Anda di halaman 1dari 27

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. K / Perempuan / 61 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT / SMP
c. Alamat : RT 12 Tahtul Yaman

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah (suami sudah meninggal)
b. Jumlah anak/saudara : 3 anak
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :
Rumah semi permanen dengan lantai kayu, dinding kayu, dan atap seng.
Lingkungan sekitar rumah termasuk padat penduduk dan masuk ke lorong
berjarak  500meter dari jalan utama, rumah pasien berupa rumah panggung
dengan ketingian  2meter dari permukaan tanah. Di bagian dalam terdapat 1
ruang tamu dengan ventilasi beruba jendela sebanyak 10 buah, 2 ruang tidur
masing-masing dengan ventilasi dan jendela, 1 dapur dengan ventilasi dan
jendela, 1 kamar mandi yang terletak diluar rumah tepat di belakang rumah
pasien. Pencahayaan dan pertukaran udara di dalam rumah ini tergolong
cukup. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sumber listrik dari PLN.

Rumah tampak depan Ruang tamu

Ruang tengah Kamar I

1
e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:
Pasien merupakan ibu dari tiga orang anak, suami pasien telah
meninggal, ketiga anak sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengan pasien.
Pasien tinggal sendirian. Sumber penghasilan pasien berasal dari ketiga
anaknya. Menurut keterangan pasien, tidak ada masalah keluarga dan
keharmonisan dalam keluarga baik.
Pasien biasa makan 3 kali sehari. Sehari-hari pasien biasa memasak dan
mencuci pakaian sendiri, serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Pasien sering mengangkat air dari keran diluar rumah dan membawanya
menaiki tangga untuk dibawa ke kamar mandi. Pasien membeli kebutuhan
sehari-hari di toko yang berjarak  300meter dari rumahnya dengan berjalan
kaki.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


- Pasien merupakan ibu dari tiga anak.
- Pasien tinggal sendirian.
- Hubungan dengan anggota keluarga baik, anak, manantu dan cucunya tinggak
tidak jauh dari rumah pasien.

2
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama: Sakit lutut kanan  2 hari sebelum ke PKM

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit lutut kanan yang
dirasakan  2 hari sebelum ke PKM, sakit terutama dirasakan bila berdiri dari
posisi duduk atau sebaliknya seperi saat shalat, serta saat berjalan. sakit
berkurang atau hilang bila pasien beristirahat. Sebelumnya  3 hari sebelum ke
PKM, pasien mengangkati air dari keran yang terletak di halaman rumah pasien
dan di bawa menaiki tangga untuk digunakan di kamar mandi, sakit lutut
dirasakan kambuh setelah mengangkat air tersebut.
Sebelumnya pasien sudah sering mengalami sakit lutut seperti ini,
pertama kali dirasakan  1 tahun yang lalu, pasien mengaku memang sudah
sering berobat ke puskesmas bila sakit lututnya kambuh, namun pasien tidak
mengetahui nama obat yang biasa pasien minum. Keluhan bengkak di daerah
lutut (-), merah di daerah lutut (-), terasa panas di daerah lutut (-), sakit sendi
jari tangan atau kaki (-), demam (-). Menopause  5 tahun yang lalu.

V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga


 Riwayat dengan keluhan yang sama sejak  1 tahun yang lalu
 Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
 Riwayat kencing manis (-)
 Riwayat darah tinggi (-)

VI. Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan darah : 110/80 mmHg
4. Nadi : 76 x/menit

3
5. Pernafasan : 20 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 55 kg
8. Tinggi Badan : 157 cm
9. Status Gizi : IMT = 65/ (1,57)2 = 22,44 (Normoweight)

Pemeriksaan Organ
 Kepala Bentuk : normocephal, simetris
 Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
 Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
 Hidung : Rhinorhea (-)
 Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : belum lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
 Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)
 Thoraks : Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung:
Atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

4
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis: simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)

 Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hati dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik


Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

Status Lokalisata
Ekstremitas Inferior regio artikulasio genu dextra.
 Inspeksi
o Kontur jaringan lunak: edema (-)
o Warna merah (-)
o Jaringan parut (-)
 Palpasi
o Panas (-),
o Penebalan dan penonjolan tulang (-)
o Kontur jaringan lunak: penebalan membran sinovial (+),
spasme otot (+)
o Nyeri lokal (+)

5
 Pergerakan
o Fleksi terbatas ( N= 120-1450)
o Ektensi dalam batas normal (N= 00)
o Nyeri bila digerakkan (+)
o Krepitasi (+)
 Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa)
o Fleksi : 5 (dalam batas normal)
o Ektensi : 5 (dalam batas normal)

VII. Pemeriksaan Penunjang


Belum dilakukan pemeriksaan

VIII. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Kimia darah; asam urat
b. Foto Rontgen genu dekstra AP/L

IX. Diagnosis Kerja


Osteoarthritis genu dextra (M18.0)

X. Diagnosis Banding
Rheumatoid arthritis genu (M06.)
Gout Arthritis genu (M1A.0620)
Bursitis prepatellar genu (M70.42)

XI. Manajemen
a. Promotif:
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit osteoarthritis yang
pasien derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan,
pencegahan, serta komplikasi.
 Menjelaskan pentingnya makanan bergizi untuk memperbaiki status
gizi pasien maupun untuk membantu meringankan keluhan.

6
 Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kesehatan lingkungan di
antaranya dengan membuka jendela setiap hari pada pagi hari dan
membersihkan ventilasi yang tertutup debu sehingga pertukaran udara
juga menjadi lebih baik, mencuci sprei dan sarung bantal dua minggu
sekali, tidak menggantung pakaian terlalu banyak, menguras bak
mandi 2-3 minggu sekali, serta meningkatkan kebersihan diri dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memastikan alat-alat
makan sudah dicuci dengan bersih sebelum digunakan, memotong
kuku 1-2 minggu sekali.

b. Preventif:
 Menjaga keseimbangan nutrisi dengan makanan bergizi dan yang
baik untuk kesehatan sendi dan tulang rawan misalnya konsumsi
sayur atau buah kaya vitamin c setelah makan seperti mangga,
jeruk, atau wortel, minum susu sebelum tidur dan/atau pada pagi
hari, minum air putih minimal 2000 ml sehari.
 Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit; lutut
kanan, misalnya dengan mengurangi kebutuhan jongkok dan
berlutut. Tidak berjalan kaki terlalu jauh dulu.
 Hindari kegiatan atau perjalanan jauh yang mengharuskan duduk
terlalu lama.
 Istirahat yang periodik untuk membantu mengurangi nyeri.
 Melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk
mencegah kekakuan yang dapat terjadi.
c. Kuratif:
Non Farmakologi
 Mengompres dengan air hangat, balsam yang mengandung menthol
atau piroxicam, atau dengan ramuan daun encok (10-15 menit) untuk
menghilangkan nyeri di sekitar lutut, dapat dilakukan selama 30 menit
setiap hari.

7
 Latihan duduk dan berdiri secara perlahan setiap hari selama 15-20
menit untuk melatih otot agar tidak kaku.
 Pemakaian tongkat yang dapat meringankan kerja sendi lutut
Farmakologi
 Piroksikam tablet 10 mg 2 x 1 setelah makan untuk 3 hari
 Omeprazole 1 x 1 sebelum makan untuk 3 hari
 Vit. B complex tablet 2 x 1 selama 3 hari

Tradisional
30 g jahe merah, 25 g kunyit tua, 90 g daun lidah buaya, kupas kulitnya,
1 jari kayu manis. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air
hingga tersisa 250 cc, lalu saring. Minum selagi hangat 2 kali sehari.

d. Rehabilitatif
 Mengurangi beban sendi lutut dapat dibantu menggunakan tongkat,
untuk menyanggah badan dan mengurangi tumpuan pada lutut.
 Bila mungkin melakukan fisioterapi di RS
 Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan
menyarankan keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan
pasien agar jangan beraktivitas terlalu berat.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Osteoartritis (OA) ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya,
meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini
berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak. Sering kali
berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh, chronic inflammatory arthritis,
malformasi kongenital, dan penyakit-penyakit sendi lainnya. Osteoartritis
(OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti
pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang
disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini
timbul akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.1,3,7

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko


Secara etiologi masih belum jelas penyebab dari osteoarthritis
namun memiliki Factor predisposisi yang dipengaruhi oleh:
a. Umur 2,4,5
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak,
jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun.
Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat penuaan saja. Perubahan
tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada OA.

9
b. Jenis kelamin 2,4,5
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara
keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki
dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih
banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis OA. Selain itu, predominasi wanita pada OA
dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-hak
tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi
menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan
kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan
degeneratif pada sendi, dalam hal ini OA.
c. Suku bangsa 2,4,5
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih
jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA
lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada
orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
d. Genetik 2,4,5
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada
ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal
(nodus Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih
sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA
tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural
lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi).

10
e. Kegemukan dan penyakit metabolik 2,4,5
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung
beban, tetapi juga dengan OA sendi lailn (tangan atau sternoklavikula). Oleh
karena itu di samping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada
timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan
antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA
dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-
pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan
hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa OA.
f. Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara
terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap
berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan
perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari
antioksidan dipostulasikan dapat melindungi pasien terhadap OA.
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA dan akan
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan Vitamin D mempunyai
efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami OA, yang
terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.3
g. Hormonal3
Pada kartilago terdapat reseptor estrogen, dan estrogen
mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel,
metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan perimenopause rupanya
lebih cenderung menderita arthritis inflamatorik. Ini memberi kesan bahwa
estrogen berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang
11
mendapat estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan menderita
osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak, tetapi studi estrogen dan
osteoarthritis pada binatang memberikan hasil yang bertentangan.
h. Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga 2,4,5
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan
peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA yang lebih
tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih
menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi
OA cedera traumatik (misalnya, robek meniskus, ketidakstabilan ligamen)
yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera sendi yang nyata, hasil-
hasil penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu
faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan yang
berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya OA.
i. Kelainan pertumbuhan 2,4,5
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit
Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA
paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih
banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.
j. Faktor-faktor lain 4,5
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini
diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang
umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara
osteoporosis dan OA.

12
k. Faktor-faktor untuk timbulnya keluhan 4
Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai saat ini masih belum
jelas. Demikian juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik saja
(asimptomatik) dan OA simptomatik masih belum diketahui. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang yang gemuk cenderung
lebih sering mempunyai keluhan daripada orang-orang dengan perubahan
yang lebih ringan saja. Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan
timbulnya keluhan ialah hipertensi, merokok, kulit putih, dan psikologis yang
tidak baik.

2.3 Patogenesis
a. Tulang rawan sendi
Stage I: Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau
perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen
tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan
konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.
Stage II: Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan
matriks. Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan
matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan
degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat
menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau
meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung
selama bertahun-tahun.
Stage III: Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit
untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh
penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum
diketahui, namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada

13
jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon
kondrosit terhadap sitokin anabolik.2

b. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang
rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral,
pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung
jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering
pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi
pada beberapa sendi rongga – rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
“denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti
dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan
metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
14
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang
rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan
sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang
dan matrik kartilageneus.2

c. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder
dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.
Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya
penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot.
Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan
kelemahan tungkai.2

Gambar 2.1 Distribusi sendi pada Osteoartritis 18

15
Di tangan, sendi yang paling sering terkena adalah interfalang distal (DIP)
(gambar 2.2) yang terbentuk nodul Heberden (Heberden’s nodes), interfalang
proksimal yang terbentuk nodul Bouchard (Bouchard’s nodes), dan sendi
metacarpal I memberikan gambaran square’s hand. Osteoartritis pada jari-jari
tangan adalah salah satu OA yang tampaknya merupakan kelainan herediter yang
diturunkan dalam keluarga. Lebih banyak wanita yang menderita daripada pria, dan
berkembang terutama setelah menopause.6

Gambar 2.2 Lokasi Osteoartritis di Tangan 2

Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut
paling sering terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan
disabilitas.19 OA lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau
lateral dan/atau kompartemen ptelofemoralis. OA di kompartemen medial dapat
menimbulkan deformitas varus (bow-legged), dan di kompartemen lateral dapat
menimbulkan deformitas valgus (knock-knee). Osteoartritis lumbal atau OA
panggul dapat terasa nyeri yang dirasakan di daerah panggul, atau di inguinal, dapat
menjalar ke paha bagian dalam atau ke bokong.2
Osteoartritis pada tulang belakang dapat mengarah pada stenosis spinalis
(neurogenic claudication) pada keadaan yang lebih lanjut, yang terasa nyeri atau
sakit pada kaki atau bokong jika berdiri atau berjalan. 7
16
2.4 Klasifikasi
Osteoartritis dibagi menjadi 2 berdasarkan etiologi yang mendasari
terjadinya OA, Osteoartritis primer disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada sendi yang menahan berat tubuh atau tekanan yang normal
pada sendi yang lemah. OA primer sering menyerang sendi jari-jari,
panggul dan lutut, tulang belakang servikal dan lumbal, serta ibu jari.
Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan berat badan.
OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim, penyakit tulang, dan
gangguan fungsi hati. 2,10
Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba
pada sendi. OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder
berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain:2,10
 Trauma, termasuk trauma olah raga
 Stress yang berulang berhubungan dengan pekerjaan
 Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang
 Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan
oleh perkembangan yang tidak normal
 Kelainan metabolik dan endokrin

17
2.5 Gambaran Klinis
Osteoarthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala
klinis yang ditemukan berhubungan dengan fase inflamasi sinovial,
penggunaan sendi serta inflamasi dan degenerasi yang terjadi di sekitar sendi.1
1. Nyeri. Nyeri terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh
seperti pada sendi panggul dan lutut. Perasaan kekakuan serta nyeri
sendi dan otot dirasakan menyeluruh (myalgia) biasanya merupakan
keluhan awal. Selain itu dirasakan nyeri berlebihan terutama muncul
pada pagi hari (setelah bangun tidur) dan setelah duduk dalam jangka
waktu yang lama. Nyeri ini dapat muncul setelah berjalan untuk waktu
yang lama, pada saat berdiri atau bekerja sehubungan dengan kelelahan
otot. Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi timbul setelah
imobilitas atau periode inaktivitas, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur
mungkin menonjol tetapi biasanya menetap kurang dari 20 menit.2,4
2. Nyeri yang terjadi berhubungan dengan:
 Inflamasi yang luas
 Kontraktur kapsul sendi
 Peningkatan tekanan intra-artikuler akibat kongesti vaskuler
 Nyeri berkurang setelah dilakukan aspirasi yang mengurangi
tekanan intra-artikuler.1
3. Kekakuan. Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang
terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya
cairan yang viskosa. Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran
untuk bergerak setelah duduk. Kekakuan pada sendi besar atau pada jari
tangan menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita. 1
4. Pembengkakan. Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan
siku. Pembengkakan disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium
akut atau oleh karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit.
Juga dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan
pada sinovia yang berupa kista.1
18
5. Gangguan Pergerakan. Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan
oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan
sendi. Pada pergerakan sendi dapat ditemukan atau didengar adanya
krepitasi.
6. Deformitas. Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul
serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
7. Nodus Heberden dan Bouchard. Nodus heberden ditemukan pada
bagian dorsal sendi interfalangeal distal, sedangkan nodus bouchard
pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan terutama pada wanita
dengan osteoarthritis primer. Nodus heberden kadang-kadang tanpa
disertai rasa nyeri tapi sering ditemukan parestesia dan kekakuan sendi
jari-jari tangan pada stadium lanjut disertai dengan deviasi jari ke
lateral.1

2.6 Diagnosis

Bentuk klasik osteoarthritis monoartikuler berupa nyeri dan disfungsi dari


satu sendi, terutama pada sendi yang menyokong beban tubuh yaitu pada sendi
panggul dan lutut. Pada osteoarthritis sekunder mungkin dapat ditemukan
penyebab sebelumnya seperti displasia asetabuler, penyakit legg-calve-perhes,
pasca trauma, atau fraktur pada daerah panggul.

Osteoarthritis poliartikuler ditemukan pada wanita umur pertengahan


dengan keluhan nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada sendi tangan yang
terutama mengenai sendi karpometakarpal pertama sendi tangan dan
metatarsofalangeal sendi kaki. Perubahan yang terlihat jelas pada tangan berupa
pembengkakan sendi interfalangeal dan pada tingkat awal disertai dengan reaksi
inflamasi. Mungkin ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak yang
berupa nodus heberden dan nosus bouchard yang tampak sebagai benjolan.1

19
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

 Laju endap darah biasanya normal


 Serum kolesterol sedikit meninggi
 Pemeriksaan factor rematoid negatif

b. Pemeriksaan Radiologis

1. Foto Polos. Gambaran yang khas pada foto polos adalah:


a. Densitas tulang normal atau meninggi
b. Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya
tulang rawan sendi
c. Sclerosis tulang subkondral
d. Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral
e. Osteofit pada tepi sendi
2. Radionuklida Scanning. Dilakukan dengan menggunakan 99m TgHDP
dan terlihat peningkatan aktivitas tulang pada bagian subkondral dari
sendi yang terkena osteoarthritis. Dapat pula ditemukan penambahan
vaskularisasi dan pembentukan tulang baru, juga terlihat daerah
perselubungan sendi vertebra apofisial.1

2.8 Penatalaksanaan
Pada penyakit osteoarthritis terutama pada stadium awal, pemberian
pengobatan bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, menambah luas
pergerakan/imobilisasi sendi dan mengurangi beban tubuh.
1. Penanganan umum/ non farmakologi
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi beban pada sendi
b. Mengurangi berat badan dengan diet
c. Latihan di rumah berupa latihan statis serta memperkuat otot-otot
d. Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan
otot dan menambah pergerakan sendi.
20
e. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada stadium akut, mengoreksi
deformitas serta mengurangi beban tubuh
f. Kompres air hangat atau dingin.
2. Pemberian obat-obatan/farmakologi
a. Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Pada dasarnya terapi
farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu:

Medikamentosa sistemik
a. Analgetik; Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4 g/hari atau
propoksifen HCl berguna sebagai analgetik sederhana. Asetaminofen
merupakan obat pilihan untuk artritis ringan dan sedang.31 Tetapi pada
pemakaian asetaminofen yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati
atau peradangan pada ginjal (nefritis).
b. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS); Jika nyeri sendi nyata atau tidak
berkurang dengan analgesik atau jika terdapat tanda-tanda peradangan
(panas, merah, efusi, nyeri tekan) dipakai AINS seperti fenoprofin,
diklofenak, ketoprofen, naproksen, ibuprofen, piroksikam, dan lain-
lainnya. Dosis untuk OA biasanya 1/2 – 1/3 dosis penuh untuk RA.
Karena pemakaian obat-obat AINS pada OA (yang biasanya pasien tua)
seringkali berlangsung lama, efek samping yang utama ialah gangguan
mukosa lambung (perdarahan, ulkus) dan gangguan faal ginjal. Oleh
karena cara kerja obat-obat AINS hampir sama (penekanan produksi
prostaglandin) maka efek sampingnya juga sama. Pemakaian kombinasi
obat ini hanya akan menambah resiko efek sampingnya.4,5
c. Obat-obat penghambat progresivitas penyakit
Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa AINS tertentu
mempengaruhi metabolisme proteoglikan, kolagen, degenerasi matriks
karena sitokin, penglepasan, atau aktivasi enzim-enzim perusak kolagen,
atau aktivasi metabolit oksidan toksik. Ini berarti bahwa beberapa AINS
21
menghambat metabolisme tulang rawan sendi sehingga dapat
mempercepat kerusakan jaringan tersebut. Beberapa usaha sedang
dilakukan untuk membuat bahan farmakologis yang dapat memperbaiki
atau mencegah proses patologis pada OA. 4
- Arteparon (asam glycosaminoglycan polysulfinic ester) pada
binatang percobaan telah terbukti mengurangi kerusakan histologis
OA. Masih perlu penelitian klinis jangka panjang untuk melihat
hasil yang sebenarnya.
- Rumalon (kompleks peptida glikosaminoglikan) yang diperoleh dari
tulang rawan sendi sapi dan ekstrak sumsum tulang. In vitro, obat
ini dapat merangsang pembentukan proteoglikan.
- Artofen (sodium pentosan polysulfate) adalah suatu heparinoid yang
menghambat hialuronidase, elastase, dan enzim lain yang merusak
proteoglikan.
Medikamentosa topical; Terapi topikal adalah alternatif pada pasien OA
yang memiliki gejala rasa sakit yang refrakter terhadap terapi analgesik atau
pasien tidak dapat mentoleransi efek dari terapi sistemik. Dua agen yang biasa
diberikan secara topikal adalah AINS, dan Capsaicin. Suatu studi meta-
analisis menunjukkan bahwa 65% pasien yang mendapatkan terapi AINS
topikal memiliki respon yang baik terhadap terapi. Meskipun jumlah
penelitian dan sampel yang digunakan masih minimal, namun cukup
beralasan untuk menyimpulkan bahwa terapi AINS topikal efektif dan aman
pada pasien OA dalam 2 minggu pertama pengobatan. Setelah 2 minggu,
tidak diketahui efektivitas AINS lebih baik dari placebo.
Medikamentosa intraartikular; Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis
akut (intra-artikuler) atau bila ada nyeri pada ligament peri-artikuler.
Kortikosteroid sistemik bukan merupakan indikasi dalam pengobatan OA.
Beberapa penelitian melaporkan steroid intra-artikular mungkin berguna
untuk menghilangkan nyeri pada OA. Beberapa penelitian melaporkan
steroid mengurangi kerusakan tulang rawan sendi, tetapi penelitian yang lain
melaporkan sebaliknya. Suntikan kortikosteroid pada epidural dapat
22
mengurangi gejala-gejala nyeri radicular. Viscosupplementation, beberapa
preparat hialuronan tersedia dalam suntikan intraartikular. Berkurangnya rasa
nyeri diketahui berasal peningkatan viskositas cairan sinovial, sehingga
pengobatan pada kondisi demikan disebut viscosupplementation. Hasil
penelitian terakhir menyebutkan bahwa suntikan hialuronat tidak lebih baik
dari AINS dalam mengurangi gejala, memperbaiki fungsi fisik, dan
kekakuan.4,7

3. Aspirasi bilamana ada cairan di dalam sendi


4. Tindakan operasi. Tindakan operasi dilakukan apabila:
a. Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan
local
b. Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas
sendi
c. Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut
d. Untuk mengoreksi beban pada sendi agar distribusi beban
terbagi sama rata.
Tindakan operasi yang dapat dilakukan :1
A. Sendi lutut
a. Osteotomi tinggi pada tibia untuk mengoreksi kelurusan pada sendi lutut
dimana belum ada kerusakan yang menyolok pada sendi
b. Hemiartroplasti, bila kerusakan satu kompartemen sendi rusak
c. Artrodesis dilakukan bila terdapat kerusakan pada sendi dan sendi tidak
pada orang muda.
B. Sendi panggul
a. Osteotomi (operasi menurut Mc Murray) dilakukan pada osteoarthritis
yang ringan dengan keluhan nyeri untuk mengubah pusat tekanan pada
sendi panggul
b. Artroplasti, pada umumnya dilakukan artroplasti total untuk melakukan
penggantian sendi panggul secara keseluruhan baik kaput femur maupun
asetabulum. Tindakan ini dilakukan pada kelainan panggul yang lanjut.

23
c. Artrodesis, umumnya dilakukan pada penderita muda dengan kelainan
yang bersifat unilateral.

24
BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


1. Rumah pasien masuk ke lorong  500meter dari jalan utama, berjarak  300meter
dari toko tempat pasien biasa membeli keperluan sehari-hari. Pasien Sering
mengangkat air dari keran di halaman rumah untuk keperluan kamar mandi.
 Ada hubungan, pasien kadang harus berjalan kaki untuk mencapai jalan utama
bila ingin bepergian atau bila membeli keperluan sehari-hari. Dimana saat
berjalan, sendi lutut digunakan untuk menumpu berat badan dan juga mengalami
gesekan, kemudian penyakit ibu ini dapat diperberat dengan aktivitas berlebihan
pada sendi berupa mengangkat beban berat sambil menaiki tangga.

Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:


1. Pasien merupakan ibu dari tiga orang anak, suami pasien telah meninggal,
keempat anaknya sudah berkeluarga. Pasien tinggal sendirian, hubungan
dengan anggota keluarga baik.
 Tidak ada hubungan antara hubungan keluarga dengan penyakit yang diderita
pasien.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga, lingkungan


sekitar, dan kebiasaan:
1. Sehari-hari pasien biasa memasak, mencuci pakaian sendiri, dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga lainnya.
 Ada hubungan, kegiatan sehari-hari pasien tersebut dapat memperberat
keluhan maupun memperburuk keadaan sendi lutut kiri pasien.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien:
 Faktor usia; pasien sudah berusia 61 tahun dimana menurut teori dari semua
faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan adalah yang terkuat.
25
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak, jarang pada umur di
bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun
 Jenis kelamin; Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang
lebih sama pada laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis OA. estrogen berperan dalam
osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang mendapat estrogen replacement
therapy mempunyai kemungkinan menderita osteoarhtritis lebih kecil
daripada yang tidak
 Pekerjaan pasien sehari-hari seperti berjalan kaki setiap hari, mengangkat
air dan menaiki tangga; Nyeri pada OA dapat muncul setelah berjalan untuk
waktu yang lama, pada saat berdiri atau bekerja sehubungan dengan
kelelahan otot. Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor
penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi OA dan
dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA.

Analisis untuk mengurangi paparan:


 Menjaga keseimbangan nutrisi dengan makanan bergizi dan yang baik
untuk kesehatan sendi dan tulang rawan misalnya konsumsi sayur atau buah
kaya vitamin c setelah makan seperti mangga, jeruk, atau wortel, minum
susu sebelum tidur dan/atau pada pagi hari, minum air putih minimal 2000
ml sehari.
 Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit; lutut kanan,
misalnya dengan mengurangi kebutuhan jongkok dan berlutut. Tidak
berjalan kaki terlalu jauh dulu.
 Hindari kegiatan atau perjalanan jauh yang mengharuskan duduk terlalu
lama.
 Istirahat yang periodik untuk membantu mengurangi nyeri.
 Melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk mencegah
kekakuan yang dapat terjadi.
26
DAFTAR PUSTAKA

1. Brandt, Kenneth. Osteoarthritis. Dalam Harrison’s Principles of Internal


Medicine 15th edition volume 2. USA : The McGraw – Hill Companies.
2005 :
2. Brunerr and Suddarth. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2002 : 1807-9
3. Tarigan, Pangarapan. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid I edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1996 :
4. Mansjoer, Arif., dkk. Osteoartritis. Dalam Kapita Selekta Kedokteran jilid
1 edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 1999 : 535-6
5. Hough, Rachel., Ul Haq, I. Osteoarthritis. Dalam Mosby’s Crash Course
Internal Medicine. British : Mosby. 2002 : 343-4
6. Green, Gopa., et al. Osteoarthritis. Dalam The Washington Manual of
Medical Theurapeutics 31st edition. Washington : Lippincott Williams and
Wilkins. 2004 : 522-3
7. Tokano, J., Wyman, J., Salisbury, S. Osteoarthritis. Dalam Clinical
Gerontology Nursing – A guide to Advanced Practice 2nd edition. USA :
W.B Saunders. 1999 : 470-1
8. Tierney, L., et al. Degenerative Joint Disease (Osteoarthritis). Dalam
Current Medical Diagnosis and Teratment 2002 41st edition. USA :
McGraw Hill. 2002 : 834-6
9. Hoaglund, Franklin. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and
Epidemiology. Dalam Journal of the American of Orthopaedic Surgeons
Volume 9, Nomor 5, September/October 2001. 320-327
10. Osteoarthritis: New Insights. Part 1: The Disease and Its Risk Factors.
Dalam Annals of Internal Medicine 17 Oktober Volume 133 Issue 8. 635-
46

27

Anda mungkin juga menyukai