Bab I Status Pasien
Bab I Status Pasien
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. K / Perempuan / 61 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT / SMP
c. Alamat : RT 12 Tahtul Yaman
1
e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:
Pasien merupakan ibu dari tiga orang anak, suami pasien telah
meninggal, ketiga anak sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengan pasien.
Pasien tinggal sendirian. Sumber penghasilan pasien berasal dari ketiga
anaknya. Menurut keterangan pasien, tidak ada masalah keluarga dan
keharmonisan dalam keluarga baik.
Pasien biasa makan 3 kali sehari. Sehari-hari pasien biasa memasak dan
mencuci pakaian sendiri, serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Pasien sering mengangkat air dari keran diluar rumah dan membawanya
menaiki tangga untuk dibawa ke kamar mandi. Pasien membeli kebutuhan
sehari-hari di toko yang berjarak 300meter dari rumahnya dengan berjalan
kaki.
2
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama: Sakit lutut kanan 2 hari sebelum ke PKM
3
5. Pernafasan : 20 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 55 kg
8. Tinggi Badan : 157 cm
9. Status Gizi : IMT = 65/ (1,57)2 = 22,44 (Normoweight)
Pemeriksaan Organ
Kepala Bentuk : normocephal, simetris
Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
Hidung : Rhinorhea (-)
Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : belum lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)
Thoraks : Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung:
Atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
4
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis: simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hati dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Status Lokalisata
Ekstremitas Inferior regio artikulasio genu dextra.
Inspeksi
o Kontur jaringan lunak: edema (-)
o Warna merah (-)
o Jaringan parut (-)
Palpasi
o Panas (-),
o Penebalan dan penonjolan tulang (-)
o Kontur jaringan lunak: penebalan membran sinovial (+),
spasme otot (+)
o Nyeri lokal (+)
5
Pergerakan
o Fleksi terbatas ( N= 120-1450)
o Ektensi dalam batas normal (N= 00)
o Nyeri bila digerakkan (+)
o Krepitasi (+)
Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa)
o Fleksi : 5 (dalam batas normal)
o Ektensi : 5 (dalam batas normal)
X. Diagnosis Banding
Rheumatoid arthritis genu (M06.)
Gout Arthritis genu (M1A.0620)
Bursitis prepatellar genu (M70.42)
XI. Manajemen
a. Promotif:
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit osteoarthritis yang
pasien derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan,
pencegahan, serta komplikasi.
Menjelaskan pentingnya makanan bergizi untuk memperbaiki status
gizi pasien maupun untuk membantu meringankan keluhan.
6
Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kesehatan lingkungan di
antaranya dengan membuka jendela setiap hari pada pagi hari dan
membersihkan ventilasi yang tertutup debu sehingga pertukaran udara
juga menjadi lebih baik, mencuci sprei dan sarung bantal dua minggu
sekali, tidak menggantung pakaian terlalu banyak, menguras bak
mandi 2-3 minggu sekali, serta meningkatkan kebersihan diri dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memastikan alat-alat
makan sudah dicuci dengan bersih sebelum digunakan, memotong
kuku 1-2 minggu sekali.
b. Preventif:
Menjaga keseimbangan nutrisi dengan makanan bergizi dan yang
baik untuk kesehatan sendi dan tulang rawan misalnya konsumsi
sayur atau buah kaya vitamin c setelah makan seperti mangga,
jeruk, atau wortel, minum susu sebelum tidur dan/atau pada pagi
hari, minum air putih minimal 2000 ml sehari.
Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit; lutut
kanan, misalnya dengan mengurangi kebutuhan jongkok dan
berlutut. Tidak berjalan kaki terlalu jauh dulu.
Hindari kegiatan atau perjalanan jauh yang mengharuskan duduk
terlalu lama.
Istirahat yang periodik untuk membantu mengurangi nyeri.
Melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk
mencegah kekakuan yang dapat terjadi.
c. Kuratif:
Non Farmakologi
Mengompres dengan air hangat, balsam yang mengandung menthol
atau piroxicam, atau dengan ramuan daun encok (10-15 menit) untuk
menghilangkan nyeri di sekitar lutut, dapat dilakukan selama 30 menit
setiap hari.
7
Latihan duduk dan berdiri secara perlahan setiap hari selama 15-20
menit untuk melatih otot agar tidak kaku.
Pemakaian tongkat yang dapat meringankan kerja sendi lutut
Farmakologi
Piroksikam tablet 10 mg 2 x 1 setelah makan untuk 3 hari
Omeprazole 1 x 1 sebelum makan untuk 3 hari
Vit. B complex tablet 2 x 1 selama 3 hari
Tradisional
30 g jahe merah, 25 g kunyit tua, 90 g daun lidah buaya, kupas kulitnya,
1 jari kayu manis. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air
hingga tersisa 250 cc, lalu saring. Minum selagi hangat 2 kali sehari.
d. Rehabilitatif
Mengurangi beban sendi lutut dapat dibantu menggunakan tongkat,
untuk menyanggah badan dan mengurangi tumpuan pada lutut.
Bila mungkin melakukan fisioterapi di RS
Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan
menyarankan keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan
pasien agar jangan beraktivitas terlalu berat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteoartritis (OA) ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya,
meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini
berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak. Sering kali
berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh, chronic inflammatory arthritis,
malformasi kongenital, dan penyakit-penyakit sendi lainnya. Osteoartritis
(OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti
pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang
disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini
timbul akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.1,3,7
9
b. Jenis kelamin 2,4,5
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara
keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki
dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih
banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis OA. Selain itu, predominasi wanita pada OA
dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-hak
tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi
menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan
kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan
degeneratif pada sendi, dalam hal ini OA.
c. Suku bangsa 2,4,5
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih
jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA
lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada
orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
d. Genetik 2,4,5
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada
ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal
(nodus Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih
sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA
tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural
lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi).
10
e. Kegemukan dan penyakit metabolik 2,4,5
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung
beban, tetapi juga dengan OA sendi lailn (tangan atau sternoklavikula). Oleh
karena itu di samping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada
timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan
antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA
dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-
pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan
hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa OA.
f. Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara
terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap
berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan
perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari
antioksidan dipostulasikan dapat melindungi pasien terhadap OA.
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA dan akan
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan Vitamin D mempunyai
efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami OA, yang
terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.3
g. Hormonal3
Pada kartilago terdapat reseptor estrogen, dan estrogen
mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel,
metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan perimenopause rupanya
lebih cenderung menderita arthritis inflamatorik. Ini memberi kesan bahwa
estrogen berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang
11
mendapat estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan menderita
osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak, tetapi studi estrogen dan
osteoarthritis pada binatang memberikan hasil yang bertentangan.
h. Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga 2,4,5
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan
peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA yang lebih
tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih
menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi
OA cedera traumatik (misalnya, robek meniskus, ketidakstabilan ligamen)
yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera sendi yang nyata, hasil-
hasil penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu
faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan yang
berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya OA.
i. Kelainan pertumbuhan 2,4,5
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit
Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA
paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih
banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.
j. Faktor-faktor lain 4,5
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini
diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang
umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara
osteoporosis dan OA.
12
k. Faktor-faktor untuk timbulnya keluhan 4
Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai saat ini masih belum
jelas. Demikian juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik saja
(asimptomatik) dan OA simptomatik masih belum diketahui. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang yang gemuk cenderung
lebih sering mempunyai keluhan daripada orang-orang dengan perubahan
yang lebih ringan saja. Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan
timbulnya keluhan ialah hipertensi, merokok, kulit putih, dan psikologis yang
tidak baik.
2.3 Patogenesis
a. Tulang rawan sendi
Stage I: Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau
perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen
tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan
konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.
Stage II: Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan
matriks. Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan
matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan
degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat
menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau
meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung
selama bertahun-tahun.
Stage III: Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit
untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh
penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum
diketahui, namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada
13
jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon
kondrosit terhadap sitokin anabolik.2
b. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang
rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral,
pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung
jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering
pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi
pada beberapa sendi rongga – rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
“denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti
dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan
metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
14
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang
rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan
sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang
dan matrik kartilageneus.2
c. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder
dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.
Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya
penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot.
Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan
kelemahan tungkai.2
15
Di tangan, sendi yang paling sering terkena adalah interfalang distal (DIP)
(gambar 2.2) yang terbentuk nodul Heberden (Heberden’s nodes), interfalang
proksimal yang terbentuk nodul Bouchard (Bouchard’s nodes), dan sendi
metacarpal I memberikan gambaran square’s hand. Osteoartritis pada jari-jari
tangan adalah salah satu OA yang tampaknya merupakan kelainan herediter yang
diturunkan dalam keluarga. Lebih banyak wanita yang menderita daripada pria, dan
berkembang terutama setelah menopause.6
Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut
paling sering terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan
disabilitas.19 OA lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau
lateral dan/atau kompartemen ptelofemoralis. OA di kompartemen medial dapat
menimbulkan deformitas varus (bow-legged), dan di kompartemen lateral dapat
menimbulkan deformitas valgus (knock-knee). Osteoartritis lumbal atau OA
panggul dapat terasa nyeri yang dirasakan di daerah panggul, atau di inguinal, dapat
menjalar ke paha bagian dalam atau ke bokong.2
Osteoartritis pada tulang belakang dapat mengarah pada stenosis spinalis
(neurogenic claudication) pada keadaan yang lebih lanjut, yang terasa nyeri atau
sakit pada kaki atau bokong jika berdiri atau berjalan. 7
16
2.4 Klasifikasi
Osteoartritis dibagi menjadi 2 berdasarkan etiologi yang mendasari
terjadinya OA, Osteoartritis primer disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan pada sendi yang menahan berat tubuh atau tekanan yang normal
pada sendi yang lemah. OA primer sering menyerang sendi jari-jari,
panggul dan lutut, tulang belakang servikal dan lumbal, serta ibu jari.
Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan berat badan.
OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim, penyakit tulang, dan
gangguan fungsi hati. 2,10
Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba
pada sendi. OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder
berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain:2,10
Trauma, termasuk trauma olah raga
Stress yang berulang berhubungan dengan pekerjaan
Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang
Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan
oleh perkembangan yang tidak normal
Kelainan metabolik dan endokrin
17
2.5 Gambaran Klinis
Osteoarthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala
klinis yang ditemukan berhubungan dengan fase inflamasi sinovial,
penggunaan sendi serta inflamasi dan degenerasi yang terjadi di sekitar sendi.1
1. Nyeri. Nyeri terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh
seperti pada sendi panggul dan lutut. Perasaan kekakuan serta nyeri
sendi dan otot dirasakan menyeluruh (myalgia) biasanya merupakan
keluhan awal. Selain itu dirasakan nyeri berlebihan terutama muncul
pada pagi hari (setelah bangun tidur) dan setelah duduk dalam jangka
waktu yang lama. Nyeri ini dapat muncul setelah berjalan untuk waktu
yang lama, pada saat berdiri atau bekerja sehubungan dengan kelelahan
otot. Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi timbul setelah
imobilitas atau periode inaktivitas, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur
mungkin menonjol tetapi biasanya menetap kurang dari 20 menit.2,4
2. Nyeri yang terjadi berhubungan dengan:
Inflamasi yang luas
Kontraktur kapsul sendi
Peningkatan tekanan intra-artikuler akibat kongesti vaskuler
Nyeri berkurang setelah dilakukan aspirasi yang mengurangi
tekanan intra-artikuler.1
3. Kekakuan. Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang
terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya
cairan yang viskosa. Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran
untuk bergerak setelah duduk. Kekakuan pada sendi besar atau pada jari
tangan menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita. 1
4. Pembengkakan. Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan
siku. Pembengkakan disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium
akut atau oleh karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit.
Juga dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan
pada sinovia yang berupa kista.1
18
5. Gangguan Pergerakan. Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan
oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan
sendi. Pada pergerakan sendi dapat ditemukan atau didengar adanya
krepitasi.
6. Deformitas. Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul
serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
7. Nodus Heberden dan Bouchard. Nodus heberden ditemukan pada
bagian dorsal sendi interfalangeal distal, sedangkan nodus bouchard
pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan terutama pada wanita
dengan osteoarthritis primer. Nodus heberden kadang-kadang tanpa
disertai rasa nyeri tapi sering ditemukan parestesia dan kekakuan sendi
jari-jari tangan pada stadium lanjut disertai dengan deviasi jari ke
lateral.1
2.6 Diagnosis
19
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologis
2.8 Penatalaksanaan
Pada penyakit osteoarthritis terutama pada stadium awal, pemberian
pengobatan bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, menambah luas
pergerakan/imobilisasi sendi dan mengurangi beban tubuh.
1. Penanganan umum/ non farmakologi
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi beban pada sendi
b. Mengurangi berat badan dengan diet
c. Latihan di rumah berupa latihan statis serta memperkuat otot-otot
d. Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan
otot dan menambah pergerakan sendi.
20
e. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada stadium akut, mengoreksi
deformitas serta mengurangi beban tubuh
f. Kompres air hangat atau dingin.
2. Pemberian obat-obatan/farmakologi
a. Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Pada dasarnya terapi
farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu:
Medikamentosa sistemik
a. Analgetik; Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4 g/hari atau
propoksifen HCl berguna sebagai analgetik sederhana. Asetaminofen
merupakan obat pilihan untuk artritis ringan dan sedang.31 Tetapi pada
pemakaian asetaminofen yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati
atau peradangan pada ginjal (nefritis).
b. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS); Jika nyeri sendi nyata atau tidak
berkurang dengan analgesik atau jika terdapat tanda-tanda peradangan
(panas, merah, efusi, nyeri tekan) dipakai AINS seperti fenoprofin,
diklofenak, ketoprofen, naproksen, ibuprofen, piroksikam, dan lain-
lainnya. Dosis untuk OA biasanya 1/2 – 1/3 dosis penuh untuk RA.
Karena pemakaian obat-obat AINS pada OA (yang biasanya pasien tua)
seringkali berlangsung lama, efek samping yang utama ialah gangguan
mukosa lambung (perdarahan, ulkus) dan gangguan faal ginjal. Oleh
karena cara kerja obat-obat AINS hampir sama (penekanan produksi
prostaglandin) maka efek sampingnya juga sama. Pemakaian kombinasi
obat ini hanya akan menambah resiko efek sampingnya.4,5
c. Obat-obat penghambat progresivitas penyakit
Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa AINS tertentu
mempengaruhi metabolisme proteoglikan, kolagen, degenerasi matriks
karena sitokin, penglepasan, atau aktivasi enzim-enzim perusak kolagen,
atau aktivasi metabolit oksidan toksik. Ini berarti bahwa beberapa AINS
21
menghambat metabolisme tulang rawan sendi sehingga dapat
mempercepat kerusakan jaringan tersebut. Beberapa usaha sedang
dilakukan untuk membuat bahan farmakologis yang dapat memperbaiki
atau mencegah proses patologis pada OA. 4
- Arteparon (asam glycosaminoglycan polysulfinic ester) pada
binatang percobaan telah terbukti mengurangi kerusakan histologis
OA. Masih perlu penelitian klinis jangka panjang untuk melihat
hasil yang sebenarnya.
- Rumalon (kompleks peptida glikosaminoglikan) yang diperoleh dari
tulang rawan sendi sapi dan ekstrak sumsum tulang. In vitro, obat
ini dapat merangsang pembentukan proteoglikan.
- Artofen (sodium pentosan polysulfate) adalah suatu heparinoid yang
menghambat hialuronidase, elastase, dan enzim lain yang merusak
proteoglikan.
Medikamentosa topical; Terapi topikal adalah alternatif pada pasien OA
yang memiliki gejala rasa sakit yang refrakter terhadap terapi analgesik atau
pasien tidak dapat mentoleransi efek dari terapi sistemik. Dua agen yang biasa
diberikan secara topikal adalah AINS, dan Capsaicin. Suatu studi meta-
analisis menunjukkan bahwa 65% pasien yang mendapatkan terapi AINS
topikal memiliki respon yang baik terhadap terapi. Meskipun jumlah
penelitian dan sampel yang digunakan masih minimal, namun cukup
beralasan untuk menyimpulkan bahwa terapi AINS topikal efektif dan aman
pada pasien OA dalam 2 minggu pertama pengobatan. Setelah 2 minggu,
tidak diketahui efektivitas AINS lebih baik dari placebo.
Medikamentosa intraartikular; Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis
akut (intra-artikuler) atau bila ada nyeri pada ligament peri-artikuler.
Kortikosteroid sistemik bukan merupakan indikasi dalam pengobatan OA.
Beberapa penelitian melaporkan steroid intra-artikular mungkin berguna
untuk menghilangkan nyeri pada OA. Beberapa penelitian melaporkan
steroid mengurangi kerusakan tulang rawan sendi, tetapi penelitian yang lain
melaporkan sebaliknya. Suntikan kortikosteroid pada epidural dapat
22
mengurangi gejala-gejala nyeri radicular. Viscosupplementation, beberapa
preparat hialuronan tersedia dalam suntikan intraartikular. Berkurangnya rasa
nyeri diketahui berasal peningkatan viskositas cairan sinovial, sehingga
pengobatan pada kondisi demikan disebut viscosupplementation. Hasil
penelitian terakhir menyebutkan bahwa suntikan hialuronat tidak lebih baik
dari AINS dalam mengurangi gejala, memperbaiki fungsi fisik, dan
kekakuan.4,7
23
c. Artrodesis, umumnya dilakukan pada penderita muda dengan kelainan
yang bersifat unilateral.
24
BAB III
ANALISIS KASUS
27