Anda di halaman 1dari 4

Hari/Tanggal : Selasa, 9 Oktober 2018

Laporan Praktikum
Gol./Kelompok : P1/1
Teknologi Minyak, Emulsi,
Dosen : Dr. Ir. Muslich, MSi.
dan Oleokimia
Asisten :
1. Preza Satria AM (F34140036)
2. Rafiq Izzudin R (F34140098)

PEMURNIAN MINYAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

[Terlampir]

Pembahasan

Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat


warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan
mencampurkan sejumlah absorben seperti tanah serap, arang aktif, atau bahan kimia.
Penyerapan dapat terjadi karena ada porositas yang mengakibatkan molekul lebih kuat
terikat pada permukaan adsorben dari molekul minyak. Syarat terjadinya adsorbs adalah
ada zat yang mengadsorbsi, serta memerlukan waktu pengadukan dan akanj dipercepat
oleh suhu yang naik (andiani et al 2003).

Refining adalah suatu proses pemurnian dengan menggunakan air panas. Cara
ini digunakan terutama bila komponen-komponen non oil kandungannya rendah,
sedangkan kandungan asam lemak bebasnya tinggi. Proses ini juga berfungsi untuk
menghilangkan sabun yang masih ada di minyak (Ketaren 1986).

Uji yang dilakukan untuk menguji stabilitas minyak yaitu menguji bilangan iod,
bilangan peroksida, kejernihan, %FFA, dan bilangan asam. Sampel yang digunakan
yaitu minyak dari hasil penggorengan bahan basah dan minyak dari hasil penggorengan
bahan kering. Minyak dari hasil penggorengan bahan basah yaitu minyak bekas dari
menggoreng ayam, tempe, gorengan. Sedangkan minyak dari hasil penggorengan bahan
kering yaitu minyak bekas dari menggoreng kerupuk ikan, opak, dan kerupuk putih.
Uji yang pertama adalah uji bilangan iod. Bilangan iod menunjukkan adanya
ikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh. Semakin tinggi bilangan iod pada minyak
maka minyak tersebut akan semakin cepat mengalami ketengikan (Margaretha 1992).
Berdasarkan data hasil praktikum terjadi peningkatan bilangan iod setelah minyak
dimurnikan. Kecuali untuk kelompok 5 yang mengalami penurunan bilangan iod. Hal
ini tidak sesuai literatur karena nilai bilangan iod tidak sesuai dengan SNI (2013) yaitu
sebesar 45-46. Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan SNI besar kemungkinan
dikarenakan oleh ketidakmampuan minyak dalam membentuk ikatan rangkap lagi
dengan iodin sehingga setelah pemurnian bilangan iodnya justru tidak sesuai..

Uji yang kedua adalah uji bilangan peroksida. Bilangan peroksida adalah satu
parameter yang menentukan mutu minyak. Standar SNI (2013) memiliki standar nilai
bilangan peroksida yaitu maksimal 10. Nilai bilangan peroksida yang telah melewati
batas standar maka minyak tersebut sudah bisa dikatakan minyak yang sudah tidak
layak pakai. Jika masih dibawah standar, minyak masih bisa digunakan. Berdasarkan
data hasil praktikum terjadi penurunan bilangan peroksida setelah proses pemurnian.
Hal ini menandakan terjadi peningkatan mutu dari minyak bekas yang telah melewati
proses pemurnian.

Uji yang ketiga adalah uji %FFA dan bilangan asam. Uji ini dilakukan untuk
melihat jumlah asam lemak bebas dan kandungan asam yang ada pada minyak. Uji ini
juga salah satu uji untuk menentukan mutu minyak. Standar bilangan asam lemak bebas
yang diberlakukan industri di Indonesia adalah 5%. Berdasarkan data hasil praktikum
terjadi penurunan kadar FFA dan bilangan asam setelah minyak bekas dimurnikan.
Kecuali untuk kelompok 1 dan 4 terjadi peningkatan bilangan FFA. Jika dilihat dari
hasil praktikum terjadi peningkatan mutu minyak. Hal ini dibuktikan oleh nilai yang
didapat sesuai dengan standar uji FFA yang diberlakukan industry di Indonesia. Kecuali
untuk kelompok 1 dan 4 karena nilai yang didapat tidak sesuai dengan standar.

Uji selanjutnya adalah uji kejernihan. Berdasarkan data hasil praktikum minyak
hasil proses pemurnian mengalami penurunan dari segi kejernihan dibandingkan dengan
minyak sebelum dimurnikan yang (minyak dari bahan basah maupun bahan kering)
memeliki kejernihan yang tinggi yaitu di atas 80%. Penurunan yang terjadi cukup
significan. Hal ini besar kemungkinan karena proses pemanasan dengan suhu tinggi
sehingga warna minyak berubah menjadi kecoklatan.

Uji selanjutnya adalah uji aroma. Berdasarkan data hasil praktikum aroma
minyak hasil pemurnian bisa dikatakan masih sesuai SNI yaitu normal atau bisa
dikatakan tidak tengik. Aroma tengik adalah menjadi salah satu factor yang membuat
minyak dikatakan sudah rusak dan tidak layak pakai.

Simpulan

Minyak hasil pemurnian sacara uji bilangan peroksida, FFA, bilangan asam, dan
aroma terjadi peningkatan mutu dan sesuai dengan literature. Sedangkan secara
bilangan iod dan kejernihan terjadi penurunan kualitas hal ini dikarenakan oleh proses
pemanasan dan proses penyaringan ketika dilakukan pemurnian minyak. Hal ini
menandakan minyak bisa dikatakan masih layak pakai.

DAFTAR PUSTAKA

Andiani, Ria, Halimatussyakdiah. 2003. Pemucatan Minyak Curah dengan Bleaching


Earth. Inderalaya (ID): Jurusan Teknik Kimia UNSRI

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI-
Press.

Margaretha MM. 1992. Usaha Memperoleh Minyak Berkualitas Baik dari Kopra.
Manado (ID): Bulletin Balitka. Deptan. Badan Litbang Pertanian. Balai
Penelitian Kelapa.

Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI 3741:2013. Minyak Goreng. Jakarta (ID): Badan
Standardisasi Nasional.
LAMPIRAN

Gambar 1 Data hasil praktikum pemurnian

Gambar 2 Data lanjutan hasil praktikum pemurnian

Anda mungkin juga menyukai