Makalah Forensik
Makalah Forensik
PENDAHULUAN
kematian merupakan suatu proses dimana fungsi dan metabolisme sel organ-organ
internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu mati somatis,
mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak. Mati somatis (mati klinis) terjadi
akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu susunan saraf
pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan, yang menetap. Mati seluler
adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul akibat terhentinya
penggunaan oksigen serta metabolisme normal sel dan jaringan. Proses ini
kemudian diikuti oleh proses autolisis dan pembusukan (Howard, dkk,. 2007).
Setiap sel tubuh memiliki perbedaan waktu untuk mengalami kematian sel
memerlukan waktu paling cepat yaitu 3-7 menit setelah sel kehabisan oksigen.
Pada tubuh terjadi kematian sel demi sel dan kematian secara keseluruhan akan
terjadi dalam beberapa jam. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak
yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
lainnya yaitu respirasi dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati batang otak adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial
yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati
batang otak, maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat
seseorang melalui tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam investigasi suatu kasus
dkk,. 1988).
terhadap para tersangka pelaku tindak pidana. Seorang ahli forensik harus mampu
kematian timbul akibat abnormalitas dari aspek biokimia dan fisiologi tubuh yang
berasal dari kata thanatos yang berarti berhubungan dengan kematian dan logos
yang berarti ilmu. Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor
Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau
beberapa menit kemudian. Tanda-tanda kematian dibagi atas tanda kematian pasti
dan tidak pasti. Tanda kematian tidak pasti adalah penafasan berhenti, sirkulasi
terhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, pembuluh darah retina
adalah lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu
tubuh (algor mortis), pembusukan, mumifikasi, dan adiposera (Howard, dkk,.
2007).
kejadian perkara.
Menjadi bekal bagi dokter mengetahui cara – cara memperkirakan saat kematian
TINJAUAN PUSTAKA
kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran
definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi
fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya
dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang
menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian
batang otak.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang
otak). Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu
sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap
Pada kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks,
elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak
namun masih dapat terdeteksi dengan alat canggih. Dewasa ini sudah tidak
dikenal lagi kata mati suri dalam kepustakaan baru oleh karena kemampuan
Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi
batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang
dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan . Keadaan yang
mirip dengan kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada
ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti ini sering ditemukan pada
kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam. Mati
seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh
yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup
kematian seluler pada tiap organ tidak bersamaan. Mati serebral ialah suatu
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh
mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau
beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah
berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan kornea hilang, kulit pucat
dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati
(hipostasis atau lividitas pasca mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan
palpasi, auskultasi)
teraba.
kebiruan.
kemudian menetap.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit
Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang disebabkan
karena tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam otot. Pada saat awal
kematian, tubuh menjadi flaccid. Namun dalam 1 hingga 3 jam setelah itu,
kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi imobilisasi pada sendi (Dix, dkk,.
2001).
otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP
menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan myosin tetap
lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak tebentuk lagi,
aktin dan myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku (Sepherd, dkk,. 2003).
Gambar 1: Sumber energi untuk kontraksi otot.
kontraksi otot selama beberapa detik. Terdapat tiga jalur metabolisme yang
mempertahankan agar pasokan ATP dalam otot tetap tersedia yaitu sistem
fosfagen, sistem glikogen-asam laktat dan sistem aerobik. Ketika otot menjadi
anoksia maka suplai oksigen berkurang sehingga ATP tidak diproduksi sehingga
terjadi proses glikolisis aerobik sehingga meningkatkan kadar asam laktat dan
asam piruvat. Kadar glikogen dalam otot berkurang, pH seluler menjadi 6 dan
digunakan oleh otot untuk berkontraksi selama 10-15 detik, sistem glikogen asam
laktat menyediakan energi selama 30 hingga 40 detik dan sistem aerobik untuk
relaksasi otot.
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot baik otot lurik maupun otot
polos dan bila terjadi pada otot anggota gerak, maka akan didapatkan suatu
kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan tenaga untuk
sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat
dalam setiap otot. Keadaan ini dapat menerangkan alasan kaku mayat mulai
tampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Kaku mayat
biasanya tampak pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada
lutut. Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan oleh
karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita
Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya
terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna
setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku,
dan lutut sudah tidak dapat digerakkan lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah
kematian pada suhu ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36 jam dan
setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang (Howard, dkk,. 2007).
sebagai goose bumps (cutis anserina). Hal ini menunjukkan mayat terpapar
berkisar antara 0,2-0,9 cm. Sisi luar pupil tidak selamanya berbentuk
sirkuler. Kedua pupil dapat berubah secara tersendiri dan memiliki ukuran
yang tidak sama. Namun demikian, ukuran pupil tidak dapat digunakan
untuk menentukan sebab kematian. Ukuran kedua pupil yang tidak sama
Rigor mortis pada otot skelet menyebabkan terjadinya kekakuan pada sendi.
Terdapat sejumlah ATP yang cukup pada awal fase postmortem yang
Onset
Rigor terjadi secara bersamaan di semua otot, tetapi terjadi lebih cepat
pada kelompok otot yang lebih kecil. Perubahan rigor mortis tidak terjadi
bervariasi mulai dari 2 hingga 20 jam. Seseorang yang mati dalam keadaan
supine menunjukkan sedikit fleksi pada siku dan lutut. Rigor bertahan
otot wajah dan menyebar ke dada, ekstremitas lalu ke seluruh tubuh. Pola
kematian.
pada tubuh setelah kematian akibat pengendapan darah sesuai gaya gravitasi yang
tidak lagi dipompa melalui tubuh oleh jantung. Lebam mayat terbentuk bila
gravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah tetapi plasma akhirnnya
Indriati, 2011).
Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai
perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpalan darah terjadi secara
lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat
Livor mortis biasanya terlihat sekitar 1 jam setelah kematian dan sering
terlihat, dalam waktu 20-30 menit setelah kematian. Perubahan warna meningkat
dan biasanya menjadi tetap sekitar 8-10 jam pada waktu ini dapat dikatakan lebam
mayat terjadi secara menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh
pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang banyak,
adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh
darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-
12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari
dapat member indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna.
darah merah juga akan rusak. Pigmen-pigmen dari pecahan darah merah akan
keluar dari kapiler yang rusak akan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga
menyebabkan warna lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan
dengan ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan posisi dilakukan
setelah 12 jam dari kematiannya. Maka lebam mayat baru tidak akan timbul pada
posisi terendah, karena darah sudah mengalami koagulasi (Dix, dkk,. 2000).
Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relative.
Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian,
bila telah terbentuk lebam primer kemudian dilkukan perubahan posisi maka akan
terjadi lebam sekunder pada posisi berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang
ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada
tubuh. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran lebam ini adalah
tidak pasti, Poslon mengatakan “untuk menunjukan tubuh sudah diubah dalam
pembusukan sudah mulai terjadi. Fenomena ini sering terjadi pada asphyxia atau
terhenti ------> Pengendapan butir darah dalam kapiler dalam letak rendah
Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi.
Kalor dan energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti
glukosa, lemak, dan protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah
glukosa. Satu molekul glukosa dapat menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang
nantinya digunakan sebagai sumber energi dalam berbagai hal seperti transpor
ion, kontraksi otot dan lain-lain. Energi sebanyak 36 ATP hanya menyusun sekitar
38% dari total energi yang dihasilkan dari satu molekul glukosa. Sisanya sebesar
62% energi yang dihasilkan inilah yang dilepaskan sebagai kalor atau panas
(Algozi, 2011).
Gambar 6: Glukogenesis.
sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi konduksi, dan pancaran
panas. Proses penurunan suhu pada mayat ini biasa disebut algor mortis. Algor
mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih
dan hepar.
suhu.
Pada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu
penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali.
Jika dirata-rata maka penurunan suhu tersbut antara 0,9 sampai 1 derajat celcius
atau sekita 1,5 derajat Farenheit setiap jam, dengan catatan penurunan suhu
dimulai dari 37 derajt celcius atau 98,4 derajat Farenheit sehingga dengan dapat
dirumuskan cara untuk memperkirakan berapa jam mayat telah mati dengan
rumus (98,4oF- suhu rektal oF) : 1,5oF. Pengukuran dilakukan per rektal dengan
1.Faktor Internal
suhu tubuh tinggi. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati ini akan
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan
2.Faktor Eksternal
a. Suhu medium
Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin
cepat terjadinya penurunan suhu. Hal ini dikarenakan kalor yang ada di
Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal
ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik.
Selain itu, aliran udara juga makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.
c. Jenis medium
Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air
d. Pakaian mayat
Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin
cepat. Hal ini dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu
D. Pembusukan
Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan tubuh yang terjadi setelah
1. Autolisis
oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan
Pada autolisis terjadi pelepasan enzim yang berasal dari pankreas dan asam
enzim ini dilepaskan oleh sel eksokrin dari pancreas dan enzim ini mencernakan
dirinya sendiri (terjadi autodigesti). Lambung terdiri dari banyak sel yang
sel lambung dan memberikan autodigesti dari mukosa lambung itu sendiri
(gastromalasia). Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka akan menyebabkan
perforasi dari lambung. Proses yang sama juga terjadi pada esophagus akibat dari
Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis, suasana lingkungan
sekitar menjadi anaerobik. Pada saat ini, bakteri normal pada tubuh akan mulai
2. Putrefaction
bakteri. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh
segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut
untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan traktus
dalam jaringan yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar oksigen (Howard,
dkk,. 2007).
munculnya warna kehijauan pada kulit yang sering ditemukan pada kuadran
bawah abdomen, dan biasanya tampak juga pada periumbilikus dan bagian
abdomen kiri bawah. Hal ini dapat terlihat 36 hingga 72 jam setelah kematian
pada suhu sekitar 70oF. Warna kehijauan disebabkan karena penyebaran bakteri
anggota gerak, lalu wajah. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana,
H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.Hasil dari putrefaction adalah
udara, cairan, dan garam. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-
met-hemoglobin dimana H2S yang berasal dari pemecahan protein akan bereaksi
dengan Hb, membentuk Hb-S dan Fe-S. Secara bertahap warna kehijauan ini akan
menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman
Pada keadaan ini, kulit tampak lebih licin dan tampak vesikel dan bulla
yang multipel. Kulit ari kemudian akan dengan mudah terlepas bila tergeser atau
disertai dengan bau pembusukan, yang bila dipecahkan akan tampak kulit pada
dasar gelembung tersebut licin dan berwarna merah jambu. Kulit tampak lebih
mudah terkelupas bagian epidermisnya. Selain itu, rambut pada daerah kulit ini
Gambar 8: Tampak kulit yang licin disertai dengan vesikel dan bulla yang
telah pecah.
Gambar 9 : Patomekanisme pembusukan.
dan mumifikasi :
Adiposera
paskamati. Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang
terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot,
Mumifikasi
berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan
Grafik di bawah ini menunjukkan perubahan post mortal yang dikaitkan dengan
Forensik Entomologi
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada
jaringan tubuh mayat dan juga memakan serangga lain. Dari tiga kelompok ini,
kerusakan tubuh mayat, dan berapa tipe serangga dan berapa generasi serangga
berubahnya bentuk luka dan bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat
umumnya terdeposit pada mayat segera setelah kematian pada siang hari. Bila
mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan dari mayat, maka
dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara 1 sampai 2 hari.
spesies lalat. Setelah menetas, larva berkembang lebih besar hingga akhirnya
mencapai tahap pulpa. Tahap ini dapat memakan waktu 6 sampai 10 hari pada
kondisi tropis biasa. Lalat dewasa keluar dari pulpa pada 12 sampai 18 hari.
serangga, karenanya dari opini para penulis, suatu usaha memperkirakan saat
tidak lengkap. Pada metarmorphosis tidak lengkap, versi kecil Dari serangga
dewasa menetas dari telur. Serangga bertahap ini secara bertahap matang
telur sebagai larva. Larva ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan
bentuk dewasanya. Setelah beberapa waktu larva memasuki fase istirahat, yang
disebut pupa. Dari pupa serangga keluar sebagai serangga telah terbentuk
Humor Vitreus
Memperkirakan saat mati secara kimia dalam humor vitreus sudah pernah
dicoba selama 30 tahun belakangan ini, walaupun tidak pernah diterima sebagai
pemeriksaan rutin. Dasar pemikiran dari digunakannya humor vitreus dalam
penentuan saat mati ialah karena cairan ini bebas terkontaminasi dari darah,
Sebenarnya banyak yang dapat dinilai untuk penentuan saat mati melalui humor
potassium dan menghubungkannya dengan saat kematian, dan John Coe adalah
yang setelah kematian menjadi membran yang permeable, dan kemudian masuk
kedalam corpus vitreus. Disini terdapat peningkatan yang nyata dan progressif
dari konsentrasi potassium sesudah mati, tetapi masih menjadi perdebatan apakah
peningkatan ini secara linear atau bifasik. Cara pengambilan humor vitreus ini
tidaklah sulit, hanya dibutuhkan 2 ml dari tiap mata dengan jarum lunak syringe
no 20. Sering didapati perbedaan kadar potassium mata kiri dan mata kanan dalam
satu individu. Selain itu bila aspirasinya dilakukan secara paksa atau terlalu dekat
dengan retina dapat mengubah nilai dari hasil pemeriksaan oleh karena potassium
mencapai vitreus dengan jalan menembus retina. Pengaruh suhu juga masih
Elektrolit lain yang dapat diperiksa dari humor vitreus adalah konsentrasi
kadar sodium dan chlorida dapat diperkirakan, dimana penurunan chlorida kurang
penurunan sodium disini tidak signifikan pada beberapa jam pertama, berbeda
vitreus untuk penentuan saat mati dengan menggunakan rumus (Ferryal, 2011) :
memberi hasil yang berbeda pula, sebagai contoh Coe pada tahun 1985
mmol/l kurang untuk sodium , 7 mmol/l kurang untuk potassium dan 10 mmol/l
mengalami saat mati yang lama seperti pada penyakit-penyakit kronis dengan
retensi nitrogen memberi hasil yang berbeda bila dibandingkan dengan sudden
dalam mmol/l bila sodium >155 ,chloride > 135, dan urea > 40 ini dipercaya
sebagai indiksasi dari dehidrasi antemortem. Bila sodium dan choride adalah
normal tetapi kelebihan urea adalah 150, diagnosis uremia dapat diterima. Angka
ditemukan dalam autopsi adalah mendiagnosa diabetes yang tidak terkontrol dan
hypoglikemia, glukosa pada cairan vitreus biasanya turun setelah kematian dan
akan mencapai angka nol dalam beberapa jam. Coe pada tahun 1973
melakukan 6000 analisa , dan dia mendapatkan glukosa vitreus yang lebih dari
11.1 mmol/l adalah indikator yang tidak variable dari diabetes gula darah rendah
vitreus yang kurang dari 1.4 mmol/l marupakan petunjuk adanya gula darah yang
reliable untuk dapat digunakan sebagai pegangan. Pada hipotermia terdapat juga
peningkatan glukosa vitreus tetapi tidak lebih besar dari 11.1 mmol/l (Ferryal,
2011).
penentuan saat mati adalah bahwa makanan hampir mempunyai waktu yang sama
di lambung sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum yang secara fisik
sudah diubah oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu ditelan.
lambung dalam 1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan yang jumlahnya
6 sampai 8 jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6 jam untuk
makan daging dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-bijian dan
kacang-kacangan. Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat bervariasi dari
menarik. Bila makanan padat dimakan bersama dengan air maka air akan
meninggalkan lambung lebih cepat terlepas dari sifat atau kandungan kalori dari
bagian yang padat. Akan tetapi cairan yang mengandung kalori ternyata tinggal
konstan, waktu pengosongan lambung yang lama tidak hanya disebabkan oleh
penyakit dalam saluran cerna saja tetapi juga oleh faktor-faktor psikologis atau
Pertumbuhan Rambut
dalam membuat perkiraan kapan saat cukur terakhir. Sejak rambut berhenti
pertumbuhannya pada saat kematian maka panjang dari jenggot mayat mungkin
dapat menjadi pemikiran tentang lamanya waktu antara kematian dan cukur
rambut adalah 0,4 mm/hari, sedangkan Balthazard seperti yang dikutip oleh
adalah 0,5 mm/hari, dan menurut Glaister pada tahun 1973 adalah 1-3
mm/minggu, akan tetapi pada tiap2 individu mempunyai perbedaan dalam rata
pertumbuhan dalam area yang sama, juga variasi rata-rata dari satu tempat ke
tempat lain di muka dan juga berbeda dari satu individu ke individu yang lain.
Selain itu variasi musim atau iklim mempengaruhi metabolisme dari tubuh itu
sendiri. Pada pria rata-rata pertumbuhan rambut pipi adalah 0,25 mm/hari dalam
diletakkannya di atntara slide dan gelas objek yang kemudian diukur dibawah
mikroskop 80% dari rambut-rambut ini aka menunjukkan panjang yang sama
(Ferryal, 2011).
mati harus dilakukan dalam 24 jam pertama sesudah kematian karena sesuadah ini
kulit akan mengkerut dan ini akan menyebabkan rambut akan lebih menonjol di
atas permukaan dalam 48 jam setelah kematian, fenomena ini yang sering dikira
Tulang
Gambaran Fisik
berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin
masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada
tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat
dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat
bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada
tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama,
walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun
Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
2. Warna Tulang
kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan
masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan
dan keadaan permukaan tulang. Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori,
pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua.
Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang
panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan
memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada
daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma,
maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada
daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh
tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan
sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi,
seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal ini sering karena lapisan
luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di
bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini
terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang
tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks
tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar
sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari
(Ritongga, 2004).
a. Tes Fisika
Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra
violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang
violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan
pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak
terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum
tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan
berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan
sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes fisika yang lain adalah pengukuran
kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan
terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua
kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari
abad berikutnya.
b. Tes Serologi
kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang
serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di
Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi
umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang
yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk (Ritongga, 2004).
mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti
reagen coombs, lama kematian kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi
c. Tes Kimia
baru mengandung kira-kira 4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat.
bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung
kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain
menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur
tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per
centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun
(Ritongga, 2004).
terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah
yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik
jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin dan
Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat
kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah
beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan
hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa
Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian
kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih
(Ritongga, 2004).
disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan
padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad,
sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat.
jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang
KESIMPULAN
kematian merupakan suatu proses dimana fungsi dan metabolisme sel organ-organ
internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu mati somatis,
mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak. Mati somatis (mati klinis) terjadi
akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu susunan saraf
pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan, yang menetap. Mati seluler
adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul akibat terhentinya
Bila seseorang meninggal dunia maka siklus oksigen akan terhenti , tubuh
kematian atau tanda kematian tidak pasti dimana susunan saraf pusat akan
gerakan nafas berhenti, kulit pucat dan otot mengalami relaksasi. Setelah beberapa
waktu akan timbul perubahan pasca mati yang memungkinkan diagnosis kematian
lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa
lebam mayat, kaku mayat, penurunan suhu tubuh pembusukan, mumifikasi dan
Selain itu, terdapat juga metode penentuan cara kematian terkini yaitu,
semua saranan yang ada, penentuan saat kematian yang tepat adalah tidak
Dix, J., Calaluce, R. Rigor Mortis in : Guide to Forensic Pathology. New York:
Pounder, DJ. Lecture Notes Postmortem Changes and Time of Death. Department
Shkrum, MJ., Ramsay, DA. Postmortem Changes The Great Pretenders in:
Indriati Etty. Mati: tinjauan klinis dan antropologi forensik [homepage on the
http://www.freewebs.com/dekomposisi_posmortem/dekomposisi.htm
Halfian , Tanatologi [homepage on the internet] No date [cited 2011 oktober 02]
Ferryal basbet, Perkiraan saat mati [homepage on the internet] No date [cited
http://www.freewebs.com/forensicpathology/
Ritongga Mistar: Penentuan Lama kematian Dilihat Dari Keadaan Tulang; USU