Anda di halaman 1dari 11

1

Zakat Pertanian Dan Perkebunan

Bumi dijadikan oleh Allah, diciptakan-Nya baik untuk tumbuh tanaman dan
ditanami, dan diberlakukannya hukum-hukumNya dalamNya merupakan
nikmatNya yang paling besar. Oleh karena itu bumi merupakan sumber utama
kehidupan dan kesejahteraan jasmaniah manusia, sehingga sebagian ekonomi
Eropa menghimbau agar tanah pertanianlah yang hanya dikenakan pajak dari segi
bahwa tanah merupakan sumber kehidupan manusia yang paling penting.
Tanah tertentu sesungguhnya tidaklah cocok untuk semua jenis tumbuh-
tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan tertentu membutuhkan unsur-unsur tertentu dalam
tanah yang hanya terdapat di dalam tanah tertentu pula. Lalu siapakah yang telah
menciptakan tanah tertentu dengan unsur tertentu sehingga cocok untuk tumbuhan
tertentu.? Tanaman itu membutuhkan air, bila tidak ada air ia akan mati. Lalu
siapakah yang menciptkan hukum hujan dapat turun dari awan dan air mengalir
dari mata air? Dan banyaknya cukup, sehingga tidak membuat manusia, hewan,
dan tanaman mati tenggelam?
Tumbuh-tumbuhan itu juga memerlukan gas, lalu siapakah yang telah
menciptakan gas itu di udara, atau siapakah yang telah mengajarkan tumbuh-
tumbuhan menghirup ampas atau buangan karbon yang di keluarkan manusia dan
binatang waktu mereka bernafas, sehingga terjadi saling beri dan terima yang
menakjubkan antara dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan?
Juga memerlukan cahaya dan panas sebesar tertentu, bila lebih tumbuh-
tumbuhan itu akan terbakar dan bila kurang terlalu banyak maka akan layu dan
tidak akan ditemukan sebuah pun tumbuh-tumbuhan atau makhluk hidup lainnya.
Lalu siapakah yang telah menciptakan matahari, memfungsikannya, memberinya
keistimewaan itu, serta menciptakannya mempunyai jarak tertentu dari bumi,
sehingga makhluk-makhluk hidup tidak mati dingin jauh dari matahari dan tidak
terbakar dekat dengan matahari?
Seterusnya siapakah yang memberi kemampuan bertumbuh, hidup, dan
berkembang biak bagi benih yang kering itu, sehingga satu biji bias tumbuh
2

menjadi sebatang pohon kelapa yang menjulang tinggi setinggi awan dan satu biji
gandum bias tumbuh “tujuh tangkai setiap tangkai mempunyai seratus buah?”1

Zakat diwajibkan pada setiap hasil tanaman yang tumbuh, yaitu pada
seluruh hasil pertanian dan buah-buahan yang ditanam dengan tujuan
memanfaatkan (mengambil keuntugan darinya) serta mengembangkan tanah
miliknya. Hasil tanaman yang tumbuh dengan sendirinya tidak wajib dizakati,
seperti kayu bakar, bambu dan lain-lain, kecuali jika diperdagangkan, maka harus
dizakati sebagai komoditas dagang.
Dalam zakat hasil pertanian tidak perlu ada haul, yang dijadikan standar
adalah waktu panen, berdasarkan firman Allah SWT.
" Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan
zakatnya)." (Q.S. Al-An'am:141)

Sedangkan nisab zakat pertanian adalah lima wasaq (setara dengan 635 Kg
gandum atau beras, atau sejenisnya). Akan tetapi, tetap harus diperhitungkan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengelola pertanian tersebut, seperti untuk
pengairan, biaya penyemaian, pupuk, pembajakan, dan pemetikan hasil panen.
Biaya-biaya operasional tersebut harus diperoleh kembali sebelum dihitung
zakatnya, dengan catatan biaya-biaya tersebut tidak dibuat mengada-ada.
Berdasarkan sistem pengairan pertaniannya, besarnya zakat pertanian dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Bila pengairannya dilaksanakan tanpa biaya tinggi (seperti irigasi dari
sungai, sawah tadah hujan, sdan sejenisnya), maka volume zakat yang
harus dikeluarkan adalah sebesar 10%.

2. Jika pengairannya dilakukan dengan cara yang memakan biaya tinggi,


seperti dengan menggali sumur lalu mengalirkan airnya dengan alat atau
dengan membeli air, maka volume zakat yang wajib dibayar adalah
sebesar 5%.

1
Lihat buku yang sangat bernilai, al-ilm Yad’u ila al-iman, oleh Muhamad Saleh Falaki.
3

3. Bila pengairannya dilakukan dengan kedua cara diatas maka volume


zakatnya berdasarkan cara yang lebih dominan. Jika sama, zakatnya
sebanyak 7.5%.

4. Bila sistem pengairannya tidak diketahui, maka volume zakat yang wajib
di bayar adalah sebesar 10%.

Dalam proses perhitungannya, semua jenis hasil tanaman dikumpulkan


secara terpisah, seperti buah-buahan dipisahkan dari sayuran. Kemudian, jika
kualitas hasil tanaman bervariasi, maka zakatnya diambil dari yang bermutu
pertengahan ke atas, bukan dari yang di bawah pertengahan. Pada dasarnya petani
membayar zakatnya dai hasil panen tanamannya, namun sebagian ulama fikih saat
ini membolehkan pembayaran zakat dengan harganya, yaitu dengan menaksir
harga pasaran kuantitas tanaman yang dizakati kemudian membayarnya dalam
bentuk uang.2
Zakat ini berbeda dari zakat kekayaan-kekayaan yang lain, seperti ternak,
uang, dan barang-barang dagang. Perbedaan itu adalah bahwa zakatnya tidak
tergantung dari berlalunya tempo satu tahun, oleh karena benda yang dizakatkan
itu merupakan produksi atau hasil yang diberikan oleh tanah, artinya bila produksi
itu diperoleh, yang merupakan wajibnya zakat. Dalam istilah modern sekarang,
zakat itu merupakan pajak produksi yang diperoleh dari eksploitasi tanah.
Sedangkan zakat atas kekayaan-kekayaan yang lain merupakan pajak yang
dikenakan atas modal atau pokok kekayaan itu sendiri, berkembang atau tidak
berkembang.

Landasan Bahwa Zakat Wajib Atas Hasil Tanaman dan Buah-Buahan

2
Muhammad Abduh, Zakat Tinjauan Fikih dan Teori Ekonomi Makro Modern, (Jakarta: FATH
PUBLISHING, 2009)
4

1. Dari Qur’an

a) Firman Allah, “ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian yang


baik-baik dari perolehan kalian dan sebagian hasil-hasil yang kami keluarkan
dari bumi untuk kalian. Janganlah kalian bermaksud menafkahkan yang buruk-
buruk darinya pada hal kalian sendiri tidak mau menerimanya, kecuali dengan
mata terpicing.”3 Perintah berarti wajib dilaksanakan, pengeluaran sebagian dari
perolehan itu ditetapkan oleh Allah sebagai konsekuensi iman, sedangkan Qur’an
banyak sekali mengungkapkan zakat dengan ungkapan “mengeluarkan sebagian
dari perolehan” itu.
b) Firman Allah, “ Dialah yang menjadikan taman-taman yang berkisi-kisi dan
yang tiada berkisi-kisi, pohon-pohon kurma, tanaman-tanaman yang beraneka
macama buahnya, zaitu, dan buah delima yang serupa dan tiada serupa.
Makanlah buahnya bila berbuah, dan berikanlah haknya waktu memetik
hasilnya.”4 Banyak ulama terdahulu berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
“hak”nya dalam ayat tersebut adalah “zakat wajib” ,10% atau 5%.

2. Hadits

a. Diriwayatkan oleh Umar bahwa Nabi SAW. bersabda:


“ Yang diari oleh hujan, mata air, atau air tanah, zakatnya 10%, sedangkan yang
diairi penyiraman, zakatnya 5%.”5

b. Dari Jabir:
“Nabi SAW. bersabda:

3
Quran, 2: 267
4
Ibid, 6: 141
5
Dalam al-muntaqa dikatakan, “Diriwayatkan oleh jama’ah kecuali muslim, tetapi bagiNisa’I, Abu
Daud, dan Ibnu Majah, teknya adalah, wa kana ba’la bukan ‘asyriyya (Nail al-Authar, Jilid4: 139,
140, penerbit Usmaniya.
5

“ Yang diari dengan sungai atau hujan, zakatnya 10%, sedangkan yang diari dengan
pengairan 5%.”6

c) Beberapa hadis yang menetapkan nisab tanaman dan buahan, dan dengan
dikirimkannya para petugas untuk memungut zakat.

3. Ijmak
Para ulama sepakat (ijmak) tentang wajibnya zakat sebesar 10% atau 5% dari
keseluruhan hasil tani, sekalipun mereka berbeda pendapat tentang ketentuan-ketentuan
lain.7

Hasil-hasil Pertanian yang Wajib Zakat

Bila zakat tanaman dan buah-buahan wajib berdasarkan Qur’an, hadis, dan logika,
sebagaimana ditegaskan para ulama, maka timbul pernyataan tentang hasil pertanian apa
saja yang terkena kewajiban zakat sebesar 10 atau 5% tersebut, semuanya ataukah
sebagian saja, bila sebagian apa yang termasuk ke dalamnya, dan apa landasannya,
semuanya itu menjadi bahan diskusi yang hangat diantara ulama.

1. Ibnu Umar dan Segolongan Ulama Salaf: Zakat wajib atas empat jenis
makanan:

Ibnu Umar dan sebagian tabi’in serta sebagian ulama sesudah mereka berpendapat
bahwa zakat hanya wajib atas dua biji-bijian yaitu gandum (hintah) dan sejenis gandum
lain (syair) dan dua jenis buah-buahan yaitu kurma dan anggur.

a. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruquthni dari sumber Umar
bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya lagi, bahwa “Zakat pada zaman

6
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Nasa’I, dan Abu Daud yang mengatakan teksnya adalah an-
Anhar wa al-‘Uyun.
7
Bada’I as-Shana’I, jilid 2: 54
6

Rasulullah hanya atas gandum, biji gandum, kurma, dan anggur” sedangkan
Ibnu Majah menambahnya dengan “jagung”.8
b. Hadis yang diriwayatkan dari sumber Abu Burda dari sumber Abu Musa dan
Mu’az, bahwa Rasulullah mengirim mereka berdua ke Yaman untuk mengajar
penduduk disana mengenai agama, diantaranya mereka diperintahkan agar
memungut zakat hanya dari empat macam: gandum, biji gandum, kurma, dan
anggur.

2. Malik dan Syafi’i: Zakat atas Seluruh Makanan dan yang Dapat Disimpan:

Malik dan Syafi’I berpendapat bahwa zakat wajib atas seagala makanan yang
dimakan dan disimpan, bijian dan buahan kering seperti gandum, bijinya, jagung, padi,
dan sejenisnya. Yang dimaksud dengan makanan adalah sesuatu yang dijadikan makanan
pokok oleh manusia pada saat normal bukan dalam masa luar biasa. Oleh karena itu
mazhab Maliki dan Syafi’I, pala, badam, kemiri, kenari, dan sejenisnya tidak wajib zakat,
sekalipun dapat disimpanjarena tidak menjadi makanan pokok manusia. Begitu juga tidak
wajib zakat, jambu, buah delima, per, buah kayu, prem,dan sejenisnya, karena tidaklah
kering dan disimpan.
Ulama-ulama mazhab Maliki tidak sependapat tentang ara, sebagian mengatakan
tidak wajib zakat, oleh karena Malik berkata dalam al-Muwaththa. “Sunah Nabi yang
tidakm lagi diperdebatkan oleh kami dan saya dengar dari ulama-ulama yang tidak
diragukan kepandaiannya ialah bahwa delima, buah kayu, dan ara, dan sejenisnya atau
bukan yang merupakan buah-buahan, tidaklah terkena kewajiban zakat.9

Di dalam al-Muhazzab diterangkan landasan pendapat itu, sesuai dengan pendapat


Syafi'i, yaitu dua hal:
a. Hadis dari mu'az bin Jabal, yang antaranya berbunyi "sedangkan mentimun,
semangka, delima, tebu, dan sayur dikecualikan oleh Rasulullah saw.,"

8
Syaukani mengatakan, “Dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Abdullah Marzumi yang tidak bias
dimasukkan ke sanad (Nail al-Authar, 4: 143).
9
Al-Muwaththa, jilid 1: 276, penerbit Halabi, bab tentang buah-buahan yang tidak wajib zakat.
7

b. Bahan makanan pokok yang sangat besar gunanya sama kedudukannya


dengan binatang ternak.10

Kedua landasan di atas tidak cukup kuat untuk membatalkan keumuman maksud
ayat dan hadis di atas tentang wajibnya zakat atas semua tumbuhan dan disiram air hujan.
Sebagian ulama Maliki membahas masalah uang penjualan hasil kebun berupa buahan
yanh tidak wajib zakat, seperti jambu dan semacamnya. Persoalan itu mengundang
perbincangan tentang apakah pemiliknya harus menumpuknya satu tahun atau
memperlakukannya seperti barang-barang yang ditimbun untuk spekulasi yang harus
dikeluarkan zakatnya pada saat barang-barang itu di jual juga. Masalah ini tidak di
terangkan dengan jelas dalam Syarh ar-risalah.

3. Pendapat Ahmad Tentang Semua yang Kering, Tetap dan Ditimbang

Pendapat Ahmad beragam, yang terpenting dan terkenal adalah seperti yang
terdapat dalam al-Mughni11 "zakat wajib atas bijian dan buahan yang memiliki sifat-sifat
ditimbang, tetap dan kering yang menjadi perhatian manusia bila tumbuh di tanahnya,
berupa makanan pokok seperti gandum, sebangsa gandum, sorgum, padi, jagung, padi-
padian.
Alasan hal itu adalah bahwa sabda Rasul "yamg diairi hujan zakatnya 10%" dan
perintah beliau kepada Mu'az "pungut bijian sari bijian!" Berlaku umum yang berarti
bahwa zakat wajib atas semua yang dicakupi oleh kata-kata tersebut. Kecuali yang tidak
ada takarannya dan tidak berupa bijian yang difahami dari sabda beliau, "Bijian dan
kurma tidaklah wajib zakat sampai berjumlah lima beban unta", 12 diriwayatkan oleh
Muslim dan Nasa'i.

4. Abu Hanifah : Semua Hasil Tanaman :


10
Al-Muhazab serta Majmu’, 5: 493
11
Zaruq, Jilid 2: 690-692
12
Lihat Nushb ar-Rayah, jilid 2: 384, hadis no. 38.
8

Abu Hanifah berpendapat bahwa semua hasil tanaman, yaitu yang di maksudkan
untuk mengeksploatasi dan memperoleh penghasilan dari penanamannya, wajib zakat
10% atau 5%. Oleh karena itu dikecualikannya kayu api, ganja, dan bambu, oleh karena
tidak bisa ditanam orang, bahkan dibersihkan dari semuanya itu. Tetapi bila seseorang
sengaja menanami tanahnya dengan bambu, ganja, dan kayu api, maka ia wajib
mengeluarkan zakatnya 10%.13
Tetapi Abu Hanifah dibantah oleh dua kawannya yaitu Abu Yusuf dan Muhamad,
tentang tanaman yang tidak mempunyai buah tetap14 seperti sayur-sayuran, labu,
mentimun, dan sebagainya. Menurut pendapat Abu Hanifah dan kawan-kawannya, tebu,
kunyit, kapas, dan ketumbar wajib dikeluarkan zakatnya sekalipun bukan makanan pokok
atau tidak di makan. Menurut abu hanifah semua buah-buahan wajib mengeluarkan
zakatnya.
Landasan yang di pakai Abu Hanifah adalah sebagai berikut:
a. Prinsip umum firman Allah dalam surah Al-Baqarah "..... Dan tanaman-
tanaman yang Kami keluarkan untuk kalian" tanpa memperbedakan apa dan
dimana dikeluarkannya.15

b. Firman Allah Swt, "Bayarlah haknya waktu memanennya"! Yang paling jelas
mengandung hak-haknya yaitu seperti sayuran, karena sayuran itulah yang
mungkin langsung dikeluarkan haknya itu pada saat memetiknya.

c. Sabda Rasulullah Saw:

13
Al-hidaya dengan al-fath, jilid 2: 2-5, dan dalam al-fath’ 2 disebutkan. “Obat-obatan dan getah dan
pernis yang keluar dari pohon tidak wajibzakat, tetapi mesti dihubungkan dengan ketentuan apabila
pohon-pohon tidak dijadikan sumber penghasilan. Bila tumbuhan dan otab-obatan dan getah sengaja
ditanam dan dieksploitasi, maka termasuk ke dalam prinsip umumnya wajib zakat.
14
Yaitu buahan yang tidak berbuah berkali-kali dalam setahun. Disimpulkan dari Fath al-Qadir, jilid
2: 2.
15
Fakhr Razi berkata dalam menafsirkan ayat tersebut (jilid 7: 65) bahwa ayat itu jelas menjelaskan
zakat ats seluruh tanaman seperti yang menjadi pendirian Abu Hanifah dan landasannya kuat sekali.
9

"Yang diairi dan hujan zakatnya sepersepuluh, sedangkan yang disirami


zakatnya seperdua puluh," tanpa membedakan tanaman yang berbuah tetap
dengan yang bukan, yang dimakan atau tidak dimakan, dan antara yang makanan
pokok atau bukan.

Penilaian dan Kesimpulan

Pendapat yang paling kuat untuk kita pegang adalah pendapat Abu Hanifah yang
bersumber dari penegasan Umar bin Abdul Aziz, Mujtahid, Hamad, Daud, dan Nakha'i,
bahwa semua tanaman wajib zakat.16 Hal itu di dukung oleh keumuman cakupan
pengertian nash-nash Qur'an dan hadis, dan sesuai dengan hikmah satu syariat
diturunkan. Sedangkan apabila zakat hanya diwajibkan kepada petani gandum atau
jagung misalnya, dan pemilik-pemilik kebun jeruk, mangga, dan apel yang luas-luas tidak
diwajibkan,maka hal itu tidak mencapai maksud atau hikmah syariat itu diturunkan.

Ada orang yang menyebutkan bahwa zakat hanya wajib atas makanan pokok tetap,
sedangkan buah-buahan hijau tidaklah merupakan makanan pokok tetap berupa buahan
hijau, tetapi hanya atas makanan pokok yang kering.

Nisab Zakat Tanaman dan Buah-Buahan

a. Pandangan Para Ulama tentang Besar Nisab


Jumhur ulama yang terdiri dari para sahabat, tabi'in, dan para ulama sesudah
mereka berpendapat bahwa tanaman dan buahan samasekali tidak wajib zakat sampai
berjumlah lima beban unta (wasaq),17 berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Kurang dari
lima wasaq tidak wajib zakat"18 . Hadis ini disepakati adalah shahih.

16
Saya hampir tidak bias melihat perbedaan pendapat Abu Hanifah dengan pendapat orang kita
sebutkan di atas yang dikecualikan abu Hanifah tidak mengelurkan semuanya dari keumuman
bahwa semua tanaman wajib zakat.
17
Al-Mughi, jilid 2: 695
18
Dalam al-muntaqa dikatakan, ”Diriwayatkan oleh jama’ah ulama dari hadis Abu Said.
10

Tetapi Daud Zahiri mengatakan, "sesuatu yanh dapat di sukat tidak wajib zakat
sampai berjumlah lima beban unta, tetapi yang tidak disukat, misalnya kapas, kunyit, dan
buah-buahan hijau, wajib zakat sedikit atau banyak jumlahnya. Pendapat itu merupakan
jalan tengah dari keumuman pengertian hadis "semua yang dapat air dari hujan zakatnya
sepersepuluh" dan hadis yang berlaku khusus "yang tidak cukup lima wasaq tidak wajib
zakat."

Analisa dan Penilian

Kita menilai pendapat Abu Hanifah sangat kuat tentang wajibnya zakat atas semua
yang tumbuh di tanah, tetapi tidak sependapat dengannya tentang adanya ketentuuan
bahwa nisab tidak berlaku, dan banyak atau sedikit hasil tanaman itu wajib di keluarkan
zakatnya sebanyak seper sepuluh. Juga tidak bisa di pertentangkan hadis " hasil tanaman
yang kurang dari lima wasaq tidak wajib zakat" dengan hadis "tanaman yang
mendapatkan air dari hujan zakatnya sepersepuluh" dengan mengatakan hadis pertama
berlaku umum yang mendapat pengkhususan dari yang kedua. Hal itu oleh karena
ketegasan dalil yang berlaku umum juga sama kuatnya dengan ketegasan suatu dalil yang
berlaku khusus. Oleh karena itu kedua kasus disebutkan secara terpisah dalam kerangka
wajib dilaksanakan.
Sedangkan mengenai nisab, dalam hadis ini memang tidak disebutkan, tetapi
disebutkan dalam hadis lain. Dengan demikian tidaklah benar tindakan memutar maksud
satu nash shahih yang tegas pengertiannya ke pengertian yang bersifat umum yang
jangkuannya ditentukan oleh pengertian umum yang tidak bisa dijelaskan oleh nash
khusus yang tegas dan jelas seperti lazimnya nash-nash umum bisa dijelaskan oleh nash-
nash yang mempunyai pengertian khusus.19

Nisab Biji-Bijian dan Buah-Buahan

Terdapat beberapa hadis shahih yang menyebutkan bahwa besar satu nisab biji-
bijian dan buah-buahan adalah lima wasaq, dan para ulama sepakat bahwa satu wasaq

19
Al-‘Ilam al-Muaqqi’in, jilid 3: 229, 230
11

adalah enam puluh sha’. Dengan demikian lima wasaq berarti tiga ratus sha’. Mengetahui
berapa besar satu sha’ mutlak diperlukan buat mengetahui berapa besar nisab hasil
tanaman dan buah-buahan, oleh karena nisab ditentukan besarnya berdasarkan wasaq dan
wasaq ditentukan besarnya berdasarkan sha’. Bahkan zakat fitrah yang wajib dibayar
setiap tahun juga besarnya menurut ukuran sha’ tersebut.20
Mud adalah juga ukuran liter yang oleh penduduk Madinah tersebut ditakar
besarnya sebanyak sepenuh kedua isi tangan bila dipertemukan. Mud itu sendiri memang
berarti isi kedua tangan tersebut. Perbedaan ini mengingat bahwa penduduk Madinah
adalah petani yang lebih memerlukan literan dan dengan demikian literan mereka tentu
lebih halus dan teliti, sedangkan penduduk Makkah adalah pedagang yang membutuhkan
timbangan yang lebih teliti dan halus pula.

Perbedaan antara Penduduk Hijaz dan Penduduk Iraq Mengenai Besar Satu
Sha”’:

20
Denda sumpah dan fidyah dalam ibadat memerlukan pula besar satu sha’ itu diperjelas.

Anda mungkin juga menyukai