Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rahayu Ramadhayanti

NPM : 230110160123
Kelas : Perikanan B
TEKNOLOGI PENGHOLAHAN HASIL PERIKANAN
“Pemindangan”

Pemindangan merupakan salah satu cara pengolahan ikan segar dengan


kombinasi perlakuan antara penggaraman dan perebusan, garam yang digunakan
berperan sebagai pengawet sekaligus memberikan cita rasa pada ikan, sedangkan
perebusan mematikan sebagian besar bakteri pada ikan, terutama bakteri pembusuk.
Tujuan dari proses ini adalah agar produk bisa tahan lebih lama sehingga dapat
dipasarkan ke daerah yang cukup jauh.
Saya melakukan pengamatan melalui wawancara dengan penjual pindang
yang ada di pasar Leuwi Panjang Bandung, untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Beberapa pertanyaan yang saya ajukan
berkenaan dengan proses pemindangan diantaranya. Jenis ikan yang diolah sebagai
pindang, prosedur pembuatan pindang, lama waktu pemindangan, dll.
Ada 2 pedagang pindang yang saya datangi untuk diwawancara. Satu bapak-
bapak, dan yang satu lagi ibu-ibu. Narasumber pertama yang saya wawancara,
menjual berbagai macam jenis ikan yang diolah dengan pemindangan. Diantaranya
adalah pindang tongkol, bandeng, teuleus, dan mojang. Ikan pindang yang dijual di
tempat bapak ini ada yang sudah dikemas menggunakan Styrofoam dan plastik, ada
juga yang masih terususun dalam panci perebus. Proses pembuatannya yaitu ikan
langsung direbus setelah dcuci, dibumbui dan disusun rapi (dientep) dalam panci
perebus. Lamanya perebusan dilakukan sekitar 2-3 jam, dimana air sisa rebusan akan
dibuang lewat lubang yang ada di bagian bawah panci pemindangan. Ikan yang telah
dipindang, akan tahan selama 2-3 hari. Berikut gambar ikan pindang dari narasumber
1 hasil dokumentasi pribadi.
Narasumber kedua yang saya wawancara, khusus menjual pindang ikan mas
yang sebelumnya dilakukan proses presto terlebih dahulu. Tujuannya agar duri ikan
menjadi lunak dan lebih mudah untuk disantap. Ikan yang dijual tersusun rapi
didalam panci. Bila ada yang membeli, barulah ikan dikemas menggunakan kertas
nasi yang ditusuk oleh tusukan sate dibagian ujungnya. Asal tidak tersentuh oleh
tangan kita, pindang ikan mas akan awet sampai 2-3 hari. Proses pembuatan pindang
presto ikan mas ini, tidak jauh berbeda dari yang disampaikan narasumber pertama.
Setelah dicuci bersih, diberi jeruk nipis dan garam, ikan dipresto terlebih dahulu,
setelah itu bumbu ditumis dan dicampurkan pada ikan. Setelah bumbu merata, ikan
disusun rapi (dientep) dalam panci lalu direbus sekitar 2-3 jam. Berikut gambar ikan
mas pindang dari narasumber 2 hasil dokumentasi pribadi.

Bila diamati, dari kedua penjual yang telah saya wawancara, terdapat sebuah
persamaan dalam hal penanganan ikan yang mereka jual. Ikan yang tersusun rapi
dalam panci tidak dilapisi penutup untuk mengamankan produk mereka. Kondisi
pasar terutama pasar tradisional yang tentunya sangat ramai dan tanpa ada
manajemen sanitasi yang baik akan membuat produk lebih mudah terpapar debu,
matahari, dan bakteri.
Pedagang pertama memang lebih terlindung dari paparan matahari langsung,
karena ia berada di lapak yang memiliki pelindung. Pedagang kedua berada di pinggir
jalan, maka kemungkinan untuk terpapar polusi dll lebih besar. Selain itu, bakteri
yang datang dari kaki-kaki lalat juga akan sangat berpengaruh apabila produk tidak
diberi penutup. Pedagang pertama yang menjual lebih banyak jenis komoditas produk
akan lebih besar kemungkinannya dihinggapi lalat, karena jangkauan pedagang yang
cukup luas, sedangkan pedagang kedua yang hanya menjual satu produk dengan satu
panci lebih mudah mengatasi lalat yang datang menghampiri produk.
Dari segi pengemasan, ada perbedaan antara pedagang satu dengan pedagang
kedua. Pedagang pertama, mengemas produk menggunakan Styrofoam dan ditutupi
plastik, pedagang kedua menggunakan kertas nasi dan tusukan sate untuk mengemas
produknya. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari setiap pengemasan yang
dilakukan. Pengemasan menggunakan Styrofoam dan plastik, memiliki kelebihan
dalam kontaminasi lewat udara, karena mengurangi resiko terkena debu, karena
pengemasan yang tertutup rapat. Namun, kekurangannya adalah dari segi
penanggulangan sampahnya yang akan memakan waktu untuk penguraiannya.
Pengemasan menggunakan kertas nasi yang ujungnya ditusuk oleh tusuk sate kurang
efektif dalam hal perlindungannya dari udara. Karena udara masih bisa masuk
melalui celah yang ada. Namun, dari segi keramah lingkungannya, kertas nasi jauh
lebih mudah terurai dari Styrofoam. Kedua pedagang tidak memberikan keterangan
pada produknya.
Apabila saya menjadi pedagang atau memiliki usaha dari pemindangan ikan,
hal yang saya lakukan sebagai inovator adalah menjamin produk saya agar bisa
dipertanggungjawabkan, seperti pemberian label pada kemasan agar konsumen bisa
lebih percaya terhadap produk saya walaupun produk yang saya jual ada di pasar
tradisional.
Kedua, saya bisa mengembangkan usaha dari pemindangan dalam hal
kerapihan tempat saya menjual produk, walaupun berada di lingkungan dengan
fasilitas minim sanitasi, saya bisa usahakan tempat saya menjual produk agar tetap
terlihat bersi, dan produk saya tertata dengan rapi juga wadahnya tertutup, setidaknya
mengurangi resiko kontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai