Anda di halaman 1dari 22

48

“Demensia Pada Penyakit Parkinson”

Disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan

Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri

Oleh:

Indri Puji Lestari


NPM. 18360091

Pembimbing:

dr. Mustafa M. Amin, M.Ked. KJ., M.Sc., Sp. KJ (K).

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PSIKIATRI


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT. atas rahmat yang

dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul

“Demensia Pada Penyakit Parkinson”. Penyusunan tugas paper ini dimaksudkan

untuk mengembangkan wawasan serta melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik

Senior Bagian Ilmu Psikiatri yang diberikan pembimbing.

Penulis menyampaian ucapan terima kasih kepada dr. Mustafa M. Amin,

M.Ked. KJ., M.Sc., Sp. KJ (K) selaku pembimbing dalam kepaniteraan klinik

ilmu kedokteran Psikiatri serta dalam penyelesaian tugas referat ini. Dalam

penulisan tugas referat ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna

penyempurnaan di masa yang akan datang.

Medan, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ......................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................


1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan ................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Parkinson .................................................................................. 3
2.2. Demensia Parkinson ................................................................. 9

BAB III KESIMPULAN .......................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sindrom parkinson adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor

waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat

penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab. Mungkin terdapat

kegagalan pelepasan dopamin dari akson nigastriatal, output yang berkurang

dari akson ini atau kegagalan mengikat dopamin oleh resptor dopaminergik

di ganglia basal. Sindrom ini mencakup berbagai kondisi dengan beragam

etiologi dengan gejala klinis yang mirip atau hampir mirip.1

Terdapat dua istilah yang peru dibedakan, yaitu penyakit Parkinson dan

Parkinsonism. Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang

secara patologi ditandai dengan degenersasi ganglia basalis terutama di

Substansia Nigra parscompacta yang disertai adanya inklusi sitoplasmik

eosinofilik (Lewy bodies).2.Hingga saat ini diagnosis dari penyakit parkinson

didasarkan pada kriteria klinik, karena belum adanya tes definitif dalam

menegakkan diagnosis penyakit parkinson. Resting tremor, bradikinesia,

rigidity, dan postural instability secara umum merupakan tanda-tanda pokok

dari penyakit parkinson dan merupakan suatu disfungsi motorik. Adanya

tanda – tanda spesifik tersebut diatas merupakan hal yang dapat membedakan

penyakit parkinson dengan parkinsonian disorder (parkinsonism). Sindrom

Parkinson dapat terjadi pada jenis etnis manapun; di Amerika dan Eropa Barat

1
prevalensinya mencapai 1-2/1000 populasi, dengan distribusi jenis kelamin

yang merata. Sindrom ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Resik terjadinya sindrom parkison dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

lingkungan, perokok, peminum kopi dan alkohol, hipertensi dan juga

genetik4. Beberapa penelitian epidemiologik menunjukkan peningkatan

resiko (2-3 x) Parkinson pada keluarga dekat dari pasein Parkinson.3

Demensia terjadi pada sekitar 20% hingga 60% orang yang menderita

penyakit Parkinson (Parkinson disease) (APA,2000), suatu penyakit

neurologis yang berkembang sangat perlahan dan sangat mempengaruhi

antara setengah hingga satu juta orang di Amerika Serikat. Penyakit ini

sendiri mempengaruhi baik laki-laki maupun perempuan dan paling banyak

menyerang antara usia 50 dan 69 tahun

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan

gambaran ringkas mengenai demensia pada penyakit Parkinson terutama

gejala klinis, diagnosis serta penanganan yang tepat pada pasien.

1.3. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta

pembaca mengenai demensia pada penyakit Parkinson. Selain itu, makalah

ini juga akan dijadikan untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di

bagian Psikiatri FK Universitas Malahayati.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Parkinson

Sindrom Parkinson adalah suatu keadaan yang menggambarkan gejala

sistem motorik yang kompleks seperti yang digambarkan oleh dr.James

Parkinson pada tahun 1817 sebagai suatu paralisis agitans, kemudian Charcot

mengenalina sebagai Penyakit Parkinson Idiopatic sampai penyakit ini

diketahui sebagai simdrom yang lebih kompleks lagi, yang mellibatkan baik

sistem motorik maupun non-motorik. Penyebab utama dari parkinson adalah

degenerasi dari nueron di gangia basalis terutama di substansia nigra pars

compacta penghasil dopamin.1

Dalam tulisannya yang berupa buku kecil “An essay on the shaking

palsy”, James Parkinson untuk pertama kalinya mendeskripsikan gejala –

gejala klinik dari suatu sindrom, yang pada nantinya sindrom tersebut

dinamakan sesuai dengan namanya sendiri. Pada saat itu dia berhasil

mengidentifikasi 6 (enam) kasus, dimana 3 diantara kasus tersebut diperiksa

sendiri olehnya, dan 3 lainnya hanya melalui observasi di kota London. James

Parkinson sendiri menggunakan istilah “Paralysis Agitans”, yang oleh

Charcot pada abad ke 19 menjulukinya sebagai “maladie de Parkinson” atau

“Parkinson’s Disease”. Charcot juga berhasil mengenali bentuk non-tremor

dari Parkinson’s Disease dan secara benar mengemukakan bahwa

3
kelambanan gerakan harus dibedakan dari kelemahan atau pengurangan

kekuatan otot.

Lebih dari 100 tahun kemudian setelah deskripsi yang dikemukakan

oleh Parkinson yaitu pada tahun 1919, diketahui bahwa pasien dengan

penyakit parkinson kehilangan sel-sel di substansia nigra. Pada tahun 1957,

dopamin diketemukan sebagai putative neurotransmitter oleh Carlsson dan

koleganya di Lund, Swedia. Pada tahun 1960 didapatkan penemuan oleh

Ehringer dan Hornykiewicz yang menyatakan bahwa konsentrasi dopamin

menurun secara tajam di striatum pasien dengan penyakit Parkinson. Hal

tersebut merintiskan jalan pada dilakukannya percobaan pertama penggunaan

levodopa pada pasien dengan penyakit Parkinson. Penggunaan levodopa

tersebut kemudian mengantarkan Carlsson mendapatkan “Nobel Prize in

Medicine” pada tahun 2000.3

Sindrom parkinson adalah suatu sindrom yang dimanifestasikan oleh

kombinasi dari beberapa gambaran klinik, yaitu Tremor saat istirahat,

rigiditas, bradikinesia,, kehilangan refleks postural,dan blok motorik. Gejala

parkinson muncul apabila kematian neuron dopaminergik mencapai 70 %

atau lebih. Gejala ini dulu dikenal sebagai gejala spesifik dari penyakit

parkinson, tapi kemudian pada penyakit neurodegeneratif lainnya ditemukan

juga menifestasi dari gejala tersebut, begitu pula dengan kondisi-kondisi

seperti infeksi (ensefalitis letargi), intoksikasi (karbon monoksida,

manganese), kondisi iatrogenik (agen dopamanirgic antagonis) dan penyakit

sususan saraf pusat (hidrosefalus, infark).2

4
Karena sindrom parkinson dapat muncul pada berbagai keadaan

tersebut, akan sulit untuk mengidentifikasi kondisi spesifik dan

membedakannya dengan Penyakit parkinson idiopatik.

Faktor Penyebab

Penyebab utama dari kematian neuron dopaminergik pada Parkinson

sampai sekarang masih belum dapat diketahui secara pasti, patologi utamanya

adalah defisiensi neurotransmiter dopamin di striatum akibat kematian

neuron dopaminergik di substansia nigra pars compacta. Beberapa faktor

yang diperkirakan berperan atas kematian neuron dopaminergik ini adalah :

1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50

sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan

dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal,

terutama pada substansia nigra pada penyakit parkinson.

2. Genetik : Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan

pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan

panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism

autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson,

ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di

kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.

Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala

parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.

5
3. Faktor Lingkungan : Penduduk yang tingga di daerah yang padat dapat

meningkatkan resiko terjadinya Parkinson. Beberapa penelitian

epidemiologi telah menunjukkan hubungan antara penggunaan pestisida

dan preservasi kayu. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah

hubungan antara merokok dan perkembangan dari penyakit ini. Sangat

memungkinkan juga bahwa disfungsi mitokondrial ada parkinson dipicu

oleh satu atau lebih bahan-bahan toksin.5

4. Trauma kepala : Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit

parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar.

5. Ras: Orang kulit putih lebih sering daripada orang asia dan afrika3

Gejala Klinis

Parkinson merupakan penyakit dengan berbagai gejala seperti gangguan

motorik dan non motorik.

Gangguan Motorik

1. Tremor; Biasanya tremor sring muncul unilateral (sesisi) dan dapat

terbatas pada satu ekstremitas atas selama berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun. Tremor mula-mula terlihat pada jari-jari dan ibu jari

dengan gerakan seperti membuat pil (pil rolling tremor). Kemudian akan

melibatkan seluruh ekstremitas yang terkena. Kepala, bibir dan lidah

sering kali tidak terlihat kecuali pada stadium lanjut.Tremor terjadi pada

saat istirahat dengan frekuensi 4-5 Hz dan menghilang pada saat tidur.

Tremor disebabkan oleh hambatan pada aktivitas gamma motoneuron.14

6
2. Rigiditas; Pada stadium awal rigiditas otot terbatas pada satu ekstremitas

dan hanya terdekteksi pada gerakan pasif. Rigiditas terlihat sebagai

kekakuan pada persenian serta peningkatan tonus otot.17 Salah satu gejala

awal dari rigiditas adalah hilangnya gerak asosiasi lengan bila berjalan

(lenggang lengan menghilang atau berkurang). Kombinasi resting tremor

mengakibatkan bunyi seperti gigi roda yang disebut cogwheel rigidity

yang muncul pada gerakan pasif.Meningkatnya tonus otot pada sindrom

parkinson disebabkan oleh meningkatnya aktivitas motorneuron alfa.

3. Bradikinesia; Diawali oleh gerakan lambat dan merupakan tanda yang

sangat spesifik pada parkinson dan menyebabkan kesulitan untuk memulai

pergerakan serta menghentikan gerka tersebut.15 Sulit untuk bangkit dari

kursi, lamban mengenakan pakaian. Ekpresi muka atau wajah dapat juga

berkurang (muka topeng). Bila bicara gerka lidah dan bibir menjadi

lamban. Gerak halus seperti menulis menjadi sulit atau menghilang.

Bradikiinesia juga mengakibatkan langkah menjadi kecil.15

4. Hilangnya postural refleks; Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi

dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata,

pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu

kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah

jatuh.16

5. Postur fleksi dari leher, badan dan ekstremitas

7
6. Freezing phenomenon; Pada keadaan penyakit yang lanjut pasien tiba-tiba

bisa terhenti bila sedang berjalan dan mngalami kesulitan untuk memulai

jalan lagi.

Gambar 1. Rigiditas, Tremor,Hilangnya Postural Refleks pada Parkinson 7

Gangguan Non Motorik

Gangguan Non motorik penting untuk menentukn quality of life dari

seorang penderita parkinson. Tanda-tanda klinik non-motorik yang

ditemukan berupa gangguan sensorik, autonomik, dan gangguan psikiatri.5

8
1. Disfungsi autonomic

 Disfungsi parasimpatis cholinergic (mulut kering, konstipasi,

inkontinensia urine, kegagalan ereksi)

 Disfungsi simpatis cholinergic (disfungsi termoregulasi, hypo atau

hiperhidrosis)

 Disfungsi simpatis noradrenegic ( disfuungsi cardiiovaskular,

hipotensi ortostatik)

2. Gangguan tidur (insomnia, Sleep atacks, Excessive daytime sleepiness,

REM sleep behavioral disorder)

3. Gangguan neuropsikiatri (Apathy, Anxietas, depresi, Mild cognitive

impairment, Dementia, psikosis)

4. Hal-hal lain seperti kelelahan, dan nyeri.

2.2. Demensia Parkinson

Penyakit Parkinson adalah gangguan degeneratif yang berkaitan

dengan usia dari sel-sel otak tertentu. Ini terutama mempengaruhi gerakan

tubuh, tapi masalah lain, termasuk demensia, dapat terjadi. Hal ini tidak

dianggap sebagai penyakit keturunan, meskipun kaitangenetik telah

diidentifikasi di sejumlah kecil keluarga.

Gejala yang paling umum dari penyakit Parkinson adalah tremor

(gemetar atau gemetar) tangan, lengan, rahang, dan wajah; kekakuan

(kekakuan) pada batang tubuh dan anggota badan; lambatnya gerakan; dan

kehilangan keseimbangan dan koordinasi.

9
Gejala lain termasuk kesulitan berbicara, (atau berbicara dengan sangat

lembut), masking wajah (ekspresi wajah seperti topeng), menelan, dan

membungkuk postur.Gejala memburuk secara bertahap selama bertahun-

tahun.

Depresi, kecemasan, kepribadian dan perilaku perubahan, gangguan

tidur, dan masalah seksual yang umumnya terkait dengan penyakit Parkinson.

Dalam banyak kasus, penyakit Parkinson mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berpikir, alasan, belajar, atau mengingat (proses

kognitif)Pada beberapa orang dengan penyakit Parkinson, namun, satu atau

lebih proses kognitif terganggu.

Jika gangguan ini cukup berat sehingga mengganggu kemampuan

seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari, itu disebut demensia.

Untungnya, demensia terjadi di hanya sekitar 20% dari orang-orang dengan

penyakit Parkinson. Jika pasien penyakit Parkinson mengalami halusinasi dan

memiliki kontrol motor yang parah, mereka berada pada risiko tinggi untuk

demensia. Perkembangan demensia lambat. Biasanya, orang yang dengan

gejala demensia sekitar 10 sampai 15 tahun perkembangannya setelah

diagnosis awal penyakit Parkinson.Sekitar 500.000 orang di Amerika Serikat

memiliki penyakit Parkinson, dan sekitar 50.000 kasus baru didiagnosa setiap

tahun.

Penyakit Parkinson sering tumpang tindih dengan gangguan otak

degeneratif lainnya yang dapat menyebabkan demensia, seperti penyakit

Alzheimer dan penyakit pembuluh darah dalam otak.Beberapa peneliti

10
menyarankan bahwa setidaknya 50% dari orang-orang dengan penyakit

Parkinson memiliki beberapa kerusakan kognitif ringan dan memperkirakan

bahwa sebanyak 20% sampai 40% mungkin memiliki gejala yang lebih parah

atau demensia. Kebanyakan orang memiliki gejala pertama penyakit

Parkinson setelah usia 60 tahun, tetapi penyakit Parkinson juga

mempengaruhi orang-orang muda. Awal-awal penyakit Parkinson

menyerang orang sekitar usia 40 tahun, atau bahkan lebih awal.

Terlepas dari usia saat onset penyakit, gejala demensia cenderung

muncul kemudian (setelah sekitar 10 sampai 15 tahun) dalam perjalanan

penyakit.Demensia adalah relatif jarang pada orang dengan timbulnya

penyakit Parkinson sebelum usia 50 tahun, bahkan ketika penyakit ini dari

durasi panjang.Demensia lebih sering terjadi pada orang dengan usia lebih

tua (sekitar 70 tahun) saat onset penyakit Parkinson.

Faktor Resiko

Faktor risiko demensia pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah

sebagai berikut:

 Usia 70 tahun atau lebih tua

 Depresi, agitasi, disorientasi, atau perilaku psikotik ketika diobati dengan

Parkinson obat penyakit levodopa (Sinamet, Sinemet CR, Parcopa)

 Paparan stres psikologis yang parah

 Penyakit kardiovaskular

 Status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah

11
Gejala Klinis

Gangguan kognitif pada penyakit Parkinson dapat berkisar dari gejala

untuk demensia berat.Gejala kognitif pada penyakit Parkinson biasanya

muncul tahun setelah gejala fisik muncul.Gejala kognitif pada penyakit

Parkinson meliputi berikut ini:

 Hilangnya kemampuan pengambilan keputusan

 Tidak fleksibel dalam beradaptasi dengan perubahan

 Disorientasi dalam lingkungan

 Masalah belajar materi baru

 Kesulitan berkonsentrasi

 Kehilangan jangka pendek dan jangka panjang memori

 Kesulitan menempatkan urutan peristiwa dalam urutan yang benar

 Masalah menggunakan bahasa yang kompleks dan memahami bahasa lain

yang kompleks

Seseorang dengan penyakit Parkinson, dengan atau tanpa demensia,

sering dapat merespon lambat untuk pertanyaan dan permintaan. Mereka

mungkin menjadi tergantung, takut, ragu-ragu, dan pasif. Sebagai penyakit

yang berlangsung, banyak orang dengan penyakit Parkinson mungkin

menjadi semakin tergantung pada pasangan atau pengasuh.

Gangguan mental utama yang umum pada penyakit Parkinson. Dua

atau lebih dari ini mungkin muncul bersama-sama pada orang yang sama.

12
 Depresi: Kesedihan, tearfulness, lesu, penarikan, kehilangan minat dalam

kegiatan pernah dinikmati, insomnia atau tidur terlalu banyak, berat badan

atau berat

 Kecemasan: khawatir berlebihan atau takut yang mengganggu kegiatan

sehari-hari atau hubungan; tanda-tanda fisik seperti kegelisahan atau

kelelahan ekstrim, ketegangan otot, masalah tidur

 Psikosis: Ketidakmampuan untuk berpikir realistis; gejala seperti

halusinasi, delusi (keyakinan yang salah yang tidak dimiliki oleh orang

lain), paranoia (curiga dan merasa dikendalikan oleh orang lain), dan

masalah dengan berpikir jernih; jika berat, perilaku dapat terganggu serius;

jika lebih ringan, perilaku yang aneh, aneh, atau mencurigakan dapat

terjadi.

Kombinasi depresi, demensia, dan penyakit Parkinson biasanya berarti

penurunan lebih cepat kognitif dan kecacatan yang lebih parah. Halusinasi,

delusi, agitasi, dan manik dapat terjadi sebagai efek samping dari terapi obat

penyakit Parkinson, ini mungkin menyulitkan diagnosis demensia Parkinson.

Diagnosis

Tidak ada tes medis definitif yang menegaskan penurunan kognitif atau

demensia pada penyakit Parkinson. Cara yang paling akurat untuk mengukur

penurunan kognitif adalah melalui tes neuropsikologis. Pengujian melibatkan

menjawab pertanyaan dan melakukan tugas-tugas yang telah dirancang

dengan hati-hati untuk tujuan ini. Hal ini dilakukan oleh spesialis dalam jenis

13
pengujian.Pengujian neuropsikologi membahas individu penampilan,

suasana hati, tingkat kecemasan, dan pengalaman delusi atau halusinasi.

Hal menilai kemampuan kognitif seperti memori, perhatian, orientasi

waktu dan tempat, penggunaan bahasa, dan kemampuan untuk melaksanakan

berbagai tugas dan ikuti petunjuk.Penalaran, berpikir abstrak, dan pemecahan

masalah diuji.Pengujian neuropsikologi memberikan diagnosis yang lebih

akurat dari masalah dan dengan demikian dapat membantu dalam

perencanaan pengobatan.Tes diulang secara berkala untuk melihat seberapa

baik pengobatan bekerja dan memeriksa timbulnya masalah baru.

Studi pencitraan: Umumnya, scan otak seperti CT scan dan MRI jarang

digunakan dalam mendiagnosis demensia pada orang dengan penyakit

Parkinson. Positron emisi tomografi (PET) scan dapat membantu

membedakan demensia dari kondisi depresi dan mirip pada penyakit

Parkinson.

Penatalaksanaan

Tidak ada terapi khusus untuk demensia pada penyakit Parkinson.

Meskipun gejala kognitif awalnya mungkin muncul untuk menanggapi obat

yang meningkatkan produksi dopamin, perbaikan ringan dan sementara

kontras dengan respon awal untuk peningkatan kontrol motor dengan obat

pada pasien dengan penyakit Parkinson.Obat demensia penyakit

Parkinson,berbagai obat yang digunakan untuk mengobati gangguan

pergerakan penyakit Parkinson, beberapa mungkin memperburuk gejala yang

14
berkaitan dengan demensia,Ini termasuk dopamin diberikan dalam bentuk

levodopa; obat yang dikenal sebagai agonis dopamin (misalnya, kombinasi

carbidopa dan levodopa dikenal sebagai Sinemet) yang bekerja pada reseptor

dopamin; dan obat-obat yang memperlambat metabolisme dopamin. Mereka

sering digunakan dalam hubungannya dengan inhibitor monoamine oxidase

(MAO B,) seperti rasagiline. Selain itu, obat antikolinergik kadang-kadang

digunakan,obat ini dapat mempengaruhi gejala kognitif dan gangguan mood.

Demensia penyakit Parkinson mungkin menanggapi obat yang

digunakan pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Namun, obat ini, disebut

cholinesterase inhibitor (seperti donepezil [Aricept], rivastigmine [Exelon],

galantamine [Reminyl]), menyebabkan hanya perbaikan kecil dan sementara

kognisi.

Gangguan mood dan psikosis biasanya diobati dengan:

Untuk depresi dan gangguan mood, berbagai antidepresan atau suasana

hati menstabilkan obat, seperti agen trisiklik (seperti nortriptyline [Pamelor]

atau desipramine [Norpramin]) atau selective serotonin reuptake inhibitor

(SSRI, seperti fluoxetine [Paxil] atau citalopram [Celexa] ) digunakan.

Untuk agitasi atau gejala psikotik, antipsikotik atipikal lebih disukai.

Clozapine (Clozaril) sering menjadi pilihan pertama, tetapi mungkin

memiliki efek samping tak tertahankan. Quetiapine (Seroquel) mungkin

menjadi alternatif. Olanzapine (Zyprexa) dan risperidone (Risperdal)

cenderung memperburuk fungsi motorik.

15
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Parkinson adalah gangguan degeneratif yang berkaitan dengan usia

dari sel-sel otak tertentu. Ini terutama mempengaruhi gerakan tubuh, tapi masalah

lain, termasuk demensia, dapat terjadi. Hal ini tidak dianggap sebagai penyakit

keturunan, meskipun kaitangenetik telah diidentifikasi di sejumlah kecil keluarga.

Gejala yang paling umum dari penyakit Parkinson adalah tremor (gemetar

atau gemetar) tangan, lengan, rahang, dan wajah; kekakuan (kekakuan) pada batang

tubuh dan anggota badan; lambatnya gerakan; dan kehilangan keseimbangan dan

koordinasi.

Gejala lain termasuk kesulitan berbicara, (atau berbicara dengan sangat

lembut), masking wajah (ekspresi wajah seperti topeng), menelan, dan

membungkuk postur.Gejala memburuk secara bertahap selama bertahun-tahun.

Depresi, kecemasan, kepribadian dan perilaku perubahan, gangguan tidur,

dan masalah seksual yang umumnya terkait dengan penyakit Parkinson. Dalam

banyak kasus, penyakit Parkinson mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berpikir, alasan, belajar, atau mengingat (proses kognitif)Pada beberapa orang

dengan penyakit Parkinson, namun, satu atau lebih proses kognitif terganggu.

Jika gangguan ini cukup berat sehingga mengganggu kemampuan seseorang

untuk melakukan kegiatan sehari-hari, itu disebut demensia. Untungnya, demensia

terjadi di hanya sekitar 20% dari orang-orang dengan penyakit Parkinson. Jika

pasien penyakit Parkinson mengalami halusinasi dan memiliki kontrol motor yang

16
parah, mereka berada pada risiko tinggi untuk demensia. Perkembangan demensia

lambat. Biasanya, orang yang dengan gejala demensia sekitar 10 sampai 15 tahun

perkembangannya setelah diagnosis awal penyakit Parkinson.Sekitar 500.000

orang di Amerika Serikat memiliki penyakit Parkinson, dan sekitar 50.000 kasus

baru didiagnosa setiap tahun.

Penyakit Parkinson sering tumpang tindih dengan gangguan otak degeneratif

lainnya yang dapat menyebabkan demensia, seperti penyakit Alzheimer dan

penyakit pembuluh darah dalam otak.Beberapa peneliti menyarankan bahwa

setidaknya 50% dari orang-orang dengan penyakit Parkinson memiliki beberapa

kerusakan kognitif ringan dan memperkirakan bahwa sebanyak 20% sampai 40%

mungkin memiliki gejala yang lebih parah atau demensia. Kebanyakan orang

memiliki gejala pertama penyakit Parkinson setelah usia 60 tahun, tetapi penyakit

Parkinson juga mempengaruhi orang-orang muda. Awal-awal penyakit Parkinson

menyerang orang sekitar usia 40 tahun, atau bahkan lebih awal.

Terlepas dari usia saat onset penyakit, gejala demensia cenderung muncul

kemudian (setelah sekitar 10 sampai 15 tahun) dalam perjalanan

penyakit.Demensia adalah relatif jarang pada orang dengan timbulnya penyakit

Parkinson sebelum usia 50 tahun, bahkan ketika penyakit ini dari durasi

panjang.Demensia lebih sering terjadi pada orang dengan usia lebih tua (sekitar 70

tahun) saat onset penyakit Parkinson.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Gangguan Gerak. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. 2002; 67-110
2. Purba JS. Penyakit Parkinson Patofisiologi dan Penganggulangan Tinjauan
Seluler dan Neurobiomolekuler. 2012 . Hal 38-56
3. Stamelou M, Hoegllinger GU . Atypical Parkinsonism : an update . Lippincott
Williams & Wilkins Article . 2013 ; 402-405
4. Wolters EC, Laar VT, Berendse HW (eds). Parkinsonism and Related
Disorder. VU University Press Amsterdam. 131-191
5. Williams DR, Litvan I . Parkinsonian Syndrome . Continuum Journal 2013;
19(5):1189-1212
6. Budiman G. Basic Neuroanatomical Pathways. Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010;17-20
7. Joseph R. Neuropsychiatry, Neuropsychology, Clinical Neuroscience. 3rd
Edition,
Academic Press. New York. 2000. Chapter 6
8. Hoch D. Substantia Nigra and Parkinson Disease. 2009. Available from
URL:http://www.adam.about.net/encyclopedia/Substantia-nigra-and-
Parkinson-s-disease.htm. Accesed 19 September 2018
9. Gasser T, Hardy J, Mizuno Y.Parkinson Disease. 2011. Available from
URL:http://neuropathology-web.org/chapter9/chapter9dPD.html . Accesed
June 2011
10. Duus Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala
Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996. Hal 33-38.
11. Mardjono M, Sidharta P. Neurologis Dasar. Dian Rakyat. 2000;60-66
12. Rana AQ . Etiology and Pathophysiology of Parkinson's Disease. 2011. 1-8
13. Snell RS. Neuroanatomi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Edisi 5. Hal
350-364
14. Sukardi E. Neuroanatomia Medica. Universitas Indonesia. 1984; 311-323
15. Husni A, Suryamiharja A, Ahmad B, Purwasamatra DPG, Akbar M, Tumewah
R, et al. Buku Panduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerak
Lainnya. Kelompok Studi Movement Disorder. 2013; 7-24

18
16. Fahn S, Jankovic J. Movement Disorder. Churchill Livingstone Elsevier. Hal
233-284
17. Boelen M. Factors influencing postural responses in Parkinson's
Disease.2010. Available from URL:
http://www.humankinetics.com/excerpts/excerpts/factors-influencing-
postural-responses-in-parkinsons-disease.Accesed Accesed 19 September
2018
18. Basjiruddin A .Nonmotor Symptoms in Parkinson's Disease. Pertemuan Pokdi
Movement Disorder Perdossi . 2012
19. Pahwa R, Lyons KE .Handbook of Parkinson Disease. 2007 . 24 :409-422
20. Davie CA. Riview of Parkinson’s Disease. British Medical Bulletin 2008;86 :
109 – 127
21. Napodano J. Treatment option for Parkinson. 2012. Available from URL :
http://bionapcfa.blogspot.com/2012/08/looking-at-dipraglurant-for-
parkinsons.html .Accesed Accesed 19 September 2018
22. Miyasaki JM, Martin W, Suchowersky O, et al. Pratice Parameter: Initiation of
Treatment for Parkinson’s disease: An evidence-based review: Report of the
Quality Practice parameter Standart Subcommitee of the American Academy
of Neurologi . 2002;58;11-17
23. Nutt JG, Wooten GF. Diagnosis and Initial Management of Parkinson’s
Disease. New England Jornal of Medicine 2005;353:1021-7.

19

Anda mungkin juga menyukai