Anda di halaman 1dari 6

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat pula
dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam prakteknya, suatu
habitat akuatik apabila mediumnya baik eksternal maupun internalnya adalah
air.(Buku Penuntun Praktikum Ekologi Perairan, 2013)
Bentos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun
tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun di dasar perairan.
Menurut Lind (1979) dalam Fachrul (2007) memberikan definisi, bentos semua
organisme yang hidup pada lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik
baik didasar perairan laut, danau, kolam, ataupun sungai, merupakan hewan
melata, menempel, memendam, dan meliang di dasar perairan tersebut. (Fachrul,
2007). Makrozoobentos lebih banyak ditemukan di perairan tergenang (lentik)
dari pada perairan.
Bentos merupakan beragam binatang dan tumbuhan yang hidup pada dasar
perairan.Nama bentos diberikan pada organisme penghuni dasar.Harus benar-
benar diketahui bahwa istilah “bentos” mencakup substrat pada garis pantai,
demikian juga kedalaman terbesar dari badan air. Seperti dapat diharapkan,
kondisi untuk kehidupan akan beragam tidak hanya pada kedalaman yang
berbeda, namun juga dengan sifat fisik substrat, keragama demikian hanya
beberapa sifat dapat diketahui. Hewan bentos dibagi berdasarkan cara makannya,
yaitu pemakan penyaring, seperti kerang dan pemakan deposit seperti siput (Jati,
2007).
Istilah bentos berasal dari bahasa Yunani yang artinya
"kedalaman laut". Bentos juga digunakan dalam biologi air tawar untuk merujuk
pada organisme di dasar air tawar, badan air , seperti danau dan sungai. Bentos
merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di dasar laut, dikenal
sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan lingkungan,
2

dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawahabisal pada
kedalaman. Kedalaman air, suhu dan salinitas, dan jenis substrat lokal semua
mempengaruhi ada tidaknya bentos di suatu tempat .
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum “Benthos” pada Waduk taman ilmu unri adalah untuk
untuk mengetahui baik buruknya ekosistem waduk yang dilihat dari nilai indeks
keragaman jenis, indeks dominasi, dan nilai keseragaman jenis (kesamaan jenis).
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah, Praktikan
dapat memberikan suatu gambaran kepada publik mengenai kondisi perairan
waduk taman ilmu unri tersebut berdasarkan nilai indeks keragaman jenis, indeks
dominasi, dan nilai keseragaman jenis (kesamaan jenis) .
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Benthos diklasifikasikan menjadi makrobenthos ( tersaring dengan alat

saringan bertingkat atau SIEVE SET. US.30) dan mikrobentos ,menurut Fachrul

(2007) ukuran bentos diantaranya adalah makrobentos yaitu 1,0 – 5,0 mm ,

mesobentos yaitu 0,1 – 1,0 mm, dan mikrobentos yaitu ≤ 0,1 mm.

APHA (dalam Nurkholis,2010) menyatakan bahwa makrozoobentos dapat

ditahan dengan saringan No. 30 Standar Amerika. menyatakan bahwa

makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringan yang

berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer.

Barnes and Hughes dan Nybakken dalam Aliman,2010 menyatakan bahwa

berdasarkan keberadaannya di dasar perairan, maka makrozoobentos yang

hidupnya merayap di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna, seperti

Crustacea dan larva serangga. Sedangkan makrozoobentos yang hidup pada

substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan infauna, misalnya Bivalve dan

Polychaeta.

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,

Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Taksa-taksa

tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan

karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga.

Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di dalam proses

mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari

perairan maupun dari daratan (Janto et all., 1981 dalam Sri jarwanto, 2010).
4

Sebagai organisme dasar perairan, bentos mempunyai habitat yang relatif

tetap. Dengan sifatnya yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan

substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun

kelimpahannya. Komposisi maupun kelimpahan makrozoobentos bergantung

pada toleransi atau sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan. Setiap

komunitas memberikan respon terhadap perubahan kualitas habitat dengan cara

penyesuaian diri pada struktur komunitas. Dalam lingkungan yang relatif stabil,

komposisi dan kelimpahan makrozoobentos relatif tetap (APHA, dalam Nurkholis

2010).

Gaufin dalam Nardi (2010) mengelompokkan spesies makrozoobentos

berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu

kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme

yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang

sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak

dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.

Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran

kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme

intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak

bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme

toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran

kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan

yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap

berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan


5

yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan

toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran.

Berdasarkan teori Shelford (dalam Arif, 2010) makrozoobentos dapat bersifat

toleran maupun bersifat terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang

memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga.

sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka

penyebarannya juga sempit.


6

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum laboratorium ekologi perairan yang berjudul tentang benthos

dilaksanakan pada tanggal 28 maret 2016, pada pukul 10.00 – 11.30 WIB.

Pengambilan sampel dilakukan di waduk taman ilmu universitas riau.

3.2. Bahan dan Alat

Tabel 1. Bahan dana Alat


Bahan Alat
Air sampel Pipa paralon
Bentos yang telah Ember
didapat
Saringan

3.3. Metode praktikum

Anda mungkin juga menyukai