%), pengetahuan
kurang (56,4%), dukungan keluarga baik (61,8%), dan dukungan tenaga kesehatan
baik (63,6%). Hasil analisis bivariat, variabel yang berhubungan dengan kecemasan
pada ibu hamil primigravida adalah pengetahuan (p = 0,029 dan OR = 4,154),
dukungan keluarga (p = 0,003 dan OR = 6,944), dan dukungan tenaga kesehatan (p =
0,007 dan OR = 5,833). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah umur (p =
0,767). Saran penelitian adalah Puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil, memasang pesan kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan upaya mengatasi
kecemasan, keluarga memberikan dukungan berupa anjuran, motivasi, dan informasi
yang baik sehingga dapat menurunkan kecemasan ibu hamil.
Kata kunci :Faktor-Faktor, Kecemasan, Ibu Hamil, Primigravida

ABSTRACT
Pregnant women experience anxiety while undergoing pregnancy. The problems
experienced by pregnant women is discomfort during pregnancy undergo such a
change in body shape, angry, and anxiety. The purpose of this study was to determine
the factors associated with anxiety in pregnant women primigravida in Puskesmas
Pasar Kemis, include age, knowledge, family support, and the support of health
professionals. This type of research is analytic, the cross-sectional design. Samples is
55 pregnant women primigravida. Results of univariate analysis showed most of

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 49


primiparous mothers experience low anxiety (56.4%), age is not at risk (58.2%), lack
of knowledge (56.4%), good family support (61.8%), and support of good health
(63.6%). Results of bivariate analysis, the variables associated with anxiety in
pregnant women primigravid is knowledge (p = 0.029 and, OR = 4.154), family
support (p = 0.003 and OR = 6.944), and the support of health professionals (p =
0.007 and OR = 5,833). While unrelated are age (p = 0.767). Suggestions in this
study is the health center can provide health education of counseling to pregnant
women, post health messages related to pregnancy and efforts to overcome anxiety,
and family to provide support in the form of encouragement, motivation, and good
information on mother pregnant and therefore reduces the anxiety experienced by
pregnant women.
Keywords: Factors, Anxiety, Pregnancy, primigravidae)

PENDAHULUAN
Kehamilan awal untuk keluarga pemula, merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai
tanggung jawab. Wanita akan menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah.
Hubungan mereka berubah, begitu juga dengan keluarga besar atau masyarakat yang
membutuhkan penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga (Susanti, 2008).
Penelitian Singh (1991) terhadap 1.000 (seribu) wanita India, menemukan bahwa 691
subjek wanita hamil (kelompok eksperimen) merasa lebih cemas dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Kecemasan dimulai pada bulan kedua yaitu ketika mereka
mengetahui kehamilannya, dan kemudian meningkat lagi pada usia kehamilan
memasuki usia kehamilan lima bulan. Pada bulan ke enam dan ketujuh, kecemasan
sedikit berkurang. Dan selanjutnya pada bulan ke delapan dan kesembilan kecemasan
meningkat lagi hingga menjelang waktu melahirkan (Taufik, 2010).
Kecemasan yang umumnya dialami oleh ibu hamil biasanya ibu menjadi takut,
khawatir dan berfantasi karena akan memulai dengan hal baru dalam pengalaman
hidupnya dengan adanya bayi dalam kandungannya (terutama pada primigravida).
Selain itu ibu akan merasa rendah diri, hal ini disebabkan karena mulai timbulnya
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), leher,payudara membesar, perut
membesar disertai linea alba dan berat badan akan semakin meningkat. Hal tersebut
akan membuat ibu merasa khawatir jika setelah melahirkan berat badannya tidak
kembali seperti sebelum hamil. Pada kehamilan yang tidak diinginkan ibu akan
merasa takut kehamilannya diketahui oleh orang lain sehingga berusaha menutupi
kehamilannya atau menggugurkannya. Ibu yang pernah mengalami keguguran atau
melahirkan bayi mati/cacat khawatir bila itu akan terjadi lagi sehingga ingin
melindungi bayinya. Kehamilan yang tidak diterima suami dan keluarga membuat ibu
semakin khawatir dan takut menjalani kehamilannya (Bahiyatun, 2011).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 50


TUJUAN
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankecemasan pada ibu hamil
primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang Tahun 2014.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

HASIL PENELITIAN
Tabel 7.1 Distribusi frekuensi kecemasan pada ibu hamil primigravida di
wilayah kerja Puskesmas Pasara Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014
Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%)
Tinggi 24 43,6
Rendah 31 56,4
Total 55 100,0
Tabel 7.1, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamengalami
kecemasan rendah yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang mengalami
kecemasan tinggi sebanyak 24 orang (43,6%).

Tabel 7.2 Distribusi frekuensi umuribu hamil primigravida di wilayah kerja


Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Umur Jumlah (n) Persentase (%)


Berisiko 23 41,8
Tidak berisiko 32 58,2
Total 55 100,0
Tabel 7.2, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparaumurnya tidak
berisiko yaitu sebanyak 32 orang (58,2%), sedangkan ibu yang termasuk umur
berisiko sebanyak 23 orang (41,8%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 51


Tabel 7.3 Distribusi frekuensi pengetahuanibu hamil primigravida di wilayah
kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)


Kurang 31 56,4
Baik 24 43,6
Total 55 100,0
Tabel 7.3, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamemiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 24 orang (43,6%).

Tabel 7.4 Distribusi frekuensi dukungan keluargaibu hamil primigravida di


wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014
Dukungan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 21 38,2

Baik 34 61,8

Total 55 100,0

Tabel 7.4, menunjukkan bahwasebagian besar ibu primiparamemiliki dukungan


keluarga baik yaitu sebanyak 34 orang (61,8%), sedangkan ibu yang memiliki
dukungan keluarga kurang sebanyak 21 orang (38,2%).

Tabel 7.5 Distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan padaibu hamil


primigravidadi wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang
Tahun 2014
Dukungan Petugas Kesehatan Jumlah (n) Persentase (%)
Kurang 20 36,4
Baik 35 63,6
Total 55 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 52


Tabel 7.5, menunjukkan bahwasebagian besar ibu primiparamenyatakan dukungan
petugas kesehatan baik yaitu sebanyak 35orang (63,6%), sedangkan ibu yang
menyatakan dukungan keluarga kurang sebanyak 20 orang (36,4%).

Tabel 7.5 Hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah
kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Kecemasan Pada Ibu Total


Umur Hamil Nilai Odd
Tinggi Rendah p Rati
n % n % n % o
(OR
)
Berisiko 9 39,1 14 60,9 23 100, 0,76 0,72
0 7 9
Tidak berisiko 15 46,9 17 53,1 32 100,
0
Total 24 43,6 31 56,4 55 100,
0
Tabel 7.5 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan umur dengan kecemasan ibu
hamil, diketahui dari 23 orang ibu yang umurnya berisiko, ada 9 orang (39,1%) yang
memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 32 orang ibu yang umurnya tidak
berisiko, ada 15 orang (46,9%) yang memiliki kecemasan tinggi.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,767 artinya p > α (0,05), sehingga dengan α
5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kecemasan pada ibu hamil.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 53


Tabel 7.6 Hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil primipara di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Kecemasan Pada Ibu Total


Pengetahuan Hamil Nila Odd

Tinggi Rendah ip Ratio

n % n % n % (OR)

Kurang 18 58,1 13 41,9 31 100,0 0,02 4,154

Baik 6 25,0 18 75,0 24 100,0 9

Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0


Tabel 7.6 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan pengetahuan dengan
kecemasan ibu hamil, diketahui dari 31 orang ibu yang pengetahuannya kurang, ada
18 orang (58,1%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 24 orang ibu yang
pengetahuannya baik, ada 6 orang (25,0%) yang memiliki kecemasan tinggi.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,029 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α
5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 4,154, yang
artinya ibu yang mempunyai pengetahuan kurang, akan berisikomengalami
kecemasan tinggi sebesar 4,154 kali, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
pengetahuan baik.

Tabel 7.7 Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil


primipara di wilayah Kerja Puskesmas Jambe Kabupaten Tangerang Tahun
2014

Kecemasan Pada Ibu Total


Dukungan Hamil Nilai Odd
Keluarga Tinggi Rendah p Ratio
n % n % n % (OR)
Kurang 15 71,4 6 28,6 21 100,0 0,00 6,944
Baik 9 26,5 25 73,5 34 100,0 3
Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 54


Tabel 7.6 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu hamil, diketahui dari 21 orang ibu yang memiliki dukungan keluarga
kurang, ada 15orang (71,4%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 34
orang ibu yang memiliki dukungan keluarga baik, ada 9 orang (26,9%) yang memiliki
kecemasan tinggi.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,003 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α
5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 6,944,
yang artinya ibu yang memiliki dukungan keluarga kurang, akan berisikomengalami
kecemasan tinggi sebesar 6,944 kali, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
dukungan keluarga baik.

Tabel 7.8 Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan ibu hamil
primipara di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang
Tahun 2014
Dukungan Kecemasan Pada Ibu Total
Petugas Hamil Nila Odd
Kesehatan ip Ratio
Tinggi Rendah (OR)
n % n % n %
Kurang 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,00 5,833
7
Baik 10 28,6 25 71,4 35 100,0
Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0
Tabel 7.7 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan petugas kesehatan
dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 20 orang ibu yang menyatakan dukungan
petugas kesehatan kurang, ada 14 orang (70,0%) yang memiliki kecemasan tinggi,
sedangkan dari 35 orang ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik,
ada 10 orang (28,6%) yang memiliki kecemasan tinggi.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,007 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α
5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR =
5,833, yang artinya ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan kurang, akan
berisikomengalami kecemasan tinggi sebesar 5,833 kali, dibandingkan dengan ibu
yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 55


DISKUSI
Ibu hamil yang mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan baik ibu
hamil yang beresiko (usia kehamilan muda / usia kehamilan tua) ataupun ibu hamil
yang tidak beresiko sebenarnya dapat ditangani sedini mungkin, maka dari itu perlu
adanya dukungan dari orang lain, terutama dukungan psikologis dari orang-orang
terdekat di sekitarnya seperti suami, atau ayah ibu kandung. Selain itu perlu adanya
pengetahuan serta dukungan yang didapat dari para profesional seperti tenaga
keperawatan, kebidanan dan dokter. Karena saat ini mereka adalah tempat yang
paling tepat untuk berkonsultasi dan akan memberikan solusi yang terbaik untuk ibu
dan janin yang ada di dalam kandungan (Taufik, 2010).
Kondisi ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar ibu hamil
merasakan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Hal tersebut dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti halnya pengetahuan ibu tentang kehamilan dan
kecemasan, dukungan yang diperoleh ibu hamil baik dari keluarga maupun dari
petugas kesehatan.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara menyatakan
dukungan petugas kesehatan baik (63,6%).Hasil analisis hubungan dukungan petugas
kesehatan dengan kecemasan ibu hamil, diperoleh p value = 0,007 dan OR = 5,833,
sehingga ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan
kecemasan pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aprianawati, RB.2012. Hubungan Antara Dukungan KeluargaDengan
Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran AnakPertama Pada Masa
Triwulan Ketiga.
2. Arsinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
3. Astria, Y. (2009). Hubungan Karekteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan
Kecemasan Menghadapi Persalinan Di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan
RSUP FatmawatiTahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 12 April 2013. http://id.pdfsb.com/jurnal.
4. Jhaquin, A. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
5. National Institut of Mental Health (2008). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Depresi Pospartum Pada Ibu Hamil Pascapersalinan Primipara. 9
April 2013. http://repository.usu.ac.id.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 56


6. Saminem, (2009). Seri Asuhan Kebidanan, Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
7. Taufik, (2010). Psikologi Untuk Kebidanan, Dari Teori Ke Praktek. Surakarta:
Eastview

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 57


HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI
RAWAT DI RSU KOTA TANGERANG TAHUN 2014

Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes **, *, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*


,Eke Pratiwi*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Kegiatan keperawatan merupkan salah satu kegiatan pelayanan yan dirumah sakit,
tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien antara lain
mengkaji kebutuhan pasien merencanakan tindakan keperawaataan melaksanakan
rencanaa tindakan mengevaluasi hasil asukan keperawataan yang telah diberikan serta
mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawataan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja perawat dan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang tahun 2014.
Desain penelitian yang digunakan adalah “crossectional” sampel adalah perawat di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang yang telah memenuhu
criteria ,jumlah sampel 155 responden untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk
kelengkapan pendokumentasian, pemilihan sampel dilakukan dengan metode sampel
jenuh atau sensus. Data dikumpulkan menggunakan pemilihan sampel 155 respoden
untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk kelengkapan pendokumentasian,
kuesioner dan hasilnya dianalisis dengan uji ChiSquare. Analisa univariat perawat
dengan beban kerja kategori ringan (27,3%),kategori sedang (45,5%) dam kategori
berat (27,3%). Dari hasil uji bivariat bahwa ketidakhubungan yang bermakna antara
beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan Pvalue=0.083
Katakunci :bebankerjadanpendokumentasian

ABSTRACT
Nursing activitiesis one of the activitie so fexisting servicesin hospitals,duties of
nurses in providing nursing care to patients, among other,assess the patient’s

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 58


needs,nursing actionplan,implementing the Plano faction,evaluating the result of
nursing care that has beeng ivenand documented nursing care.
The work load of nurses is all activitie so ractivities performed by a nurse during as
tint ina nursing care unit.The purpose of this research was to determine the work
load of nurses and nursing care documentation completeness in Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014
The research design use discrosssectional. Samples are nurses in Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang who have met the criteria. Number of
samples 55 respondents to the work load 55 medical files for completeness of
documentation. The sample selection was conducted using a sample
.Datawerecollectedusinga question air eand the result swere analyzed by
chisquaretest. Univariate analysis of the work load of nurses with light category
(27,3%),medium category(45,5%)and weight category(27,3%).Bivariat test result
that there is no significan trelationship between work load with documentation of
nursing care Pvalue= 0,083.
Keywords :workloadanddocumentation.

PENDAHULUAN
Globalisasi mengakibatkan Tingginya kompetisi disektor kesehatan khususnya pada
pendokumentasian dibidang kesehatan.Tingginya tuntutan masyarakat baik Nasional
maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan kesehatan yang diberikan dirumah
sakit.Pelayanan yang baik,tepat,cepat, aman serta transparan dalam penulisan hasil
intervensi merupakan indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan
antar rumah sakit baik swasta, pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin
leluasa berkembang. Untuk bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas
terhadap pelayanan di rumah sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan
asing,rumah sakit harus memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat,
tepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya,2005).
Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antara petugas kesehatan dalam
rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan
jelas,kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang
perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit.
(Nursalam,2008). Manfaat dokumentasi keperawatan adalah (1)sebagai kualitas
pelayanan, (2) sebagai komunikasi perawat dengan profesi kesehatan lainnya,
(3)Mempunyai nilai pendidikan, (4) bernilai hukum, (5) sebagai penelitian, (6)
akreditasi (Nursalam,2008).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 59


TUJUAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat
terhadap kelengkapan pendokumentasian di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang.

METODE
Metode yang digunakan adalah kuantitatif analitik,karena menganalisa dinamika
korelasi antara variable independen (bebankerja) dan variable dependent
(Pendokumentasian asuhan keperawatan).Model pendekatan yang digunakan pada
peneliti ini adalah pendekatan secara cross sectional yaitu rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali
waktu).(Hidayat,2008).

HASIL PENELITIAN
Tabel 8.2 Distribus iFrekuensi beban kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014
Variabel Frekuensi

Beban kerja n %

Ringan 15 27,3

Sedang 25 45,5

Berat 15 27,3

Jumlah 55 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 60


Tabel 8.3 Distribusi Frekuensi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014
Variabel Frekuensi

Pendokumentasian N %

AsuhanTidak
Keperawatan
dilakukan 35 63,6

Dilakukan 20 36,4

Jumlah 55 100

Analisis data:Pada tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar perawat


berdasarkan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori tidak dilakukan
sebanyak 35 orang(63,6%)

Tabel 8.4 Hubungan beban kerja dengan pendokumentasian Asuhan


Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Tahun 201
Variabel Pendokumentasian

Beban Tidak Asuhan Dilakukan


Keperawatan Total
P
Value
Kerja Dilakukan
n % n % N %

Ringan 12 80 3 20 15 100

Sedang 12 48 13 52 25 100
0.083
Berat 11 73,3 4 26,7 15 100

Jumlah 35 63,7 20 36,3 55 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 61


Dari tabel diatas menunjukan bahwa perawat dengan beban kerja ringan yang
pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak 12orang (80%), sedangkan yang
pendokumentasian dilakukan sebanyak 3 orang (20%), Perawat dengan beban
kerja sedang yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak12orang (48%),
sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 13 orang (52%)dan perawat
dengan beban kerja berat yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak 11orang
(63,7%),sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 20 orang (36,3%).
Tabel diatas merupakan hasil uji Chi Square .Nilai yang dipakai adalah nilai Pearson-
Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai signifikannya adalah p=0,083
yang berart ip>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Haditolak, yang artinya “tidak
ada hubungan antara hubungan beban kerja perawat terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan.

DISKUSI
Dalam penelitian ini, peneliti menilai beban kerja di Instalasi Rawa tInap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 kepada 55 perawatdengan menggunakan
kuisioner.Didapatkan hasil bahwa dari 55 perawat, beban kerja dengan kategori
ringan (27,3%), kategori sedang (45,5%) dan kategori berat
(27,3%),Halinimenunjukanbahwa bebankerja perawat diInstalasirawat inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang dikategori sedang.
Penemuan dilapangan terlihat masih ada pekerjaan yang bukan pekerjaan perawat
dilakukan oleh perawat, seperti mengambil obat ke apotik, mengambil dan
mengantar sampel darah ke laboratorium,konsul rontgen, mengantar pasien rawat
inap ke poliklinik untuk konsul dengan dokter spesilais.Untuk mengatasi masalah
pekerjaan yang seharusnya bukan pekerjaan perawat seharusnya rumah sakit
mempekerjakan tenaga untuk pekerjaan tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja perawat dengan
kelengakapan pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang tahun 2014 adalah Tidak ada hubungan beban kerja
perawat terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan, masih
adafaktor-faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan seperti umur,masa kerja,pendidikan,pengetahuan dan sikap.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 62


DAFTAR PUSTAKA
1. Keperawatan Rumah Sakit AN-NISA. 2011. Buku Petunjuk Teknis Cara
pengisianInstrumen A, B,dan C
2. Nursalam.2008.ProsesdanDokumentasiKeperawatan:KonsepdanPraktik. Edisi
2.Jakarta: SalembaMedika
3. Potter,P.A&Perry,A.G.2006.BukuAjarFundamentalKeperawatan:Konsep,
proses, dan praktik, volume2. Edisi 4.Jakarta: EGC
4. Praptiningsih, Sri.2006. Hukum Perawat. Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis data dengan SPSSuntukpemul
5. Setiadi. 2012.Konsep&Penulisan DokumentasiAsuhan Keperawatan :Teori
dan praktik. Grahailmu.
6. Suharsimi, Arikunto 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PTRinekaCipta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 63


HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MOBILISASI
TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI PASIEN POST OPERASI DI
RSUD TARAKAN JAKARTA TAHUN 2014

Ns. Rangga Saputra,S.Kep**, Putri Jati I*, Chandra E*, Dhea Knes*
,Desi R*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Pendidikan kesehatan preoperasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan
pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam
meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tujuan
penelitian mengidentifikasi hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi
terhadap pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun
2014.
Metode penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasidi RSUD Tarakan
Jakarta Tahun 2014.Besarnya sampel menggunakan derajat kepercayaan 95% dan
derajat kesalahan 5%. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square.
Hasil penelitian ini yaitu dari 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥50 tahun,
33 responden (38,8%) berpendidikan SMP, 37 responden (43,5%) berkerja sebagai
Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 36 responden (42,4%) mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang mobilisasi cukup, 52 responden (61,2%) pelaksanaan mobilisasi
pasien post operasikurang 22 dan dari 36 (66,1%) responden dengan pendidikan
kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0.001 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya
1
terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan kesehatan tentang mobilisasi
denganpelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun
2014.
Penelitian ini diharapkan menjadi acuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan di tempat dia bekerja.
Kata Kunci :Pendidikan Kesehatan, Mobilisasi, Pasien Post Operasi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 64


ABSTRACT
Preoperative health education was defined as educational and supportive measures
undertaken surgical nurses to assist patients in improving their own health before
and after surgery. The aim of research to identify the relationship of health education
on the mobilization of the implementation postoperative mobilization of patients in
RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.
The research method was descriptive correlation with cross sectional approach. The
population in this study were all patients postoperatively in RSUD Tarakan Jakarta
Year 2014. The size of the sample using a 95% confidence level and degree of error
of 5%. Data were analyzed using Chi-square techniques.
Results of this study are of 44 respondents (51.8%) were aged ≥50 years, 33
respondents (38.8%) junior high school education, 37 respondents (43.5%) work as a
Housewife / Not Working, 36 respondents ( 42.4%) received health education about
mobilizing enough, and 32respondents(61.2%) patients with post operative
mobilization implementationless, 22 of 36 (66.1%) of respondents with sufficient
health education implementation postoperative mobilization of patients either.
Statistical test resulted obtained by value p = 0.001> 0.05α = it can be concluded
that H1 is accepted it means there is a significant relationship between health
education on the mobilization of the implementation postoperative mobilization of
patients in RSUD Tarakan Jakarta Year 2014.
This research was expected to be a reference nurses in providing nursing care to
improve the health service where she worked.
Keywords : Healtheducation, mobilization, PatientsPostOperation

PENDAHULUAN
Menurut WHO (Dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan, 2008) Sehat itu
sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan sehat juga
merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial d
an spiritual.Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan
dengan kondisi individu sebelumnya.
Kondisi sakit ini mengakibatkan seseorang harus melakukan tindakan pengobatan
baik itu dilakukan dengan rawat jalan di Rumah sakit maupun sampai dilakukan
tindakan pembedahan atau bahkan sampai dengan proses kehilangan anggota tubuh
serta kematian.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 65


TUJUAN
Untuk mengidentifikasi Hubungan Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi
Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta
Tahun 2014.

METODE
Desain penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Kesehatan
Tentang Mobilisasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD
Tarakan Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

HASIL PENELITIAN
Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di RSUD Tarakan
Jakarta Tahun 2014.
Umur Frekuensi Persentase
<50 tahun 41 48,2
≥50 tahun 44 51,8

Total 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan umur. Hal ini


menunjukan bahwa dari 85 responden, 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥
50 tahundan 41 responden (48,2%) berumur < 50 tahun.

Tabel 9.2 Distribusi FrekuensiResponden Menurut Tingkat Pendidikan Di


RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014
Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 22 25,9
SMP 33 38,8
SMA 29 34,1

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 66


PT 1 1,2
Total 85 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 33 responden (38,8%) diantaranya
berpendidikan SMP dan 29 responden (34,1%) berpendidikan SMA, 22 responden
(25,9%) diantaranya berpendidikan SD serta 1 responden (1,2 %) diantaranya
berpendidikan PT.

Tabel 9.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan Di


RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja 37 43,5
Buruh 33 38,8
3 3,5
Karyawan 12 14,2

PNS
Total 85 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan pekerjaan. Hal ini
menunjukan bahwa dari 85 responden, 37 responden (43,5%) diantaranya berkerja
sebagaiIbu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 33 responden (38,8%) berkerja sebagai
buruh, 12 responden (14,2%) diantaranya bekerja sebagaiPNS dan 3responden (3,5%)
diantaranya berkerja sebagai karyawan.

Tabel 9.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi


Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014
Pendidikan Kesehatan Frekuensi Persentase
Kurang 23 27,1
Cukup 36 42,4
Baik 26 30,5

Jumlah 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi Pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan


mobilisasi. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 36 responden (42,4%)
mendapatkanpendidikan kesehatan tentang mobilisasi cukup, dan 26responden
(30,5%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi baik, sedangkan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 67


sisanya 23 responden (27,1%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi
kurang.

Tabel 9.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di


RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014
Pelaksanaan Mobilisasi Frekuensi Persentase
Kurang 52 61,2
Baik 33 38,8

Jumlah 85 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi.
Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 52 responden (61,2%) pelaksanaan
mobilisasi pasien post operasikurang dan 33 responden (38,8%) pelaksanaan
mobilisasi pasien post operasi baik.

Tabel 9.6 Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi


DenganPelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta
Tahun 2014

Pelaksanaan Mobilisasi P
Pendidikan Kurang Baik Jumlah Value
Kesehatan
n % n % n %
Kurang 18 78,3 5 21,7 23 100
Cukup 14 5376 22 61,1 36 100 0.001
Baik 20 76,9 6 23,1 26 100
Jumlah 52 61,2 33 38,8 85 100
Pada tabel 5.6 menunjukan hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasidengan
pelaksanaan mobilisasi pasien post operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun
2014.Hasil analisis diperoleh bahwa 22 dari 36 (66,1%) responden denganpendidikan
kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Sedangkan dari 5
(21,7 %) responden yang pendidikan kesehatankurangpelaksanaan mobilisasi pasien
post operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001<0.05α= maka dapat
disimpulkan bahwa H diterima artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
1
pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post
operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 68


DISKUSI
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,
mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
(Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar,
duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap
dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison,
2004).
Pembedahan atau operasi adalah semua tindak pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.
Tindakan pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan
pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien yang dapat mendatangkan stres
karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas, dan nyawa seseorang.
(Long,1998)Tindakan pembedahan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh
pasien. Adanya luka menyebabkan rasa nyeri. Nyeri dapat memperpanjang masa
penyembuhan, karena mengganggu kembalian aktifitas pasien dan yang menjadi
salah satu alasan pasien untuk tidak mau bergerak atau melakukan mobilisasi segera.
Menurut Brunner dan Suddarth (2008), pasien pasca operasi diharapkan dapat
melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Manfaat dari mobilisasi dini tersebut
peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri,
mencegah tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka, dan
meningkatkan kelancaran fungsi ginjal (Long, 1998). Kemauan pasien dalam
melaksanakan mobilisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti usia,
status perkembangan, pengalaman yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya,
gaya hidup, proses penyakit / injury, tingkat pendidikan dan pemberian informasi
oleh petugas kesehatan (Kozier, 20055).

KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien post operasi yang ada di RSUD
Tarakan Jakarta Tahun 2014. Dengan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
sebanyak 85 orang.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan didukung
oleh teori-teori yang telah penulis pelajari serta pembahasan yang telah disajikan
dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan Terdapat hubungan antara
pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post
operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 69


DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner&Suddarth,(2008)KeperawatanMedikalBedah,edisi8,vol.2.Jakarta;EGC.
2. Hastona, Sutanto P. 2007. Analisis Data Kesehatan Hal 69, 122 dan 174. Depok.
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
3. Mubarak, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar Dalam Pendidikan Hal 75. Yogyakarta. Garaha Ilmu.
4. NingsihRatna Ayu.2011, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam
Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini PadaPasien Pre Operasi Di Irna B
Bedah RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG.Padang.
5. Ratna Ayu Ningsih.2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam
Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini PadaPasien Pre Operasi Di Irna B
Bedah RSUP Dr. M.DJAMIL Padang.Padang
6. Rustam Muchtar. 2012.Tahap-Tahap Mobilisasi Pada Pasien Dengan Pasca
Pembedahan.Jakarta: EGC
7. Syahlinda.2008.Efektifitas Pedoman Mobilisasi Terhadap Penyembuhan Luka
Pada Pasien Paska Laparatomi Menyimpulkan Bahwa Pedoman Mobilisasi
Efektif Dalam Membantu Penyembuhan Luka Paska Laparatomi. Jakarta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 70


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
KARYAWAN DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI
UNIT PRODUKSI P.T. INOAC PASAR KEMIS TANGERANG
TAHUN 2014
Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Siti Umroh*, Yunike Esman*, Diana Irawan*
,Leni Anjasmita*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang paling menonjol adalah
diakibatkan oleh kondisi kerja dan perbuatan yang tidak aman. Kondisi yang tidak
aman ini antara lain disebakan oleh alat-alat, lingkungan kerja, dan bisa juga oleh
faktor manusianya. Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis
pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja diutamakan, namun kadang-
kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga perlu
digunakan alat-alat pelindung diri yang sesuai dan memadai untuk melindungi tenaga
kerja dari potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan gangguan
kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam menggunakan alat pelindung diri di
unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang Jenis penelitian ini bersifat
deskriptif analitik dimana peneliti memberikan gambaran dan memperoleh hubungan
tentang kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri di unit produksi
PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang.
Sampel penelitian adalah karyawan /tenaga kerja secara random. Pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui kepatuhan tenaga
kerja dalam menggunakan alat pelindung diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan alat pelindung diri. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan
program pengolahan data statistik univariat dan bivariat.
Hasil penelitian yang didapat dari penelitian bulan Januari - Februari 2014 tentang
factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat
pelindung diri di unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa hanya umur dan jenis kelamin yang
menunjukkan tidak adanya kemaknaan atau berhubungan.Saran peneliti untuk
PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang agar adanya pengukuran kebisingan secara
kontinyu dan dilakukan tindakan pencegahan baik secara teknis, administrative

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 71


maupun alat pelindung diri, penggunaan APD lebih diperhatikan, pemeriksaan
kesehatan minimal setahun sekali sesuai dengan dampak paparan terhadap pekerja,
lakukan pelatihan mengenai K3 secara periodik dan berkesinambungan serta
menyediakan APD sesuai kebutuhan.

ABSTRACT
Factors that cause accidents most prominent is caused by working conditions and
unsafe acts. Unsafe conditions, among others, caused by the tools, work environment,
and can also by the human factor. Labor protection through technical security efforts
premises, equipment and working environment takes precedence, but sometimes the
danger is still not fully under control. So it is necessary to use personal protective
equipment appropriate and adequate to protect workers from potential hazards that
can cause accidents and health problems.
The purpose of this research is to know about the factors associated with adherence
of employees in the use of personal protective equipment in the production unit
PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang This research is descriptive and analytical in
which researchers provide an overview and obtain the relationship of employee
compliance in the use of personal protective equipment in the production unit of PT.
PINOAC Pasar Kemis wheels Tangerang - Banten.
Samples are employee / labor random. The collection of data by using a
questionnaire which aims to determine the compliance of labor in the use of personal
protective equipment and the factors that affect the use of personal protective
equipment. The collected data is processed by using statistical data processing
program univariate and bivariate.
Research results obtained from studies January - February 2014 concerning factors
related to the compliance of employees in the use of personal protective equipment in
the production unit PT INOAC wheels Tangerang - Banten.
Based on the results it was concluded that only age and gender showed no
significance or related.Suggestions researchers to P.T. INOAC wheels so that the
noise measurements carried out continuously and preventive measures, both
technical, administrative and personal protective equipment, PPE use more attention,
minimal medical examination once a year in accordance with the impact of worker
exposure, perform periodic training on K3 and sustainable and provides APD as
needed.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 72


PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri khususnya di negara-negara maju sangatlah pesat.
Sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang perlahan tapi pasti
perkembangan dunia industri secara terus menerus mengalami peningkatan,
kemajuannya seiring dengan perkembangan jaman. Di Indonesia perkembangan
dunia industri terus berjalan seiring dengan waktu. Kemajuan dibidang industri dan
teknologi membawa perkembangan dalam pendidikan, tata hubungan sosial, serta
pergaulan masyarakat, yang mana hal tersebut akan sangatlah berpengaruh terhadap
pola tingkah laku manusia. Kemajuan teknologi telah merubah sifat dan bentuk
pekerjaan. Banyak mesin-mesin berteknologi canggih, bahan-bahan maupun proses
baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan teknologi. Tetapi kemajuan teknologi
juga membawa akibat yang merugikan bila tidak ditangani dengan baik. Beberapa hal
yang mungkin timbul sebagai akibat kemajuan teknologi adalah kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan dan lain-lain.
Menurut laporan P.T. JAMSOSTEK Kantor Wilayah Banten, tahun 2014 "Dari
16.756 kasus kecelakaan kerja se-Banten itu, 60 persennya terjadi di Tangerang. Jika
dipaparkan, ada seorang meninggal setiap harinya akibat kasus kecelakaan kerja di
provinsi paling barat pulau Jawa ini," ungkap Didi Iswadi, Kepala Kanwil Banten PT
Jamsostek. Keterangan resmi pemerintah mengatakan bahwa dalam satu hari terdapat
lebih dari sembilan orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Angka kematian
tersebut diperkirakan jauh lebih besar. Karena PT Jamsostek sebagai badan
pemerintah hanya mendasarkan perhitungan kecelakaan kerja pada buruh-buruh yang
menjadi anggotanya. Padahal, masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan
buruhnya
Manfaat pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bisa mencegah, meminimalisir
terhadap resiko terjadinya kecelakaan kerja. Namun mafaat pemakaian APD bagi
pekerja tidak akan berhasil manakala terbentur masalah kesadaran pekerja itu sendiri
dalam pemakaiannya. Walaupun perusahaan telah menyediakan APD secara lengkap,
jika pekerjanya itu sendiri tidak mau menggunakan APD maka manfaat APD tidak
akan terasa bagi upaya penurunan angka kecelakaan kerja. Padahal perusahaan telah
menyediakan APD bagi karyawan yang bekerja, tapi kenyataannya tidak semua
karyawan mau menggunakan APD tersebut, terdapat potensi bahaya kebisingan yang
melebihi nilai ambang batas yang ditimbulkan dari peralatan/mesin di unit produksi
P.T. INOAC Pasar Kemis dan terdapatnya faktor-faktor yang ada di perusahaan
tersebut yang dapat menimbulkan kecelakaan pada saat bekerja.Kenyataan di
lapangan masih rendahnya tingkat kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan alat
pelindung diri.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 73


Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian
mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan karyawan dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis
Tangerang Banten tahun 2014”.

TUJUAN
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan Alat
Pelindung Diri di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis Tangerang Banten.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah : Cross-sectional / potong lintang untuk
memperoleh hubungan tentang upaya pengendalian dampak yang ditimbulkan akibat
dari proses produksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan
dalam penggunaan alat pelindung diri di unit Produksi PT. INOAC Pasar Kemis
Tangerang Banten.

HASIL PENELITIAN
Tabel 10.1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 76 17,3
Kurang baik 364 82,7
Total 440 100,0
Berdasarkan pengkatagorian pengetahuan, terlihat hanya sebagian kecil saja dari
responden berpengetahuan baik. Distribusi responden yang mempunyai pengetahuan
baik sebanyak 17,3% sedangkan responden yang pengetahuannya kurang baik ada
82,7%.

Tabel 10.2 Distribusi Responden Menurut Sikap Di PT. INOAC Pasar Kemis
tahun 2014
Sikap Jumlah Persentase
Baik 90 20,5
Kurang baik 350 79,5
Total 440 100,0
Analisis terhadap sikap responden didapatkan bahwa sebagian kecil saja yang
bersikap baik. Dari seluruh responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 20,5%
sedangkan responden yang sikapnya kurang baik ada 79,5%.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 74


Tabel 10.3 Distribusi Responden Menurut Peraturan Di PT. Roda Prima Lancar
Tangerang Banten Tahun 2015
Peraturan Jumlah Persentase
Tahu 70 15,9
Tidak tahu 370 84,1
Total 440 100,0
Hasil penelitian tentang pengetahuan ternyata hanya sedikit saja dari responden yang
tahu tentang peraturan. Responden yang menyatakan tahu ada peraturan sebanyak
15,9% sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu peraturan ada 84,1%.

Tabel 10.4 Distribusi Responden Menurut Pengawasan Di INOAC Pasar Kemis


tahun 2014
Pengawasan Jumlah Persentase
Ada 179 40,7
Tidak ada 261 59,3
Total 440 100,0
Berdasarkan pengawasan ternyata hanya kurang dari separuh dari responden yang
menyatakan ada pengawasan. Responden yang menyatakan ada pengawasan
sebanyak 40,7% sedangkan responden yang menyatakan tidak ada pengawasan ada
59,3%.

Tabel 10.5 Distribusi Responden Menurut Pelatihan Di PT. INOAC Pasar


Kemis tahun 2014
Pelatihan Jumlah Persentase
Pernah 121 27,5
Tidak pernah 319 72,5
Total 440 100,0
Berdasarkan pelatihan ternyata sebagian besar dari responden tidak pernah pelatihan.
Distribusi responden yang menyatakan pernah mendapat pelatihan sebanyak 27,5%
sedangkan responden yang menyatakan tidak pernah ada pelatihan ada 72,5%.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 75


Tabel 10.6 Distribusi Responden Menurut Fasilitas Di PT. Roda Prima Lancar
Tangerang Banten Tahun 2015
Fasilitas Jumlah Persentase
Tersedia cukup 37 8,4
Tersedia kurang 403 91,6
Total 440 100,0
Sebagian besar responden berpendapat fasilitas kurang mencukupi. Distribusi
responden yang menyatakan fasilitas tersedia cukup sebanyak 8,4% sedangkan
responden yang menyatakan fasilitas tersedia kurang ada 91,6%.

Tabel 10.7 Distribusi Responden Menurut Umur Di PT. INOAC Pasar Kemis
tahun 2014

Umur Jumlah Persentase


20-25 tahun 47 10,7
26-30 tahun 43 9,8
>30 tahun 350 79,5
Total 440 100,0
Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa mayoritas responden berumur >30
tahun. Terbukti dari Tabel 5.8 dapat dilihat responden yang berumur >30 tahun
sebanyak 79,5% sedangkan yang berumur 26-30 tahun ada sebanyak 9,8% serta
responden yang berumur 20-25 tahun sebanyak 10,7%.

Tabel 10.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 404 91,8
Perempuan 36 8,2
Total 440 100,0
Hasil analisis terhadap jenis kelamin, ternyata didapatkan sebagian besarnya adalah
berjenis kelamin laki-laki. Distribusi responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 91,8% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan ada 8,2%.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 76


Tabel 10.9 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Pendidikan Jumlah Persentase
Tinggi 9 2.0
Menengah 431 98,0
Total 440 100,0
Berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang telah ditamatkan, terlihat bahwa
hampir seluruhnya berpendidikan menengah. Responden yang berpendidikan tinggi
sebanyak 2,0% sedangkan responden yang berpendidikan menengah ada 98,0%.

Tabel 10.10 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja Di PT. INOAC Pasar
Kemis tahun 2014
Masa Kerja Jumlah Persentase
0-5 tahun 81 18,4
6-15 tahun 198 45,0
>15 tahun 161 36,6
Total 440 100,0
Distribusi responden berdasarkan masa kerja terlihat hampir separuhnya mempunyai
masa kerja 6-15 tahun. Responden yang mempunyai masa kerja 0-5 tahun sebanyak
18,4%, responden yang mempunyai masa kerja 6-15 tahun sebanyak 45,0%
sedangkan responden yang mempunyai masa kerja >15 tahun ada 36,6%.

Tabel 10.11 Distribusi Responden Menurut Penggunaan APD Di PT. INOAC


Pasar Kemis tahun 2014
Penggunaan Jumlah Persentase
Patuh 124 28,2
Tidak Patuh 316 71,8
Total 440 100,0
Hasil penelitian yang dilakukan di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014
terhadap 440 responden diperoleh suatu gambaran hanya sebagian kecil responden
yang patuh menggunakan APD. Distribusi responden yang selalu menggunakan APD
sebanyak 28,2% sedangkan responden yang tidak patuh menggunakan APD ada
71,8%.

DISKUSI
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, sehingga antara variabel
independen dengan variabel dependen di ukur secara bersamaan dan hanya

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 77


menggambarkan pola hubungan 2 variabel, tanpa menjelaskan hubungan sebab
akibat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar pengetahuan pekerja mengenai
alat pelindung diri kurang baik yaitu sebesar 364 orang (82,7%). Hasil analisis
diperoleh nilai P-value = 0,272 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.
Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian besar sikap pekerja dalam penggunaan
Alat Pelindung Diri adalah kurang baik yaitu sebanyak 350 orang (79,5%). Hasil
analisis diperoleh nilai P-value = 0,765 berarti tidak ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD.

DAFTAR PUSTAKA
1. As’ad, M. 2010. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri,
Yogyakart: Liberty.
2. Departemen Tenaga Kerja, Published by 2011. Macam-macam Alat Pelindung
Diri, Kumpulan Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta : Published by 2011
3. Green, Lawrence, W. 2010. Health Education Planning, A. Diagnostic
Approach, Mayfield Publishing Company.
4. Hadi, Suseno. 2012. Program Kesehatan Kerja yang Berbasis Perilaku, Majalah
Hiperkes dan KK, Jakarta.
5. Notoatmodjo, Soekidjo, 2009. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Yogyakarta : Andi Offset.
6. Siswanto, A. 2011. Alat Pelindung Diri, Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta.
7. Sumadi, 2013. Alat Pelindung Diri, Makalah Pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bagi Teknisi Perusahaan.
8. Suma’mur, 2007. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : PT.
Gunung Agung, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 78


HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN
PREMENSTRUASI SYNDROME PADA REMAJA DI KAMPUNG
GEMBOR TAHUN 2014

Ns.Katrin Agustina ,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*
,Eke Pratiwi*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Masalah kecemasan pada remaja ini terjadi
karena masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga menuju masa dewasa.
Kecemasan merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya premenstruasi
syndrome. Kecemasan yang berlebihan akan memperparah gejala-gejala fisik maupun
psikologi pada kejadian premenstruasi syndrome. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan
pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 73 responden yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi. Teknik pengambilan sampel total sampling.
Instrumen yang digunakan berupa lembar kuisioner dengan teknik analisa data
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan hubungan
korelasi -0,297 yang berarti menunjukan hubungan positif yang sangat kuat. Nilai ρ
value 0,040< dari α 0,05 dengan hipotesis H0 ditolak artinya ada hubungan tingkat
kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.Kesimpulan dan saran terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi
syndrome. Jadi sebaiknya seseorang dapat menangani kecemasan yang berlebihan
agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome. Dari hasil penelitian ini
disarankan untuk tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada
mahasiswi maupun remaja agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome
Kata Kunci : kecemasan, premenstruasi syndrome, mahasiswa

ABSTRACT
Anxiety is a response of the body that are not specific to anything that happens in a
person. Student anxiety on this issue occurs because of the transition from childhood
up to adulthood. Anxiety is one of the risk factors causes premenstrual syndrome.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 79


Excessive anxiety will worsen the symptoms of physical or psychological in the
incidence of premenstrual syndrome.
The purpose of this study to determine the correlation between the incidence of
anxiety with premenstrual syndrome. The method used in this research is descriptive
correlation and cross sectional approach. The population in this study were 73
respondents in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The sampling
technique total sampling. The instrument used in the form of sheets questionnaire
with data analysis techniques using univariate and bivariate analyzes. The results to
indicate significant correlation -0,297, that to indicate positive relationship very
strong. ρ value 0,040 < α 0.05 with H0 rejected it means there is a correlation with
the incidence rate of premenstrual syndrome anxiety. Conclusions and suggestions a
significant relationship between the level of anxiety with the incidence premenstrual
syndrome. So should somebody can handling anxiety excessive in order not to
aggravate the symptoms of premenstrual syndrome. From the results of this study
suggested for health workers to provide counseling to the student and youth in order
not to aggravate the symptoms of premenstrual syndrome
Keywords : Anxiety, premenstrual syndrome, female students

PENDAHULUAN
Haid atau Menstruasi adalah proses alami yang harus dilalui wanita setiap bulannya,
mulai dari usia remaja hingga menopause. Proses haid ini ditandai dengan keluarnya
darah yang terjadi secara periodik. Siklus ini terjadi setiap 28 hari sekali, bila tidak
terjadi pembuahan (fertilisasi), maka dinding rahim akan mengeluarkan darah yang
sering kita sebut dengan menstruasi ( kurang lebih 7 hari dalam sebulan)( Dwi Sunar
Prasetyono, 2007). Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulai haid berikutnya. Pada masing- masing wanita mempunyai variasi
dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas normal (Prawiroharjo, 2006). Panjang
siklus haid yang normal atau dianggap siklus mentsruasi yang khas ialah 28 hari,
tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada
wanita yang sama. Siklus menstruasi tersebut bervariasi, hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari.
Hal ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Nantoro, 2009).

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
kejadian premenstruasi syndrome.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 80


METODE
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Deskriptif
korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan
dengan kejadian premenstruasi syndrome pada remaja kampng gembor dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
hubungan korelasi antar variabel ( Notoadmodjo, 2010 dalam penelitian Ina
Rusniawati, 2013).

HASIL PENELITIAN
Tabel 11.1 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Remaja kampong gembor
Tangerang Tahun 2014
Usia Menarche Frekuensi (n) Persentase (%)
Cepat ≤12 tahun 11 15,1
Ideal (antara 13-14 tahun) 51 69,9
Terlambat ≥ 14 tahun 11 15,1
Total 73 100
Berdasarkan tabel 11.1 diketahui bahwa frekuensi usia menarche dari 73 responden
didapatkan bahwa usia menarche yang paling banyak adalah usia menarche ideal
yaitu sebanyak 51 responden (69,9%), kemudian usia menarche terlambat sebanyak
11 responden (15,1%), dan yang paling sedikit yaitu usia menarche yang cepat
sebanyak 10 responden (13,7%).

Tabel 11.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik remaja kampong gembor Tahun


2014

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)


Masa Remaja Pertengahan (15-18 th) 10 13,7
Masa Remaja Akhir (19- 22 th) 63 86,3
Total 73 100

Berdasarkan tabel 11.2 diketahui bahwa frekuensi umur dari 73 responden


didapatkan bahwa umur yang paling banyak yaitu masa remaja akhir sebanyak 63
responden (86,3%), dan masa remaja pertengahan sebanyak 10 responden (13,7%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 81


Tabel 11.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan remaja kampong gembor
Tahun 2014
Tingkat Kecemasan Frekuesni (n) Persentase %
Tidak Cemas 48 65,8
Cemas 25 34,2
Total 73 100
Berdasarkan tabel 11.3 diketahui bahwa frekuensi tingkat kecemasan dari 73
responden didapatkan bahwa tingkat kecemasan : tidak cemas sebanyak 48 responden
(65,8%), sedangkan yang mengalami cemas sebanyak 25 responden (34,2%).

Tabel 11.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Premenstruasi Syndrome remaja


kampung gembor Tahun 2014
Kejadian Premenstruasi Frekuensi (n) Persentase %
Syndrome
Tidak ada gejala PMS 2 2.70
Gejala PMS sedang 44 60,3
Gejala PMS berat 27 37,0
Total 73 100
Berdasarkan tabel 11.4 diketahui bahwa frekuensi kejadian premenstruasi syndrome
dari 73 responden didapatkan bahwa yang mengalami gejala PMS sedang paling
banyak yaitu dengan jumlah 44 responden (60,2%), kemudian gejala PMS berat
sebanyak 27 responden (37,0%), dan yang paling sedikit yaitu tidak ada gejala PMS
sebanyak 2 responden (2,80%).

Tabel 11.5 Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Premenstruasi Syndrome


Remaja Kampung Gembor Crosstabulation
Variabel Kejadian Premenstruasi Syndrome Total
Tingkat Tidak ada Sedang Berat ρValue =
Kecemasan Gejala 0,040
Cemas 0 0% 11 15,1% 14 19,2% 25 34,2%
Tidak Cemas 2 2,7% 33 45,2% 13 17,8% 48 65,8%
Total 2 2,7% 44 60,3% 27 37,0% 73 100%

Berdasarkan tabel 11.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat kecemasan
yang mengalami cemas tentang kejadian premenstruasi syndrome sebanyak 14
responden (19,2%), hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi Square

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 82


menunjukan nilai ρ value=0,040 berarti nilai ρ lebih kecil dari alpha (0,05), dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada Remaja Kampung
Gembor.

Tabel 11.6 Hasil Analisis Koofisien Korelasi


TINGKAT KEJADIAN
KECEMASAN PMS

Pearson Correlation 1 - ,297*


Sig. (2-tailed) ,011
TINGKAT
N 73 73
KECEMASAN
Pearson Correlation - ,297* 1
KEJADIAN
Sig. (2-tailed)
PMS
,011
N 73 73
Berdasarkan tabel 11.6 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara tingkat
kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada remajaPutri sebesar -
0,297 atau korelasi sangat kuat.

DISKUSI
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini ada 73
responden. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hasil pengolahan data dengan
tehnik analisa data yang dibagi dua yaitu analisa univariat dan analisa bivariat yaitu
sebagai berikut :Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) <
α (0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada
kampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi menunjukan
kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor Tangerang dengan korelasi
sangat kuat.Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) < α
(0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome
padakampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi
menunjukan kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 83


kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor dengan
korelasi sangat kuat.

KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian
premenstruasi syndrome di kampung gembor dapat disimpulkan bahwa dari 73
responden untuk usia menarche pada kampung gembor yang tertinggi yaitu usia
menarche ideal sebanyak 52 responden (71,2%). Untuk karakteristik umur pada
remaja putri dari 73 responden yang tertinggi yaitu masa remaja akhir sebanyak 63
responden (86,3%) dan yang terendah sebanyak 10 responden (13,7%) yang umurnya
termasuk kedalam masa remaja pertengahan. Dan untuk tingkat kecemasan pada
remaja putri dari 73 responden didapatkan bahwa yang paling banyak dialami adalah
tingkat kecemasan : tidak cemas yaitu sebanyak 48 responden (65,8%), dan tingkat
kecemasan yang paling sedikit dialami adalah keadaan cemas yaitu sebanyak 25
responden (34,2%).

DAFTAR PUSTAKA
1. Arum, (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Dalam
Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP Negeri Kedawungn Sragen Tahun
2012.Diakses tanggal 10 Mei 2015 jam 19.30
2. Badriyah, (2012). Hubungan pengetahuan Remaja Putri Tentag Premenstruasi
syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Sragen
Tahun 2012.
3. Hastono, Sutanto Priyono. (2007). Analisa Data Kesehatan . Depok : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
4. Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
5. Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineks Cipta
6. Yusuf, Syamsu. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
7. Rusniawati, (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome Pada Siswi Remaja Kelas XI Di SMK YARSI MEDIKA Kec.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 84


HUBUNGAN SANITASI RUMAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASAR KEMIS TAHUN 2014.

Ns. Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Meilita R*, Ledi A*, Nunik A*


,Nuraeniah*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Kasus DBD yang terjadi selama 2014 di sebagian besar provinsi di wilayah Indonesia
sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511
orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. Di Provinsi Banten pada Tahun
2011 jumlah kasus Deman Berdarah mencapai 1.979 kasus sedangkan pada tahun
2010 mencapai 5.468 kasus. Sementara itu di Kota Serang pada tahun 2012 terdapat
394 kasus dan 2013 terjadi 324 kasus, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas
Singandaru dimana penulis melakukan penelitian, pada tahun 2012 terjadi 27 kasus,
tahun 2013 terdapat 24 kasus dan pada tahun 2014 terdapat 16 kasus. Menurunnya
kasus DBD menunjukan tingginya kepedulian kebersihan lingkungan. Prsentase
keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat
2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target rumah
sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%. Namun hanya sekitar
24,9% di tahun 2010, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan, Sementara di
Provinsi Banten hanya 27,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah
dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2014.
Metode penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang
bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah
dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar
kemis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita demam berdarah
dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2015, sebanyak 16
penderita, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel
jenuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56.3%) memiliki
kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya yaitu 43.8%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 85


memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah keseluruhan
responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah Dengue.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Sanitasi Rumah Penderita DBD
dengan Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, dengan
nilai P Value 0.119 > α 0.05.

ABSTRACT
DHF cases occurred during 2014 in most of the provinces in Indonesia is slightly
lower than 2013, with the number of patients: 112 511 people, and the number death:
871 cases. In Banten province in the year 2011 the number of cases of dengue fever
reached 1,979 cases, while in 2010 5468 cases. Meanwhile in Serang City in 2012
there were 394 cases and 324 cases in 2013, while in PuskesmasSingandaru where
the authors conducted a study, in 2012 occurred 27 cases, in 2013 there were 24
cases and in 2014 there were 16 cases. Thistrend showed high awareness of
environmental hygiene. The percentage of families who inhabit a healthy home is one
indicator of Healthy Indonesia 2010 and the Millennium Development Goals (MDGs)
by 2015. Targets to be achieved healthy homes have been set at 80%. But in 2010, the
percentage of healthy homes nationally only about 24.9%, the number is below the
target set, while in Banten province reached 27.9%). This study aimed to determine
the relationship of residential sanitation dengue fever patients with dengue
hemorrhagic fever incidence in Puskesmas Pasar kemis 2014.
This research method using a quantitative study with correlation design, which aims
to obtain a residential sanitation relationship with dengue hemorrhagic fever
incidence in PuskesmasSingandaruKota Serang. The population in this study were all
patients with dengue hemorrhagic fever (DHF) in Puskesmas pasar kemis in 2014, a
total of 16 patients, and the sample used in this study is saturated sample method.
The results showed that the majority of respondents (56.3%) had not qualified home
sanitary conditions, while the remaining 43.8% have eligible home sanitary
conditions. The total number of respondents is 16 (100%) experienced dengue
hemorrhagic fever incidence. There was no significant relationship between the
Sanitary house of DHF patients with dengue incidence in Puskesmas Singandaru
Serang, described by P Value 0.119> α 0:05.

PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data
dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempatiurutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 86


tahun 2009, WorldHealth Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara(Kemenkes RI, 2010).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) mencatat bahwa selama
tahun 2014 sampai pertengahan bulan Desember ini, jumlah kasus penderita penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di 34 provinsi sebesar 71.668 orang. Ironisnya,
sebanyak 641 orang diantaranya tidak dapat diselamatkan. Kepala Pusat Promosi
Kesehatan Kemkes Indonesia, Lily S Sulistyowati mengatakan, kasus DBD yang
terjadi selama 2014 sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita
sebanyak 112.511 orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. “Meskipun
secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya,
namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD,
diantaranya Sumatra Utara, Riau, Kepri, Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara,
Bali dan Kalimantan Utara,” Tercatat, kata dia, ada lebih kurang tujuh kabupaten/kota
yang melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2014 ini
yaitu Kabupaten Morowali (Sulteng), Kabupaten Sintang (Kalbar), Kabupaten
Belitung Timur (Babel), Kabupaten Bangka Barat (Babel), Kabupaten Ketapang
(Kalbar), Kabupaten Karimun (Riau), dan Kota Dumai (Riau).Namun Kemkes
berharap, hingga akhir tahun 2014, baik jumlah penderita maupun jumlah kematian
DBD dapat ditekan di bawah jumlah kasus dan kematian DBD yang dilaporkan pada
tahun 2013. (Republika Online, 29/12/2014).
Upaya pengendalian faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan
telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan. Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes terdapat
parameter rumah yang dinilai, meliputi 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu:
kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, kelompok perilaku penghuni.
Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator
Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80% (Depkes RI,
2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase rumah sehat
secara nasional hanya sekitar 24,9%, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan,
diProvinsiBanten untuk tahun 2011 jumlah rumah seluruhnya mencapai 2.253.718
rumah, dengan rumah yang diperiksa sebanyak1.048.120 rumah (46.5%) dengan
jumlah rumahsehat sebanyak 587.316 rumah (56.0%).Sementara Rumah sehat pada
tahun 2010 jumlah rumahseluruhnya di Provinsi Banten mencapai 1.862.666
rumah,dengan rumah yang di periksa sebanyak 833.644 rumah (44,8%)dengan
jumlah rumah sehat sebanyak 519.545 rumah (27,9%). (Profil Kesehatan Provinsi
Banten Tahun 2011).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 87


Hal ini mendasari peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Sanitasi Rumah
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) terhadap Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014”.

TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue
dengan kejadian demam berdarah denguedi wilayah kerja Puskesmas Singandaru
Kota Serang Tahun 2014.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang
bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah
dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Kemis. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono, 2012).

HASIL PENELITIAN
Tabel 12.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 8 50.0
Perempuan 8 50.0
Total 16 100%
2 Umur
< 18 tahun 9 56%
19-39 tahun 4 25%
>40 tahun 3 19%
Total 16 100
Tingkat Pendidikan
Tidak (belum) sekolah 2 12.5%
SD/sederajat 3 19%
SMP/sederajat 5 31%
SMA/sederajat 4 25%
Perguruan Tinggi 2 12.5%
Total 16 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 88


Berdasarkan Tabel 12.1 tersebut di atas menunjukkan hasil bahwa dari 16 responden,
berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 (50%), responden laki-laki berjumlah 8
(50%). Umur responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun dengan jumlah 9
responden (56%), responden dengan usia 19-39 tahun berjumlah 4 orang (25%),
responden yang paling sedikit adalah dari rentang umur lebih dari 40 tahun dengan
jumlah 3 responden (19%). Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian
besar mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMP/sederajat yaitu berjumlah 5
orang (31%), responden dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat berjumlah 4 orang
(25%), hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan perguruan
tinggi yaitu berjumlah 2 orang (12.5%) dan responden belum (tidak) sekolah
berjumlah 2 orang (12.5%) responden.

Tabel 12.2. Distribusi Frekuensi Sanitasi Rumah Penderita DBDdan Kejadian


DBDdi Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014.
Variabel Jumlah Persentase
Sanitasi Rumah Memenuhi Syarat 7 43.8%
Penderita DBD Tidak Memenuhi
9 56.3%
Syarat
Kejadian DBD Terjadi 16 100%
Tidak Terjadi 0 0%
Berdasarkan tabel 12.2 dari total 16 responden, terdapat sebagian besar responden
dengan sanitasi rumah tidak memenuhi syarat yaitu 9 orang (56.3%). Terdapat
responden dengan sanitasi rumah memenuhi syarat yaitu 7 orang (43.8%). Sedangkan
pada Variabel Kejadian DBD, seluruh responden yaitu 16 orang (100%) mengalami
Kejadian DBD (Terjadi).

Tabel 12.3. Hubungan Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014
Variabel Kejadian Demam Berdarah Dengue P-
Total
Sanitasi Rumah Terjadi Tidak Terjadi Value
Penderita DBD N % N % N %
Memenuhi Syarat 7 43.8% 0 0% 9 43.8%
0.119
Tidak Memenuhi Syarat 9 56.3% 0 0% 7 56.3%
Total 16 100% 0 0% 16 100%
Berdasarkan Tabel 12.3, menunjukkan bahwa variabel Independen yaitu Sanitasi
Rumah Penderita DBD terdapat 7 orang responden atau 43.8% dengan kondisi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 89


sanitasi rumah memenuhi syarat mengalami kejadian DBD, sedangkan 9 orang
responden atau 56.3% dengan sanitasi rumah tidak memenuhi syarat mengalami
kejadian DBD.Adapun berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan hasil p-value =
0.119 > 0.05, menunjukkan bahwa Ho diterima. Sedangkan hasil penghitungan
korelasi berdasarkan Pearson Correlation, didapatkan hasil 0.349. Hal ini
menunjukkan hubungan antara variabel sanitasi rumah dan kejadian DBD termasuk
pada kriteria rendah yang berada pada interval 0.200 – 0.400, sebagaimana dimaksud
dalam tabel pedoman koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007), sebagai berikut:

Tabel 12.4 Interpretasi Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 –0,200 Sangat Rendah
0,200 – 0,400 Rendah
0,400 –0,600 Sedang
0,600 –0,800 Tinggi
0,800 –1,000 Sangat Tinggi

DISKUSI
Adapun pada variabel kejadian DBD, peneliti menemukan keseluruhan responden
adalah penderita DBD yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis,
sehingga jumlah terjadi DBD adalah 100% atau sebanyak 16 orang. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku
kesehatan (Health Behaviour) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi
sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan
kesehatan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian
ini.Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu: prosentase jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan masing-masing sama yaitu sebesar 50%, umur
responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun berjumlah 56%, dan pendidikan
terakhir responden yaitu SMP berjumlah 31%.Sebagian besar responden yaitu 56.3%
memiliki kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya
yaitu 43.8% memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah
keseluruhan responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 90


Dengue.Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD di wilayah kerja
Puskesmas Singandaru Kota Serang, dengan nilai P Value 0.119 > α 0.05.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsismi, Prof. Dr. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Azwar Azrul. 2007. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa
aksara.
3. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. “ Sosial dan Kependudukan”.
BPS. Tersedia di http:// www. bps.go.id. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak
7. WHO. 2012. Dengue Haemorrhagic Fever; Diagnosis, Treatment, Prevention
and Control (Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Alih Bahasa: Monica Ester,
SKp. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
8. Sugiyono, Prof. Dr. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Edisi 2012. Bandung: Alfabeta.
9. Timmreck Thomas, PhD. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Alih Bahasa: Munaya Fauziah, SKM, dkk.
10. Ummi Zulaikhah, 2014, Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik
Pencegahan Demam Berdarah Dengue pada Masyarakat di RW 022 Kelurahan
Pamulang Barat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 91


HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN DENGAN
PERKEMBANGANGAN SOSIAL SPIRITUAL REMAJA
DILINGKUNGAN KAMPUNG CILONGOK KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2014
Ns. Ayu Pratiwi,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*
,Eke Pratiwi*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan
ini dapat meliputi lingkungan prenatal yaitu lingkungan yang masih dalam kandungan
dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah bayi lahir. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial
spiritual remaja di Lingkungan kampong cilongok Tahun 2014.
Rancangan penelitian ini adalahKuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
remaja, teknik pengambilan sampel adalah dengan random sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 150 responden. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner
yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data menggunakan analisis
univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan nilai hitungp= 0,013 dimana
nilai hitung< dari α = 0,05, dengan hipotesis Ho ditolak artinya ada hubungan kondisi
lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong
cilongok Tahun 2014.
Penelitian ini direkomendasikan terutama pada remaja. Hendaknya remaja dapat
menunjukan peran diri yang baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas
perkembangannya.
Kata kunci : Kondisi Lingkungan, Perkembangan Sosial Spiritual, Remaja.

ABSTRACT
The enviroment is a factor that plays an important role in determining whether or not
the potential is reached and already owned. Which include environmental factors
may include prenatal environment is an environment which is still in womb and post
natal environment is an environment after birth. The study aims at knowing the
relationship of environmental conditions with spiritual adolescent social development
in cilongokThe design of this study is quantitative. The population in this study were

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 92


adolescent, sampling technique is by random sampling with a total sample of 150
respondents. Instruments used in the form questionnaire containing some questions.
Data analysis techniques using univariate and bivariate analyzes. This result shows
the calculated value penelitian
p= 0,013 where the calculated value <from α = 0,05, Ho hypothesis is rejected this
means that there is a relationship of environmental conditions with spiritual
adolescent social development in cilongok.
This study recommended especially in adolescents. Adolescents should be able to
show the role of a good self if parents provide support for development tasks.
Keywords : Environmental conditions, social development of the spiritual,
Adolescent.

PENDAHULUAN
Remaja adalah suatu usia ketika individu menjadi terintergrasi ke dalam masyarakat
dewasa, ketika anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Piaget, 1991 dalam Ali
dan Asrori , 2010 dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H.
C. Pangemanan, 2013).
Fase remaja adalah fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial,
baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Ali dan Asrori, 2011 dalam
Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H. C. Pangemanan, 2013).
Tugas perkembangan pada massa ini adalah pencapaian identitas pribadi dan
menghindari peran ganda (Atkinson dan Hilgard dalam Saam dan Wahyuni, 2012
dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H. C. Pangemanan,
2013).
Berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
dalam Florence J. Peilouw dan M. Nursalim, 2013 pada remaja perempuan dan laki-
laki berusia 15-19 tahun yang tidak menikah, terdapat beberapa masalah yang
dihadapi remaja di Indonesia dipengaruhi faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor
yang berasal dari dalam diri individu antara lain, masalah psikologis dan sosial yang
dihadapi, belum matang emosi, kurangnya kontrol diri, kemampuan pengambilan
keputusan yang rendah, serta tidak terbiasa mempertahankan usaha untuk mencapai
tujuan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu antara lain, persoalan
keluarga, pengaruh negatif dari komunitas.
Menurut penelitian Setia Budi, 2012 dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu
dan Damajanti H. C. Pangemanan, 2013 remaja dapat menunjukan peran diri yang
baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas perkembangannya. Hasil

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 93


penelitian mendapatkan bahwa rata-rata dukungan keluarga dalam katagori baik (55,0
%), rata–rata peran diri remaja dalam katagori sedang (64,2 %). Terciptanya
lingkungan yang harmonis tidak pernah terlepas dari adanya norma yang diciptakan
masyarakat untuk mengatur anggota masyarakat.
Hartanti, 2002 dalam Septi Kusumadewi, Tuti Hardjajani dan Aditya Nanda
Priyatama, 2011 menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan positif,
dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah peer group
atau kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat
penting bagi perkembangan remaja baik secara emosional maupun secara sosial.
Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual pada remaja. Oleh karena itu judul yang akan di bahas
oleh peneliti adalah “ Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan
sosial spiritual pada remaja di lingkungan kampung cilongok.

TUJUAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Hubungan antara kondisi lingkungan
dengan perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain penelitian Kuantitatif
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong cilongok Kabupaten
Tangerang. Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional dimana studi ini
merupakan rancangan yang mempelajari dan melihat pengaruh masalah dan faktor
daya ukur variabel dependen dan variabel independen pada waktu yang bersamaan,
selain itu juga dapat mendeskripsikan hubungan antara kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok Kabupaten
Tangerang.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel (Notoatmodjo, 2010).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 94


HASIL PENELITIAN
Tabel 13.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Suku dan Agama di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang
No Karakteristik Frekuensi Persentase
(%)

1. Usia
Usia 12-16 Tahun 85 56,7
Usia 17-25 Tahun 65 43,3
Total 150 100
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 47 31,3
Perempuan 103 68,7
Total 150 100

4. Suku
Sunda 78 52,0
Betawi 2 1.3
Jawa 63 42,0
Lain-lain 7 4,7
Total 150 100

5. Agama
Islam 147 98,0
Budha 0 0
Katolik 3 2,0
Kristen 0 0
Hindu 0 0
Total 150 100

Berdasarkan tabel 13.1 Diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, suku dan
agama responden adalah sebagai berikut mayoritas usia responden yaitu 12-16 Tahun
(Remaja Awal) sebanyak 85 orang (56,67%) sedangkan usia 17-25 Tahun (Remaja
Ahkir) sebanyak 65 orang (43,3%), mayoritas jenis kelamin responden yaitu
perempuan sebanyak 103 orang (68.67%) sedangkan laki-laki sebanyak 47 orang
(31.3%), mayoritas suku responden yaitu sunda sebanyak 78 orang (52%) sedangkan
betawi sebanyak 2 orang (1.3%), jawa sebanyak 63 orang (43,0%), lain-lain
sebanyak 7 orang (4,7%) dan mayoritas agama responden yaitu islam sebanyak 147
orang (98%) sedangkan katolik sebanyak 3 orang (2,0%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 95


Tabel 13.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kondisi di Lingkungan
Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang
Kondisi Frekuensi Persentasi (%)
Lingkungan
Tidak baik 86 57,3
Baik 64 42,7
Total 150 100
Berdasarkan tabel 13.2 Diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan kondisi
lingkungan yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %)
sedangkan kondisi lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %).

Tabel 13.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perkembangan Sosisl


Spiritual di Lingkungan Kampung C ilongok Kabupaten Tangerang
Perkembangan Frekuensi Persentasi (%)
Sosial Spiritual
Tidak baik 82 54,7
Baik 68 45,3
Total 150 100
Berdasarkan tabel 13.3 Diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan
perkembangan sosial spiritual yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik
sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan perkembangan sosial spiritual baik sebanyak
68 orang (45,3%).

Tabel 13.4 Kondisi Lingkungan dengan Perkembangan Sosial Spiritual remaja


Crosstabulation
Variabel Perkembangan Sosial
Kondisi Spiritual Remaja
Lingkungan Tidak Baik Baik Total P value
= 0,013
Tidak Baik 55 64,0% 31 36,0% 86 100%

Baik 27 42,2% 37 57,8% 64 100%


Total 82 54,7% 68 54,3% 150 100%
Berdarkan tabel 13.4 diketahui responden yang memiliki kondisi lingkungan tidak
baik dan perkembangan sosial spiritual remaja tidak baik sebanyak 55 orang (64,0%)
sedangkan kondisi lingkungan tidak baik dan perkembangan sosial spiritual remaja
baik sebanyak 31 orang (36,0%) dan kondisi lingkungan baik dan perkembangan
sosial spiritual remaja tidak baik sebanyak 27 orang (42,2%) sedangkan pada kondisi
lingkungan baik dan perkembangan sosial spiritual remaja baik sebanyak 37 orang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 96


(57,8%) dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,013 berarti
nilai p lebih kecil dari α (0,05).

Tabel 13.5Nilai Odds Rasio Kondisi Lingkungan dengan Perkembangan Sosial


Spiritual Remaja di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kondisi 2,431 1,253 4,719
Lingkungan (tidak baik /
baik)
1,516 1,092 2,104
For cohort Perkembangan
Sosial Spiritual = tidak baik

,624 ,439 ,885


For cohort Perkembangan
Sosial Spiritual = baik

N of Valid Cases 150

Correlations
Kondisi Perkembanga
Lingkungan n Sosial
Spiritual
Pearson 1 ,216**
Correlation
Kondisi Lingkungan
Sig. (2-tailed) ,008
N 150 150
Pearson ,216** 1
Perkembangan Sosial Correlation
Spiritual Sig. (2-tailed) ,008
N 150 150
Sumber : Hasil SPSS 21

Berdarkan tabel 5.5 diketahui OR : 2,431 artinya bahwa kondisi lingkungan


peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi perkembangan sosial

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 97


spiritual remaja di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang Tahun
2014.

Tabel 13.6 Hasil analisis koefisien korelasi


Sumber: Hasil SPSS 21
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara hubungan
kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau
rendah.
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah
± 0,20-0,399 Korelasi rendah
± 0,40-0,599 Korelasi cukup
± 0,60-0,799 Korelasi kuat
± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat
Sumber : buku statistika untuk penelitian (Sugiyono, 2012)

DISKUSI
Diketahui hasil penelitian distribusi frekuensi usia dari 150 responden, di
dapatkan usia 12-16 tahun sebanyak 85 (56,7%) lebih banyak dari pada usia 17-25
tahun sebanyak 65 (43,3%). Menurut Notoatmojo, 2007 Karena semakin tua semakin
bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi suku dari 150 responden, di
dapatkan suku sunda sebanyak 78 (52,0%) lebih banyak dari suku jawa sebanyak 63
(42,0%), suku lain-lain sebanyak 7 (4,7%) dan suku betawi sebanyak 2 (1,3%).
Menurut Syamsu Yusuf, 2014 dasar kebudayaan dapat menentukan pola-pola
hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari masyarakat satu ke
masyarakat lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian untuk kondisi lingkungan dari 150 responden
yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %) sedangkan kondisi
lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %). Menurut Wong, D. L, 1995 dalam A.
Aziz Alimul Hidayat, 2008 lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan
penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.
Berdasarkan hasil penelitian perkembangan sosial spiritual dari 150 responden
yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan
perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 68 orang (45,3%). Menurut F. J
Monks, dkk., 2001 dalam Prof. DR. HJ. Samsunuwiyati Mart’at, S. Psi, 2005

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 98


pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses kearah yang lebih sempurna
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan
sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada
tingkat integritas yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan
belajar.”

KESIMPULAN
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil
secara statistic bahwa nilai signifikannya adalah 0,013 (0,013<0.05) artinya terdapat
hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja karena
nilai p < 0,05 yaitu (p=0,013). Evaluasi dalam penelitian ini ada hubungan kondisi
lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja. OR : 2,431 artinya bahwa
kondisi lingkungan peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi
perkembangan sosial spiritual di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten
Tangerang Tahun 2015. Korelasi antara hubungan kondisi lingkungan dengan
perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau rendah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Amie Ristanti. 2008. Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan
idetintas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.
2. Departemen Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes
Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 30-11-2014
3. Galih Wicaksono dan Najlatun Naqiyah. 2013. Penerapan teknik bermain peran
dalam bimbingn kelompok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal siswa kelas X multimedia SMK IKIP Surabnaya.ejournal volume 1
( ejournal.unesa.ac.id ). Diakses pada tanggal 30-11-2014
4. Hastono.2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Universitas Indonesia
5. Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. EGC :
Jakarta.
6. Yusuf Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Rosda

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 99


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON KECEMASAN
ANAK TERHADAP HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT
IBU DAN ANAK RSU KOTA TANGERANG TAHUN 2014

Ns.Ria S,S.kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*


,Eke Pratiwi*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi
kemajuan suatu bangsa. Salah satu tujuan pembangunan era milenium yang dikenal
dengan millenium development goals (MDG’s) pada bidang kesehatan yang akan
dicapai pemerintah, yaitu mengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan
pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. tujuan
dari MDG’s tersebut membuat kesehatan menjadi sangat penting bagi anak. di
Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari
385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013).
Mengurangi angka kematian memerlukan akses kesehatan yang baik, kualitas
perawatan kelahiran dan manajemen penyakit masa kanak-kanak yang baik. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSIA Budiasih Kota Serang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis
dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 176 orang pasien anak,
menggunakan Proportionate Random Sampling, sehingga didapatkan 62 orang
responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer(melalui
wawancara) dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun)
yaitu sebanyak 38 anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak
28 anak (38.7%), sebagian besar pasien anak tidak pernah dirawat yaitu 82,3%,
dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 54.8%. adapun
respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami kecemasan sedang
yaitu 45.2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel faktor usia pasien
anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji statistik yaitu p-
value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan dukungan keluarga
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value 0.077 > α 0.05

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 100


dan p-value 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di
ruang anak RSU Kota Tangerang.

ABSTRACT

In the life of a nation, children are the successor to the ideal progress of a nation.
One of the millennium development goals, known as the Millennium Development
Goals (MDGs), in the health sector is to reduce infant mortality. MDG targets the
reduction of child mortality in 2015 was 32 per 1,000 live births. The purpose of the
MDG's made to be very important for the health of children. In Indonesia, the
number of deaths of children under the age of five has been reduced from
385,000 in 1990 to 152,000 in 2012 (UNICEF, 2013).
Reducing mortality requires better access to health care, quality of care delivery and
good management of childhood illnesses. The purpose of this study is to determine
the factors that influence a child's response to the child's hospitalization in RSIA
Budiasih Serang. The method used is descriptive research method using cross
sectional approach with the patient population of 176 children, using
Proportionate Random Sampling, so there are 62 people respondents. Data were
collected by using primary data (through interviews) and secondary data.
The results showed children patient age are in the age of toddlers (1-3 years) 38
children (61.3%), and pre-school age (4-5 year) is 28 children (38.7%). Most
patients are never treated is 82.3%, and pediatric patients who received family
support is at 54.8%. As for the response of anxiety in pediatric patients are
subjected to moderate anxiety, namely 45.2%. There is a significant relationship
between the variables age factor of pediatric patients with anxiety response
shown by the results of a statistical test is p-value = 0.00 <α 0:05. The factors taken
care and family support experience showed no significant difference (p- value
0.077> α of 0.05 and p-value 0.728> α 0.05) on the response of anxiety in the
child's hospitalization at RSU Kota Tangerang.

PENDAHULUAN
Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan
suatu bangsa. Dari sudut pandang anak sebagai aset, anak merupakan salah satu
modal sumber daya manusia, jika dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan,dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan
membentuk anak tumbuh menjadi manusia berkualitas.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 101


Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus disiapkan oleh pemerintah untuk anak terlihat
masih cukup besar misalnya dibidang kesehatan. Masih sangat dibutuhkan peran serta
orang tua untuk akses kepada pelayanan kesehatan agar mengurangi angka kesakitan
dan angka kematian pada bayi, balita, dan anak.
Secara global, jumlah kematian balita setiap tahunnya turun dari estimasi 12,6 juta
pada tahun 1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012. Selama 22 tahun terakhir,
terselamatkan sekitar sembilan puluh juta jiwa. di Indonesia jumlah kematian anak di
bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi
152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013).
Di Indonesia, angka kematian balita menurun 63 persen antara tahun 1990 dan 2012,
terutama berkat perluasan layanan imunisasi dan penggunaan terapi rehidrasi oral
untuk mengobati diare. Pembentukan lebih dari 250.000 pos kesehatan masyarakat
(Posyandu) di tingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan
kesehatan khusus bagi ibu dan anak-anak serta pelaksanaan program-program
kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi, dan imunisasi juga memberikan
kontribusi terhadap penurunan jumlah kematian bayi dan anak.
Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pembangunan era milenium yang
dikenal dengan MilleniumDevelopment Goals(MDG’s) pada bidang kesehatan yang
akan dicapai pemerintah, yaitumengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan
pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Selanjutnya, meningkatkan kesehatan ibu, sejak 1990 terjadi penurunan yaitu dari
390 menjadi sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Target MDGs
2015 adalah sekitar 110 per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI,
2011).
Tujuan dari MDG’s tersebut menjadikan kesehatan sangat penting bagi anak sehingga
diperlukan keperawatan yang maksimal dalam tumbuh kembang anak maupun anak
dalam keadaan sakit. Dalam prinsip keperawatan anak salah satu pedoman dalam
memahami filosofi keperawatan anak adalah pelayanan
keperawatan anakberorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.Upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa
(Azis, 2005).
Wong (2009), menjelaskan bahwa hospitalisasi adalah keadaan krisis pada anak saat
anak sakit dan dirawat di rumah sakit, sehingga harus beradaptasi dengan lingkungan
rumah sakit. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap respon anak di Ruang Anak
RSU Kota Tangerang, lingkungan rumah sakit yang asing, peralatan medis yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 102


menakutkan dan prosedur medis yang menyakitkan sering menjadi gambaran
hospitalisasi. Peristiwa ini dapat menjadi hal traumatis bagi anak yang tampak jelas
pada reaksi anak. Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang
berencana atau darurat mengharuskan anak untuktinggal di rumah sakit
menjalaniterapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitimerasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh
tentang respon anak yang dirawat di rumah sakit dalam sebuah penelitian yang
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan Anak Terhadap
Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Kota Tangerang”.

TUJUAN
Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon kecemasan anak
terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang.

METODE PENELITIAN
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan
penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau
sekali waktu (Hidayat: 2007). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan.
Adapun penggunaan metode ini adalah untuk melihat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota
Tangerang.

HASIL PENELITIAN
Tabel 14.1 Distribusi Frekuensi Menurut Usia Pasien Anak di Ruang Anak RSU
Kota Tangerang
Hasil Penelitian
Karakteristik
N (%)
Usia Pasien Anak
1. 1-3 tahun 38 61.3%
2. 4-5 tahun 24 38.7%
Total 62 100%
Sebagian besar usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu sebanyak 38
anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 28 anak (38.7%)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 103


Tabel 14.2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Anak Dirawat Di Ruang Anak
RSU Kota Tangerang
Variabel N %
Pengalaman Anak Pernah 11 17.7%
Dirawat Tidak Pernah 51 82.3%
Total 62 100%
Tabel 14.2. di atas menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel
Pengalaman Anak Dirawat, terdapat sebagian besar responden dengan tidak pernah
dirawat yaitu 51 pasien anak (82.3%). Sementara itu pasien anak yang pernah dirawat
yaitu 11 orang atau 17.7%.

Tabel 14.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Ruang Anak RSU Kota
Tangerang
Variabel N %
Ada 34 54.8%
Dukungan Keluarga
Tidak Ada 28 45.2%

Total 62 100%
Berdasarkan Tabel 14.3. di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap
hospitalisasi anak sebagian besar adalah ada dukungan yaitu 54.8% atau sebanyak 34
orang responden. Sementara itu sisanya 45.2% atau sebanyak 28 orang pasien anak
tidak mendapat dukungan keluarga.

Tabel 14.4 Distribusi Frekuensi Respon Kecemasan terhadap Hospitalisasi Anak


Di Ruang Anak RSU Kota Tangerang

Variabel N %
Ringan 23 37.1%
Respon
Sedang 28 45.2%
Kecemasan
Berat 11 17.7%
Total 62 100%

Tabel 14.4. menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel Respon
Kecemasan, terdapat sebagian besar responden dengan Respon Kecemasan Ringan
yaitu 23 (37.1%), Respon Kecemasan Sedang sebesar 28 (45.2%) dan respon
kecemasan berat yaitu 11 (17.7%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 104


Tabel 14.5 Faktor Usia Pasien Anak terhadap Respon Kecemasan pada
Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Kota Tangerang
Variabel Respon Kecemasan
Total P Value
Ringan Sedang Berat
Usia Pasien Anak N % N % N %
N %
1-3 tahun 4 6.5% 23 37.1% 11 17.7% 38 61.3% 0.00
>3 – 5 tahun 19 30.6% 5 8.1% 0 0% 24 38.7%
Total 23 37.1% 28 45.2% 11 17.7% 62 100%
Tabel 14.5 menunjukkan hubungan silang antara variabel usia pasien anak dengan
respon kecemasan terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yang berusia 1 –
3 tahun memiliki respon kecemasan terbanyak yaitu 38 orang atau 61.3% yang terdiri
dari respon kecemasan ringan 4 orang (10.5%). Sementara itu pasien anak dengan
rentang usia antara 3 – 5 tahun memiliki respon kecemasan sebesar 38.7% atau
sebanyak 24 orang pasien anak, yang sebagian besar memilliki kecemasan ringan
yaitu 19 orang (79.2%), dan hanya 5 orang (20.8%) dengan kecemasan sedang.
Berdasarkan uji statistik, didapatkan nilai kemaknaan PValue 0.00, lebih kecil dari α
0.05 (P value< 0.05) pada variabel faktor usia pasien anak terhadap respon
kecemasan, menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara faktor usia pasien anak dengan respon anak terhadap hospitalisasi di
ruang anak RSU Kota Tangerang.

DISKUSI
Hubungan silang antara variabel pengalaman anak dirawat dengan respon kecemasan
terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yaitu 51 orang atau 82.3% tidak
pernah dirawat, yang terdiri dari 24 orang pasien anak dengan respon kecemasan
sedang, 16 orang (31.4%) pasien anak dengan respon kecemasan ringan, dan 11 orang
(21.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan pada pasien anak yang pernah
dirawat hanya 11 orang atau 17.7% pasien anak yang pernah dirawat, dengan respon
kecemasan ringan sebanyak 7 orang pasien anak (63.6%), dan respon kecemasan
sedang 4 orang (36.4%) pasien anak.
Faktor Dukungan Keluarga dengan Respon Kecemasan, Hubungan silang antara
variabel dukungan keluarga terhadap respon kecemasan menunjukkan perbedaan
prosentase yang tidak terlalu besar antara terdapat dukungan keluarga dan tidak ada
dukungan keluarga, yaitu ada dukungan keluarga sebesar 54.8% atau sebanyak 34
orang pasien anak, yang terdiri dari 14 orang (41.2%) pasien anak dengan respon
kecemasan sedang, 13 pasien anak (38.2%) dengan respon kecemasan ringan, dan 7

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 105


pasien anak (20.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan 28 (45.2%) orang
pasien anak mengindikasikan tidak terdapat dukungan keluarga dengan respon
kecemasan sedang 14 (50%) orang, ringan 10 (35.7%) orang dan berat 4 (14.3%)
orang pasien anak. Semakin baik dukungan keluarga terhadap pasien anak, maka
akan semakin rendah respon kecemasan pada pasien anak. Keluarga khususnya ayah
dan ibu adalah sebagai pelindung bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarok
dkk (2006) bahwa dukungan keluarga khususnya orangtua adalah sebagai pengasuh,
pendidik, pendorong, pengawas dan konselor.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, maka dapat
disimpulkanPasien anak sebagian besar berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu
61.3%.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak tidak pernah
dirawat yaitu 82.3%, dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar
54.8%. Adapun respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami
kecemasan sedang yaitu 45.2%.Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel
faktor usia pasien anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji
statistik yaitu p-value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan
dukungan keluarga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value =
0.077 dan 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di ruang
anak RSU Kota Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Audrey, dkk. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. hlm. 438.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. UNICEF (2014). Progress Report.
http://www.unicef.org/publications/files/CRC_at_25_Anniversary_Publication_2
5Sept_2014.pdf. Diakses pada 20 Februari 2014.
4. Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Jakarta:
EGC.
5. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 106


7. Sri Ramdaniati. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut pada Anak
Prasekolah dan Sekolah yang mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak RSU
BLUD Dr. Slamet Garut. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister
Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
8. Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi
2012. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 107

Anda mungkin juga menyukai

  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Diabetes
    Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Diabetes
    Dokumen31 halaman
    Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Diabetes
    Widya Surya Avanti
    Belum ada peringkat
  • Craving
    Craving
    Dokumen1 halaman
    Craving
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Dapus New
    Dapus New
    Dokumen2 halaman
    Dapus New
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Bab I Awal
    Bab I Awal
    Dokumen3 halaman
    Bab I Awal
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Dapus New
    Dapus New
    Dokumen2 halaman
    Dapus New
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Cover HD
    Cover HD
    Dokumen1 halaman
    Cover HD
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen1 halaman
    Cover Kti
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • MPIT
    MPIT
    Dokumen1 halaman
    MPIT
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Sap Ppi
    Sap Ppi
    Dokumen6 halaman
    Sap Ppi
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen2 halaman
    Abs Trak
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Acara Pisam
    Jadwal Acara Pisam
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Acara Pisam
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Rumah Sehat
    Rumah Sehat
    Dokumen6 halaman
    Rumah Sehat
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Rumah Sehat
    Rumah Sehat
    Dokumen7 halaman
    Rumah Sehat
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Rumah Sehat
    Rumah Sehat
    Dokumen7 halaman
    Rumah Sehat
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Perencanaandx 2
    Perencanaandx 2
    Dokumen4 halaman
    Perencanaandx 2
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Absen Kel 8
    Absen Kel 8
    Dokumen1 halaman
    Absen Kel 8
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Nur Panca Septiani
    Belum ada peringkat