Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM

PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS


RSU SEBENING KASIH
TAHUN 2017

A. PENDAHULUAN
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di
Rumah Sakit maupun di sarana pelayanan kesehatan lainnya. Oleh
karenanya kondisi maupun fungsi peralatan kesehatan harus baik dan
dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Untuk mencapai
kondisi ini perlu adanya pengelolaan peralatan dengan baik dan terpadu,
sejak perencanaan pengadaan, pendayagunaan, dan pemeliharaan.

Dengan demikian peralatan kesehatan dan fasilitas pendukungnya


akan berdaya guna secara optimal dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Peralatan kesehatan merupakan investasi yang sangat mahal.
Oleh karenanya harus dikelola dengan baik dan dipertahankan tingkat
keandalannya. Pengelolaan peralatan di Rumah Sakit harus dilakukan
oleh seluruh unit terkait dengan melibatkan manajemen Rumah Sakit.

Agar peralatan dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya program


yang berkesinambungan sejak dari perencanaan sampai penghapusan
alat medis.

B. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
dilaksanakan di Rumah Sakit, salah satunya ditentukan oleh tersedianya
fasilitas Rumah Sakit. Fasilitas Rumah Sakit perlu dikelola sebaik-
baiknya dan diupayakan agar selalu dalam keadaan layak pakai
sehingga siap operasional untuk menjamin kualitas dan kesinambungan
pelayanan kesehatan.

Fasilitas Rumah Sakit adalah perangkat keras Rumah Sakit meliputi


sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan untuk pelayanan.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Oleh
karenanya kondisi maupun fungsi alat kesehatan harus baik dan dapat
mendukung pelayanan.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan pengelolaan peralatan
dengan baik dan berkesinambungan. Dalam hal ini salah satunya adalah
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh Tenaga Elektromedis Rumah
Sakit.
Pemeliharaan harus dilakukan dengan baik sesuai program dengan
didukung tersedianya beberapa aspek, yaitu :
 Sumber daya manusia yang terampil, yaitu Tenaga Elektromedis
Rumah Sakit.
 Peralatan kerja yang memadai
 Dokumen teknis, terdiri dari operasional manual dan service manual,
SPO pengoperasionalan, SPO pemantauan fungsi, SPO pemeliharaan
dan SPO perbaikan.
 Mekanisme kerja
 Bahan pemeliharaan material bantu

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Petugas Elektromedis mampu melaksanakan pengelolaan alat
medis secara optimal dengan mempertimbangkan beban tugas dan
kemampuan yang dimiliki.
2. Tujuan Khusus
Petugas mampu :
 Memahami perencanaan pengusulan dan inventarisasi alat medis.
 Mengetahui pengoperasian peralatan medis sesuai SPO
 Melaksanakan pemeliharaan peralatan medis sesuai SPO
 Melaksanakan perbaikan peralatan medis sesuai SPO
 Melaksanakan uji coba dan kalibrasi alat medis
 Melaksanakan norma keselamatan kerja sesuai dasar-dasar
norma kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN


A. Inventarisasi alat medis di Rumah Sakit
Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek
teknis setiap type / model alat untuk nama dan merk alat yang
sama, mencakup nama alat, merk, model / type, nama perusahaan
yang menanganinya, apakah mempunyai operating manual dan
service manual, kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan
kepada agen atau instansi lainnya dipenuhi, berapa jumlah alat yang
type / modelnya sama.

Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan


menjadi beban kerja pemeliharaan. Dari data ini akan dapat
diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan secara keseluruhan,
sehingga pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Inventarisasi peralatanan guna kepentingan pemeliharaan alat
dilakukan oleh pengelola pemeliharaan dan ditinjau secara periodik,
paling tidak setahun sekali dan setiap ada perubahan atau
penambahan alat yang baru.

B. Perencanaan kebutuhan peralatan medis


1. Pengadaan peralatan harus diawali dengan perencanaan yang
baik, sehingga peralatan yang diadakan memenuhi program
fungsi, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
2. Perencanaan melibatkan pengguna alat / user, untuk
penyusunan spesifikasi teknik melibatkan unsur teknisi
elektromedis.
3. Peralatan yang akan diadakan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Memenuhi standar keselamatan.
b. Telah memenuhi uji produk dan teknis, dibuktikan dengan
sertifikat.
c. Terdaftar pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
d. Teknologi alat sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
4. Harus disiapkan RKS, yang terdiri dari :
a. Ketentuan administrasi
b. Ketentuan teknis minimal, meliputi :
 Catu daya listrik. 220 volt
 Training bagi tenaga operator dan teknisi
 Masa garansi selama 1 tahun
 Penerimaan alat melalui proses uji fungsi dan uji coba
 Layanan purna jual / penyediaan suku cadang selama 5
tahun
 Pemeliharaan selama…………………….(sesuai kontrak)
 Supplier memiliki work shop yang lengkap dengan teknisi
yang professional dalam jumlah yang cukup.
 Peralatan memenuhi standar keselamatan
5. Dalam penyusunan perencanaan alat harus memperhatikan :
a. Beban kerja
b. Sarana dan prasarana yang tersedia di Rumah Sakit, tugas
penyiapan sarana, prasarana dan pra instalasi, disiapkan oleh
teknisi elektromedis
c. Sumber daya manusia yang akan menggunakan alat.
d. Anggaran pengadaan bahan operasional dan pemeliharaan.
6. Pengadaan peralatan harus memperhatikan sinkronisasi antara :
a. Pengadaan alat
b. Penyiapan sarana dan prasarana
c. Penyiapan pra instalasi
d. Penyediaan sumber daya manusia
7. Apabila sinkronisasi jadwal waktu tidak tercapai, maka akan
terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Alat tiba di Rumah Sakit, sarana belum siap, akibatnya alat
disimpan di gudang, ada kemungkinan alat rusak atau ada
bagian alat yang hilang.
b. Alat tiba di Rumah Sakit, prasarana listrik, air, uap, gas
medis tidak tersedia, akibatnya alat tidak dapat difungsikan
secara optimal, bahkan tidak dapat difungsikan.
c. Alat tiba di Rumah Sakit, pra instalasi tidak siap, akibatnya
alat tidak dapat di instalasi.
d. Alat tiba di Rumah Sakit, telah diinstalasi dengan baik, tetapi
tenaga operator / pengguna alat tidak siap, akibatnya alat
tidak dioperasionalkan.
8. Dalam penyusunana rencana pengadaan alat, pihak Rumah Sakit
dapat memperoleh informasi dari :
a. Rumah Sakit lain yang telah lebih dahulu menggunakan alat
yang serupa.
b. Supplier yang menjadi agen tunggal merk tertentu di
Indonesia.
c. Melalui Internet
d. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik atau direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
9. Muatan pada kontrak harus sesuai dengan muatan pada RKS.
Oleh karena itu RKS harus sudah menampung semua aspirasi
yang dikehendaki. Apabila di dalam RKS tidak tertulis secara
lengkap, maka di dalam kontrak pun akan terjadi demikian.
10. Ketentuan mengenai supplier / pemasok pengadaan alat,
sebaiknya agen tunggal untuk suatu merk. Apabila ada peraturan
daerah mengenai supplier / pemasok alat, maka perusahaan
daerah tersebut harus mendapat dukungan dari agen tunggal.
11. Hal ini untuk kemudahan dikemudian hari, dalam hal :
a. Pengadaan bahan pemeliharaan / suku cadang / aksesoris.
b. Layanan teknis, bila ada kerusakan alat.
Pada kontrak tertulis layanan purna jual selama 5 ( lima )
tahun. Akan tetapi bila supplier / pemasok tidak memperoleh
dari dukungan dari agen tunggal yang memiliki kemampuan
layanan teknis dan layanan purna jual, maka usia teknik alat
tidak akan mencapai usia yang dikehendaki ( akan berhenti
oeparsional dalam waktu pendek ).
12. Pemilihan Peralatan Medis
Dalam pemilihan peralatan medis agar sesuai dengan kebutuhan
dan sesuai perencanaan ada beberapa syarat-syarat yang dipakai
pertimbangan antara lain:
a. Kehandalan alat.
b. Banyaknya populasi alat tersebut di tempat lain.
c. Pelayanan purna jual dari perusahaan penyedia.
d. Alat memilki ijin edar dari DepKes.
e. Penyedia telah memiliki PAK sebagai persyaratan.
f. Memiliki standar kwalitas yang sesuai.
g. Mudah mendapatkan suku cadang.

C. Uji Coba Untuk Alat Baru


Proses uji coba alat dilakukan setelah dilakukan proses instalasi dan
uji fungsi dari supplier dan pihak Rumah Sakit.
1. Tujuan uji coba adalah :
a. Memberikan kesempatan kepada operator yang telah mengikuti
training uji fungsi, untuk membiasakan pengoperasian alat,
dengan pasien / beban sesuai kebutuhan
b. Mengetahui kemampuan fungsi dan kemampuan teknis alat.
2. Program pelatihan uji coba bagi tenaga operator / pengguna alat
dan teknisi adalah :
a. Cara pengoperasian alat.
b. Penjelasan fungsi masing-masing bagian alat.
c. Penyusunan program pemeliharaan berkala.
d. Perbaikan ringan.
e. Pengenalan dan penggantian suku cadang.
f. Penyusunan SPO pemantauan fungsi, SPO pemeliharaan dan
SPO perbaikan.

D. Pemeliharaan Peralatan Medis


1. Pengertian dan Jenis Pemeliharaan Peralatan Medis
Pemeliharaan peralatan kesehatan adalah suatu upaya yang
dilakukan agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi layak
pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai
lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan terdapat berbagai
kriteria dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan.
Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat
dua kriteria pemeliharaan, yaitu :
a. Pemeliharaan terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan / disusun. Jadwal pemeliharaan disusun dengan
memperhatikan jenis peralatan, jumlah, kualifikasi petugas
sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang tersedia.
Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan preventif /
pencegahan dan pemeliharaan korektif / perbaikan.
1) Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan
pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan
alat yang dilaksanakan setiap hari oleh operator dan
kegiatan penyetelan, pelumasan serta penggantian bahan
pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi berkala.
Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil
kemungkinan terjadinya kerusakan. Untuk jenis alat
tertentu pemeliharaan preventif dapat dilaksanakan pada
saat alat sedang jalan / operasional / running
maintenance, melalui pemeriksaan dengan melihat,
merasakan, mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa
maupun menggunakan alat ukur.
Pemeliharaan preventif untuk peralatan kesehatan pada
umumnya dilakukan pada waktu tidak operasional / shut
down maintenance, yaitu dalam keadaan dimatikan lalu
dipelihara. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dapat
berupa pembersihan, pelumasan, pengecekan, fungsi
komponen, penyetelan, penggantian bahan pemeiliharaan,
pengukuran keluaran dan keselamatan.
2) Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang
bersifat perbaikan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku cadang.
Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk
mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke kondisi
siap operasional dan layak pakai dapat difungsikan
dengan baik.
Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi
teknis yaitu pengukuran kuantitatif keluaran dan
pengukuran aspek keselamatan. Sedangkan kalibrasi yang
bersifat teknis dan legalitas penggunaan alat harus
dilakukan oleh institusi penguji yang berwenang.
Perbaikan korektif dilakukan terhadap peralatan yang
mengalami kerusakan dan dilakukan secara terencana.
Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu
kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan mengganti
bagian-bagian utama alat, bertujuan untuk
mengembalikan fungsi dan kemampuan alat yang sudah
menurun karena usia dan penggunaan.
b. Pemeliharaan Tidak Terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan
pemeliharaan yang bersifat darurat berupa perbaikan
terhadap kerusakan alat yang mendadak. Tidak terduga dan
harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan
dalam pelayanan. Untuk dapat melaksanakan pemeliharaan
tidak terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (
standby ) dan fasilitas pendukungnya. Frekuensi
pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah
mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan
terencana.

2. Langkah – langkah pelaksanaan Pemeliharaan


a. Menyusun program pemeliharaan
Teknisi RS harus menyusun perencanaan pemeliharaan
dengan membuat program pemeliharaan yang mencakup
semua peralatan medis yang ada di RS. Untuk itu daftar
inventarisasi peralatan medis sangat diperlukan untuk
dijadikan dasar penyusunan program pemeliharaan selain
pertimbangan jumlah tenaga, kemampuan teknis dan
peralatan.
1) Unsur-unsur yang harus menjadi pertimbangan dalam
penyusunan program pemeliharaan meliputi :
a) Sumber Daya Manuasia yaitu :
 Jumlah Teknisi
 Kemampuan teknisi
 Pelatihan yang pernah diikuti
 Pegalaman kerja
b) Fasilitas kerja, meliputi :
 Ruang kerja
 Alat kerja
 Tool set
 Alat kerja mekanik
 Alat ukur
c) Dokumen Teknis, meliputi :
 SPO pemantauan fungsi dan lembar kerja.
 SPO pemeliharaan dan lembar kerja.
 SPO perbaikan dan lembar kerja.
 Operasional manual.
 Service manual.
 Schematic / wiring diagram
 Formulir laporan.
2) Program Pemeliharaan yang baik harus mencakup :
a) Jadwal pemantauan fungsi dan pemeliharaan berkala.
b) Penyiapan bahan pemeliharaan yang diperlukan untuk
setiap alat selama 1 tahun.
c) Penyiapan suku cadang / aksesoris yang diperlukan
untuk perbaikan alat yang mengalami kerusakan
( pemeliharaan korektif terencana )
Perencanaan-perencanaan dan usulan sesuai dengan program
pemeliharaan tersebut dituangkan ke dalam rencana
anggaran dan diusulkan kepada Manajemen Rumah Sakit,
melalui Kasi. Penunjang Medis dan Non Medis.

b. Melaksanakan Pemeliharaan
Berdasarkan program yang telah disusun dan disetujui
oleh manajemen Rumah Sakit, RS menyiapkan teknisi yang
akan melaksanakan program tersebut. Pada tahap awal,
kemungkinan teknisi RS belum mampu melaksanakan
pelayanan teknis untuk seluruh alat yang dimiliki.
Hal ini perlu mendapat perhatian dari manajemen Rumah
Sakit dan semua unit terkait, untuk dievaluasi dan dicari
yang tepat. Pelaksanaan pelayanan teknis, terdiri dari :
pemantauan fungsi, pemeliharaan berkala dan perbaikan alat
harus mengikuti SPO yang telah disusun.

c. Pencatatan dan Pelaporan Pemeliharaan


Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan
pelaporan yang dapat dimengerti, baik oleh pemberi tugas,
manajemen Rumah Sakit, maupun unit pelayanan terkait.
Jenis laporan anatara lain :
a) Kartu pemeliharaan alat
b) Catatan pemeliharaan alat
c) Laporan kerja pemeliharaan preventif
d) Laporan kerja pemeliharaan korektif
e) Laporan hasil pemantauan fungsi
f) Laporan penggunaan bahan pemeliharaan / suku cadang
Setiap laporan harus disimpan dibagian arsip Instalasi IPSRS.

d. Pembinaan teknisi kepada operator


Salah satu tugas teknisi RS adalah memberikan
pembinaan teknis kepada operator / pengguna alat dalam
hal :
1) Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah :
“pemeliharaan harian” Tugas ini diserahkan kepada
operator / pengguna alat, berupa : melakukan
pembersihan alat bagian luar dan dilaksanakan setiap
hari sebelum alat digunakan untuk pelayanan. Gunakan
bahan pembersih yang benar.
2) Aspek Keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus
memperhatikan aspek keselamatan bagi pasien dan
petugas, terhadap semua kemungkinan yang dapat
terjadi. Aspek keselamatan yang harus diperhatikan
meliputi :
a) Bahaya Listrik
b) Bahaya Radiasi
c) Bahaya Mekanik
d) Bahaya terhadap bahan kimia
e) Bahaya fisik, biologi dan ergonomi
Bila aspek keselamatan tersebut diperhatikan dengan
baik, maka pelayanan kesehatan akan dapat dilaksanakan
seoptimal mungkin.
E. Kalibrasi
Peraturan Menteri Kesehatan No. 363 / Menkes / Per / IV /
1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Dengan
adanya permenkes tersebut, maka setiap alat yang digunakan untuk
pelayanan harus dilakukan pengujian dan kalibrasi sekurang-
kurangnya 1 tahun sekali.

Yang diperkenankan untuk melaksanakan pengujian dan


kalibrasi alat kesehatan adalah institusi penguji. Institusi penguji
milik pemerintah saat ini adalah BPFK ( Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan ) dan LPFK ( Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan ). Ditambah institusi penguji dari swasta yaitu
Perusahaan Layanan Kalibrasi Swasta.

Setiap alat yang telah dikalibrasi akan diberi label “LAYAK


PAKAI” dan “ TIDAK LAYAK PAKAI” serta sertifikat kalibrasi.

Tugas dan kewajiban Rumah Sakit, selaku pengguna alat :


1. Menyusun rencana pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang
di miliki dari daftar inventarisasi peralatan yang ada di teknisi
RS, dapat dikelompokan alat yang mendapat prioritas untuk
dilakukan pengujian dan kalibrasi.
Skala prioritas didasarkan pada :
a. Alat life saving
b. Alat yang beresiko pengoperasiannya
c. Alat kesehatan lainnya
2. Mengusulkan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan
pengujian dan kalibrasi komponen anggaran pengujian dan
kalibrasi terdiri dari :
a. Biaya transportasi.
b. Biaya akomodasi teknisi selama berada di Rumah Sakit.
c. Tarif pelayanan pengujian dan kalibrasi
Biaya pengujian / kalibrasi sudah termauk dalam tarif pelayanan
3. Setelah tersedia anggaran, hubungi Institusi penguji milik
pemerintah / swasta, agar dijadwalkan waktu pelaksanaan
pengujian dan kalibrasi. Kirimkan daftar alat yang dimintakan
pelayanan kalibrasi.
4. Setelah pelayanan pengujian dan kalibrasi selesai, setiap alat
akan mendapatkan label dan sertifikat. Pasang label pada alat,
sehingga masyarakat pelanggan dapat melihat label tersebut dan
mengetahui bahwa alat yang digunakan telah dikalibrasi dan
layak pakai.

F. Recall
Penarikan Alat Kesehatan yang dipakai dan disingkirkan dari
rumah sakit sesering pasien yang datang dan pergi. IPSRS dan
management rumah sakit harus bisa mengikuti perubahan teknologi
Alat Kesehatan yang ada sehingga mengakibatkan peralatan harus
ditinjau ulang apakah akan diganti dengan yang lebih baru atau
tidak. Ada beberapa alasan untuk alat kesehatan perlu adanya
penggantian (recall):
1. Bersangkutan mengenai alat yang disupply akan ditarik (recall) ke
pabrik dengan alasan perubahan dalam standar pelayanan,
prosedur klinis yang baru dapat menyebabkan peralatan menjadi
kuno. Kemajuan teknologi dengan kriteria unjuk kerja atau
akurasi yang lebih baik, membuat rumah sakit membeli peralatan
dengan teknologi yang lebih memenuhi kebutuhan.
2. Faktor keamanan alat, yang dapat menambah resiko kecelakaan
pasien, staf atau pengunjung.
3. Masalah-masalah pemeliharaan, seperti perbaikan yang sering
atau mahal dan waktu nganggur yang berlebihan.
4. Usia pakai dari alat kesehatan telah mencapai 5 sampai 10 tahun
( sesuai dengan batas maksimal usia pakai Alat Kesehatan )
5. Riwayat penggantian spare part tinggi ( history kerusakan tinggi )
6. Tidak tersedianya lagi spare part baik di pasar umum ataupun
sampai di pabrik asal alat kesehatan itu dibuat.
7. Biaya operasional tinggi.
8. Adanya kebijakan atau permintaan dari vendor alat tertentu.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


A. Inventarisasi Alat Medis di Rumah Sakit
Petugas teknisi elektromedis yang ditunjuk melaksanakan
inventarisasi alat medis di RS meliputi :
1. Pencatatan semua alat medis RS yang telah didistribusikan /
dikeluarkan dari gudang alkes ke ruangan pengguna ke dalam :
a. Buku Induk Inventaris
b. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
c. Kartu Inventaris Barang (KIB)
2. Penomoran barang terhadap semua alat medis di RS sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Pelaporan kepada instansi yang berwenang tentang inventaris
barang dan Mutasi barang yang dilakukan setiap semester.

B. Perencanaan kebutuhan peralatan medis


Perencanaan kebutuhan peralatan medis di RS melalui proses :
1. Menerima usulan kebutuhan Alat kesehatan dari seluruh unit
kerja.
Menerima usulan kebutuhan Alat kesehatan adalah langkah awal
perencanaan pengadaan Alat kesehatan yang diputuskan untuk
segera diadakan dengan alokasi anggaran yang sudah ditetapkan.
2. Menyusun perencanaan sesuai alokasi anggaran tersedia.
Alokasi anggaran rumah sakit untuk pemenuhan kebutuhan alat
medis antara lain terdiri dari :
a. Alokasi anggaran dari sumber dana BLU ( dana pendapatan
RS )
b. Alokasi anggaran dari sumber dana APBN / APBD
c. Merencanakan dengan sistim Kerja sama operasional
Seluruh alokasi anggaran adalah merupakan sumber alokasi yang
akan dijadikan bahan perencanaan kebutuhan Alat kesehatan
dan selanjutnya dituangkan dalam RBA ( Rencana Bisnis
Anggaran ) RS.
3. Membuat usulan pengadaan Alat Medis
Setiap perencanaan yang tertuang dalam RBA diusulkan dalam
bentuk PPB (Pengusulan Pengadaan Barang) kepada PPK ( Pejabat
Pembuat Komitmen ) melalui persetujuan PPTK dan PPA sesuai
mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa RS.

C. Uji Coba Untuk Alat Baru


Setiap pengadaan alat medis baru di RS harus dilakukan Uji
Fungsi dan Uji Coba sebagai rangkaian proses pengadaan di RS.

Uji Coba untuk alat baru harus dilakukan oleh penyedia alat
dengan melibatkan unsur pengguna alat, teknisi, panitia penerima
hasil pekerjaan dan pejabat pengadaan serta Kasi Penunjanng Medis
dan Non Medis selaku penanggung jawab Anggaran.
Hasil Uji Fungsi dan Uji Coba alat baru dituangkan dalam Berita
Acara Uji Fungsi dan Uji Coba yang harus didokumentasikan.

D. Pemeliharaan Peralatan Medis


Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan,
kemampuan teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja dan
prosedur pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan peralatan
kesehatan di Rumah Sakit dilakukan oleh teknisi Rumah Sakit
setempat dan Pihak III.
1. Dilaksanakan oleh Teknisi Rumah Sakit
Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit
harus dapat dilaksanakan oleh teknisi setempat sejauh
memungkinkan ditinjau dari segala aspek, terutama aspek
pemeliharaan.
2. Dilaksanakan oleh pihak ke III
Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku
cadang atau keahlian khusus dan biaya yang besar, maka
pelaksanaannya diserahkan kepada pihak ke III, pada umumnya
dilaksanakan oleh perusahaan yang mengageni alat tersebut,
melalui proses sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan Pemeliharaan
sebagaimana telah tertuang dalam rincian kegiatan meliputi :
1. Menyusun program pemeliharaan
2. Melaksanakan Pemeliharaan
3. Pencatatan dan Pelaporan Pemeliharaan
4. Pembinaan teknisi kepada operator

E. Kalibrasi
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk kegiatan kalibrasi
meliputi :
1. Menyusun rencana kalibrasi alat medis yang dimiliki dari daftar
inventarisasi peralatan yang ada dengan mempertimbangkan
anggaran ( RBA ) dan skala prioritas. Skala prioritas didasarkan
pada :
a. Alat life saving
b. Alat yang beresiko pengoperasiannya
c. Alat kesehatan lainnya
2. Mengusulkan pelaksanaan kegiatan pengujian dan kalibrasi
sesuai dengan penawaran dari BPFK / LPFK / Swasta dengan
mencantumkan komponen anggaran pengujian dan kalibrasi
terdiri dari :
a. Biaya transportasi.
b. Biaya akomodasi teknisi selama berada di Rumah Sakit.
c. Tarif pelayanan pengujian dan kalibrasi
3. Setelah tersedia anggaran, hubungi Institusi penguji milik
pemerintah / swasta, agar dijadwalkan waktu pelaksanaan
pengujian dan kalibrasi. Kirimkan daftar alat yang dimintakan
pelayanan kalibrasi.
4. Setelah pelayanan pengujian dan kalibrasi selesai, setiap alat
akan mendapatkan label dan sertifikat. Pasang label pada alat,
sehingga pelanggan dapat melihat label tersebut dan mengetahui
bahwa alat yang digunakan telah dikalibrasi dan layak pakai.

F. Recall
Langkah-langkah pelaksanaan Recall :
1. Petugas teknisi elektromedis melaksanakan inventarisasi Alat
kesehatan yang akan direcall.
2. Petugas teknisi elektromedis membuat Berita Acara Penarikan (
Recall ) alat medis yang ditanda tangani oleh Kepala Ruang / Unit
/ Instalasi dimana alat medis tersebut berada.
3. Petugas teknisi elektromedis berkoordinasi dengan petugas
pengurus barang untuk penarikan ( re-call ) peralatan medis.
4. Petugas pengurus barang mengusulkan kepada direktur untuk
penghapusan alat medis yang direcall.
5. Direktur membuat usulan ke Bagian Aset Kabupaten Pekalongan
untuk pengahapusan peralatan medic.

VI. SASARAN

NO KEGIATAN SASARAN
1 Inventarisasi alat medis 100%
Perencanaan kebutuhan peralatan 100%
2
medis
3 Uji Coba Untuk Alat Baru 100%
4 Pemeliharaan Peralatan Medis 100%

5 Kalibrasi 100%
6 Recall 100%

VII. SKEDUL ( JADWAL ) PELAKSANAAN KEGIATAN

BULAN
N
KEGIATAN 1 1 1
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2
1 Inventarisasi alat
medis
2 Perencanaan
kebutuhan peralatan
medis
3 Uji Coba Untuk Alat
Baru
4 Pemeliharaan
Peralatan Medis
5 Kalibrasi
6 Recall
7 Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan & Pelaporan
8 Pencatatan, Pelaporan
& Evaluasi

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN & PELAPORAN


Pelaporan dilakukan setiap bulan dalam Form Pelaporan. Dievaluasi
ketepatan pelaksanaan kegiatan terhadap jadwal.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI


1. Pencatatan dan dokumen kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas
teknisi RS.
2. Laporan program ditujukan kepada Direktur RS lewat Kasi.
Penunjang Medis dan Non Medis dengan rincian :
a. Kegiatan sesuai program kerja
b. Kegiatan yang telah dilakukan
c. Insiden / cidera yang terjadi ketika melakukan kegiatan program
elektromedis (bila ada)

3. Usulan dan rekomendasi kepada Direktur RS


a. Pendanaan pemeliharaan dan kalibrasi perlu
ditingkatkan/dinaikan.
b. Penambahan alat kerja.
c. Pelatihan SDM untuk meningkatkan kinerja.

Pati, Januari 2017


Disetujui Disusun oleh
Koord.Penunjang Kepala IPSRS

RAHMI ADHI SAFITRI AGUS PURNIAWAN


NIK.20110300002 NIK.20110300021

Mengetahui,
Direktur RSU Sebening Kasih
Kabupaten Pati

dr. INDAH RESTYANTI


NIK.20110300001

Anda mungkin juga menyukai