Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polimer
Polimer adalah molekul besar atau makromolekul yang
terbentuk dari subunit yang berulang-ulang dan banyak. Karena
jangkauan properties yang luas, baik sintetis maupun polimer
alami dapat menjadi peran yang signifikan dalam kehidupan
sehari-hari manusia. Polimer bermacam-macam mulai dari plastik
sintetis seperti polystyrene sampai ke biopolymer alami seperti
DNA dan protein. Polimer, baik yang alami maupun yang sintetis
dibuat dari hasil polimerisasi dari molekul-molekul kecil yang
banyak yang disebut monomer.
Polimer alami yang berasal dari tumbuhan dan hewan telah
digunakan selama berabad-abad. Polymer alami ini contohnya
kayu, karet, katun, wol, kulit, dan sutra. Pada beberapa aplikasi
material seperti logam dan keramik telah digantikan oleh material
berbahan dasar polimer seiring dengan berkembangnya teknologi
dalam bidang polimer. (Callister, 2007)

2.1.2 Struktur Molekul


Karakteristik fisik dari polimer tidak hanya tergantung
oleh berat molekul dan bentuknya, namun juga dari perbedaan
pada struktur dari rantai molekul nya.

Gambar 2.1 Struktur Molekul Polimer Linear (Callister, 2007)


Polimer linear adalah jenis polimer yang repeat unit nya
disambungkan bersama-sama pada ujung-ujungnya. Gambar 2.1
menunjukkan gambar ikatan dari polimer yang memiliki struktur
linear. Polimer jenis ini memiliki karakteristik yang flexibel.
Beberapa jenis polimer linear adalah polyethylene, poly(vinyl
chloride), polystyrene, poly(methyl methacrylate), nilon dan,
fluorocarbons.

Gambar 2.2 Struktur Molekul Polimer Branched (Callister,


2007)

Polimer branched atau adalah jenis polimer yang memiliki


side-branch chain yang terhubung dengan inti dari rantai polimer
lainnya. Gambar 2.2 menunjukkan gambar ikatan dari polimer
yang memiliki struktur branched. Polimer jenis memiliki
karakteristik berikatan dengan bercabang ke rantai yang lainnya.
Beberapa jenis polimer linear juga dapat dikategorikan sebagai
polimer bercabang seperti High Density Polyethylene (HDPE).

5
Gambar 2.3 Struktur Molekul Polimer Crosslinked (Callister,
2007)

Pada polimer jenis crosslinked rantai linear yang


berseberangan berikatan satu sama lain pada beberapa posisi.
Gambar 2.3 menunjukkan gambar ikatan dari polimer yang
memiliki struktur crosslinked. Rantai-rantai polimer berikatan
karena adanya ikatan kovalen. Crosslinking biasanya dapat
dihasilkan dengan penambahan zat atom ataupun molekul aditif
yang dapat berikatan secara kovalen dengan rantai. Proses ini biasa
disebut dengan nama vulkanisasi. Polimer jenis ini kebanyakan
memiliki properties yang elastis seperti karet.

6
Gambar 2.4 Struktur Polimer Network (Callister, 2007)

Gambar 2.4 menunjukkan gambar ikatan dari polimer


yang memiliki struktur network. Struktur polimer network terjadi
ketika multifunctional monomer membentuk tiga atau lebih ikatan
kovalen aktif yang membuat jaringan tiga-dimensi. Polimer yang
sangat crosslink juga dapat dikategorikan sebaga polimer network.
Polimer jenis ini memiliki sifat mekanik dan sifat thermal yang
spesifik. Beberapa contoh polimer jenis ini adalah epoxy dan
polyurethane. (Callister, 2007)

2.1.3 Sifat Material Polimer


Menurut Bilmeyer (1984), Sifat-sifat khas bahan polimer
adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan cetaknya baik.
2. Pada temperature rendah bahan dapat dicetak dengan
penyuntikan, penekanan, ekstruksi dan seterusnya.
3. Produk ringan dan kuat.
4. Berat jenis polimer rendah dibandingkan dengan logam
dan keramik yang memungkinkan membuat barang kuat
dan ringan.
5. Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik.
Polimer mungkin juga dibuat konduktor dengan jalan
mencampurnya dengan serbuk logam butiran karbon dan
sebagainya.
6. Baik sekali ketahanannya terhadap air dan zat kimia.
7. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat
dibuat tergantung pada cara pembuatannya.
8. Umumnya bahan polimer lebih murah harganya.
9. Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu cukup
diperhatikan pada penggunaanya.
10. Kekerasan permukaan yang sangat kurang
11. Kurang tahan terhadap pelarut.
12. Mudah termuati listrik secara elektrostatis.

7
13. Beberapa bahan tahan abrasi atau mempunyai koefisien
gesek yang kecil.
2.1.4 Jenis Polimer
Jenis polimer yang sering digunakan Sudira (1985) :
1. Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan
berulang kali (recycle) dengan menggunakan panas. Thermoplastic
merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan.
Thermoplastic akan meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti
perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel)
kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan.
Contoh dari thermoplastic yaitu Poliester, Nylon 66, PP, PTFE,
PET, Polieter sulfon, PES, dan Polieter eterketon (PEEK).
2. Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan
melunakkan thermoset melainkan akan membentuk arang dan
terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai
tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Plastik jenis thermoset
tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit
penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%)
dari volume jenis plastik yang bersifat thermoplastic. Contoh dari
thermoset yaitu Epoksida, Bismaleimida (BMI), dan Poli-imida
(PI).

2.2 Plastik
Perkembangan plastik bermula dari ditemukannya plastik
pertama yang berasal dari polymer alami, yakni selluloid pada
tahun 1869 oleh investor Amerika John W, Hyatt dan dibentuk
pada tahun 1872. Plastik pertama tersusun oleh nitrat selulosa,
kamfer, dan alkohol. Plastik menjadi industri modern setelah
adanya produksi Bakelite oleh American Chemist L. H Baakeland
pada tahun 1909 (Waste management information, 2004). Ilmuwan
telah melakukan banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini

8
agar lebih stabil, lebih kuat secara mekanik dan kimia serta tahan
lama. Saat ini plastik digunakan di berbagai sektor kehidupan.
Hampir setiap hari kita membutuhkan plastik untuk berbagai hal,
yakni sebagai pembungkus makanan, wadah minuman, untuk
keperluan sekolah, kantor, automotif dan berbagai sektor lainnya.
Hal ini dikarenakan plastik memiliki sifat unggul seperti ringan
tetapi kuat, transparan, tahan air serta harganya relatif murah dan
terjangkau oleh semua kalangan masyarakat (Supriadi, 2013)
Jenis-jenis plastik yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari ditunjukkan dengan Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis plastik, kode dan penggunaannya
(Surono, 2013)
No.
Jenis Plastik Penggunaan
Kode
Botol kemasan air mineral, botol
PET
minyak goreng, jus, botol
1 (polyethylene
sambal, botol obat, dan botol
terephthalate)
kosmetik
HDPE (High-
Botol obat, botol susu cair, jerigen
2 density
pelumas, dan botol kosmetik
Polyethylene)
Pipa selang air, pipa bangunan,
PVC (Polyvinyl mainan, taplak meja dari
3
Chloride) plastik, botol shampo, dan botol
sambal.
Kantong kresek, tutup plastik,
LDPE (Low-
plastik pembungkus daging
4 density
beku, dan berbagai macam plastik
Polyethylene)
tipis lainnya.
PP
Gelas air mineral, cup plastik, tutup
(Polypropylene
5 botol dari plastik, mainan anak, dan
atau
margarine
Polypropene)
PS Kotak CD, sendok dan garpu
6
(Polystyrene) plastik, gelas plastik, atau tempat

9
makanan dari styrofoam, dan tempat
makan plastik transparan
Botol susu bayi, plastik kemasan,
Other (O), jenis
gallon air minum, suku
plastik lainnya
cadang mobil, alat-alat rumah
7 selain
tangga, komputer, alat-alat
dari no.1 hingga
elektronik, sikat gigi, dan mainan
6
lego

Gambar 2.5 Nomor kode plastik (Surono, 2013)


Sesuai dengan Gambar 2.5 masing-masing jenis dari
plastik memiliki nomor kode yang berbeda-beda, tertera pada
setiap produk plastik. Sehingga mudah untuk dibedakan.
Namun karena konsumsi berbagai jenis plastik sangat
banyak digunakan menyebabkan jumlah sampah plastik
meningkat. Data statistik persampahan domestik Indonesia
menyebutkan jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua
sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14% dari total produksi sampah.
Dengan demikian, plastik menggeser sampah jenis kertas yang
tadinya di peringkat kedua dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun
atau 9% dari jumlah total produksi sampah (Indonesia Solid Waste
Association, 2013).
Sampah plastik ini menimbulkan banyak masalah karena
tidak dapat diuraikan dengan mudah oleh mikroorganisme
menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun
anorganik semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya
fauna tanah, seperti cacing dan mikorganisme tanah, yang hidup
pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk memperoleh
makanan dan berlindung (Purwaningrum, 2016).
Para ilmuwan merencanakan untuk menggunakan sampah
plastik sebagai bahan dalam pembuatan beton. Sebab beton

10
merupakan salah satu material paling dicari oleh manusia.
Kegunaan dari sampah plastik pada beton tidak hanya akan
membuat metode pembuangannya menjadi aman namun juga dapat
meningkatkan properties dari beton itu sendiri seperti kekuatan
tarik, ketahanan kimia, drying shrinkage, dan creep dalam basis
yang pendek dan panjang (Tapkire, 2014).
Polimer plastik menurut Pratama (2017), memiliki
beberapa sifat yang penting yang dapat memberikan kontribusi
yang signifikan untuk meningkatkan properties dari bahan
konstruksi :
 Tahan terhadap korosi
 Isolator dingin, panas yang baik
 Ekonomis dan memiliki lifespan yang panjang
 Tidak memerlukan maintenance
 Higienis dan bersih
 Pembuatan/pemasangan yang mudah
 Ringan
Menurut Purwaningrum (2016), secara umum plastik
keunggulan plastik dibandingkan dengan material lain diantaranya
kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah
diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik yang
baik.

2.3 Polyethylene Terephtalate (PET)


Polyethylene Terephtalate (PET) adalah jenis polimer
yang masuk ke dalam jenis polyester. PET memiliki sifat yang kuat
dan kaku. Orientasi dari PET adalah meningkatkan kekuatan tarik
dan water vapor transition secara signifikan (Escalante, 2015).
PET merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat,
ringan dan mudah dibentuk ketika panas. PET dalam bentuk
produk berupa botol air, botol soda, botol jus, botol minyak goreng,
tempat pindakas, kemasan makanan, dan bahkan cangkir gerai kopi
kenamaan yang ada di mana-mana itu. PET dapat berupa berwarna
atau tidak berwarna (transparan), tergantung dari bahan aditif yang
digunakan (Febrina, 2014).

11
Gambar 2.6 Polyethylene terephthalate (Mark, 1998)

Gambar 2.6 menunjukkan gugus fungsi PET. Keberadaan


aromatic ring yang besar pada repeating unit PET memberikan
kekuatan dan kekakuan pada PET. Kekakuan pada serat PET
membuatnya sangat tahan terhadap deformasi. Pada berat molekul
yang lebih besar, PET dapat dibuat menjadi plastik berkekuatan
tinggi yang dapat dibentuk dengan beberapa metode umum yang
biasa dilakukan untuk thermoplastik lainnya. (Margolis, 2006)
Berikut ini sifat-sifat dari PET ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik Polyethylene terephthalate (Nabeel,
2010)
Sifat Nilai
Density Amorphous 1.370 g/cm3
Density Crystalline 1.455 g/cm3
2800-3100
Young's Modulus (E)
MPa
Tensile Strength('Of') 55-75 MPa
Elastic Limit 50-150%
Glass Temperature 75 °C
Melting Point 260 °C
Water Absorption (ASTM) 00.16

12
2.4 Polypropylene (PP)
Polypropylene merupakan jenis polimer termoplastik yang
sangat luas penggunaannya karena sangat mudah diproses dengan
berbagai macam cara, antara lain proses cetakan, ekstrusi, film, dan
serat. Sifat-sifat polypropylene serupa dengan sifat-sifat
polyethylene. Massa jenisnya rendah (0,90 – 0,92 g/cm3).
Termasuk kelompok yang paling ringan diantara bahan polimer.
Titik lunaknya tinggi sekali (176°C, Tm), kekuatan tarik, kekuatan
lentur dan kekakuannya lebih tinggi, tetapi ketahanan impaknya
rendah terutama pada suhu rendah.
Polypropylene mempunyai sifat mampu cetak yang baik
seperti halnya polietilen. Polipropilen mempunyai faktor
penyusutan cetakan yang lebih kecil dibandingkan dengan
polietilen yang bermassa jenis tinggi, pada kondisi optimal dapat
diperoleh produk dengan ketelitian dimensinya baik dan tegangan
sisa yang kecil (Fratiwi,2015)

Gambar 2.7 Polypropylene (Surdia, 1999)

Tabel 2.3 Sifat Polypropylene (Mochtar, 2007)


Sifat Nilai
Kekuatan Tarik 31-38 MPa
Modulus Fleksural 1170-1730 MPa
Berat Jenis 0.89-0.92 gr/cm3
Heat distortion temperature, 455 kPa 107- 121 ̊C
Temperatur transisi gelas ̊
-35 to 26 C
Temperatur leleh 160-170 ̊C
Mold Shrinkage 0.015-0.025 cm/cm

13
Plastik polipropilen merupakan salah satu plastik
konvensional (nonbiodegradable) yang paling sering digunakan
saat ini. Hal ini dikarenakan selain harganya yang relatif murah dan
proses produksi yang relatif mudah. Plastik polipropilen ini juga
memiliki kesetimbangan sifat mekanik dan termal yang cukup
baik. Plastik jenis ini memiliki permukaan yang tidak rata,
seringkali lebih kaku daripada beberapa plastik yang lain dan
memiliki nilai ekonomis yang lumayan baik. Plastik polipropilen
memiliki permukaan bening tapi tidak setransparan plastik
polistirena akrilik maupun plastik tertentu lainya (Cowd, 1991).

2.5 Komposit
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa
yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing
bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat kimia maupun
fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut
(bahan komposit). Dengan adanya perbedaan dari material
penyusunnya maka komposit antar material harus berikatan dengan
kuat, sehingga perlu adanya penambahan wetting agent (Nurun,
2013). Material komposit juga dapat didefinisikan sebagai
kombinasi dari dua atau lebih bahan yang menghasilkan sifat yang
lebih baik daripada sifat bahan penyusunnya (Campbell, 2010).

2.5.1 Material Penyusun Komposit


Material penyusun komposit terdiri atas matriks dan fiber.
Penggabungan material yang berbeda bertujuan untuk menemukan
material baru yang mempunyai sifat antara material penyusunnya
yang tidak akan diperoleh jika material penyusunnya berdiri
sendiri. Fiber sangat berperan dalam memberikan kekuatan dan
kekakuan komposit, namun aspek lain yang menjadi sumber
kekuatan komposit didapat dari matriks yang memberikan
ketahanan terhadap temperatur tinggi, ketahanan terhadap
tegangan geser, dan mampu mendistribusikan beban. Menurut
Schwartz (1986), material penyusun komposit tersebut bisa berupa
fibers, particles, laminate or layers, flakes fillers dan matriks.

14
Matriks sering disebut sebagai unsur pokok bodi, sedangkan fibers,
particles, laminate or layers, flakes fillers disebut sebagai unsur
pokok struktur. Adanya dua penyusun komposit atau lebih
menimbulkan beberapa daerah dan istilah penyebutannya,
diantaranya matriks yaitu penyusun dengan fraksi volume terbesar,
penguat sebagai penahan beban utama, interphase sebagai pelekat
antar dua penyusun, interface yang merupakan permukaan fase
yang berbatasan dengan fase lain. Struktur penyusun komposit
dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Struktur Komposit (Jones, 1999)

2.5.1.1 Matriks
Pada material komposit, matriks memberikan pengaruh
yang lebih besar dalam pengikatan material penyusun selain
bertugas untuk mendistribusikan beban dan memberikan
perlindungan dari pengaruh lingkungan. Gibson (1994),
mengatakan bahwa matriks dalam struktur komposit bisa berasal
dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Matriks adalah fasa
dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume
terbesar (dominan).
Poliester, polipropilena, dan vinil ester umumnya yang
paling banyak digunakan sebagai matriks pembentuk komposit dan
biasanya digunakan untuk pembuatan produk-produk komersial,
industri dan transportasi. Namun, bila produk yang dibutuhkan
diharapkan untuk memiliki kekuatan yang lebih tinggi maka bahan

15
epoksi menjadi pilihan sebagai matriks. Meskipun epoksi sensitif
terhadap kelembaban, namun tetap masih lebih baik dibanding
dengan polyester serta tahan terhadap penyusutan. Dalam
aplikasinya epoksi terbatas terhadap termperatur hingga 120°C
untuk pemakaian jangka panjang, bahkan pada kondisi tertentu
temperatur tertinggi hanya pada sekitar 80°C sampai 105°C. Untuk
pemakaian pada temperatur lebih tinggi sekitar 177°C sampai
230°C dapat menggunakan bismaleimide resins (BMI) sebagai
matriks. Matriks secara umum berfungsi untuk mengikat serat
menjadi satu struktur komposit. Menurut Gibson (1994) matriks
memiliki fungsi, antara lain:
a. Memindahkan dan mendistribusikan tegangan ke serat.
b. Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik atau serat.
c. Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi
lingkungan.
d. Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur
e. Menyumbang beberapa sifat seperti, kekakuan,
ketangguhan dan tahanan listrik.
f. Tetap stabil setelah proses manufaktur.

2.5.1.2 Reinforcement atau Filler atau Fiber


Salah satu bagian utama dari komposit adalah
reinforcement (penguat) yang berfungsi sebagai penanggung
beban utama pada komposit. Fiber adalah bahan pengisi yang
digunakan dalam pembuatan komposit, biasanya berupa serat atau
serbuk. Serat yang sering digunakan dalam pembuatan komposit
antara lain serat E-Glass, boron, karbon dan lain sebagainya. Bisa
juga dari serat alam antara lain serat kenaf, jute, rami, ijuk dan lain
sebagainya (Gibson, 1994).

16
2.5.2 Klasifikasi Komposit
Menurut Hull dan Clyne (1996), berdasarkan matriks yang
digunakan komposit dapat dikelompokkan atas tiga, adalah sebagai
berikut:
1. Metal Matrix Composite (menggunakan matrikslogam).
Metal Matrix Composite (MMC) adalah salah satu jenis
komposit yang memiliki matriks logam. MMC mulai
dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti
adalah Continous Filamen MMC yag digunakan dalam
industri penerbangan.
2. Ceramic Matrix Composite (menggunakan matriks keramik)
CMC merupakan material dua fasa dengan satu fasa
berfungsi sebagai penguat dan satu fasa sebagai matriks
dimana matriksnya terbuat dari keramik. Penguat yang
umum digunakan pada CMC adalah oksida, karbida, dan
nitrit. Salah satu proses pembuatan dari CMC yaitu dengan
proses Dimox yaitu proses pembentukan komposit dengan
reaksi oksidasi leburan logam untuk pertumbuhan matriks
keramik di sekeliling daerah filler.
3. Polymer Matrix Composite (menggunakan matriks polimer).
Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan
pada material komposit. Karena memiliki sifat yang lebih
tahan terhadap korosi dan lebih ringan. Matriks polimer
terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaannya
polimer termoset tidak dapat didaur ulang, sedangkan
termoplastik dapat didaur ulang sehingga lebih banyak
digunakan belakangan ini. Jenis-jenis termoplastik yang
biasa digunakan adalah polypropylene (PP), polystryrene
(PS), polyethylene (PE), dan lain-lain.

17
2.6 Komposit Partikulat
Komposit berdasarkan jenis filler nya terbagi menjadi tiga
macam yaitu komposit partikulat, komposit serat, dan komposit
struktural. Gambar 2.9 menunjukkan klasifikasi komposit.

Gambar 2.9 Skema Klasifikasi Beberapa Tipe Komposit


(Callister, 2007)

Large particle dan Dispersion-strengthened adalah


subklasifikasi dari particle-reinforced composite. Perbedaan dari
kedua jenis komposit ini ada pada mekanisme penguatannya. Pada
komposit large particle interaksi antara partikel dan matrix nya
tidak dapat dilakukan pada level atomik ataupun molekular.
Particle-reinforeced composite biasanya lebih keras dan lebih kaku
dari material matrix nya. Partikel penguat cenderung menahan
gerakan pada fasa matrix di setiap partikel. Kenaikan properties
mekanik dari komposit tergantung pada seberapa kuatnya ikatan
antara interface antara matrix dan partikel nya.
Untuk dispersion-strengthened composite interface antara
matrix dan partikel yang menyebabkan penguatan terjadi pada
level atomik atau molekular. Mekanisme penguatannya mirip
dengan precipitation hardening di mana matrix menerima sebagian
besar tegangan yang diberikan lalu partikel-partikel kecil
terdispersi menghalangi gerakan dislokasi. Maka dari itu,

18
kekerasan dan kekuatan tarik dari komposit tersebut akan naik.
(Wessel, 2004)

Gambar 2.10 Sketsa Komposit Partikel (Wessel, 2004)

Gambar 2.10 menunjukkan skema komposit partikel.


Komposit jenis partikel biasa digunakan pada bahan konstruksi
karena memiliki beberapa keunggulan seperti memiliki kekuatan
yang seragam pada segala arah, dan meningkatkan kekuatan dan
kekerasan pada material dengan tetap menjaga berat yang ringan.

2.7 Beton
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari
beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari campuran
antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa bahan
tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton
merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari
kualitas masing-masing material pembentuk. (Tjokrodimulyo,
2003). Beton terbuat dari berbagai macam tipe semen, agregat dan
juga bahan pozzolan, fly ash, terak dapur tinggi, sulfur, serat dan
lain-lain (Neville, 1987). Beton adalah material komposit yang
terdiri dari partikel agregat yang terikat pada solid body dengan
sebuah medium berupa sement. Jenis polimer yang paling banyak
ditemukan adalah yang terbuat dari semen Portland dan Asphaltic
di mana agregatnya berupa kerikil dan pasir. (Zhang, 2010)
Dalam pelaksanaanya, terdapat dua jenis beton yang
diketahui dalam suatu bangunan, yaitu beton struktural dan beton

19
non struktural. Yang dimaksud dengan beton Struktural adalah
beton yang menerima beban struktur sehingga dalam pengerjaanya
memerlukan perhitungan khusus dengan spesifikasi khusus
material-material yang ada di dalamnya. Beton jenis ini biasanya
berada di posisi pondasi, kolom, sloof, balok, plat lantai, tangga
dan ring balok.
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat
halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam
lainnya dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen,
dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia
selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung
(Dipohusodo, 1999).
Menurut Mc Cormac (2004), ada banyak kelebihan dari
beton sebagai struktur bangunan diantaranya adalah:
1. Beton memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api
dan air, bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan
yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran
dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan
ketebalan penutup beton yang memadai sebagai pelindung
tulangan hanya mengalami kerusakan pada permukaanya saja
tanpa mengalami keruntuhan.
3. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang
tinggi.
4. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis
untuk pondasi telapak, dinding basement, dan tiang tumpuan
jembatan.
5. Salah satu ciri khas beton adalah kemampuanya untuk dicetak
menjadi bentuk yang beragam, mulai dari pelat, balok, kolom yang
sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
6. Di bagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang
murah (pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan
sedikit semen dan tulangan baja, yang mungkin saja harus
didatangkan dari daerah lain.

20
Lebih lanjut, Mc Cormac (2004), juga menyatakan
kekurangan dari penggunaan beton sebagai suatu bahan struktur
yaitu:
1. Beton memiliki kuat tarik yang sangat rendah, sehingga
memerlukan penggunaan tulangan tarik.
2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap
ditempatnya sampai beton tersebut mengeras.
3. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan
beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada
struktur bentang panjang dimana berat beban mati beton yang besar
akan sangat mempengaruhi momen lentur.
4. Rendahnya kekuatan per satuan volume mengakibatkan beton akan
berukuran relatif besar, hal penting yang harus dipertimbangkan
untuk bangunanbangunan tinggi dan struktur-struktur berbentang
panjang.
5. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi
campuran dan pengadukannya. Selain itu, penuangan dan
perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti seperti yang dilakukan
pada proses produksi material lain seperti baja dan kayu lapis
Berikut ini adalah sifat mekanik dari beton structural pada
Tabel 2.4 :
Tabel 2.4 Sifat Mekanik dari Beton (Melecot, 2010)
Sifat Nilai
Kekuatan rata-rata setelah 28 hari (MPa) 29
Rata-rata pebgukuran slump dengan Abrams cone (cm) 7
Volume udara yang masuk dalam beton (%) 3,4
Porositas (%) 12
W/C ratio 0,64
Volume semen (m3/m3) 0,252

21
2.8 Beton Ringan
Beton ringan merupakan beton yang mempunyai berat jenis
beton yang lebih kecil dari beton normal. Pada dasarnya, semua
jenis beton ringan dibuat dengan kandungan rongga dalam beton
dengan jumlah besar. Menurut SNI-03- 2847-2002, beton ringan
adalah beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai
berat jenis tidak lebih dari 1900 kg/m3. Oleh karena itu,
berdasarkan cara mendapatkan beton ringan menurut
Tjokrodimuljo (2003), beton ringan dapat dibedakan menjadi 3
jenis dasar sebagai berikut:
1. Beton agregat ringan.
2. Beton busa.
3. Beton tanpa agregat halus (non pasir).
Menurut Tjokrodimuljo (2003), beton ringan adalah beton
yang mempunyai berat jenis beton antara 1000-2000 kg/m3.
Berdasarkan berat jenis dan pemakaiannya beton dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok seperti yang ditunjukan
dalam Tabel 2.5
Tabel 2.5 Jenis-jenis Beton (Tjokrodimuljo, 2003)
Berat Jenis Beton
Jenis Beton Pemakaian
(kg/m3)
Beton sangat
< 1000 Non struktur
ringan
Beton ringan 1000-2000 Struktur ringan
Beton normal 2300-2500 Struktur
Beton berat > 3000 Perisai sinar X

Menurut SK SNI 03-3449-2002 beton yang memakai


agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan pasir alami
sebagai pengganti agregat halus ringan dengan ketentuan beton
dengan berat jenis di bawah 1850 kg/m3 dan harus memenuhi
ketentuan kuat tekan dan kuat arik belah beton ringan dengan

22
tujuan structural kuat tekan minimum 17,24 Mpa dan maksimum
41,36 Mpa. Sedangkan beton isolasi adalah beton ringan yang
mempunyai berat isi kering oven maksimum 1440 kg/m3. Dengan
kuat tekan maksimum 17,24 Mpa dan kuat tekan minimumnya
adalah 6,68 Mpa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Jenis-jenis Beton Ringan Berdasarkan Kuat Tekan,


Berat Beton, dan Agregat Penyusunnya (SK SNI 03-3449-2002)
Beton Ringan
Konstruksi Kuat Berat
Jenis Agregat Ringan
Beton Ringan Tekan Isi
(Mpa) (kg/m3)
Struktural
 Minimum 17,24 1400 Agregat yang dibuat melalui
proses pemanasan batu serpih,
batu apung, batu sabak, terak besi
 Maksimum 41,36 1850 atau abu terbang.

Struktural ringan
Agregat mangan alami seperti
 Minimum 6,89 800
scoria atau batu apung
 Maksimum 17,24 1400
Struktur sangat
ringan, sebagai
Pendit atau vermikulit
isolasi, 800
maksimum

Menurut Dobrowolski (1998), beton ringan mempunyai


berat jenis di bawah 1900 kg/m3. Menurut Neville dan Brooks
(1987), beton ringan mempunyai berat jenis di bawah 1800 kg/m3.
Jenis-jenis beton ringan menurut Dobrowolski (1998) dan Neville
dan Brooks (1987) dapat dikelompokkan sesuai Tabel 2.7 di
bawah ini.

23
Tabel 2.7 Jenis-Jenis Beton Ringan Menurut Dobrowolski
(1998) dan Neville and Brooks (1987)
Berat Jenis Kuat
Beton Tekan
Sumber Jenis Beton Ringan
(kg/m3) (MPa)
Beton dengan berat jenis
rendah (Low- 240-800 0,35-6,9
Density Concretes)
Beton ringan dengan
Dobrowolski kekuatan menengah
(1998) (Moderates-Strength 800-1440 6,9-17,3
Lightweight Concretes)
Beton ringan struktur
(Structural 1440-1900 >17,3
Lightweight Concretes)
Beton ringan penahan
panas (Insulting <800 0,7-7
Concrete)
Beton ringan untuk
Neville and
pemasangan batu 500-800 7-14
Brooks (1987)
(Masonry Concretes)
Beton ringan struktur
(Stuctural 1400-1800 >17
Lightweight Concretes)

2.9 Paving Block


Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan
bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan
perekat hidrolis sejenisnva, air dan agregat dengan atau tanpa
bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton
itu. Paving Blok sering diaplikasikan pada jalan, tempat parkir
ataupun taman.

24
2.9.1 Klasifikasi
Paving Blok diklasifikasikan menjadi 4 mutu sesuai
dengan aplikasi yang digunakan yaitu:
a. Bata beton mutu A : digunakan untuk jalan
b. Bata beton mutu B : digunakan untuk peralatan parkir
c. Bata beton mutu C : digunakan untuk pejalan kaki
d. Bata beton mutu D: digunakan untuk taman dan
penggunaan lain.

2.9.2 Syarat Mutu


a. Sifat Tampak
Bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak
terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak
mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.
b. Ukuran
Bata beton harus mempunyai ukuran tebal nominal
minimum 60 mm dengan toleransi + 8%.
c. Sifat Fisik
Bata beton harus mempunyai sifat-sifat fisika seperti pada
Tabel 2.8
Tabel 2.8 Tabel klasifikasi mutu Paving Block (SNI 03-0691-
1996)
Penyerapan
Kuat Tekan Ketahanan aus
air rata-rata
Mut (MPa) (mm/menit)
maksimal
u
Rata Minim Rata-
Minimal (%)
-rata al rata
A 40 35 0,090 0,103 3
B 20 17 0,130 0,149 6
C 15 12,5 0,160 0,184 8
D 10 8,5 0,219 0,251 10

25
2.10 Polymer-Modified Concrete (PMC)
PMC, atau yang biasa dikenal dengan Latex-Concrete
Modified (LMC), dikembangkan dengan mencampur dispesi
polimer (latex) dengan campuran beton semen Portland dengan
tujuan untuk meningkatkan karakteristik dari beton. Penggunaan
latex pada PMC sudah dilakukan sejak tahun 1950-an. Beton
semen standard adalah material yang getas. Dengan penambahan
polimer pada campuran akan meningkatkan fleksibilitas dari beton.
Styrene-butadiene (SBR) latex telah banyak digunakan
untuk lapisan atas dari lantai dan juga jembatan, walaupun
membutuhkan ketebalan minmium sebesar 30 mm.
Keunggulannya adalah pada kekuatan ikatan yang baik pada beton
dan permeabilitas yang rendah. Latex akrilik telah banyak
digunakan untuk produksi mortar yang dapat disemprotkan pada
finishing pada bangunan.
Curing pada kondisi basah, seperti water immersion
ataupun moist curing dapat merusak beton jenis ini. PMC
membutuhkan metode curing yang berbeda. Properties terbaik
didapatkan dengan kombinasi metode kering dan basah. (Frigione,
2010)

2.11 Polymer Concrete (PC)


Beton polimer (polymer concrete) adalah material
komposit di mana agregat disatukan bersama dalam matriks
polimer. Maka dari itu, komposit jenis ini tidak mengandung fasa
semen. Pada PC resin thermoset biasanya digunakan karena
stabilitas thermal yang baik. Beberapa polimer thermoplastik juga
digunakan. Resin epoxy paling sering digunakan pada komposit
jenis ini karena kekuatan adhesi yang tinggi, penyusutan yang
rendah, ketahanan fatigue dan creep yang baik, dan penyerapan air
yang rendah.
Agregat yang digunakan untuk pembuatan beton polimer
bisa berupa limestone, granit, quartz, silika dan lain-lain. Agregat
harus kering dan bebas dari debu karena dapat mengakibatkan
penurunan kekuatan adhesi dari komposit.

26
Properties beton polimer sangat bergantung pada waktu
dan temperatur di mana beton tersebut terekspos, serta komposisi
dan jenis filler yang digunakan dalam pembuatan komposit.
Kekuatan kompresi dari PC biasanya sekitar dua atau tiga kali lebih
kuat dibandingkan dengan beton yang menggunakan semen
Portland. Hal ini membuktikan bahwa material polimer cocok
digunakan untuk aplikasi dari beton precast.
Beton polimer menggunakan binder Polyethylene
Terephtalate (PET) dan polypropylene (PP) belakangan ini telah
medapat ketertarikan yang tinggi dalam penggunaan beton polimer
dikarenakan isu lingkungan dan ekonomi. Transformasi kimia dari
PET dilakukan melalui degradasi glikol dengan beberapa glikol
yang berbeda. Kemudian monomer yang dihasilkan digunakan
untuk pembuatan beton polimer. Kekuatan kompresi dari beton
polimer yang diproduksi menggunakan PET hasil daur ulang
bervariasi antara 15-28 MPa. Kekuatan tarik bahkan melebihi dari
yang didapatkan pada beton yang menggunakan semen.
Kekuatan dari beton polimer naik dengan penambahan
komposisi polimer. Namun beton polimer menunjukkan ketahanan
yang buruk terhadap asam. Lebih lanjut, durability yang baik dan
juga ketahanan abrasi yang baik menjadikan beton polimer sebagai
produk yang berkualitas. Beton polimer juga memiliki sifat
permeabilitas yang rendah terhadap cairan dan gas (tidak seperti
beton semen Portland yang memiliki porositas yang tinggi) serta
ketahanan korosi yang baik yang memungkinkan beton polimer
digunakan sebagai pembuangan yang baik untuk limbah asam dan
beracun untuk jangka waktu yang lama.
Beton polimer juga sering digunakan sebagai pengganti
dari material besi cor dan baja untuk pembuat peralatan mesin
biasanya pada machine tool bed. Keuntungan dari penggunaan
beton polimer untuk aplikasi ini adalah manufaktur yang mudah,
rasio strength-to-weight yang tinggi, ketahanan korosi yang baik,
konduktivitas thermal yang rendah, dan yang paling penting adalah
peredam vibrasi yang baik. (Frigione, 2010)

27
2.12 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.9 Penelitian Sebelumnya
No Penelitian Hasil Tahun
1 Dwiki Putra Pembuatan material 2017
Pratama, Sigit kontruksi berupa paving
Tri Wicaksono block dengan kuat tekan
15,68 MPa sesuai
dengan kategori paving
block tipe C untuk
Indonesia aplikasi pejalan kaki
(pedestrian)
2 Johnson Plastik jenis PET diolah 2017
Kwabena menjadi penguat untuk
Appiah, Victor campuran aspal. Jalan
Nana Berko- yang dibuat dengan
Boateng, aspal jenis ini terbukti
Trinity Ama dapat meningkatkan
Tagbor performa campuran
bitumen. Penambahan
thermoplastik pada
campuran bitumen dapat
meningkatkan perilaku
viskoelastik dan
rheological properties
dari aspal. Penambahan
plastik juga
meningkatkan titik
pelunakan, daya tahan,
ketahanan aus, dan
ketahanan terhadap
deformasi dari aspal. Di
samping kenaikan
Ghana performa dari aspal,
pengolahan plastik
dengan metode ini

28
memiliki keuntungan
karena harganya yang
murah, dan ketersediaan
plastik yang sangat
banyak.
3 Ahmad Jassim Memanfaatkan plastik 2017
sebagai campuran untuk
beton. Melalui
penelitian tersebut
mereka menemukan
bahwa dengan
penambahan plastik
dapat meningkatkan
kekuatan tarik,
ketahanan terhadap
bahan kimia, drying
shringkage dan
Iraq pemuluran dalam jangka
waktu yang panjang.
Massa jenis dan
kekuatan kompresi dari
beton juga mengalami
kenaikan sampai pada
fraksi massa 50% dari
massa pasir
4 Isaac Tuffour Pemanfaatan sampah 2016
plastik botol jenis PET
sebagai paving block.
Kemudian digunakan
dua cara, yaitu PET
sebagai pengganti
aggregat dan PET
sebagai pengganti
semen. Untuk
penggunaan PET

29
sebagai pengganti
semen didapatkan hasil
terbaik pada komposisi
PET, pasir, dan quarry
dust adalah 400 gram,
600 gram,800 gram.
Ghana Memiliki kekuatan
tekan sebesar 262 kN.
Sedangkan pada
penggunaan PET
sebagai pengganti
aggregat didapatkan
komposisi terbaiknya
Semen, pasir, quarry
dust, PET adalah 400
gram, 600 gram, 750
gram, 50 gram. Dengan
kekuatan tekan 140 kN.

30

Anda mungkin juga menyukai