Kota (city) adalah wilayah perkotaan yang telah mempunyai status administrasi
sebagai sebuah kota, baik kota kecil, kotamadya maupun kota metropolitan.
Selanjutnya, Adisasmita (2006) juga menyatakan bahwa pada umumnya kota
diartikan sebagai suatu wilayah dimana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk
dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan administrasi
pemerintahan.
Konsep kota disini diartikan sebagai satu pemberian perubahan pada satu desa yang
bisa berubah menjadi perkotaan. Secara lebih rinci dapat digambarkan bahwa suatu
kota meliputi konsentrasi daerah pemukiman berpenduduk cukup besar dan dengan
kepadatan yang relatif tinggi dimana kegiatan penduduk didominasi oleh kegiatan
non pertanian, seperti industri, perdagangan dan jasa, baik di bidang keuangan,
transportasi, pendidikan, kesehatan dan pariwisata. Pembangunan ruang perkotaan
bertujuan untuk: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat berusaha dan
tempat tinggal, baik dalam kualitas maupun kuantitas dan (2) memenuhi kebutuhan
akan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman, damai, tenteram, dan
sejahtera.
Pada skala yang lebih luas, bentuk kota secara keseluruhan mencerminkan
posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya. Unsur-unsur yang
mempengaruhi karakteristik fisik kota adalah sebagai berikut (Branch, 1995) :
a. Topografi tapak
Topografi tapak mempengaruhi unsur-unsur yang berada di dalam kota. Umumnya
jaringan jalan primer menyebar keluar keempat arah angin melalui kemiringan-
kemiringan yang akan memberikan kenyamanan dan keamanan berkendaraan. Di
beberapa bagian dunia, alur gempa, dataran aluvial yang rentan terhadap getaran
seismologi, atau berbagai kondisi geologi yang tidak stabil, sering kali tidak dapat
terlihat secara fisik. Bagi pembangunan perkotaan, hal tersebut memberikan pilihan
antara lain melarang pembangunan di daerah tersebut, konsekuensi biaya yang
besar untuk pembangunan yang dirancang secara khusus untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya kerusakan, atau tanpa menyediakan unsur-unsur yang
diperlukan dengan segala risiko yang mungkin ditimbulkan.
b. Geologi
Kota ditinjau secara fisik juga berisikan struktur atau bangunan lain yang bukan
berupa bangunan gedung, yaitu: jembatan, gorong-gorong, saluran irigasi dan
pengendali banjir, jaringan utilitas umum, gardu-gardu listrik, fasilitas pengolahan
limbah, bak-bak penampungan, pengilangan minyak, dan berbagai instalasi lain
yang tidak lazim disebut sebagai bangunan, karena struktur atau bangunan tersebut
tidak sebagaimana bangunan umumnya dalam hal menutupi tanah yang ada di
bawahnya. Struktur-struktur yang berupa bukan bangunan juga memiliki fungsi
yang penting bagi sebuah kota, sebagaimana pentingnya bangunan gedung. Jalur-
jalur transportasi dan jalur utilitas keduanya merupakan pembentuk pola
penggunaan lahan.
Ruang terbuka di kota yang ditinjau secara fisik ditentukan oleh pola
pengembangan bangunan dan sistem jaringan di atas permukaan tanah.
Pengembangan ini merupakan hasil dari ekonomi perkotaan dan berbagai peraturan
bangunan yang disusun untuk menjalankan kebijakan pemerintah setempat. Ruang
terbuka tidak hanya sekedar berupa taman, tempat bermain, dan tempat rekreasi
yang lain. Demikian pula dengan penggunaan tanah tertentu yang terbuka ke langit,
dengan berbagai ukuran seperti makam, landasan pesawat terbang, dan tanah-tanah
pertanian yang juga dipertimbangkan sebagai ruang terbuka perkotaan. Biasanya,
semakin ke tepi kota persentase tanah terbuka akan semakin meningkat. Berbagai
kegiatan manusia dan pengaruhnya terhadap ruang-ruang terbuka di atas
merupakan bagian dari fisik kota.
2. Aspek Sosial
Aspek sosial menyangkut masalah kependudukan yang terkait dengan kota antara
lain adalah masalah perkembangan, migrasi, aktivitas ekonomi, tenaga kerja dan
beban ketergantungan. Dalam perencanaan penduduk dapat menjadi indikator
perkembangan kota, yang salah satu aspeknya adalah pergerakannya. Aspek-aspek
yang menyangkut sumber daya manusia terdiri atas kepadatan penduduk (jumlah,
sebaran, struktur, pendidikan), proses penduduk (alamiah dan buatan) dan
lingkungan sosialnya (pola kontrol, kegiatan dan konstruksi).untuk sosial budiya
merupakan cerminanan yang berkaitan dengan stuktur sosail dan pola budaya
masyarakat, yang dapat diukur dari tempat pribdatan, tempat kegiatan instusi sosial
dan budaya dan sarana olahraga. Sedangkan untuk sosial politik merupakan
cerminan kondisi sosial politik yang dapat diukur dari segi partisipasi masyarakat
dalam berpolitik dan organisasi kemasyarakatan. Cara pengukuruan kriteria ini di
lakukan berdasarkan kententuan yang tercantum dalam lempira PP No. 129 tahun
2000.
Kota secara sosial juga dapat dipandang dari sudut ke ruangan disekeliling pusat
pemerintahan dan pusat komersial biasanya terdapat sederetan bangunan apartemen
yang tidak terawat yang merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk yang
tidak mampu, berpenghasilan rendah, golongan usia lanjut, dan kelompok yang
tergolong minoritas. Bagian paling kumuh cenderung berada pada daerah ini,
perkampungan gelandangan pun biasanya terdapat di daerah ini, dengan angka
kriminalitas lebih tinggi. Para migran yang tidak mampu yang berasal dari pedesaan
di sekitar kota yang menempati permukiman liar memiliki persentase yang cukup
besar terhadap jumlah penduduk kota-kota di negara yang sedang berkembang.
Penduduk permukiman liar tersebut dijumpai di tanah-tanah terbuka di pinggiran
kota dan di semua bagian dalam kota yang memungkinkan penggunaan tanah secara
tidak resmi seperti sepanjang tepian jalan raya, jalur kereta api, jalur utilitas, lereng
bukit terjal, daerah industri, dan tempat-tempat yang belum terbangun. Tempat-
tempat luas di sekitar daerah pusat kota yang terutama terbentuk oleh bangunan
komersial dan apartemen, sebagian besar dihuni oleh penduduk kota yang
berpenghasilan sedang, kadang-kadang terdapat pula kantong-kantong
permukiman penduduk berpenghasilan rendah dan tinggi. Karena perkecualian
akan selalu ada pada setiap generalisasi, pengaturan distribusi penggunaan lahan
dan penduduk ke dalam ruang wilayah dapat berbeda-beda, yaitu bilamana terdapat
kondisi site yang khusus, karakteristik penduduk yang tidak sebagaimana
umumnya, atau perkecualian dari segi ekonomi. Seperti apapun bentuk pengaturan
penduduk dan guna lahan ke dalam ruang wilayah yang tepat, identifikasi dan
analisis implikasi sosio-ekonomi pengaturan tersebut merupakan bagian yang
penting bagi keberhasilan perencanaan kota.
3. Aspek Ekonomi
Fungsi dasar kota menurut Branch (1995) dalam Widyastuti (2002) adalah untuk
menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa. Ekonomi
perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian yaitu (1) ekonomi pemerintah meliputi
pelaksanaan pemerintahan kota, (2) ekonomi swasta terdiri atas berbagai macam
kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, (3) ekonomi khusus terdiri
atas bermacam-macam organisasi. Ekonomi yang mendasari kota juga tercermin
pada fasilitas dan bentuk fisiknya. Menurut Koestoer (2001) dinamika ekonomi
kota dapat ditandai oleh penyebaran sektor sektor ekonomi kota, penyebaran pasar,
nilai tanah serta pergeseran penggunaan tanah. Pembangunan yang dilaksanakan
selama ini ditekankan pada pembangunan ekonomi. Dominasi kegiatan sektoral
akan mempengaruhi secara fisik perkembangan fisik kota terutama menyangkut
aspek tata guna tanah dan aksesibilitas dalam segi transportasi, dominasi kegiatan
tersebut merupakan penentu arah pengembangan fungsi kegiatan kota. Ekonomi
perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian yaitu ekonomi publik, ekonomi swasta
(privat), dan ekonomi khusus. Ekonomi publik meliputi pelaksanaan pemerintahan
kota sebagaimana terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja departemen-
departemen yang melaksanakannya secara reguler, distrik sekolah, dan distrik
khusus yang ditetapkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Ekonomi swasta terdiri atas
berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, mulai dari
perusahaan industri dan komersial yang besar hingga kegiatan usaha yang
independen atau seorang profesional yang menyediakan berbagai bentuk jasa.
Ekonomi khusus terdiri atas bermacam-macam organisasi nirlaba, sukarela,
organisasi yang dibebaskan dari pajak, yang kesemuanya bukan diselenggarakan
oleh badan-badan pemerintah, maupun perusahaan-perusahaan yang tujuan
utamanya mencari keuntungan. Ekonomi perkotaan yang sehat mampu
menyediakan berbagai kebutuhan untuk keperluan pertumbuhan perkotaan,
terutama untuk menerima perkembangan baru yang disebabkan oleh kemajuan di
bidang teknologi dan perubahan keadaan. Ekonomi pemerintah terdiri atas tiga
bagian yaitu anggaran pemerintah kota, distrik khusus, dan sistem pendidikan
setempat. Kehidupan kota yang dapat terselenggara dengan baik tergantung pada
keuntungan atau pendapatan yang terkumpul dari pajak kekayaan, lisensi dan
perizinan, iuran, dan sumber-sumber lainnya. Pendapatan tersebut lebih besar bila
ekonomi setempat kuat. Distrik-distrik khusus dipergunakan untuk membiayai dan
mengelola berbagai macam pelayanan setempat. Di dalam hal jumlah dan
ragamnya, distrik-distrik khusus lebih banyak dari semua unit pemerintah. Distrik-
distrik khusus dipergunakan oleh beberapa komunitas untuk menyediakan
pelayanan dasar tertentu, yang sebagian besar kota umumnya menggabungkannya
ke dalam anggaran operasional umum, misalnya untuk perlindungan terhadap
bahaya kebakaran, penyediaan air bersih, perumahan, drainase, atau pembuangan
air kotor. Dari berbagai tinjauan aspek di atas dapat diringkaskan bahwa sebuah
kota memiliki karakteristik yaitu jumlah penduduk yang besar, pemusatan kegiatan
non-pertanian, merupakan pusat kegiatan ekonomi (industri dan perdagangan),
konsentrasi kawasan terbangun (built up area), masyarakat yang heterogen,
memiliki pola hidup yang khusus, pusat penyebaran pengetahuan dan memiliki
gaya hidup kota, terdapat berbagai lembaga sosial, ekonomi, dan politik; terdapat
berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, struktur dicirikan dengan adanya ruang
dan jalan kota, merupakan pusat jasa pelayanan bagi lingkungan perumahan,
adanya sejumlah fungsi kegiatan kota, minimal pasar, dan sebagainya seperti.
Penelitian terdahulu yang terakhir digunakan adalah skripsi penelitian dari Dewi
Kurniasih berjudul Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Di Kabupaten
Bandung. Poin yang bisa diambil dari penelitian ini adalah untuk mengetahuin
mekanisme mengenai perubahan status desa menjadi kelurahan dan untuk
mengetahui menyusun strategi regulasi yang efektif guna merespon rencana
perubahan status desa menjadi kelurahan .
Oleh karena itu, setiap peniliti harus memulai penelitiannya dengan mengajukan
sebuah teori, mengumpulkan data untuk mengujinya, dan menguji ulang apakah
teori tersebut diperkuat atau diperlemah oleh hasil-hasil penelitian. Teori tersebut
menjadi kerangka penelitian secara keseluruhan, suatu model terorganisir
pertanyaan atau hipotesa penelitian dan prosedur pengumpulan data dijelaskan
dalam Jhon (2002). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deduktif yaitu metode yang digunakan dalam sebuah penelitian disaat
peneliti berangkat dari sebuah teori, kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta.
Cara berpikir deduktif, menggunakan analisis yang berpijak dari pengertian-
pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya
memecahkan persoalan khusus dijelaskan dalam Mardalis (1995).
Kuesioner
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diajukan kepada
responden. Kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan data yang efisien,
bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan dan bagaimana
mengukur variabel yang diamati. Melalui kuesioner akan diperoleh informasi
secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan penelitian. Pengambilan data
primer melalui kuesioner diperlukan untuk membatasi jawaban responden sehingga
diperoleh data yang terfokus pada topik penelitian.
Wawancara
Wawancara dilakukan secara terstruktur dimaksudkan untuk memperluas jawaban
responden. Metode ini dilaksanakan secara langsung terhadap penyandang
disabilitas. Wawancara terhadap penyandang disabilitas dimaksudkan untuk
memperoleh pandangan mereka terhadap aspek keamanan sebagai pengguna dan
pengalaman mereka menggunakan sarana prasarana rumah susun. Wawancara
digunakan untuk memperdalam jawaban penyandang disabilitas terhadap
kuesioner. Wawancara juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai suatu
kegiatan yang sedang dilakukan responden, dengan menanyakan beberapa poin
pertanyaan saja dari kuesioner.
Sampling
Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan jenis non probability
sampling dimana berdasarkan penjelasan Rozani (2003), non probability sampling
tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability dan pemilihan sampel tidak secara
random. Ada tiga cara untuk jenis sampling ini yaitu dengan cara purposive
sampling, accidental sampling, dan quota sampling. Pada penelitian ini penulis
menentukan jumlah sampling dengan menggunakan rumus solvin. Dimana peneliti
menggunakan jumlah penduduk Desa Karet sebanyak 26.885 jiwa dengan batas
toleransi sebesar 10%. Adapun rumus solvin yang digunakan sebagai berikut.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 𝑒2
26.885
𝑛=
1 + 26.885 ( 10)2
26.885
𝑛=
269,85
𝑛 = 99,6 dibulatkan menjadi 100
Hasil menunjukan pengambilan sampel ini ditujukan untuk 100 orang dimana
peneliti menggunakan metode accidental sampling. Dengan metode ini nantinya
peneliti mewawancarai penduduk Desa Karet secara kebetulan.