SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin
oleh :
ANDREW WILLIAM MAYOR
NIM : 125214087
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FINAL PROJECT
As partial fullfilment of the requirement
to obtain Sarjana Teknik Mesin degree
by :
ANDREW WILLIAM MAYOR
Student Number : 125214087
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Disusun oleh :
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Yang menyatakan,
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Sirip merupakan piranti yang sangat penting dalam proses kerja suatu mesin.
Sirip berfungsi sebagai media pelepas kalor atau media pendingin pada mesin yang
bekerja dengan cara memperbesar luasan suatu mesin. Dengan luasan mesin yang
semakin besar, maka perpindahan panas yang terjadi pun semakin cepat. Tujuan
dari penelitian ini adalah a) Mengetahui pengaruh panjang sisi dua dasar
penampang sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas
sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang kapsul yang
berubah terhadap posisi. b) Mengetahui pengaruh sudut kemiringan sirip terhadap
distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1
dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang kapsul yang berubah terhadap
posisi. c) Mengetahui pengaruh jenis material bahan sirip terhadap distribusi suhu,
laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak
tunak dengan luas penampang kapsul yang berubah terhadap posisi.
Perhitungan distribusi suhu pada penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode komputasi, dengan metode beda cara hingga eksplisit. Sirip mempunyai
massa jenis ρ,konduktivitas termal bahan k, dan kalor jenis c yang diasumsikan
homogen dan tidak berubah terhadap suhu. Suhu dasar sirip, Tb = 100 ̊C dan
dipertahankan tetap dari waktu ke waktu, pada saat t=0, suhu awal disetiap volume
kontrol merata sebesar T=Ti=100 ̊C, dan suhu fluida diasumsikan 30 ̊C. Variasi dari
penelitian ini adalah panjang sisi dua dasar penampang sirip, sudut kemiringan
sirip, dan material bahan sirip.
Hasil penelitian terhadap sirip dengan penampang kapsul yang luasnya
berubah terhadap posisi adalah a) Semakin besar panjang sisi dua dasar sirip, maka
laju aliran kalornya akan semakin besar, namun efisiensi dan efektivitasnya
semakin rendah. b) Semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran
kalornya akan semakin kecil, dan nilai efisiensi pada awal-awal lebih rendah
dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan kecil, namun seiring berjalannya
waktu hingga keadaan tunak nilai efisiensinya justru semakin tinggi, sedangkan
nilai efektivitasnya dari waktu ke waktu hingga mencapai keadaan tunak semakin
kecil. c) Semakin besar difusivitas termal suatu bahan, maka laju aliran kalor yang
didapat sirip semakin besar pula. Selain nilai laju aliran kalor yang semakin besar,
semakin besar difusivitas termal suatu bahan juga akan menghasilkan nilai efisiensi
dan efektivitas yang semakin besar pula.
Kata kunci : perpindahan kalor, sirip, distribusi suhu
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Fin is one of the most important device in a machine. Fin serves as a media
release heat or cooling medium and also Fin can extend the surface of the machine,
so machine can cooling down faster than before while it make some works. If the
machine’s surface extended, the heat transfer can occur faster than before. The
purposes of this experiment are : a) Determine the effect of fin’s two base length
on heat distributions, heat transfers, efficiency, and effectiveness in drop-shaped
capsule fin in one dimensional case and in unsteady state condition. b) Determine
the effect of fin’s oblique angle on heat distributions, heat transfers, efficiency, and
effectiveness in drop-shaped capsule fin in one dimensional case and in unsteady
state condition. c) Determine the effect of fin’s materials on heat distributions, heat
transfers, efficiency, and effectiveness in drop-shaped capsule fin in one
dimensional case and in unsteady state condition.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan lancar.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa Jurusan
Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma untuk mendapatkan gelar S1 Teknik
Mesin.
Berkat bimbingan, nasihat, dan doa yang diberikan oleh berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, penulis mengucapkan
terima kasih sbesar-besarnya kepada :
1. Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi .
3. Lodwyk Mayor dan Sri Utami sebagai kedua orang tua saya yang selalu
memberi semangat baik berupa materi maupun spiritual.
4. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma atas semua ilmu yang telah diberikan kepada
penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh Tenaga Kependidikan Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu penulis selama perkuliahan hingga selesainya
penulisan skripsi ini
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.7 Laju Aliran Kalor Dari Waktu Ke Waktu dengan Variasi
Material Bahan Sirip; h = 250 W/m2 ̊ C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti =
100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0.099 m..... 59
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.10 Distribusi Suhu Saat Keadaan Tunak Pada Sirip; h = 250
W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ;
sisi = 0,01 m ; L = 0,099 m; ………………………........... 62
Gambar 4.11 Laju Aliran Kalor Saat Kondisi Tunak dengan Variasi
Material Bahan Sirip; h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti =
100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m ; L = 0.099 m.... 63
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.20 Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi
Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h =
250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi
= 0.01 m; L = 0.099 m ……………….............................. 69
Gambar 4.23 Distribusi Suhu Saat Keadaan Tunak Pada Sirip; Bahan
Alumunium; h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C
; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; ………………. 72
Gambar 4.24 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi
Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h =
250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi
= 0.01 m; L = 0.099 m ………………….......................... 73
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.33 Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi
Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan
Alumunium ; h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C
; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m ……………………...... 79
Gambar 4.37 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi
Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan
Alumunium; h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C
; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0.099 m ……………………… 83
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip........ 58
Tabel 4.4 Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Material Bahan Sirip saat Kondisi Tunak ........................... 62
Tabel 4.5 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip... 68
Tabel 4.8 Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak ………........ 72
Tabel 4.9 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar
Penampang Sirip ................................................................ 78
Tabel 4.12 Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Saat
Keadaan Tunak ….............................................................. 82
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Temperatur pada suatu mesin menjadi salah satu faktor penyebab seringnya
terjadi gangguan karena saat suatu mesin bekerja atau beroperasi perubahan yang
nyata terjadi dan dapat diketahui secara langsung adalah perubahan yang signifikan
terhadap temperatur mesin tersebut. Ketika mesin beroperasi atau melakukan suatu
perbedaan antara temperatur mula-mula dimana saat mesin belum bekerja dan
melakukan kerja dapat disebabkan karena adanya kalor yang mengalir dari
temperatur pada suatu mesin sangat dibutuhkan dalam teknologi saat ini. Kalor
yang berlebih pada suatu mesin yang tidak dapat dipindahkan dan tetap mengendap
overheat atau kelebihan panas, seperti piston yang terkunci (lock) pada silinder
dikarenakan terjadi pemuaian pada piston, atau melambatnya kerja komputer akibat
terlalu panas.
Pada umumnya agar proses perpindahan kalor dapat berjalan dengan lancar
dan mesin dapat bekerja dengan baik serta tidak memunculkan masalah overheat,
maka dipasang suatu peralatan yang berfungsi untuk membuang kalor. Peralatan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sirip merupakan piranti yang berfungsi sebagai sistem pendingin pada suatu
mesin. Prinsip penggunaan sirip ini adalah memperluas permukaan bidang untuk
melepas kalor. Adanya banyak celah-celah pada mesin akan membuat semakin
luasnya permukaan yang melepas kalor ke udara/fluida pendingin dan kalor yang
dihasilkan oleh kerja mesin akan semakin cepat terbuang ke lingkungan sehingga
dikarenakan sarana untuk menghitung distribusi suhu sirip secara akurat dan dalam
maupun cara memperoleh efisiensi dan efektivitas juga masih terbatas pada bentuk-
penelitian terkait dengan perhitungan laju aliran panas, efisiensi dan efektivitas
dengan metode komputasi. Adapun beberapa variasi yang akan dicari, yaitu (1)
panjang sisi dua dasar penampang sirip, (2) sudut kemiringan sirip, dan (3) jenis
material bahan yang bentuknya belum ada dalam buku-buku maupun literatur, yaitu
sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi
Perhitungan efisiensi dan efektivitas untuk sirip dengan luas penampang yang
tidak tetap atau berubah terhadap posisi sulit untuk ditentukan. Hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbatasnya referensi yang menyediakan sirip dengan luas penampang yang tidak
tetap. Untuk bentuk sirip dengan luas penampang tetap, dapat dibantu dengan
dan efektivitas sirip berpenampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi,
pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak dengan metode komputasi?
distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1
dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang berbentuk kapsul yang
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak
tunak dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi.
c. Mengetahui pengaruh jenis material bahan sirip terhadap distribusi suhu, laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak
tunak dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi.
saat keadaan tunak, dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah
terhadap posisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
posisi memiliki kondisi awal berupa suhu yang seragam di setiap node atau titiknya,
sama dengan suhu pada dasar sirip, yang ditetapkan memiliki suhu sebesar Tb. Sirip
dengan penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dengan
nilai konduktivitas termal k ini dikondisikan pada lingkungan yang baru yang
memiliki suhu fluida T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h dan
dalam keadaan tak tunak (unsteady state) atau suhunya selalu berubah dari waktu
ke waktu. Suhu fluida dan koefisien perpindahan kalor diasumsikan memiliki nilai
yang tetap dari waktu ke waktu. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian
ini adalah distribusi suhu pada sirip, jumlah kalor yang dilepas oleh sirip, efisiensi
sirip, dan efektivitas sirip dari waktu ke waktu untuk variasi-variasi sirip yaitu (1)
panjang sisi dua dasar penampang sirip, (2) sudut kemiringan sirip, dan (3) jenis
material bahan dari sirip serta mengetahui perbandingan efisiensi terhadap ξ untuk
sirip kasus 1 dimensi, pada saat keadaan tunak, dengan luas penampang berbentuk
Geometri dari benda uji berupa sirip dengan penampang berbentuk kapsul
𝑇∞ , h
(α
𝑇∞ = suhu fluida, °C
L = panjang sirip, m
keadaan tak tunak di setiap volume kontrol pada sirip, dinyatakan dengan
persamaan (1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
........................................................................................................................(1.1)
Kondisi awal sirip memiliki suhu yang seragam dan merata sebesar T = Ti dan
Penelitian ini memiliki dua kondisi batas, yaitu kondisi batas pada dasar sirip
dan kondisi batas pada ujung sirip yang dinyatakan pada Persamaan (1.3) dan (1.4).
T x, t T x, t
hAs T T x, t hAs i T T x, t kA cV ; x L, t 0
x t
........................................................................................................................(1.4)
T∞ = suhu fluida, °C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
t = waktu, detik
dAcv
= perubahan luas permuakaan sirip terhadap perubahan x
dx
dV
= perubahan volume terhadap perubahan x
dx
1.4.5 Asumsi
mengalami pembesaran).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konduktivitas termal bahan k, dan kalor jenis c) dan tidak berubah terhadap
waktu.
f. Perpindahan kalor konduksi di dalam sirip terjadi hanya dalam satu arah, arah
sumbu x.
pihak lain yang ingin meneliti dengan lebih dalam mengenai proses atau cara
mengetahui efektifitas dan efisiensi pada suatu sirip dengan bentuk yang
kompleks .
perpustakaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Panas merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu
sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan panas
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perpindahan energi yang terjadi karena
adanya perbedaan suhu diantara sistem fisik atau material. Ilmu tentang
dapat berpindah dari satu material ke material lain, tetapi juga dapat memperkirakan
perpindahan panas juga erat kaitannya dengan hukum termodinamika hanya saja
yang membedakan antara ilmu perpindahan kalor dan ilmu termodinamika adalah
setimbang yang lain, tetapi tidak dapat mengetahui seberapa cepat atau kecepatan
perpindahan panas yang terjadi. Hal ini dikarenakan perpindahan panas yang terjadi
panas antara lain adalah perpindahan panas secara konduksi, perpindahan panas
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Konduksi adalah proses perpindahan panas melalui benda padat dari satu
tanpa diikuti oleh perpindahan partikelnya, dan disertai perpindahan energi kinetik
dari setiap molekulnya. Perpindahan panas konduksi ini dapat terjadi apabila ada
Persamaan (2.1).
T T T2
q kA =kA 1 ............................................................................... (2.1)
x x
11
panas akan mengalir dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah.
Fourier ini mirip dengan persamaan konduksi elektrik milik Ohm, jika pada
persamaan Fourier terdapat nilai k yang merupakan konduktivitas termal maka pada
konstan, tetapi nilai konduktivitas termal bahan ini dapat berubah sesuai fungsi
menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam suatu bahan tertentu. Bahan
yang memiliki nilai konduktivitas tinggi dinamakan konduktor dan bahan yang
12
Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Termal Beberapa Material pada 0 ºC (J.P. Holman,
1995, hal 7)
konduksi panas, penyimpanan energi, gerakan mencampur oleh fluida cair atau gas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gerakan fluida merupakan hasil dari perbedaan massa jenis dikarenakan perbedaan
panas secara konduksi dari permukaan benda padat ke partikel-partikel fluida yang
perpindahan partikelnya ke arah partikel yang memiliki energi dan temperatur yang
T∞
U∞ A
q
Tw
q = h A (Tw-T∞) .................................................................................................(2.2)
14
antara dinding dan fluida, dan luas permukaan A. Perhitungan analitis atas h dapat
dilakukan dengan beberapa sistem. Untuk situasi yang rumit, h harus ditentukan
film (film conductance) karena hubungannya dengan proses konduksi pada lapisan
dan karena itu, mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah dinding. Nilai kira-
h
Modus
W/m2°C
Konveksi bebas, ΔT = 30 C
Plat vertical tinggi 0,3 m (1 ft) di udara 4,5
Silinder horizontal, diameter 5 cm di udara 6,5
Silinder horizontal, diameter 2 cm di dalam air 890
Konveksi paksa
Aliran udara 2 m/s di atas plat bujur sangkar 0,2 m 12
Aliran udara 35 m/s di atas plat bujur sangkar 0,75 m 75
Udara 2 atm mengalir di dalam tabung diameter 2,5 cm,
65
kecepatan 10 m/s
Air 0,5 kg/s mengalir di dalam tabung 2,5 cm 3500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(1) konveksi bebas (free convection) dan (2) konveksi paksa (forced convection).
dalam suatu fluida yang suhunya lebih tinggi atau lebih rendah daripada suhu benda
tersebut. Akibat adanya perberdaan suhu, kalor mengalir diantara benda sehingga
fluida yang berada dekat benda mengalami perubahan rapat massa. Perbedaan rapat
massa ini akan menimbulkan arus konveksi. Fluida dengan rapat massa yang lebih
kecil akan mengalir ke atas dengan fluida dengan rapat massa yang lebih besar dan
turun ke bawah. Jika gerakan fluida ini terjadi hanya disebabkan adanya perbedaan
rapat massa akibat adanya perbedaan suhu, maka mekanisme perpindahan kalor
16
g Ts T 3
Ra Gr Pr Pr ...............................................................(2.3)
v2
1 T T
Dengan dan T f s
Tf 2
Pr = bilangan Prandtl
Gr = bilangan Grashof
Ts = suhu dinding, K
T∞ = suhu fluida, K
Tf = suhu film, K
17
menggunakan Persamaan (2.4). Untuk Ra ≤ 1012 , yang berlaku pada kasus dinding
vertikal.
2
1
Nu 0,60 ...........................................................(2.4)
6
0 ,387 Ra
8
9
27
1 0,559
16
Pr
Dari bilangan Nusselt (Nu), dapat diperoleh nilai koefisien perpindahan kalor
konveksi.
h Nu k
Nu atau h ............................................................................(2.5)
k
Nu = bilangan Nusselt
dikarenakan adanya perbedaan suhu yang ditandai dengan adanya fluida yang
bergerak yang disebabkan oleh adanya alat bantu seperti kipas dan pompa.
Koefisien perpindahan kalor ini lebih besar dibandingkan dengan konveksi bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
peprindahan kalor konveksi paksa perlu diketahui terlebih dahulu nilai koefisien
Nusselt yang hendak dipakai harus sesuai dengan aliran fluidanya, karena nilai
bilangan Nusselt untuk setiap aliran fluida berbeda-beda (laminer, transisi atau
turbulen).
Syarat aliran laminer pada plat atau bidang datar adalah Rex < 5 x 105 dan
U L
Re x ............................................................................................(2.6)
1
hL 1
Nu 0,644 Re L 2 Pr 3 .......................................................................(2.7)
kf
Syarat aliran turbulen adalah 5 x 105 < Rex <107 dan persamaan Nusselt
1
hL 4
Nu 0,037 Re L 5 Pr 3 .......................................................................(2.8)
kf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
n
hL U L 1
C Pr 3 ...............................................................................(2.9)
kf v
f
Re = bilangan Reynold
Nu = bilangan Nusselt
Pr = bilangan Prandtl
L = panjang dinding, m
20
Besar bilangan C dan n dapat diperoleh melalui Tabel 2.3 yaitu untuk kasus benda
Redf C n
0,4-4 0,989 0,33
4-40 0,911 0,385
40-4000 0,683 0,446
400-40000 0,193 0,618
40000-400000 0,0266 0,805
bentuk yang bukan silinder, nilai konstanta diperoleh melalui Tabel 2.4
Tabel 2.4 Nilai Konstanta C dan n pada Benda dengan Bentuk Penampang
Bukan Lingkaran (J.P.Holman, 1995, hal 271)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tergantung pada suhu dan sifat permukaannya. Energi radiasi bergerak dengan
frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi semakin besar energi radiasinya. Sinar
radiasi terbesar.
Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam, yang
memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi radiasi yang
dikenainya juga makin besar. Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna
menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau cahaya
warna hitam e = 1 . Persamaan perpindahan panas secara radiasi dapat dilihat pada
Persamaan (2.10)
q A T14 T 2 4 ..............................................................................(2.10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ε = emisivitas bahan
T1 = suhu mutlak, K
T2 = suhu fluida, K
2.6 Sirip
pembuangan kalor dengan cara memperluas luas permukaan benda. Ketika suatu
benda mengalami perpindahan panas secara konveksi, maka laju perpindahan panas
dari benda tersebut dapat dipercepat dengan cara memasang sirip sehingga luas
23
sirip. Namun, efisiensi maksimum suatu sirip bisa didapatkan dari kuantitas
material sirip (massa, volume, atau biaya), dan proses untuk meningkatkan efisiensi
ini jelas mampu dapat menigkatkan pula laju aliran kalor yang dapat dibuang sirip
dan sekaligus mempunyai arti ekonomi. Perlu dicatat pula bahwa sirip yang
laju perpindahan kalor. Jika nilai h, koefisien konveksi, besar sebagaimana pada
fluida berkecepatan tinggi atau zat cair mendidih, maka sirip malah dapat
memiliki kondisi awal berupa suhu yang seragam di setiap node atau titiknya, setara
dengan suhu pada dasar sirip, yang ditetapkan memiliki suhu sebesar 100°C. Sirip
dengan penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dengan nilai
konduktivitas termal k ini dikondisikan pada lingkungan yang baru yang memiliki
suhu fluida T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h dan dalam
keadaan tak tunak (unsteady state) atau suhunya selalu berubah dari waktu ke
waktu. Suhu fluida dan koefisien perpindahan kalor diasumsikan tetap nilainya dari
24
persoalan ini, digunakan prinsip kesetimbangan energi pada volume kontrol yang
Ein Eq ES Eout
qkonv
Tb
S1
L
T∞, h
Ein q xt
25
E S cV
T t t
T t
cV
T n 1 T n
t t
cV T
t t
T t T n 1 T n
q q
t
x
t
x dx q t
konv
t
cV
t
q xt q xt dx q konv
t
cV
T t t
T t
cV
T n 1 T n
..................................(2.12)
t t
Ti t 1 Ti t T n T n
q x kA kA 1 i 1 1
i x x
1
i
2 2
Ti t 1 Ti t T n T n
q x dx kA kA 1 i 1 1
i x x
1
i
2 2
qkonv hAsi T Ti t hAsi T Ti n
kA
Ti t 1 Ti t
T n T t
kA 1 i 1 i
hAsi T Ti t cV
T t t T t ....(2.13a)
i x x t
1
i
2 2
kA
Ti t 1 T1n
T n T n
kA 1 i 1 1
hAsi T Ti n cV
T n1 T n ...(2.13b)
i x x t
1
i
2 2
suhu pada sirip adalah dengan cara membagi benda uji, dalam hal ini adalah sirip,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kedalam elemen-elemen kecil yang disebut volume kontrol dan panjang setiap
T∞, h ∆x
∆x/2
∆x/2
Tb
Tb
1 2 99 100
∆x
Dalam penelitian yang dilakukan, sirip akan dibagi ke dalam 100 bagian kecil
atau volume kontrol. Semakin banyak pembagian volume kontrol pada sirip dan
semakin kecil panjang setiap volume kontrolnya, maka distribusi suhu yang dapat
Suhu dasar sirip merupakan suhu pada volume kontrol di dasar sirip, dimana
suhu dasar sirip sudah diketahui dari persoalan yang diberikan,yaitu sebesat Tb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
T∞ , h
q2 Ai+0,5
Tb
i i+1 i+2
q1
∆x/2
∆x
Gambar 2.7 Kesetimbangan Energi Pada Node di Dasar Sirip atau di Batas Kiri
Sirip
Suhu pada volume kontrol untuk i = 1 atau yang terletak pada batas kiri atau pada
28
T∞, h
Ai+0,5
q3 Ai+0,5
i-1 q1 i q2 i+1
Asi
∆x ∆x/2
q
i 1
i q1 q 2 q3 ........................................................................................(2.15b)
Ti n1 Ti n
q1 kA
x
1
i
2
Ti n1 Ti n
q 2 kA
x
1
i
2
q3 hAsi T Ti n
m Vi
Keterangan :
29
m = massa sirip, kg
Diperoleh
T T n 1 Ti n T n Ti n T n Ti n
n
qi mc
i 1 t
Vc I
t
kA 1 i 1
i x
kA 1 i 1
i x
hAsi T Ti n
2 2
Ti n 1 Ti n
Vi c ..............................................................................................2.16
t
x
Jika Persamaan (2.16) dikali dengan maka akan diperoleh Persamaan (2.17)
kA 1
i
2
A A
c Vi x Ti n 1 Ti n
1 1
i i hx Asi n hx Asi
T n
i 1 Ti n 2
T n
i 1 2
Ti n Ti T
A 1 A 1 k A 1 k A 1 k A 1 t
i i i i i
2 2 2 2 2
..........................................................................................................................(2.17)
k
Diketahui sehingga dari Persamaan (2.17), didapat Persamaan (2.18)
c
k
dengan cara mensubstitusi dengan .
c
A A
Vi x n1
1 1
i i hx Asi n hx Asi
T n
i 1 Ti n 2
T n
i 1 2
Ti n Ti T Ti
A 1 A 1 k A 1 k A 1 A 1 t
i i i i i
2 2 2 2 2
Vi x n
Ti .................................................................................................(2.18)
A 1 t
i
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari Persamaan (2.18) dapat dicari nilai Tin+1 dengan cara memindahkan ruas
sedemikian rupa dari Persamaan (2.18) sehingga diperoleh unsur yang terdapat Tin+1
dalam ruas yang berbeda seperti yang terlihat pada Persamaan (2.19).
A 1 A 1
i hx Asi Vi x n i hx Asi n 1
T n
i 1 1 2
Ti Ti 1
n 2
T i
A 1 k A 1 A 1 t A 1 k A 1
i i i i i
2 2 2 2 2
Vi x
T ....................................................................................................(2.19)
A 1 t
i
2
hx
Diketahui Bilangan Biot Bi sehingga dari Persamaan (2.19), dapat diperoleh
k
hx
Persamaan (2.20) dengan cara mensubstitusikan dengan Bilangan Biot.
k
A 1 A 1
i Asi Vi x n i A Vi x
T n
i 1 1 2
Bi Ti Ti 1
n 2
Bi si T Ti n 1
A 1 A 1 A 1 t A 1 A 1 A 1 t
i i i i i i
2 2 2 2 2 2
..........................................................................................................................(2.20)
Melalui Persamaan (2.20), maka dapat diketahui nilai Tin+1 seperti yang tertera pada
Persamaan (2.21).
A 1 t A 1 A 1
1 i A i A V x n
Ti n1 = 2 n 2
si
n
2
si
i
Ti
Vi x A 1 A 1 t
Ti 1 Bi T Ti 1 1 Bi
A 1
i
A 1
i
A 1
i i i
2 2 2 2 2
..........................................................................................................................(2.21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
besarnya distribusi suhu pada setiap node atau volume kontrol yang terletak di
dalam sirip.
Syarat Stabilitas Persamaan (2.21) dapat dicari dengan cara sebagai berikut :
A 1
i Asi Vi x
1 2
Bi 0 ..............................................................(2.22)
A 1 A 1 A 1 t
i i i
2 2 2
A
Vi x
1
i Asi
1 2
Bi ....................................................................(2.23)
A 1 A 1 A 1 t
i i i
2 2 2
A 1
i A
A 1 t 1 2
Bi si Vi x ...............................................................(2.24)
i
2 A 1
i
A 1
i
2 2
Vi x
t .......................................................................(2.25)
A 1
i A
A 1 1 2
Bi si
i
2 A 1
i
A 1
i
2 2
besarnya selang waktu ∆t dari n ke n+1 dalam Persamaan (2.21). Jika ∆t lebih kecil
daripada syarat stabilitas, maka hasil atau data yang didapat semakin akurat. Tetapi
bila ∆t lebih besar dari syarat stabilitas, maka hasilnya tidak konvergen atau
32
Keterangan :
n
Ti+1 = suhu pada volume kontrol i+1, pada saat n, °C
n
Ti−1 = suhu pada volume kontrol i-1, pada saat n, °C
T∞ = suhu fluida, °C
k
α = difusivitas termal , m2/s
c
hx
Bi = bilangan Biot
k
33
Asi
Ai
Gambar 2.9 Kesetimbangan Energi Pada Node yang Terletak di Batas Kanan atau
di Ujung Sirip
q
i 1
i q1 q 2 q3 ........................................................................................(2.26b)
Ti n1 Ti n
q1 kA
x
1
i
2
q2 hAi T Ti n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
q3 hAsi T Ti n
m Vi
Keterangan :
m = massa sirip, kg
Diperoleh
T T n 1 Ti n 1 T n Ti n
n
qi mc
i 1 t
vc i
t
kA 1 i 1
i x
hAi T Ti n hAsi T Ti n
2
Ti n 1 Ti n
Vi c ..............................................................................................2.27
t
x
Jika Persamaan (2.27) dikali dengan maka akan diperoleh Persamaan (2.28)
kA 1
i
2
..........................................................................................................................(2.28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
k
Diketahui sehingga dari Persamaan (2.28), didapat Persamaan (2.29)
c
k
dengan cara mensubstitusi dengan .
c
k A 1
T Ti
n
k A 1
T Ti
n
A 1 t
........(2.29)
i i i
2 2 2
Dari Persamaan (2.29) dapat dicari nilai Tin+1 dengan cara memindahkan ruas
sedemikian rupa dari Persamaan (2.29) sehingga diperoleh unsur yang terdapat Tin+1
dalam ruas yang berbeda seperti yang terlihat pada Persamaan (2.30).
Vi x V x n 1
Ti n i Ti .............................................................................(2.30)
A 1 t A 1
i i
2 2
hx
Diketahui Bilangan Biot Bi sehingga dari Persamaan (2.30), dapat diperoleh
k
hx
Persamaan (2.31) dengan cara mensubstitusikan dengan Bilangan Biot.
k
Ai A A A Vi x
Ti n1 Ti n Bi T Bi i Ti n Bi si T Bi si Ti n Ti n
A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 t
i i i i i
2 2 2 2 2
Vi x n 1
Ti .....................................................................................................(2.31)
A 1
i
2
Melalui Persamaan (2.31), maka dapat diketahui nilai Tin+1 seperti yang tertera pada
36
A 1 t
i
Asi n Vi x Ai
Ti n 1 2
Bi A Ti A t Ti Ti 1 T Bi A T
n n n
Vi x
i
1
i
1
i
1
2 2 2
Ai n Asi
Bi Ti Bi T ................................................................................(2.32)
A 1 A 1
i i
2 2
A 1 t
i n Ai Asi A A
Ti n 1 2
i 1
T Bi T Bi T 1 Bi i Bi si
Vi x A 1 A 1 A 1 A 1
i i i i
2 2 2 2
Vi x n
Ti ................................................................................................(2.33)
A 1 t
i
2
besarnya distribusi suhu pada node yang terletak diujung bagian sirip.
Ai Asi Vi x
1 Bi Bi 0 .........................................................(2.34)
A 1 A 1 A 1 t
i i i
2 2 2
Ai A Vi x
1 Bi Bi si ...............................................................(2.35)
A 1 A 1 A 1 t
i i i
2 2 2
A A
A 1 t 1 Bi i Bi si Vi x ..........................................................(2.36)
i
2 A 1
i
A 1
i
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Vi x
t .................................................................(2.37)
A A
A 1 1 Bi i Bi si
2
i A 1 A 1
i i
2 2
besarnya selang waktu ∆t dari n ke n+1 dalam Persamaan (2.33). Jika ∆t lebih kecil
daripada syarat stabilitas, maka hasil atau data yang didapat semakin akurat, tetapi
jika ∆t lebih besar dari syarat stabilitas, maka hasilnya akan konvergen, atau
Keterangan :
n
Ti+1 = suhu pada volume kontrol i+1, pada saat n, °C
n
Ti−1 = suhu pada volume kontrol i-1, pada saat n, °C
T∞ = suhu fluida, °C
k
α = difusivitas termal , m2/s
c
hx
Bi = bilangan Biot
k
38
2.8.1 Mencari Sisi dan Luas Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap
Posisi
Untuk mencari luas pada sirip berpenampang kapsul yang luasnya berubah
terhadap posisi, dapat dipecahkan dengan melihat Gambar 2.10 serta melalui
Persamaan (2.38)
Gambar 2.10 Pengecilan Sisi Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada Gambar 2.10, sisi yang panjangnya berubah terhadap posisi pada setiap
Persamaan (2.38b).
x tan x
1 2
Ai sisi1 i sisi2 i sisi1 i
4
1 2
Ai 1 sisi1i 1 sisi2 i 1 sisi1i 1 ......................................................(2.39)
4
40
2.8.2 Mencari Luas Selimut Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap
Posisi
Untuk mendapatkan luas selimut sirip kapsul yang luasnya berubah terhadap
posisi dapat dicari dengan melihat Gambar 2.11. Pada Gambar 2.11, dapat dilihat
bahwa sirip kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi memiliki 4 buah elemen
trapesuim yang dimana terdapat 2 buah trapesium dan 2 trapesium yang panjang
mencari luas selimut sirip kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dapat
Gambar 2.11 Luas Selimut Sirip Penampang kapsul yang Luasnya Berubah
Terhadap Posisi
41
2.8.3 Mencari Volume Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
Untuk mencari volume pada sirip yang luasnya berubah terhadap posisi
Gambar 2.12 Volume Sirip Penampang Kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap
Posisi
Vi
x
3
Ai Ai 1 Ai Ai 1 ....................................................................(2.41)
Keterangan :
42
Laju perpindahan panas merupakan jumlah panas yang dilepas oleh setiap
volume kontrol dari sirip ke lingkungan secara konveksi yang dinyatakan melalui
n
q qi ..........................................................................................................(2.42)
i 1
n
q q1 q 2 q3 ..... q n qi ....................................................................(2.43)
i 1
n
q h Asi Ti T ......................................................................................(2.44)
i 1
43
sesungguhnya dengan panas maksimum yang dapat dilepas oleh sirip dan dapat
n
h Asi Ti T
i 1
n
....................................................................................(2.45)
h Asi Tb T
i 1
= efisiensi sirip
Asi = luas permukaan sirip dari volume kontrol yang bersentuhan dengan fluida,
di posisi i m2
44
sesungguhnya dengan panas yang dilepas seandainya tidak ada sirip atau tanpa sirip
h
h Asi Ti T
i 1
......................................................................................(2.46)
hAd Tb T
ε = efektivitas sirip
45
Asi = luas permukaan sirip dari volume kontrol yang bersentuhan dengan fluida,
di posisi i, m2
efisiensi dengan peningkatan bidang sirip yang bersentuhan dengan fluida. Hasil
luasnya bidang yang bersentuhan dengan fluida. Pada keadaan fully-wet atau
terkena fluida cair seluruhnyalah yang menunjukkan hasil efisiensi yang optimal.
dan koefisien perpindahan kalor konveksi yang bergantung pada perubahan suhu,
serta energi yang dibangkitkan sirip penampang segiempat dalam kondisi dua
bahwa angka Biot memiliki kaitan dengan distribusi suhu dan bila faktor perluasan
sirip bertambah, distribusi suhu bertambah pula. Selain itu, juga terdapat reduksi
suhu secara signifikan ketika kalor menjalar semakin mendekati ujung sirip.
Wang, F., Zhang, J., dan Wang, S. (2012) meneliti karakterisitik laju
46
sirip dengan berbagai macam variasi bentuk, seperti sirip mengerucut, silinder, dan
elips. Bilangan Reynolds divariasikan mulai dari 4800 hingga 8200. Hasil
penelitiannya, semakin kecil kemiringan dari sirip yang mengerucut, maka semakin
baik untuk menekan pemisahan aliran fluida yang dapat menyebabkan menurunnya
sirip dengan bentuk mengerucut merupakan alternatif yang lebih menjanjikan bila
lurus dengan metode numerik beda hingga cara eksplisit. Pada penelitian ini nilai
h, suhu dasar, suhu lingkungan, suhu awal, massa jenis, kalor jenis, panjang sirip,
perhitungan adalah mencari distribusi suhu, menghitung laju kalor yang dilepas
sirip, menghitung laju kalor yang dilepas sirip jika suhu seluruh permukaan sirip
sama dengan suhu dasar sirip, menghitung efisiensi dan ξ, lalu mengubahnya
kedalam bentuk grafik. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa semakin besar
nilai ξ maka efisiensi yang dihasilkan semakin turun, untuk sifat bahan dan panjang
sirip tertentu, besar nilai h berbanding lurus dengan nilai ξ dan berbanding terbalik
dengan efisiensi. Selain itu untuk sifat bahan dan nilai h tertentu, besar diameter
sirip berbanding lurus dengan efisiensi dan berbanding terbalik dengan nilai ξ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
luasnya berubah terhadap posisi. Gambar dari sirip yang akan ditinjau dalam
penelitian disajikan pada Gambar 3.1. Panjang sirip L = 0,99 m. Salah satu panjang
sisi dasar sirip divariasikan, sudut kemiringan sirip divariasikan dan bahan sirip
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kondisi Awal :
Kondisi awal sirip ditetapkan dengan suhu yang seragam.
T (x,t) = T (x,0) = Ti ; 0 ≤ x ≤ L, t = 0 dimana Ti merupakan suhu awal
Kondisi Batas :
Kondisi batas pada dasar sirip, ditetapkan tidak berubah dari waktu ke waktu.
Kondisi pada ujung sirip berbatasan dengan fluida lingkungan di sekitar sirip.
T x, t T x, t
hAs T T x, t hAsi T T x, t kA cV ; x L, t 0
x t
Sedangkan suhu lingkungan (T∞) ditetapkan seragam dan tetap dari waktu ke waktu
sebesar 30 ̊ C.
Alur penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alir yang tertera
49
Mulai
Tidak Baik
Uji coba program :
Laju aliran kalor jika tidak ada sirip
Efisiensi dan Efektivitas
Baik
Selesai
50
Alat bantu penelitian yang digunakan selama proses penelitian ini terbagi
a. Perangkat keras/hardware
1. Laptop
b. Perangkat lunak/software
3. SolidWorks
4. Paint
berikut:
a. Panjang sisi dua dasar penampang sirip (S2), m : 0,01 m; 0,03 m; 0,05 m; 0,08
= 0,099 m.
b. Sudut kemiringan sirip (α) : 1,5 ̊ ; 1,75 ̊ ; 2 ̊ ; 2,25 ̊ ; dan 2,5 ̊ dengan bahan
51
panjang masing-masing sisi dasar sirip = 0,01 m, dan panjang sirip L = 0,99
m.
c. Jenis material bahan sirip yang digunakan : Alumunium, Tembaga, Besi, Seng,
sebagai berikut :
kontrol. Volume kontrol dari masing-masing elemen sirip memiliki suhu yang
seragam.
e. Menghitung laju aliran kalor yang dilepas oleh setiap volume kontrol dan laju
f. Menghitung laju aliran kalor yang dilepas jika benda tidak dipasangi sirip.
52
h. Memvariasikan nilai panjang sisi dua dasar penampang sirip, sudut kemiringan
suhu pada sirip, (2) laju aliran kalor yang dilepas sirip, (3) laju aliran kalor yang
dilepas jika seluruh permukaan sirip suhunya sama dengan suhu dasar sirip, dan (4)
laju aliran kalor yang dilepas bila benda tidak dipasangi sirip untuk masing-masing
variasi. Setelah itu akan didapatkan nilai efektivitas dan efisiensi. Selanjutnya,
penelitian.
distribusi suhu pada setiap volume kontrol pada sirip. Distribusi suhu pada volume
kontrol sirip tesebut kemudian diolah untuk mencari laju aliran kalor yang dilepas
oleh setiap volume kontrol sirip sehingga didapatkan laju aliran kalor yang dilepas
sirip keseluruhan, nilai efisiensi dan efektivitas. Data-data tersebut kemudian diolah
dengan memvariasikan sudut kemiringan, panjang sisi dua dasar penampang sirip,
dan jenis bahan sirip. Kemudian tampilan data diubah ke dalam bentuk grafik antara
53
terhadap waktu, dan laju aliran kalor terhadap waktu. Dari grafik tersebut, dapat
dilakukan.
Pembahasan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai di
penelitian orang lain. Dari pembahasan yang telah dilakukan, akan diperoleh
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Variasi material bahan sirip yang digunakan untuk proses perhitungan laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul
yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak
ini adalah Aluminium, Tembaga, Besi, Kuningan, dan Seng. Untuk setiap variasi
sebesar 250 W/m2 °C, sudut kemiringan sirip ditetapkan 2˚, panjang masing-masing
sisi dasar sirip ditetapkan 0,01 m , dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099
m. Suhu dasar sirip Tb = 100˚C, suhu fluida di sekitar sirip T∞ = 30˚C, suhu mula-
Hasil perhitungan suhu di posisi sirip, laju aliran kalor, efisiensi, dan
efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah
terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini disajikan dalam
bentuk grafik. Grafik disajikan dalam hubungan: (1) suhu dan waktu, (2) laju aliran
kalor dan waktu, (3) efisiensi dan waktu, dan (4) efektivitas dan waktu. Waktu yang
ditinjau dimulai dari keadaan mula-mula sampai dengan kadaan tunak sirip
tercapai.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Suhu di setiap posisi sirip dengan berbagai macam bahan sirip pada saat t = 1
s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Gambar 4.1 hingga Gambar 4.6.
100
99
98
97
96
Suhu (˚C)
aluminium
95 tembaga
94 besi
kuningan
93
seng
92
91
90
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
56
100
90
80
Suhu (˚C)
aluminium
70 tembaga
besi
60 kuningan
seng
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
100
90
80
Suhu (◦C)
70 aluminium
tembaga
60 besi
kuningan
50
seng
40
30
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
57
100
90
80
70
Suhu (˚C)
aluminium
60 tembaga
besi
50
kuningan
40 seng
30
20
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
100
90
80
70
Suhu (˚C)
aluminium
60 tembaga
besi
50
kuningan
40 seng
30
20
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
58
100
90
80
70
Suhu (˚C)
aluminium
60 tembaga
besi
50
kuningan
40 seng
30
20
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Laju aliran kalor untuk setiap variasi material bahan sirip pada waktu t = 1 s,
25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.1 dan dari waktu ke waktu
Tabel 4.1 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip
Laju Aliran Kalor Pada Saat t (W)
Bahan
1s 25 s 50 s 75 s 100 s 120 s
Aluminium 56,4404 37,2388 35,5916 35,4640 35,4541 35,4534
Tembaga 57,1780 43,6834 42,4800 42,3830 42,3752 42,3746
Besi 57,1118 34,5930 27,5049 25,3700 24,7262 24,5548
Kuningan 56,9426 35,1388 30,0563 28,9422 28,6979 28,6497
Seng 56,6797 33,9460 29,7114 28,9760 28,8483 28,8281
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4.7 Laju Aliran Kalor dari waktu ke waktu dengan Variasi Material Bahan
Sirip, h = 250 W/m2 C̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊;
sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.2 dan dari waktu ke waktu pada
Gambar 4.8.
60
Gambar 4.8 Efisiensi dari waktu ke waktu dengan Variasi Material Bahan Sirip, h
= 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi =
0,01 m; L = 0,099 m;
50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.3 dan dari waktu ke waktu pada
Gambar 4.9.
61
Gambar 4.9 Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Material Bahan Sirip,
h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi =
0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.1.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Material Bahan Sirip Saat Keadaan Tunak
Distribusi suhu untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau pada
saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 4.10. Sedangkan nilai laju aliran kalor,
efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau pada
saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 4.4 dan berturut-turut pada Gambar 4.11,
62
100
90
80
70
Suhu (˚C)
aluminium
60 tembaga
besi
50
kuningan
40 seng
30
20
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.10 Distribusi Suhu Saat KeadaanTunak Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; ̊
Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099
m;
Tabel 4.4 Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Material
Bahan Sirip Saat Kondisi Tunak
63
45
40
35
Laju Aliran Kalor (W)
30
aluminium
25 tembaga
20 besi
kuningan
15 seng
10
0
Bahan
Gambar 4.11 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Material
Bahan Sirip, h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C
; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
0,8
0,7
0,6
0,5 aluminium
Efisiensi, η
tembaga
0,4
besi
0,3 kuningan
seng
0,2
0,1
0
Bahan
Gambar 4.12 Efisiensi Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Material Bahan Sirip,
h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi
= 0,01 m; L = 0,099 m;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
16
14
12
10 aluminium
Efektivitas, ε
tembaga
8
besi
6 kuningan
seng
4
0
Bahan
Gambar 4.13 Efektivitas Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Material Bahan Sirip,
h = 250 W/m2 C ̊
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi
= 0,01 m; L = 0,099 m;
Variasi sudut kemiringan sirip yang digunakan untuk proses perhitungan laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul
yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak
ini ditetapkan sebesar 1,5 ̊, 1,75 ̊, 2 ̊, 2,25 ̊, dan 2,5 ̊. Untuk setiap variasi sudut
kemiringan sirip, bahan sirip yang dipilih adalah Aluminium dengan nilai koefisien
masing sisi dasar sirip ditetapkan 0,01 m , dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang
0,099 m. Suhu dasar sirip Tb = 100˚C, suhu fluida di sekitar sirip T∞ = 30˚C, suhu
65
Hasil perhitungan suhu di posisi sirip, laju aliran kalor, efisiensi, dan
efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah
terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini disajikan dalam
bentuk grafik. Grafik disajikan dalam hubungan (1) distribusi suhu dan waktu, (2)
laju aliran kalor dan waktu, (3) efisiensi dan waktu, dan (4) efektivitas dan waktu.
Waktu yang ditinjau dimulai dari keadaan mula-mula sampai dengan keadaan tunak
sirip tercapai.
Suhu di setiap posisi sirip dengan berbagai macam sudut kemiringan sirip
pada saat t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Gambar 4.14 hingga
Gambar 4.19.
100
98
96
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
94 α = 1,75˚
α = 2˚
92 α = 2,25˚
α = 2,5˚
90
88
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.14 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat
t=1s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
100
90
80
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
70 α = 1,75˚
α = 2˚
60 α = 2,25˚
α = 2,5˚
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.15 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊C ; T∞ = 30 ̊C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t
= 25 s
100
90
80
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
70 α = 1,75˚
α = 2˚
60 α = 2,25˚
α = 2,5˚
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.16 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat
t = 50 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
100
90
80
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
70 α = 1,75˚
α = 2˚
60 α = 2,25˚
α = 2,5˚
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.17 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat
t = 75 s
100
90
80
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
70 α = 1,75˚
α = 2˚
60 α = 2,25˚
α = 2,5˚
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.18 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat
t = 100 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
100
90
80
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
70 α = 1,75˚
α = 2˚
60 α = 2,25˚
α = 2,5˚
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.19 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m saat
t = 120 s
Laju aliran kalor untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip pada waktu t = 1
s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.5 dan dari waktu ke waktu
Tabel 4.5 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip
Laju Aliran Kalor Pada Saat t
α
1s 25 s 50 s 75 s 100 s 120 s
1,5 ° 64,4414 41,5992 38,5051 38,1186 38,0702 38,0646
1,75 ° 60,4168 39,3312 37,0120 36,7790 36,7556 36,7534
2° 56,4404 37,2388 35,5916 35,4640 35,4541 35,4534
2,25 ° 52,5143 35,3298 34,2315 34,1688 34,1652 34,1650
2,5 ° 48,6444 33,6035 32,9180 32,8904 32,8893 32,8893
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.20 Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut
Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.6 dan dari waktu ke waktu pada
Gambar 4.21.
70
Gambar 4.21 Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan
Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti
= 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.7 dan dari waktu ke waktu pada
Gambar 4.22.
71
Gambar 4.22 Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan
Sirip dengan Bahan Alimunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti
= 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.2.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak
Distribusi suhu untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang ditinjau pada
saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 4.23. Sedangkan laju aliran kalor,
efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang ditinjau
pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 4.8 dan berturut-turut pada Gambar
72
100
90
80
α = 1,5˚
Suhu (˚C)
70 α = 1,75˚
α = 2˚
60 α = 2,25˚
α = 2,5˚
50
40
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.23 Distribusi Suhu Saat Keadaan Tunak Pada Sirip; Bahan Aluminium;
h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01
m; L = 0,099 m;
Tabel 4.8 Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Sudut
Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak
Pada Saat Tunak
α Q aktual (w) Efisiensi Efektivitas
1,5 ° 38,0646 0,5648 12,1828
1,75 ° 36,7534 0,5808 11,7632
2° 35,4534 0,5988 11,3471
2,25 ° 34,1650 0,6192 10,9347
2,5 ° 32,8893 0,6425 10,5264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
39
38
37
Laju Aliran Kalor (W)
36
α = 1,5˚
35 α = 1,75˚
34 α = 2˚
α = 2,25˚
33
α = 2,5˚
32
31
30
α
Gambar 4.24 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut
Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
0,66
0,64
0,62
α = 1,5˚
Efisiensi, η
0,6
α = 1,75˚
α = 2˚
0,58
α = 2,25˚
0,56 α = 2,5˚
0,54
0,52
α
Gambar 4.25 Efisiensi Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan
Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti
= 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
12,5
12
11,5
α = 1,5˚
Efektivitas, ε
α = 1,75˚
11
α = 2˚
α = 2,25˚
10,5
α = 2,5˚
10
9,5
α
Gambar 4.26 Efektivitas Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan
Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti
= 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.3 Hasil Perhitungan untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang
Sirip
Variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip yang digunakan untuk proses
perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk
penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi
keadaan tak tunak ini ditetapkan sebesar 0,01 m, 0,03 m, 0,05 m, 0,08 m, dan 0,1
m. Untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip, bahan sirip yang
dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099 m. Suhu dasar sirip Tb = 100˚C,
75
Hasil perhitungan suhu di posisi sirip, laju aliran kalor, efisiensi, dan
efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah
terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini disajikan dalam
bentuk grafik. Grafik disajikan dalam hubungan (1) distribusi suhu dan waktu, (2)
laju aliran kalor dan waktu, (3) efisiensi dan waktu, dan (4) efektivitas dan waktu.
Waktu yang ditinjau dimulai dari keadaan mula-mula sampai dengan keadaan tunak
sirip tercapai.
4.1.3.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang
Sirip
Suhu di setiap posisi sirip dengan berbagai macam panjang sisi dua dasar
100
99
98
sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
97
sisi 2 = 0,03 m
96 sisi 2 = 0,05 m
sisi 2 = 0,08 m
95
sisi 2 = 0,1 m
94
93
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.27 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 1 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
100
95
90
85
80 sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
75 sisi 2 = 0,03 m
70 sisi 2 = 0,05 m
sisi 2 = 0,08 m
65
sisi 2 = 0,1 m
60
55
50
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.28 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 25
s
100
95
90
85
80
sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
75
sisi 2 = 0,03 m
70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55
50
45
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.29 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 50
s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
100
95
90
85
80
sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
75
sisi 2 = 0,03 m
70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55
50
45
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.30 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 75
s
100
95
90
85
80
sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
75
sisi 2 = 0,03 m
70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55
50
45
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.31 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊ ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 100
s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
100
95
90
85
80
sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
75
sisi 2 = 0,03 m
70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55
50
45
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.32 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊ ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 120
s
4.1.3.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang
Sirip
Laju aliran kalor untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip
pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.9 dan
Tabel 4.9 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip
Laju Aliran Kalor Pada Saat t (W)
Sisi 2
1s 25 s 50 s 75 s 100 s 120 s
0,01 m 56,4404 37,2388 35,5916 35,4640 35,4541 35,4534
0,03 m 124,6147 80,8015 74,8238 74,0773 73,9841 73,9733
0,05 m 192,6870 124,3419 114,1096 112,7045 112,5115 112,4871
0,08 m 294,7696 189,6388 173,0535 170,6508 170,3027 170,2563
0,10 m 362,8193 233,1667 212,3526 209,2829 208,8302 208,7688
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 4.33 Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi
Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250
W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099
m;
4.1.3.3 Efisiensi untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip
Efisiensi untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip pada
waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.10 dan dari
Tabel 4.10 Efisiensi untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip
Efisiensi Pada Saat t
Sisi 2
1s 25 s 50 s 75 s 100 s 120 s
0,01 m 0,9533 0,6290 0,6012 0,5990 0,5988 0,5988
0,03 m 0,9562 0,6200 0,5741 0,5684 0,5677 0,5676
0,05 m 0,9565 0,6172 0,5664 0,5595 0,5585 0,5584
0,08 m 0,9566 0,6154 0,5616 0,5538 0,5527 0,5525
0,10 m 0,9567 0,6148 0,5599 0,5518 0,5506 0,5505
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.34 Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar
Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.1.3.4 Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip
Efektivitas untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip pada
waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.11 dan dari
Tabel 4.11 Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip
Efektivitas Pada Saat t
Sisi 2
1s 25 s 50 s 75 s 100 s 120 s
0,01 m 18,0641 11,9185 11,3913 11,3505 11,3473 11,3471
0,03 m 18,8113 12,1975 11,2951 11,1824 11,1683 11,1667
0,05 m 19,0319 12,2814 11,2707 11,1319 11,1129 11,1104
0,08 m 19,1727 12,3347 11,2559 11,0996 11,0770 11,0740
0,10 m 19,2228 12,3536 11,2508 11,0882 11,0642 11,0609
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4.35 Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua
Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C
; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.1.3.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk
Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Saat Keadaan
Tunak
Distribusi suhu untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip
yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 4.36. Sedangkan laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi panjang sisi dasar sirip
yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 4.12 dan berturut-turut
82
100
95
90
85
80
sisi 2 = 0,01 m
Suhu °C
75
sisi 2 = 0,03 m
70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55
50
45
0 20 40 60 80 100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.36 Distribusi Suhu Pada Sirip Saat Keadaan Tunak; Bahan Alumunium;
h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L =
0,099 m;
Tabel 4.12 Laju Aliran Kalor (Q Aktual), Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi
Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Pada Keadaan Tunak
Pada Saat Tunak
Sisi 2 Q Aktual (W) Efisiensi Efektivitas
0,01 m 35,4534 0,5988 11,3471
0,03 m 73,9733 0,5676 11,1667
0,05 m 112,4871 0,5584 11,1104
0,08 m 170,2563 0,5525 11,0740
0,10 m 208,7688 0,5505 11,0609
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
250
200
Laju Aliran Kalor (W)
150 0,01 m
0,03 m
0,05 m
100 0,08 m
0,10 m
50
0
sisi 2
Gambar 4.37 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak Pada Variasi Panjang Sisi
Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250
W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099
m;
0,61
0,6
0,59
0,58
0,01 m
Efisiensi, η
0,57 0,03 m
0,56 0,05 m
0,08 m
0,55
0,10 m
0,54
0,53
0,52
sisi 2
Gambar 4.38 Efisiensi Saat KeadaanTunak Pada Variasi Panjang Sisi Dua Dasar
Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
11,4
11,35
11,3
11,25
0,01 m
Efektifitas, ε
11,2
0,03 m
11,15
0,05 m
11,1 0,08 m
11,05 0,10 m
11
10,95
10,9
sisi 2
Gambar 4.39 Efektivitas Saat Keadaan Tunak Pada Variasi Panjang Sisi Dua Dasar
Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb
= 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.2 Pembahasan
distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang dengan
bentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi untuk variasi material bahan
sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 hingga Gambar 4.13. Grafik laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk masing-masing variasi material
bahan sirip dibandingkan terhadap waktu pada keadaan tak tunak, yaitu 1 s, 25 s,
85
Dari masing-masing grafik variasi material bahan sirip yang telah diperoleh,
dapat dilihat bahwa material bahan sirip memiliki pengaruh yang besar terhadap
nilai laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang berbentuk kapsul
yang luasnya berubah terhadap posisi. Nilai difusivitas termal merupakan hal yang
sangat mempengaruhi, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk variasi
panas. Material yang memiliki niali difusivitas termal tinggi akan semakin cepat
menyalurkan panas dari satu bagian ke bagian lainnya. Untuk mencari difusivitas
termal, dibutuhkan nilai konduktivitas termal, massa jenis, dan kalor jenis masing-
masing bahan. Rumus untuk mendapatkan difusivitas termal adalah k/(ρ.c). Data
difusivitas termal masing-masing variasi bahan yang ditinjau dilihat pada Tabel
4.13.
Tabel 4.13 Nilai Konduktivitas Termal, Massa Jenis, Kalor Jenis, dan Difusivitas
Termal Masing-Masing Variasi Bahan Material Sirip yang Ditinjau
Pada detik-detik awal (pada t = 1 s) untuk laju aliran kalor, dari grafik yang
telah diperoleh bahwa, laju aliran kalor dari masing-masing variasi material bahan
sirip cenderung seragam. Hal ini disebabkan karena pada detik t = 1 s, sirip dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
semua variasi bahan material, yang memiliki difusivitas termal tertinggi hingga
yang terrendah, nilai suhunya tidak mengalami banyak perbedaan terhadap suhu
dasar sirip Tb, perlu diketahui bahwa pada masing-masing variasi, pada t = 0 s suhu
variasi material yang memiliki difusivitas termal tinggi dan rendah sudah dapat
terlihat. Sirip dengan variasi material berdifusivitas tinggi, contohnya Tembaga dan
nilai suhu yang lebih tinggi hal ini disebabkan oleh kecepatan perambatan panas
yang tinggi secara terus menerus dari suhu dasar Tb, yang dipertahankan tetap 100 ̊
C dari waktu ke waktu, di setiap volume kontrol sirip hingga volume kontrol di
ujung sirip yang paling kanan. Dikarenakan memiliki nilai suhu yang tinggi, dengan
melihat rumus laju aliran kalor q = h As (T-T∞), maka perbedaan suhu antara suhu
sirip dengan suhu fluida di sekitar sirip semakin tinggi sehingga membuat laju
aliran kalornya menjadi besar. Berbeda halnya ketika sirip dengan variasi material
yang berdifusivitas termal rendah. Sirip dengan material yang berdifusivitas termal
setiap volume kontrolnya sehingga nilai suhunya rendah, terutama diujung volume
berdifusivitas rendah memiliki kecepatan rambat panas dari dasar sirip hingga ke
ujung sirip yang lambat sehingga suhu pada volume kontrol ujung sirip terus
mengalami penurunan karena terus menerus bereaksi dengan suhu fluida yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
berada di sekitar sirip yang lebih rendah serta pada volume kontrol ujung sirip
terlalu lama mendapatkan pasokan distribusi panas dari suhu dasar Tb. Ketika nilai
suhu sirip rendah, maka perbedaan suhu sirip dengan suhu fluida sekitar sirip
menjadi rendah pula, hal ini yang menyebabkan sehingga laju aliran kalor pada
Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah diperoleh didapatkan hasil dengan
pola yang sama dengan nilai laju aliran kalor. Pada detik-detik awal (pada t = 1 s),
nilai efisiensi dari masing-masing variasi material bahan sirip cenderung seragam.
Hal ini disebabkan karena pada detik t = 1 s, masing-masing sirip dengan variasi
material bahan yang memiliki difusivitas termal tinggi dan rendah belum banyak
mengalami perbedaan suhu terhadap suhu dasar Tb (100 ̊ C) , yaitu pada t = 0 s suhu
perubahan terhadap suhu dasar Tb dan suhu awal Ti, maka laju aliran kalor yang
didapat pada masing-masing variasi material bahan sirip mendekati laju aliran kalor
tunak, baru terlihat perbedaan nilai efisiensi dari masing-masing variasi material
bahan sirip. Sirip dengan variasi material bahan yang memiliki difusivitas termal
paling tinggi, Tembaga dan Alumunium memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan sirip dengan variasi material bahan yang memiliki difusivitas rendah,
yaitu Besi dan Kuningan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sirip
88
cepatnya proses perambatan panas dan hantaran panas yang baik dari ujung dasar
sirip Tb, yang nilainya dipertahankan 100 ̊ C dari waktu ke waktu, hingga ujung
sirip yang paling kanan sehingga nilai suhunya menjadi lebih tinggi. Nilai suhu
yang lebih tinggi akan berdampak pada perbedaan suhu sirip dan suhu fluida dalam
rumus q = h As (T-T∞) sehingga nilai laju aliran kalor yang didapatkan menjadi
lebih tinggi. Diketahui bahwa niali efisiensi adalah perbandingan antara laju aliran
kalor yang dilepas sirip, dengan laju aliran kalor aktual dimana sirip telah terkena
pengaruh pendinginan oleh fluida yang berada di sekitar sirip. Berdasarkan definisi
tersebut didapatkan kesimpulan ketika nilai laju aliran kalor aktual yang didapatkan
tinggi, maka perbedaan antara laju aliran kalor aktual dan laju aliran kalor
maksimalnya menjadi lebih kecil sehingga diperoleh nilai efisiensi yang semakin
tinggi. Ketika sirip dengan material bahan yang berdifusivitas rendah, maka sirip
setiap volume kontrol dikarenakan kecepatan perambatan panas yang lambat dari
ujung dasar sirip Tb hingga ke volume kontrol sirip yang berada di paling ujung
kanan sehingga nilai suhu disetiap volume kontrol menjadi rendah dikarenakan
suhu sirip terus mengalami reaksi dengan suhu di sekitar sirip yang menyebabkan
perpindahan kalor pada sirip dan pasokan panas yang didapat dari ujung dasar sirip
sangat lambat. Ketika nilai suhu rendah, maka perbedaan suhu sirip dengan suhu
fluida menjadi rendah yang membuat nilai laju aliran kalor aktual yang didapatkan
rendah. Ketika nilai laju aliran kalornya rendah, maka perbedaan nilai laju aliran
kalor aktual dan maksimal menjadi semakin besar dan membuat nilai efisiensinya
menjadi rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Untuk nilai efektivitas, dari grafik yang telah diperoleh, didapatkan hasil
dengan pola yang juga tidak jauh berbeda dengan grafik pada nilai laju aliran kalor
dan juga efisiensi dimana pada detik-detik awal (t = 1 s) belum begitu terlihat
perbedaan nilai efektivitas hal ini dikarenakan nilai suhu pada setiap volume kontrol
= 100 ̊ C. Sama seperti pada nilai laju aliran kalor dan juga nilai efisiensi, perbedaan
nilai efektivitas dari masing-masing variasi material bahan sirip mulai terlihat dari
tinggi seperti Tembaga dan Alumunium memiliki nilai efektivitas yang paling
tinggi sedangkan sirip dengan variasi material bahan yang berdifusivitas rendah,
seperti Besi dan Kuningan memiliki nilai efektivitas paling rendah. Seperti yang
kontrol dikarenakan kecepatan perambatan panas yang cepat dan sifat hantaran
panas yang baik sehingga nilai suhu masing-masing volume kontrol sirip menjadi
tinggi. Seperti yang telah dijelaskan juga bahwa nilai suhu yang tinggi akan
membuat nilai laju aliran kalor yang didapatkan semakin besar. Diketahui bahwa
efektivitas merupakan perbandingan laju aliran kalor ketika benda dipasang sirip
dengan laju aliran kalor ketika benda tidak dipasangi sirip. Semakin besar laju aliran
kalor suatu sirip, maka nilai efektivitasnya semakin besar pula. Sedangkan untuk
sirip dengan variasi material bahan yang berdifusivitas rendah tidak memiliki
dikarenakan kecepatan perambatan panas yang lambat sehingga nilai suhu disetiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
volume kontrol sirip cenderung rendah. Ketika nilai suhu di setiap volume kontrol
sirip rendah, maka sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai laju aliran
kalor yang didapatkan juga akan lebih rendah dibandingkan dengan sirip yang nilai
suhunya tinggi sehingga nilai efektivitas yang didapatkan sirip dengan variasi
material bahan berdifusivitas rendah lebih kecil dibandingkan dengan sirip yang
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang ditampilkan,
maka didapat suatu kesimpulan bahwa semakin besar nilai difusivitas suatu
material bahan sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin besar, efisiensi dan
distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang
berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi untuk variasi sudut
kemiringan sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 hingga Gambar
4.26. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk setiap variasi
sudut kemiringan sirip dibandingkan terhadap waktu pada keadaan tak tunak, yaitu
Dari grafik yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa sudut kemiringan
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap laju aliran kalor, efisiensi, dan
efektivitas sirip. Untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah diperoleh didapat
bahwa variasi sudut kemiringan terbesar, yaitu 2,5 ̊ , memiliki laju aliran kalor yang
paling kecil dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak, kemudian disusul sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kemiringan 2,25 ̊ , 2 ̊, 1,75 ̊ , hingga yang memiliki laju aliran kalor terbesar adalah
1,5 ̊. Hal tersebut disebabkan ketika sudut sirip semakin besar, maka bentuk sirip
juga akan semakin lancip dan ketika bentuk sirip semakin lancip, maka luasan sirip
yang bersentuhan dengan fluida sekitar juga akan semakin kecil. Diketahui untuk
mendapatkan laju aliran kalor ditentukan dalam rumus q = h As (T-T∞). Dari rumus
tersebut didapatkan hubungan yang berbanding lurus antara luasan sirip yang
bersentuhan dengan fluida sekitar (As) dengan laju aliran kalor sehingga saat luasan
sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin kecil, maka laju aliran kalor
yang didapat juga akan semakin kecil pula nilainya dan juga sebaliknya, ketika
luasan sirip semakin besar, maka laju aliran kalor yang didapat juga akan semakin
Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah diperoleh terlihat adanya
perubahan posisi efisiensi dari waktu ke waktu pada variasi kemiringan sudut. Dari
Tabel 4.6 dan Gambar 4.21 diperlihatkan bahwa ketika waktu (t) = 1s, variasi sudut
kemiringan sirip 1.5 ̊ memiliki efisiensi paling tinggi disusul berturut-turut 1,75 ̊ ,
2 ̊ , 2,25 ̊, dan 2,5 ̊. Namun ketika memasuki t = 15 s hingga keadaan tunak, terjadi
perubahan urutan nilai efisiensi dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada saat
t = 15 s hingga keadaan tunak, variasi sudut kemiringan 2,5 ̊ memiliki nilai efisiensi
yang paling tinggi disusul 2,25 ̊, 2. ̊, 1,75 ̊, dan variasi sudut kemiringan 1,5 ̊ justru
memiliki nilai efisiensi yang paling kecil. Dari grafik distribusi suhu yang telah
ditampilkan pada gambar 4.14 hingga gambar 4.19, terlihat bahwa variasi sudut
kemiringan 2,5 ̊ memiliki nilai suhu yang paling rendah. Seperti yang sudah di
jelaskan sebelumnya hal tersebut dikarenakan sudut kemiringan yang besar akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
membuat bentuk sirip menjadi semakin lancip dan luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sekitar semakin mengecil. Ketika luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sekitar semakin kecil, maka semakin kecil luasan sirip yang harus
didinginkan oleh fluida sekitar sirip dan hasilnya, distribusi suhu menjadi semakin
cepat untuk mencapai keadaan tunak dan nilai suhu sirip menjadi semakin rendah.
Dikarenakan cepat mencapai keadaan tunak, maka penurunan suhu sirip dari waktu
ke waktu memang drastis pada awal dan hal tersebut membuat perbedaan laju aliran
kalor ketika sirip terkena pengaruh fluida (q aktual) dan laju aliran kalor ketika suhu
sirip diasumsikan sama dengan suhu dasar sirip (q maksimal) begitu jauh diawal,
hingga keadaan tunak, dikarenakan suhu sirip mendekati keadaan tunak, maka
perbedaan q aktual dan q maksimal menjadi tidak terlalu besar perbedaanya dan
sudut kemiringan semakin kecil, maka luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida
sekitar akan semakin besar dan semakin besar pula luasan sirip yang harus
didinginkan fluida sehingga nilai suhunya tinggi dan juga semakin lama mencapai
suhu tunak. Nilai suhu yang tinggi membuat perbedaan q aktual dan q maksimal
diawal lebih rendah jika dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan besar
sehingga nilai efisiensinya lebih besar. Namun, sirip dengan sudut kemiringan kecil
memiliki luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar yang lebih besar
sehingga membuat suhunya lebih lama mencapai keadaan tunak. Hasilnya, ketika
pada t =15 s hingga t =120 s, sirip dengan sudut kemiringan besar telah lebih dulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
mencapai keadaan tunak dan mempertahankan nilai efisiensinya, sirip dengan sudut
kemiringan kecil terus menerus menurun nilai suhunya hingga nilai suhunya hampir
sama dengan sirip yang memiliki sudut kemiringan besar dan hasilnya, perbedaan
q aktual dan q maksimal dari waktu ke waktu semakin jauh dan membuat nilai
Untuk nilai efektivitas, dapat dilihat dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.22 diperoleh
hasil sirip dengan variasi sudut kemiringan terbesar, yaitu 2,5 ̊ memiliki nilai
efektivitas yang paling kecil dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak, disusul
2,25 ̊ , 2 ̊, 1,75 ̊, dan variasi sudut kemiringan 1,5 ̊ memiliki nilai efektivitas
tertinggi. Hal tersebut dikarenakan ketika sudut kemiringan sirip semakin kecil,
maka semakin besar luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar pada setiap
volume kontrol dan juga ketika sudut kemiringan semakin besar, maka semakin
kecil luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar pada setiap volume
merupakan perbandingan laju aliran kalor ketika benda dipasangi sirip dengan laju
aliran kalor ketika benda tidak dipasangi sirip. Ketika luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sekitar pada setiap volume kontrolnya semakin besar, maka semakin
besar laju aliran kalor suatu sirip, dengan melihat rumus laju aliran kalor q = h As
(T-T∞), sehingga nilai efektivitasnya semakin besar pula dan begitu juga
sebaliknya.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang ditampilkan
untuk sirip dengan variasi sudut kemiringan, maka didapat suatu kesimpulan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin
kecil, dan nilai efisiensi pada awal-awal lebih rendah dibandingkan sirip dengan
sudut kemiringan kecil, namun seiring berjalannya waktu hingga mencapai keadaan
tunak nilai efisiensinya justru semakin tinggi, sedangkan nilai efektivitasnya dari
Sirip
distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang
berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi untuk variasi panjang sisi
dua dasar penampang sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.27 hingga
Gambar 4.39. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk setiap
variasi panjang sisi dasar sirip dibandingkan terhadap waktu pada keadaan tak
Dari grafik yang diperoleh, terlihat bahwa panjang sisi dua dasar penampang
sirip memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap laju aliran kalor, efisiensi,
dan efektivitas sirip. Untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah ditampilkan
terlihat bahwa laju aliran kalor dengan variasi panjang sisi dua dasar penampang
sirip terkecil, yaitu 0,01 m memiliki nilai yang paling kecil, diikuti dengan variasi
panjang sisi dasar sirip 0,03 m, 0,05 m, dan 0,08 m. Sedangkan variasi panjang sisi
dasar sirip terbesar, yaitu 0,1 m memiliki nilai laju aliran kalor yang terbesar dari
waktu ke waktu hingga keadaan tunak. Hal ini disebabkan karena ketika panjang
sisi dasar sirip semakin besar, maka luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
udara di sekitar sirip akan semakin besar pula. Sesuai dengan rumus laju aliran kalor
q = h As (T - T∞), dimana dalam rumus tersebut terlihat bahwa laju aliran kalor
memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan luas permukaan sirip yang
bersentuhan dengan fluida sekitar (As), saat luas permukaan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sirip semakin besar, maka laju aliran kalor yang dikeluarkan sirip
Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah diperoleh terlihat adanya
perubahan posisi efisiensi dari waktu ke waktu pada variasi sisi dua dasar
penampang sirip. Dari Tabel 4.10 dan Gambar 4.34 diperlihatkan bahwa ketika
waktu (t) = 1s, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,1 m memiliki efisiensi
paling tinggi disusul berturut-turut 0,08 m, 0,05 m, 0,03 m, dan 0,01 m. Namun
efisiensi dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada saat t = 15 s hingga keadaan
tunak, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 m memiliki nilai efisiensi yang
paling tinggi disusul 0,03 m, 0,05 m, 0,08 m, dan variasi sisi dua dasar penampang
sirip 0,1 justru memiliki nilai efisiensi yang paling kecil. Dari grafik distribusi suhu
yang telah ditampilkan pada gambar 4.27 hingga gambar 4.32, terlihat bahwa
variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 memiliki nilai suhu yang paling rendah.
Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya hal tersebut dikarenakan sisi dua dasar
penampang pada sirip 0,01 m memiliki luasan yang kecil yang bersentuhan dengan
fluida sekitar. Ketika luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin
kecil, maka semakin kecil luasan sirip yang harus didinginkan oleh fluida sekitar
sirip dan hasilnya, distribusi suhu menjadi semakin cepat untuk mencapai keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tunak dan nilai suhu sirip menjadi semakin rendah. Dikarenakan cepat mencapai
keadaan tunak, maka penurunan suhu sirip dari waktu ke waktu memang drastis
pada awal dan hal tersebut membuat perbedaan laju aliran kalor ketika sirip terkena
pengaruh fluida (q aktual) dan laju aliran kalor ketika suhu sirip diasumsikan sama
dengan suhu dasar sirip (q maksimal) begitu jauh diawal, yang membuat efisiensi
dikarenakan suhu sirip mendekati keadaan tunak, maka perbedaan penurunan suhu
semakin kecil bahkan cenderung tetap sehingga perbedaan q aktual dan q maksimal
menjadi tidak terlalu besar perbedaanya dan membuat efisiensi penurunannya tidak
terlalu signifikan. Berbeda halnya dengan sisi dua dasar penampang sirip yang
mempunyai nilai besar, maka luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar
akan semakin besar dan semakin besar pula luasan sirip yang harus didinginkan
fluida sehingga nilai suhunya tinggi dan juga semakin lama mencapai suhu tunak.
Nilai suhu yang tinggi membuat perbedaan q aktual dan q maksimal diawal lebih
rendah jika dibandingkan sirip dengan sisi dua dasar penampang sirip bernilai kecil
sehingga nilai efisiensinya lebih besar. Namun, sirip dengan sisi dua dasar
penampang yang nilainya lebih besar memiliki luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sekitar yang lebih besar sehingga membuat suhunya lebih lama
mencapai keadaan tunak. Hasilnya, ketika pada t =15 s hingga t =120 s sirip dengan
sisi dua dasar penampang yang lebih kecil telah terlebih dulu mencapai keadaan
tunak dan mempertahankan nilai efisiensinya, sirip dengan sisi dua dasar
penampang yang nilainya lebih besar terus menerus menurun nilai suhunya, hingga
nilai suhunya hampir sama dengan sirip yang memiliki nilai sisi dua dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
penampang sirip yang kecil dan hasilnya, perbedaan q aktual dan q maksimal dari
waktu ke waktu semakin jauh dan membuat nilai efisiensinya terus menerus
menurun, bahkan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan sirip yang bernilai
Untuk nilai efektivitas, dari grafik yang telah diperoleh terlihat adanya
perubahan posisi efektivitas dari waktu ke waktu pada variasi sisi dua dasar
penampang sirip. Dari Tabel 4.11 dan Gambar 4.35 diperlihatkan bahwa ketika
waktu (t) = 1s, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,1 m memiliki efektivitas
paling tinggi disusul berturut-turut 0,08 m, 0,05 m, 0,03 m, dan 0,01 m. Namun
efektivitas dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada saat t = 35 s hingga
keadaan tunak, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 m memiliki nilai
efektivitas yang paling tinggi disusul 0,03 m, 0,05 m, 0,08 m, dan variasi sisi dua
dasar penampang sirip 0,1 justru memiliki nilai efektivitas yang paling kecil. Dari
grafik distribusi suhu yang telah ditampilkan pada gambar 4.27 hingga gambar
4.32, terlihat bahwa variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 memiliki nilai suhu
yang paling rendah. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya hal tersebut
dikarenakan sisi dua dasar penampang pada sirip 0,01 m memiliki luasan yang kecil
yang bersentuhan dengan fluida sekitar. Ketika luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sekitar semakin kecil, maka semakin kecil luasan sirip yang harus
didinginkan oleh fluida sekitar sirip dan hasilnya, distribusi suhu menjadi semakin
cepat untuk mencapai keadaan tunak dan nilai suhu sirip menjadi semakin rendah.
98
keadaan tunak, maka perbedaan penurunan suhu semakin kecil bahkan cenderung
tetap sehingga perbedaannya menjadi tidak terlalu besar dan membuat efektivitas
penurunannya tidak terlalu signifikan. Berbeda halnya dengan sisi dua dasar
penampang sirip yang mempunyai nilai besar, maka luasan sirip yang bersentuhan
dengan fluida sekitar akan semakin besar dan semakin besar pula luasan sirip yang
harus didinginkan fluida sehingga nilai suhunya tinggi dan juga semakin lama
mencapai suhu tunak. Hasilnya, ketika pada t =25 s hingga t =120 s sirip dengan
sisi dua dasar penampang yang lebih kecil telah terlebih dulu mencapai keadaan
tunak dan mempertahankan nilai efektivitasnya, sirip dengan sisi dua dasar
penampang yang nilainya lebih besar terus menerus menurun nilai suhunya.
Diketahui bahwa efektivitas merujuk pada perbandingan laju aliran kalor ketika
benda dipasang sirip dengan laju aliran kalor ketika benda tidak dipasangi sirip.
Sirip dengan variasi panjang sisi dasar yang kecil, seperti yang telah dibahas
tentunya akan memiliki laju aliran kalor yang kecil pula. Ketika benda dengan
panjang sisi dasar yang kecil tidak dipasang sirip, maka laju perpindahan panas dari
benda ke lingkungan menjadi sangat rendah dan ketika benda tersebut dipasang
sirip, otomatis luasan benda akan bertambah besar yang membuat laju aliran kalor
menjadi bertambah besar. Hal yang sama juga berlaku untuk benda dengan panjang
sisi dasar yang besar. Namun, benda yang memiliki panjang sisi dasar yang besar
walaupun tidak dipasang sirip pun telah memiliki laju aliran kalor yang cukup besar
dan dengan pemasangan sirip, laju aliran kalor memang dapat menjadi semakin
besar tetapi pengaruhnya tidak akan sebesar ketika sirip dipasang pada benda yang
memiliki panjang sisi dasar kecil. Pemasangan sirip lebih dibutuhkan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
panjang sisi dasarnya kecil karena dengan adanya sirip, laju aliran kalor dapat
dasarnya besar.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang diperoleh, maka
didapat suatu kesimpulan bahwa semakin besar panjang sisi dasar sirip, maka laju
aliran kalornya akan semakin besar, namun efisiensi dan efektivitasnya semakin
rendah.
terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini dilakukan dengan
menggunakan metode komputasi, dengan metode beda hingga cara eksplisit yang
kebenaran dan keakuratan dari program yang telah dibuat dengan metode numerik,
maka tentu diperlukan adanya suatu pembanding antara hasil penelitian dengan
hasil yang telah dilakukan oleh para ahli dengan menggunakan metode analitis,
yang dalam hal ini akan dibandingkan dengan penelitian efisiensi sirip silinder yang
terdapat pada Cengel (1998). Nilai ξ dari Cengel (1998) untuk sirip berbentuk
1 h
L D 2 ...............................................................(4.1)
4 kD
L = panjang sirip, m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Dbaru. Jika luas penampang lingkaran disamadengankan dengan luas kapsul, maka
akan didapatkan Dbaru untuk penampang kapsul seperti yang terdapat pada
Persamaan (4.6).
sisi 1a sisi 1b
sisi 1 = .........................................................................(4.2a)
2
sisi 2 a sisi 2 b
sisi 2 = .......................................................................(4.2b)
2
Sehingga dengan menggunakan panjang sisi rata-rata sirip kapsul dapat dicari
nilai Dbaru dengan menyamadengankan luas penampang sirip silinder dengan luas
101
2
Dbaru
1 2
sisi 1 sisi 2 sisi 1 .....................................................(4.4)
4 4
2
Dbaru ........................................................(4.5)
0,25
Dbaru .....................................................(4.6)
0,25
Dengan Persamaan (4.6), maka dapat dicari nilai ξ pada sirip penampang
efisiensi sirip silinder yang terdapat dalam Cengel (1998). Setelah dilakukan proses
perhitungan, penelitian ini menghasilkan grafik antara efisiensi dan ξ yang tidak
berbeda jika dibandingkan dengan penelitian yang terdapat pada buku Cengel
102
Gambar 4.40 Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Silinder, Segi-tiga dan
Siku-empat dari Buku Cengel (1998)
hasil perhitungan pada penelitian disajikan pada Gambar 4.41. Grafik yang
disajikan pada Gambar 4.41 memiliki Bahan Alumunium dengan suhu dasar,Tb =
103
0,9
0,8
0,7
0,6
Efisiensi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
1 h
L D 2
4 kD
Gambar 4.41 Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Penampang Berbentuk kapsul
yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi yang Ditinjau Dalam
Penelitian
1
0,9
0,8
0,7
0,6
Efisiensi
0,5
Hasil Penelitian
0,4
0,3
0,2 Grafik pada
Cengel (Sirip
0,1 Silinder)
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
1 h
L D 2
4 kD
104
Tabel 4.14 Perbandingan Nilai Efisiensi Pada Sirip yang Ditinjau Dalam Penelitian
dengan Sirip Silinder Yang Terdapat Dalam Buku Cengel (1998)
Dari perbandingan grafik yang disajikan pada Gambar 4.41 dan Gambar 4.42,
maka dapat dilihat bahwa profil grafik yang dihasilkan dalam penelitian ini
memberikan hasil yang tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh para
ahli sehingga dapat disimpulkan bahwa proses perhitungan dengan Microsoft Excel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dan hasil penelitian yang diperoleh dapat
disajikan pada Gambar 4.42, dapat dilihat bahwa perbandingan efisiensi dan ξ pada
sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi lebih
11,7 %, maka dapat disimpulkan bahwa sirip penampang berbentuk kapsul yang
luasnya berubah terhadap posisi tidak dapat diwakilkan oleh sirip berbentuk
silinder.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dan akhirnya telah diketahui pengaruh
variasi (1) panjang sisi dua dasar penampang sirip, (2) sudut kemiringan sirip, (3)
material bahan sirip, untuk sirip kasus 1 dimensi, terhadap distribusi suhu, laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip, dengan luas penampang berbentuk
kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dan (4) perbandingan efisiensi
terhadap ξ untuk sirip kasus 1 dimensi. Hasil penelitian yang telah dilakukan
a. Semakin besar panjang sisi dua dasar penampang sirip, maka laju aliran
semakin rendah. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada detik ke-120, sirip
dengan bahan alumunium dengan suhu dasar,Tb = 100 ̊ C ; suhu awal,Ti =100 ̊
W/m2 ̊C; dan panjang sirip, L = 0.099 m untuk variasi panjang sisi dua dasar
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
b. Semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran kalornya akan
semakin kecil, untuk nilai efisiensi pada awal-awal lebih rendah dibandingkan
sirip dengan sudut kemiringan kecil, tetapi seiring denga berjalannya waktu
hingga sirip mencapai keadaan tunak nilai efisiensinya justru semakin tinggi,
mencapai keadaan tunak semakin kecil. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada
detik ke-120, sirip dengan bahan alumunium dengan suhu dasar,Tb = 100 ̊ C
W/m2 ̊C ̊ ; panjang sisi di dasar sirip = 0.01 m; dan panjang sirip,L = 0.099 m
untuk variasi sudut kemiringan sirip 1,5 ̊; 1,75 ̊ ; 2 ̊ ; 2,25 ̊ ; 2,5 ̊ menghasilkan
c. Untuk masing-masing variasi material bahan sirip yang memberikan nilai laju
aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip dari yang terbesar hingga terkecil
Berdasarkan besarnya nilai difusivitas termal suatu bahan, maka laju aliran
kalor yang didapat sirip semakin besar pula. Selain nilai laju aliran kalor yang
semakin besar, semakin besar difusivitas termal suatu bahan juga akan
menghasilkan nilai efisiensi dan efektivitas yang semakin besar pula. Hal
tersebut dubuktikan bahwa pada detik ke-120, sirip dengan suhu dasar,Tb =
108
Alumunium, Seng, Kuningan, dan Besi menghasilkan nilai laju aliran kalor
9,1695; 7,8589.
seperti yang terdapat dalam buku Cengel (1988). Perbedaan efisiensi diantara
kedua sirip ialah sebesar 11,7% sehingga dapat dikatakan bahwa sirip
penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi lebih baik
5.2 Saran
dan efektivitas sirip dengan penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah
terhadap posisi, dapat diberikan beberapa saran yang sekiranya dapat membantu
para pembaca yang ingin meneliti sirip dengan topik serupa sebagai berikut :
a. Agar memperoleh hasil penelitian besarnya distribusi suhu, laju aliran kalor,
efisiensi, dan efektivitas pada sirip yang diteliti luasnya berubah terhadap
posisi secara akurat, maka salah satu caranya adalah memperbanyak jumlah
node sehingga jarak antar volume kontrolnya (∆x) akan semakin kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
memperoleh nilai distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas
pada sirip secara akurat adalah memperkecil selang waktu (∆t), namun harus
variasi pengujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y.A. (1998). “Heat and Transfer a Practical Approach”. New York :
McGraw-Hill
Moitsheki, R.J., and Rowjee, A. (2011). : Steady Heat Transfer through a Two-
Dimensional Rectangular Straight Fin, Journal of Mathematical Problems
in Engineering, 2011, 1-13.
Nugroho, T.D. (2016). ” Efektivitas Dan Efisiensi Sirip Dengan Luas Penampang
Fungsi Posisi Berpenampang Belah Ketupat Kasus Satu Dimensi Pada
Keadaan Tak Tunak”, Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pujianto, A. (2008). "Efisiensi Sirip Silinder ( Kasus 1 Dimensi pada Keadaan Tak
Tunak dengan Nilai k=k(T) )", Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Purwadi P.K., (2008). ”Efektivitas Sirip Longitudinal Profil Segitiga Keadaan Tak
Tunak dengan Nilai k = k (T)”, Prosiding Seminar Nasional, Universitas
Petra Surabaya.
Wang, F., Zhang, J., Wang, S. (2012). : Investigation on Flow and Heat Transfer
Characteristics in Rectangular Channel With Drop Shaped Pin Fins,
Journal of Propulsion and Power Research, 1, 64-70.
110