PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang tak menyadari adanya penerapan
Hukum kirchoff,contohnya pada saat kita terkena setrum. Para ilmuan sebelum
kita telah meneliti walaupun deskripsinya tadi mungkin belum terlalu jelas.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak disekitar kita sesuatu yang
berhubungan dengan listrik, seperti lampu,kipas angin,televisi,dan sebagainya.
Listrik memerlukan suatu jalur agar dapat mengalir. Jalur ini disebut rangkaian.
Agar listrik dapat mengalir diperlukan rangkaian yang tertutup. Disepanjang
rangkaian ini ditempatkan komponen-komponen elektronika tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
Hukum kirchoff dibuat oleh G.R. Kirchoff (1824-1887) di pertengahan abad
ke-19. Hukum ini didefinisikan dalam dua istilah,suatu titik cabang dalam suatu
jaringan adalah tempat bertemunya beberapa buah konduktor. Hukum kirchoff
juga dapat ditulis sebagai berikut. Hukum kirchoff pertama disebut hukum titik
cabang dan hukum kirchoff kedua disebut hukum loop.
Hukum titik cabang,jumlah aljabar arus yang masuk kedalam suatu titik
cabang suatu jaringan adalah nol ∑ 𝑖 = 0 nyata, bahwa hukum titik cabang ini
tidak lain adalah hukum kekekalan muatan.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan tentang hukum kirchoff agar hukum-
hukum dasar tentang listrik dapat dipelajari dan dipahami sehingga akan kita
peroleh perspektif yang luas. Selanjutnya hal itu akan membantu kita
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menerapkan hukum kirchoff terhadap suatu rangkaian seri dan paralel
2. Dapat mengetahui suatu aliran listrik dengan rumus-rumus yang
digunakan,contohnya apabila mencari kuat arus,hambatan,dan tegangan
3. Mengetahui aplikasi hukum kirchoff
+ 𝑉1 − + 𝑉2 −
E 𝐼
+ 𝑉4 − + 𝑉3 −
Sepeti yang dilihatkan pada gambar 2.1 diatas,rangkaian ini terdiri dari
sumber tegangan dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat
komponen,maka hasilnya adalah nol. Seperti ditunjukkan oleh persamaan
berikut.
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝑉4 − 𝐸 = 0 ………………… (2.1)
I6
I5
I3 I4
𝑅1
E 𝑅2
𝑅3
Gambar 2.3
𝐼1 𝐼2 𝐼3
𝐼1 𝑅1 𝑅2 𝑅3
𝐼⁄
𝑅2
𝐼2 = ×𝐼
𝐼⁄ + 𝐼⁄ + 𝐼⁄
𝑅1 𝑅2 𝑅3
( 2.7 )
Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hukum ohm.
Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper
pada tahun 1820. The Galvinic Circuit Investigated Mathematicaly. Prinsip
Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah pengantar
metal pada rangkaian Ohm menentukan sebuah persamaan yang saling
berhubungan.
E = I . R ………………… (2.8)
𝐸
I= …………………(2.9)
𝑅
Ι
R = Ε …………………(2.10)
Keterangan :
Arus dinyatakan dengan ampere bersimbol I,hambatan dinyatakan dengan
Ohm bersimbol R,tegangan dinyatakan dengan volt bersimbol V atau E.
Hukum ini dapat dinyatakan sebagai :
1. Jumlah aljabar arus sesaat yang memasuki titik cabang setelah nol
2. Jumlah aljabar tegangan terpasang sesaat dalam suatu sosok tertutup
sama dengan jumlah aljabar tegangan balik sesaat dalam sosok tertsebut
arti dari hukum yang pertama jelas jika arus yang menuju ke titik cabang
suatu disebut negatif
Dan hukum keduanya menyatakan integral medan listrik disekeliling
sosok. Namun kita perlu menerapkan perjanjian tanda. Perjanjian ini
dapat dirumuskan :
Q = Stto I (+) dt …………………(2.11)
Setelah kita definisikan variabel-variabel rangkaian, tegangan, dan arus. Dan
telah kita ketahui uraikan unsur-unsur rangkaian itu, serta bagaimana hubungan
antara unsur-unsur tersebut dengan variabel-variabel rangkaian. Sampailah kita
kepada bagaimana hukum-hukum dasar rangkaian itu menguasai gabungan dan
interkoneksi beberapa unsur rangkaian. Ada dua hukum dasar, yang satu
menguraikan bagaimana hubungacn arus bila beberapa unsur rangkaian
bertemu disuatu titik dan yang kedua mengenai bagaimana tegangan- tegangan
bergabung bila unsur-unsur itu disambungkan berturut-turut. Selanjutna akan
diselidiki hubungan-hubungan seri dan partikel untuk resistansi,induktansi,dan
kapasitansi (1981,mismail).
Hukum I krchoff
Pembatasan muatan untuk arus ini adalah tidak adanya muatan yang
tertimbun pada simpul. Pengecualian penting untuk hukum ini timbul jika
simpul tersebut berupa tengah-tengah kapasitor , itu akan membatalkan hukum
tersebut. Dalam teknik frekuensi tinggi adanya kapasitansi ini mungkin tidak
terlalu jelas. Tetapi biasanya suatu simpul tidak lebih besar dari panjang
gelombang frekuensinya. Sehingga hukum ini tetap berlaku. Hal ini juga
merupakan salah satu ciri analisa rangkaian yang sangat jelas berbeda dengan
medan.
Hukum kirchoff II
Hukum kedua ini merupakan akibat dari prinsip kekekalan tenaga yang
setara dengan kesetimbangan tenaga karena tenaga yang diberikan sama
dengan yang diserap oleh rangkaian itu.
Secara umum penyelesaian persamaan rangkaian meliputi penentuan
arus dan tegangan dalam unsur-unsur rangkaian tertentu juga arus atau
tegangan dalam unsur-unsur rangkaian yang lain diketahui penentuan variabel-
variabel arus dan tegangan itu sembarang, meskipun biasanya dipakai aturan-
aturan tertentu untuk mengurangi kemngkinan terjadinya kesalahan. Jadi
variabel-variabel arus dan tegangan pada resistensi R , Induktensi L, dan
kapasitansi C harus sesuai yang telah tub negative berikan , sedangkan untuk
sumber juga sesuai yang diberikan.untuk selanjutnya kita menggunakan
ketentuan-ketentuan untuk persamaan – persamaan yang mengikutinya.
Hukum kirchoff arus hal ini menjelaskan mengenai kuat arus yang
mengalir dalam rangkaian, bunyi hukum kirchoff I “jumlah kuat arus yang
masuk suatu cabang sama dengan jumlah kuat arus yang meninggalkan titik
cabang tersebut.
Hitam 0 1
Coklat 1 101
Merah 2 102
Orange 3 103
Kuning 4 104
Hijau 5 105
Biru 6 106
Ungu 7 107
Abu-abu 8 108
putih 9 109
𝐼2 𝑅2
𝐼3 𝑅3
+ 𝐸 −
Gambar 3a
𝐼2
+ 𝐼1 𝐼4 +
- 𝐸1 𝑅1 𝑅4 -
𝐼3 𝑅3
Gambar 3b
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
𝐸 𝐼 𝐼1 𝐼2 𝐼3 𝑉 𝑉1 𝑉2 𝑉3
2 0,04 A 0,02 0,02 0,01 1,6 0,6 0,6 0,8
4.1.2 Rangkaian II
𝑉⁄ 𝑉⁄ 𝐼1 𝐼2 𝐼3 𝐼4 𝑉1 𝑉2 𝑉3 𝑉4
𝑡1 𝑡2
2 2 0,05 0,05 0,08 0,08 3 2 4 3
4 4 0,09 0,23 0,05 0,145 3 7 5 6
6 6 0,125 0,03 0,04 0,04 6 9 8 8
4.2 Perhitungan
Rangkaian I
𝑉
I=𝑅
(E=2)
𝑉
I total = 𝑅
1,6
Itotal = = 0,048 A
33
𝑉1
I1 = 𝑅1
0,6
I1= = 0,04 A
15
𝑉2
I2 = 𝑅2
0,6
I2 = = 0,027 A
22
𝑉3
I3 = 𝑅3
0,8
I3 = = 0,017 A
47
(E=4)
𝑉
Itotal = 𝑅
3,2
Itotal = = 0,096 A
33
𝑉1
I1 = 𝑅1
0,8
I1 = = 0,053 A
15
𝑉2
I2 = 𝑅2
0,8
I2 = = 0,036 A
22
𝑉3
I3 =
𝑅3
0,8
I3 = = 0,01702 A
47
(E=6)
𝑉
Itotal = 𝑅
5,0
Itotal = 33 = 0,15 A
𝑉1
I1 = 𝑅1
1,2
I1 = = 0,08 A
15
𝑉2
I2 = 𝑅2
1,2
I2 = = 0,054 A
22
𝑉3
I3 = 𝑅3
1,2
I3 = = 0,025 A
47
Rangkaian 2
(𝐸 = 2)
𝑉1
𝐼1 =
𝑅1
3
=
33
= 0,09𝐴
𝑉2
𝐼2 =
𝑅2
2
=
15
= 0,133𝐴
𝑉3
𝐼3 =
𝑅3
4
=
22
= 0,18𝐴
𝑉4
𝐼4 =
𝑅4
3
=
47
= 0,063𝐴
(𝐸 = 4)
𝑉1
𝐼1 =
𝑅1
3
=
33
= 0,09𝐴
𝑉2
𝐼2 =
𝑅2
7
=
15
= 0,46𝐴
𝑉3
𝐼3 =
𝑅3
4
=
22
= 0,18𝐴
𝑉4
𝐼4 =
𝑅4
6
=
47
= 0,127𝐴
( 𝐸 = 6)
𝑉1
𝐼1 =
𝑅1
6
=
33
= 0,18𝐴
𝑉2
𝐼2 =
𝑅2
9
=
15
= 0,6𝐴
𝑉3
𝐼3 =
𝑅3
8
=
22
= 0,36𝐴
𝑉4
𝐼4 =
𝑅4
8
=
47
= 0,17𝐴
Rangkaian I dan II
Untuk E = 2
1
NB = 2 NST volt
1
∆V = 2 x 0,5 = 0,25
1
∆R = 2 x Nst ohm – meter = 0,1
= 0,05
4.2.2.1 Resistor I
1
𝑖 𝐼 2
∆𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = {( × ∆𝑣)2 + (− 2 × ∆𝑅)2 }
𝑅 𝑅
1
1 1 2
= {( × 0,25)2 + (− × 0,05) 2
}
33 (33)2
1
= {0,000057394 + 0,000000002 }2
= √0,000057394
=0,0075 𝐴
1
𝐼 𝐼 2
∆𝐼1 = {( × ∆𝑣)2 + (− 2 × ∆𝑅)2 }
𝑅 𝑅
1
1 1 2
= {( × 0,25)2 + (− × 0,05) 2
}
15 (15)2
1
= {0,000277 + 0,000000049 }2
= √0.000277049
=0,166 𝐴
1
𝐼 𝐼 2
∆𝐼2 = {( × ∆𝑣)2 + (− 2 × ∆𝑅)2 }
𝑅 𝑅
1
1 1 2
= {( × 0,25)2 + (− × 0,05) 2
}
22 (22)2
1
= {0,000129132 + 0,00000001 }2
= √0,000129142
= 0,1136 𝐴
1
𝐼 𝐼 2
∆𝐼3 = {( × ∆𝑣)2 + (− 2 × ∆𝑅)2 }
𝑅 𝑅
1
1 1 2
= {( × 0,25)2 + (− 2
× 0,05)2 }
47 (47)
1
= {0,000028293 + 5,123285723 }2
= √5,123314016
= 2,26347 𝐴
Rangkaian I
( 𝐸 = 2)
∆𝐼 0,0075
× 100% = × 100% = 15, 625 %
𝐼 0,048
∆𝐼1 0,166
× 100% = × 100% = 415 %
𝐼1 0,04
∆𝐼2 0,1136
× 100% = × 100% = 420, 74 %
𝐼2 0,027
∆𝐼3 2,26347
× 100% = × 100% = 133114,5 %
𝐼3 0,017
( 𝐸 = 4)
∆𝐼 0,0075
× 100% = × 100% = 7,8 %
𝐼 0,096
∆𝐼1 0,166
× 100% = × 100% = 313,2 %
𝐼1 0,053
∆𝐼2 0,1136
× 100% = × 100% = 315,5 %
𝐼2 0,036
∆𝐼3 2,26347
× 100% = × 100% = 13298, 8 %
𝐼3 0,01702
( 𝐸 = 6)
∆𝐼 0,0075
× 100% = × 100% = 5 %
𝐼 0,15
∆𝐼1 0,166
× 100% = × 100% = 207,5 %
𝐼1 0,08
∆𝐼2 0,1136
× 100% = × 100% = 210,37 %
𝐼2 0,054
∆𝐼3 2,26347
× 100% = × 100% = 9053,88 %
𝐼3 0,025
Rangkaian II
( 𝐸 = 2)
∆𝐼1 0,0075
× 100% = × 100% = 0,33 %
𝐼1 0,09
∆𝐼2 0,166
× 100% = × 100% = 124,8 %
𝐼2 0,133
∆𝐼3 0,1136
× 100% = × 100% = 63,11 %
𝐼3 0,18
∆𝐼4 2,26347
× 100% = × 100% = 3592,80 %
𝐼4 0,063
( 𝐸 = 4)
∆𝐼1 0,0075
× 100% = × 100% = 8,33 %
𝐼1 0,09
∆𝐼2 0,166
× 100% = × 100% = 36,08 %
𝐼2 0,46
∆𝐼3 0,1136
× 100% = × 100% = 14,2 %
𝐼3 0,8
∆𝐼4 2,26347
× 100% = × 100% = 1782,2 %
𝐼4 0,127
( 𝐸 = 6)
∆𝐼1 0,0075
× 100% = × 100% = 4,16 %
𝐼1 0,18
∆𝐼2 0,166
× 100% = × 100% = 27,6 %
𝐼2 0,6
∆𝐼3 0,1136
× 100% = × 100% = 31,55 %
𝐼3 0,36
∆𝐼4 2,26347
× 100% = × 100% = 1331,4 %
𝐼4 0,17
4.2.3.1 Rangkaian I
(𝐸 = 2)
𝐼 ± ∆𝐼 = 0,048 ± 0,0075 𝐴
(𝐸 = 4)
𝐼 ± ∆𝐼 = 0,096 ± 0,0075𝐴
(𝐸 = 6)
𝐼 ± ∆𝐼 = 0,18 ± 0,0075 𝐴
4.2.3.2 Rangkaian II
(𝐸 = 2)
(𝐸 = 4)
4.2.5.1 Rangkaian I
( 𝐸 = 2)
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
( 𝐸 = 4)
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
( 𝐸 = 6)
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
4.2.5.2 Rangkaian II
Loop I E1 - I1 R1
Loop 2 E1 + E2 – I1 R2 – I1 R3
Loop 3 E2 – I4 R4
E1 = E2 = 2
Loop 1 E1 – I1 R1
Loop 2 E1 + E2 – I1 R2 – I1 R3
2 + 2 – 0,133 ( 15 ) – 0,18 ( 22 )
= ( -1,955 )
Loop 3 E2 – I4 R4
2 – 0,063 ( 47 ) = ( -0,961)
E1 = E2 = 4
Loop 1 E1 – I1 R1
Loop 2 E1 + E2 – I1 R2 – I1 R3
= 2,045
Loop 3 E2 – I4 R4
Loop 1 E1 – I1 R1
Loop 2 E1 + E2 – I1 R2 – I1 R3
= 100,08
Loop 3 E2 – I4 R4
5.1 Kesimpulan
R1 R2 R3
R1
R2
R3