Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Gizi
Program gizi adalah suatu program yang bertujuan untuk mencegah serta menangani
masalah gizi yang terjadi di masyarakat. Sasaran dari program gizi dapat ditujukan mulai
dari kelompok sasaran pasangan calon pengantin hingga kelompok usia lanjut. Menurut
Kemenkes (2016) program-program gizi meliputi :
a. Menilai status gizi calon pengantin, melakukan diet seimbang, deteksi dini Penyakit
Tidak Menular (PTM), dan Penyakit Menular (PM) pada ibu hamil dan menyusui
b. Menilai status gizi, melakukan diet seimbang, stimulasi perkembangan anak,
memberikan pola asuh yang benar, deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM), dan
PM pada kelompok bayi dan balita.
c. Melakukan penilaian status gizi, melakukan diet seimbang, melakukan aktivitas fisik
yang cukup, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta ruti mengecek kesehatan
reproduksi pada kelompok usia sekolah dan remaja.
d. Pada kelompok usia produktif dilakukan penilaian status gizi, diet seimbang, PHBS,
perlindungan terhadap kesehatan, deteksi dini dini Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
Penyakit Infeksi (PI), kesehatan reproduksi, dan check up kesehatan secara berkala.
Adapun program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang yang dilaksanakan
beberapa tahun terakhir antara lain:
1. Program Inovasi Kecubung Tahun 2017
Program inovasi kecubung memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi menggunakan aplikasi whatsapp, facebook pada program KIA dan gizi
masyarakat krembung. Kegiatan ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Krembung.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin terjangkau bagi semua
kalangan, dimanfaatkan oleh puskesmas krembung dalam mensukseskan program KIA
(Kematian Ibu dan Anak) dan gizi di masyarakat krembung. Melalui pemanfaatan aplikasi
popular whats app dan facebook,puskesmas krembung meluncurkan program inovasi
bernama kecubung. Kecubung merupakan akronim dari krembung peduli catin, usia subur,
ibu dan keluarga. Kegiatan ini dilatar belakangioleh permasalahan kia dan gizi di
krembung, dimana jumlah bblr ( bayi berat lahir rendah ) tahun 2015 sebanyak 6 bayi, bblr
tahun 2016 sebanyak 13 bayi. Kasus lahir mati 2015 sebanyak 2 bayi dan bayi mati tahun
2016 sebanyak 1 bayi.
2. Program Pendampingan Bumil Risti Tahun 2014
Program Pendampingan Bumil Risti dilakukan sebagai salah satu upaya
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program pendampingan ibu hamil beresiko oleh
kader posyandu ini terasa penting. Tujuan secara umum untuk mendeteksi /mengenal
bahaya 3 terlambat, memberikan motivasi dan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga dan
orang-orang yang berpengaruh terhadap ibu hamil tersebut sampai mendapatkan pelayanan
persalinan di oleh tenaga kesehatan. Kegiatan ini terkoordinasi beberapa seksi antara lain
seksi kesehatan keluarga, seksi promkes dan seksi gizi. Terdapat beberapa faktor yang bisa
jadi penyebab kematian ibu. Misalnya dari sisi petugas kesehatan terkait dengan
keterampilan dan kompetensi pelayanan kesehatan. Demi mengantisipasi hal tersebut,
dilakukanlah kegiatan peningkatan kompetensi bidan serta pemberdayaan masyarakat
peduli kesehatan yang dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk memperkuat program
pendampingan ibu hamil resiko tinggi (risti) oleh kader-kader posyandu. Beberapa pihak
yang terlibat dalam koordinasi tersebut antara lain: Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator
Puskesmas, Koordinator Promkes Puskesmas, Bidan Penanggung jawab Desa, dan Kader
Posyandu terpilih dari masing-masing Desa sekitar 10 orang.
3. Taman Posyandu
Taman Posyandu merupakan salah satu program Pemerintah Propinsi Jatim yang terus
dikembangkan di Sidoarjo untuk mewujudkan generasi yang unggul, sehat, cerdas, dan
mandiri. Kegiatan ini difokuskan pada pemantauan tumbuh kembang balita yaitu melalui
kader dengan mengoptimalkan kinerja Posyandu. Layanan di Posyandu tidak hanya
kesehatan tetapi secara integral dipandukan untuk layanan pengasuhan dan pendidikan.
Balita atau anak yang datang ke Taman Posyandu akan menikmati kegiatan bermain
mingguan; anak-anak ditimbang dalam keadaan riang; dan kegiatan lainnya yang
bermanfaat bagi tumbuh-kembang anak usia dini. Dalam Taman Posyandu juga ada
kegiatan pembinaan orang tua secara teratur dan terencana, serta tambahan ilmu terkait
dengan PAUD. Dengan adanya kelengkapan aktivitas terpadu di Taman Posyandu ini,
diharapkan anak bisa tumbuh sehat, kuat, cerdas, ceria, dan berbudi luhur. Begitu pula
secara fisik, mental, emosional, dan sosial. Dinas Kesehatan pemerintah kabupaten
Sidoarjo bekerja sama dengan seluruh jajaran terkait TP PKK, Dinas Pendidikan dan
BPMPKB untuk merealisasikan program sinergi yang disebut Taman Posyandu ini.
Tujuannya, agar generasi usia dini dapat memperoleh tambahan pengetahuan
dan terbentuknya kesinambungan dalam pemeliharaan kesehatan, pemenuhan gizi,
pendidikan, stimulasi mental, dan phsikososial.

2.2 Metode Analisis Situasi Permasalahan Gizi


Analisis masalah didasarkan pada penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis
faktor penyebab terjadinya masalah sebagaimana yang disebutkan diatas, tujuannya untuk
dapat memahami masalah secara jelas dan spesifik serta terukur, sehingga mempermudah
penentuan alternatif masalah. Caranya dapat dilakukan dengan analisis hubungan, analisis
perbandingan, analisis kecenderungan dan lain-lain Langkah-langkah analisis masalah dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Tentukan masalah gizi yang menjadi prioritas di suatu wilayah (desa).
2. Lakukan telaahan pada faktor penyebab, dengan melihat berbagai data.
3. Tetapkan wilayah (desa) yang menjadi prioritas dalam penanggulangan. Contoh
analisis kecenderungan dapat diketahui trend meningkatnya prevalensi dari waktu-
kewaktu di suatu wilayah (desa), trend menurunnya cakupan program dari waktu-
kewaktu di suatu wilayah (desa)
4. Desa dimana prevalensi masalah gizi trend tinggi atau cakupan program trend turun
mendapat prioritas dalam program perbaikan gizi.
Menurut Sugianto (2012), dalam menganalisis situasi permasalahan dalam
masyarakat dapat dilakukan menggunakan 2 metode, yakni metode Fishbone Analysis
(Analisis Tulang Ikan) dan Lock Frame Analysis (Pohon Masalah). Pada Fishbone Analysis,
metode ini menganalisis suatu permasalahan melalui faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya masalah tersebut melalui diagram. Diagram ini digunakan untuk mengurutkan
penyebab-penyebab masalah hingga didapatkan suatu akar penyebabnya. Sedangkan metode
Lock Frame Analysis, metode ini menganalisis suatu permasalahan dengan menunjukkan
masalah dan akar akibat serta menunjukkan keadaan sebenarnya maupun situasi yang tidak
diharapkan. Dengan melakukan analisis pohon masalah, suatu solusi dapat terbentuk dari
pemetaan sebab-akibat di sekitar masalah utama sehingga terbentuk pola pokir yang
terstruktur.

2.3 Metode Penentuan Prioritas Masalah Gizi


Menurut Symond (2013) dalam jurnal yang berjudul “Penentuan Prioritas Masalah
Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu
Wilayah”, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan yaitu (1) Metode Matematik (2) Metode Delbeque (3 ) Metode Delphi (4) Metode
Estimasi Beban Kerugian Akibat Sakit (Disease Burden), dan (5) Metode Perbandingan
antara Target dan Pencapaian Program Tahunan.
1. Metode Matematik
Metode ini dikenal juga sebagai metode PAHO yaitu singkatan dari Pan
American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di wilayah
Amerika Latin. Dalam metode ini dipergunakan beberapa kriteria untuk menentukan
prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan:
(a) Luasnya masalah (magnitude), menunjukkan banyaknya penduduk yang terkena
masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi atau insiden
penyakit.
(b) Beratnya kerugian yang timbul (severity), menunjukkan besar kerugian yang
ditimbulkan. Pada masa lalu yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case
Fatality Rate (CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa
juga dilihat dari jumlah disability days atau disability years atau disesase burden
yang ditimbulkan oleh penyakit bersangkutan
(c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut
(vulnerability), menunjukan sejauh mana tersedia teknologi atau obat yang
efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Vulnerability juga bisa dinilai dari
tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti misalnya
ketersediaan tenaga dan peralatan.
(d) Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (Community and
political concern)
(e) Ketersediaan dana (Affordability), menunjukkan ada tidaknya dana yang
tersedia.
Dalam penerapan metode ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka masing-
masing kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, misalnya antara angka 1
menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi, Pemberian skor ini
dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah dalam forum curah pendapat
(brainstorming). Setelah diberi skor, masing-masing penyakit dihitung nilai skor
akhirnya yaitu perkalian antara nilai skor masing-masing kriteria untuk penyakit
tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah
menjadi sangat kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor
tersebut terlalu tipis.

2. Metode Delbeque
Metode ini merupakan metode kualitatif yang penilaiannya dilakukan oleh para
ahli kesehatan melalui langkah-langkah yaitu penetapan kriteria bersama, pemberian
bobot masalah, dan penentuan rentang nilai setiap masalah. Caranya sekelompok pakar
diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk
data kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit tersebut. Dalam penentuan
prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada dasarnya kelompok pakar melalui
langka-langkah (1) penetapan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar (2)
memberikan bobot masalah (3) menentukan skoring setiap masalah. Dengan demikian
dapat ditentukan masalah mana yang menduduki peringkat prioritas tertinggi.
Penetapan kriteria berdasarkan seriusnya permasalahan menurut pendapat para
pakar dengan contoh kriteria persoalan masalah kesehatan berupa (1) kemampuan
menyebar/menular yang tinggi (2) mengenai daerah yang luas (3) mengakibatkan
penderitaan yang lama (4) mengurangi penghasilan penduduk (5) mempunyai
kecendrungan menyebar meningkat dan lain sebagainya sesuai kesepakatan para
pakar.
Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas tertutup.
Kemudian dilakukan semacam perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan
kembali kepada para expert dan setelah itu dilakukan penilaian ulang oleh para expert
dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian ulang ini akan terjadi
kesamaan/konvergensi pendapat, sehingga akhirnya diperoleh suatu konsensus tentang
penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi metode ini sebenarnya
adalah suatu mekanisme untuk mencapai suatu konsensus. Kelemahan cara ini adalah
sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan dengan metode matematik yang
disampaikan sebelumnya. Kelebihannya adalah mudah dan dapat dilakukan dengan
cepat. Penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada
masing-masing pakar untuk member nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan
yang mungkin ada antara para pakar tersebut.
3. Metode Delphi
Metode ini hampir sama dengan metode Delbeque yaitu dengan mengumpulkan
para ahli kesehatan ke dalam suatu forum guna mendiskusikan masalah yang ada
kemudian saling memberikan pendapat untuk menentukan prioritas masalah.
Perbedaan dengan metode Delbeque adalah dalam metode Delphi tidak dilakukan
scoring masalah namun langsung didiskusikan.
4. Metode Estimasi Beban Kerugian
Metode ini merupakan metode kuantitatif dengan menghitung jumlah hari
produktif yang hilang karena munculnya masalah. Metode ini merupakan metode yang
jarang digunakan karena teknik perhitungannya relatif sulit.
5. Metode Perbandingan antara Target dan Pencapaian Program Tahunan
Metode penetapan prioritas masalah kesehatan beradasarkan pencapaian
program tahunan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara target yang
ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian dalam suatu kurun waktu 1
tahun. Penetapan prioritas masalah kesehatan seperti ini sering digunakan oleh
pemegang atau pelaksana program kesehatan di tingkat Puskesmas dan Tingkat
Kabupaten/Kota pada era desentralisasi saat ini.
2.4 Metode Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Gizi
Menurut Symon (2013), terdapat 2 metode yang lazim digunakan dalam penetapan
prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan. Digunakan untuk intervensi dalam
penetapan pilihan bentuk intevensi yaitu metode analisis pembiayaan yang lebih dikenal cara
efektifitas dan efisiensi dan metode Hanlon.
1. Metode Analisis Pembiayaan (Cost Analysis) lebih dikenal Efektifitas Efisiensi.
Metode ini merupakan metode yang mempertimbangkan keefektifan dan
keefisienan intervensi menggunakan suatu rumus tertentu. Variabel yang
digunakan dalam rumus penentuan prioritas ini yaitu luas masalah, pentingnya
penanggulangan masalah, solusi yang ada untuk masalah, dan biaya yang
dikeluarkan untuk menangani masalah. Rumus penetapan prioritas kegiatan
sebagai berikut :
𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
𝑃=
𝐶
Dimana
M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)
I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikan masalah)
V = Vunerability (ketepatan jalan keluar untuk masalah)
C = Cost (biaya yang dikeluarkan) dimana kriterinya ditetapkan:
Nilai l = biaya sangat murah
Nilai 2 = biaya murah
Nilai 3 = biaya cukup murah
Nilai 4 = biaya mahal
Nilai 5 = biaya sangat mahal
2. Metode Hanlon
Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan altematif prioritas jenis intervensi
yang akan dilakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing: 1) besamya masalah
(magnitude) 2) tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness) (3) kemudahan
penanggulangan masalah (causability) (4) dapat atau tidaknya program dilaksanakan
menggunakan istilah PEARL. Seperti halnya metode yang lain, metode Hanlon dalam
proses awalnya menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (brainstorming
) untuk menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh
nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian kelompok
kriteria tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
nilainya maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan menjadi prioritas
intervensi. Jika suatu program tidak memenuhi salah satu faktor PEARL, maka
program tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2.5 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melihat tingkat
keberhasilan suatu program. Menurut Arifin et al (2016), monitoring dan evaluasi memiliki
makna yang berbeda, monitoring atau pemantauan adalah suatu aktivitas untuk mengetahui
kesesuaian program yang sedang berjalan dengan apa yang telah direncanakan. Sedangkan
evaluasi merupakan kegiatan penilaian dari data yang dikumpulkan saat proses monitoring.
Jenis-jenis evaluasi menurut Moerdiyanto (2011) adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilakukan pada tahap pelaksanaan program dengan tujuan
untuk memperbaiki kesalahan ketika program sedang berjalan. Evaluasi formatif
dilakukan oleh pelaksana dan pengawas pelaksana program.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilakukan di akhir pelaksanaan program, ketika program
sudah dilakukan. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan program.
Evaluasi sumatif dapat dilakukan dan dinilai berdasarkan angka, misalkan:
penurunan jumlah balita yang mengalami gizi buruk, peningkatan jumlah bayi yang
diberi ASI eksklusif, dan lain-lain. Selain penilaian menggunakan angka, evaluasi
sumatif dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi program.
Pada pelaksanaan program gizi, evaluasi perlu dilakukan baik evaluasi formatif
maupun sumatif untuk memastikan program yang berjalan atau telah dilakukan
berdayaguna dan tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S., Rahman, F., Wulandari, A., dan Anhar, V. Y. (2016). Buku Ajar Dasar-Dasar
Manajemen Kesehatan. Banjarbaru: Pustaka Banua.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta.
Moerdiyanto. (2011). Teknik Monitoring dan Evaluasi (Monev) dalam Rangka Memperoleh
Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta, Indonesia.
Symond, D.(2013).Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi
Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Maret 2013-September 2013, volume 7, Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai