Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PAPER EKOLOGI DASAR

ANALISIS KOMPOSISI JENIS–JENIS TUMBUHAN MANGROVE DI


HUTAN MANGROVE DI PERAIRAN PANTAI TELUK SEPI, LOMBOK
BARAT

OLEH

I PUTU BAYU AGUS SAPUTRA


NPM. 173112620120110

JURUSAN S1 BIOLOGI MEDIK


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

RUMUSAN MASALAH............................................................................. 4

KAJIAN TEORI ........................................................................................ 4

1. PENGERTIAN MANGROVE.......................................................... 4
2. CIRI – CIRI MANGROVE ............................................................... 6
3. KEANEKA RAGAMAN MANGROVE ............................................ 6
4. ZONASI MANGROVE ................................................................... 8

PENUTUP................................................................................................. 9

A. KESIMPULAN ............................................................................... 9
B. SARAN .......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 10

2
I. PENDAHULUAN
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan
yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah
pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi
sumberdaya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki
nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap
kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan,
melestarian dan pengelolaannya. Hutan mangrove sangat menunjang
perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata
pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara
ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga
merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas.
Keragaman jenis mangrove dan keunikannya juga memiliki potensi
sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga perlindungan
wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman sedimentasi, abrasi,
pencegahan intrusi air laut, serta sebagai sumber pakan habitat biota
laut. Perikanan tangkap merupakan produkmangrove yang bernilai
ekonomi paling tinggi (Hamiltondkk., 1989).
Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena
merupakan wilayah interaksi/peralihan (interface) antara ekosistem
darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik, dan mengandung
produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan lainnya. Kekayaan
sumber daya yang dimiliki wilayah tersebut menimbulkan daya tarik
bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan secara langsung atau untuk
meregulasi pemanfaatannya karena secara sektoral memberikan
sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi misalnya
pertambangan, perikanan, kehutanan, industri, pariwisata dan lain-lain.
Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi
daratan dan lautan, yang mencakup beberapa ekosistem, salah
satunya adalah ekosistem hutan mangrove. Keragaman bentuk

3
fisiografi pantai ini mempengaruhi kulturmasyarakat termasuk dalam
menyikapi kondisi ekosistemmangrove. Perubahan fisik di dalam hutan
mangroveseperti pengeringan, pembangunan kanal-kanal air
danpemakaian pupuk dalam pengelolaan tambak,menyebabkan
perubahan habitat mangrove (Tanaka,1992), sehingga komposisi dan
struktur vegetasi hutan inidapat berubah-ubah (Odum, 1971).
Restorasi hutan mangrove mendapat perhatian secara luasmengingat
tingginya nilai sosial-ekonomi dan ekologiekosistem ini. Restorasi
berpotensi besar menaikkan nilaisumber daya hayati mangrove,
memberi mata pencaharianpenduduk, mencegah kerusakan pantai,
menjaga biodiversitas,produksi perikanan, dan lain-lain (Setyawan,
2002). Usaha penghijauan atau reboisasi hutan mangrove di beberapa
daerah, baik di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, maupun Papua telah
berulangkali dilakukan (Rimbawan, 1995; Sumarhani, 1995; Fauziah,
1999). Perubahan lahan mangrove ke pertambakanikan merupakan
penyebab utama kerusakan ekosistem ini.Di samping itu terdapat pula
kerusakan akibat penebangankayu, pembangunan kawasan industri
dan pemukiman(Pagiola, 2001).

II. RUMUSAN MASALAH


“Apa sajakah jenis – jenis spesies mangrove yang terdapat di Hutan
Mangrove di Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat”

III. KAJIAN TEORI


1. Pengertian mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara
sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove
bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan
yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai
sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas

4
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara
adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau
bahkan anaerob. Dalam dua dekade ini keberadaan ekosistem
mangrove mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat ini
mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-komunitas
mangrove yang ada disekitar muara-muara sungai dengan
ketebalan 10-100 meter, didominasi oleh Avicennia Marina,
Rhizophora Mucronata, Sonneratia Caseolaris yang semuanya
memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia memiliki
kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan
dalam organ daun, akar, dan batang) logam berat pencemar,
sehingga keberadaan mangrove dapat berperan untuk menyaring
dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan laut, dan manfaat
ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung
bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan.(Mulyadi et al.,
2010)

Pemanfaatan ekosistem mangrove dapat


dikategorikanmenjadi pemanfaatan ekosistem secara keseluruhan
(nilaiekologi) dan pemanfaatan produk-produk yang
dihasilkanekosistem tersebut (nilai sosial ekonomi dan
budaya).Secara tradisional, masyarakat setempat
menggunakanmangrove untuk memenuhi berbagai keperluan
secaralestari, tetapi meningkatnya jumlah penduduk dapat
menyebabkanterjadinya tekanan yang tidak terbaharukan
padasumber daya ini. Referensi tertua mengenai
pemanfaatantumbuhan mangrove berasal dari tahun 1230 di Arab,
yaknipenggunaan bibit (seedling) Rhizophora sebagai
sumberpangan, getah untuk mengobati sakit mulut, batang
tuauntuk kayu bakar, tanin dan pewarna, serta

5
menghasilkanminuman yang memiliki efek afrodisiak bagi lelaki
danpengasihan bagi perempuan (Bandaranayake, 1998).

2. Ciri – ciri hutan mangrove

Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan


mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
a) memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
b) memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti
jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora
spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada
pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
c) memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat
berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
d) memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon

3. Keanekaragamaan mangrove
Rusila Noor dkk (1999) menyebutkan bahwa Indonesia
memiliki area mangrove terluas di dunia (3.5 juta hektar). Sejauh ini
di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis
herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis
tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis
perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove),
sementara jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal
sebagai jenis mangrove ikutan (associate).

6
Table 1 keanekaragamaan jenis mangrove di Indonesia

7
4. Zonasi mangrove
Kawasan mangrove di Asia Pasifik umumnya memiliki
zonasi yang serupa. Zona terdepan, yaitu zona yang paling dekat
dengan laut, didominasi oleh jenis mangrove yang memiliki
pneumatophore yaitu Avicennia spp dan Sonneratia spp,
dibelakangnya berturut-turut adalah zona Rhizophora spp,
Bruguiera spp dan mangrove asosiasi. Lebih lanjut, dalam Rusila
Noor dkk (1999) disebutkan bahwa mangrove umumnya tumbuh
dalam 4 zona yaitu;
a) Mangrove daratan (zona belakang)
Merupakan zona terdalam dibelakang zona mangrove sejati.
Pada zona ini dapat dijumpai jenis-jenis mangrove asosiasi.
b) Mangrove tengah
Zona ini terletak dibelakang zona terbuka, umumnya
didominasi oleh Rhizophora namun Bruguiera juga sering
tumbuh pada zona ini.
c) Mangrove terbuka
Zona ini berada di bagian yang berhadapan dengan laut dan
didominasi oleh Sonneratia dan Avicennia. Kadang
Rhizophora juga terdapat pada zona ini.
d) Mangrove payau
Zona ini berada di sepanjang sungai berair payau hingga
hampir tawar. Zona ini biasanya didominasi oleh komunitas
Nypa atau Sonneratia.

8
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengingat pentingnya hutan mangrove, maka sebaiknya semua pihak
berperan untuk menjaga ekosistem mangrove di Kecamatan Lombok
Barat agar terhindar dari aktivitas pengrusakan.

B. Saran

1. Mengupayakan penanaman mangrove ke arah laut di


sepanjang di Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat,
sementara daerah yang sudah memiliki vegetasi mangrove,
dipertahankan dan dilindungi agar terjaga kelestariannya.

2. Perlu ada penelitian lanjutan yang melihat kondisi ekologi hutan


mangrove hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, oseanografi kimia, dan kelayakan daerah
ekosistem mangrove sebagai daerah ekowisata.

3. Perlu ada model pengelolaan, manajemen dan monitoring-


evaluasi hutan mangrove yang ada di Kecamatan Pasarwajo
secara bersama, terpadu dan berkelanjutan sebelum kerusakan
dilakukan bersama, terpadu dan berkelanjutan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi E, Hendriyanto O, Fitriani N. 2010. Konservasi hutan mangrove sebagai


ekowisata. Teknik Lingkungan 1: 51-7

Bandaranayake, W.M. 1998. Traditional and medicinal uses of mangroves.


Mangroves and Salt Marshes 2: 133-148.

Hamilton, L. and S.C. Snedaker. 1984. Handbook for Mangrove Area Management.
Honolulu: Environment and Policy Institute, East-West Center.

Hamilton, L., J. Dixon, and G. Miller. 1989. Mangroves: an undervalued


resource of the land and the sea. Ocean Yearbook 8: 254-288.

Hartina. 1996. Evaluasi Usaha Tumpang Sari Empang Parit di RPH Cemara,
BKPH Indramayu, KPH Indramayu. [Tesis]. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UGM.

Hasmonel, M.W., Purwaningdyah, dan R. Nurhayati. 2000. Reklamasi Pantai


dalam Hubungannya dengan Pendaftaran Tanah (Studi Kasus di Pantai
Utara Jakarta). Jakarta: Universitas Terbuka.

Pagiola, S. 2001. Land use change in Indonesia. In: Indonesia: Environment


and Natural Resource Management in a Time of Transition. Jakarta:
Environment Department, World Bank.

Setyawan, A.D. 2002. Ekosistem Mangrove sebagai Kawasan Peralihan


Ekosistem Perairan Tawar dan Perairan Laut. Enviro 2 (1): 25-40.

Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition. Philadelphia: W.B.


Sounders Company.

Tanaka, S., 1992. Bali Environment the Sustainable Mangrove Forest.Jakarta:


Development of Sustainable Mangrove Management Project.

10

Anda mungkin juga menyukai