PENDAHULUAN
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes, 2011).
Diare merupakan kondisi patologis yang dapat berwujud dengan gejala yang
ringan, namun dapat pula berkembang menjadi situasi yang mengancam
nyawa. Diare kronis dikatakan apabila durasi diare lebih dari 4 minggu. Diare
kronis sangat berbeda dengan diare akut, dalam hal etiologi, patofisiologi dan
pendekatan terapi dan hal ini sering merupakan masalah dalam
penanganannya. Diare kronis dapat terjadi pada berbagai kondisi dasar, tidak
hanya merupakan menifestasi kelainan usus (saluran cerna) (Wiryani &
Wibawa, 2017).
Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 angka kejadian diare masih
cukup tinggi yaitu sebesar 42,66%, dan sebagian besar diderita oleh balita
(Profil Ksehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Hasil laporan penemuan dan
penanganan diare di kabupaten sukoharjo selama 3 tahun terakhir yaitu pada
tahun 2014 tercatat 18.514 orang dan 9.494 balita dengan IR 28,1 per 1000
penduduk. Pada tahun 2015 terdapat kasus diare sebanyak 20.352 orang
dan8.709 balita dengan IR 26,4 per 1000 penduduk. Pada tahun 2016
sebanyak 18.914 untuk semua umur (Dinkes Sukoharjo, 2016).
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menganalisis tentang
penyakit diare dan konstipasi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui kasus pasien diare dan konstipasi beserta
pemberian obat yang tepat sesuai kondisi pasien
3. Agar mahasiswa mampu mengasah kemampuan pengetahuanya mengenai
obat diare dan konstipasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5
juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak,
wanita dan orang usia 65 tahun ke atas. Hal ini menyebabkan kunjungan ke
dokter sebanyak 2.5 juta kali/tahun dan menghabiskan dana sekitar 725 juta
dolar untuk obat-obatan pencahar (NIDDK, 2000).
REKTUM
Isi usus
REFLEKS
SARAF INTRINSIK
DEFEKASI HILANG
RELAKSASI lemah
SFINGTER INTERNA
kuat
KONSTRIKSI
LAMA
SFINGTER EXTERNA
RELAKSASI
SFINGTER EXTERNA Otot
puborektal
KONSTRIKSI ANUS
DEFEKASI
METODOLOGI
B. Judul Praktikum
- Untuk memberikan terapi obat yang sesuai pada penyakit diare dan
konstipasi
- Untuk memberikan cara minum obat yang benar, tepat dosis, tepat indikasi,
tepat pasien
- Untuk memberikan penjelasan (SWAMEDIKASI) pada pasien.
- Untuk memberikan penjelasan terapi obat yang baik dan yang cocok pada
pasien diare anak-anak serta konstipasi yang tepat pada pasien wanita hamil.
KASUS 1
SWAMEDIKASI DIARE
Seorang wanita (30 tahun) datang ke apotek untuk membeli obat untuk
anaknya (3 tahun) yang sedang diare setelah mengkonsumsi makanan pedas
(sebelumnya tidak pernah makan pedas). Wanita tersebut meminta dipilihkan
obat diare untuk anaknya.
Keluhan utama: buang air besar 3 kali semalam, dengan konsistensi encer
(tanpa buih, tanpa darah), tidak ada muntah maupun demam.
Pasien belum menggunakan obat apapun, hanya minum air putih, tidak ada
riwayat penyakit keluarga.
Instruksi mahasiswa:
1. Lakukan penggalian informasi terkait pasien
2. Pilihkan sediaan obat diare yang tepat sesuai dengan gejala yang diderita
pasien. (Ada 5 sediaan yang tersedia, anda diminta memilih dan
menyerahkan obat tersebut pada pasien).
KASUS 2
SWAMEDIKASI KONSTIPASI
KASUS :
Seorang perempuan (30 tahun) sedang hamil datang ke apotek untuk
melakukan swamedikasi. Perempuan tersebut meminta dipilihkan obat
konstipasi.
Pasien belum menggunakan obat apapun, hanya minum air putih, tidak ada
riwayat penyakit keluarga.
Instruksi mahasiswa:
2. Pilihkan sediaan obat diare yang tepat sesuai dengan informasi gejala yang
anda peroleh dari pasien. (Ada 4 sediaan yang tersedia, anda diminta
memilih dan menyerahkan obat tersebut kepada pasien)
Obat yang tersedia:
Compolax syrup
Bisacodyl tablet
Microlax®
Laxadine®
3. Lakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien tentang
sediaan tersebut, dengan sikap profesional yang baik
BAB IV
PEMBAHASAN
A1. Konstipasi
Pada praktikum farmakoterapi terdapat kasus Konstipasi yang terjadi pada ibu
hamil yang berumur 30 tahun. Kasus ini sebagai berikut :
KASUS :
Seorang perempuan (30 tahun) sedang hamil datang ke apotek untuk melakukan
Jawaban :
Karena penangan utama pada konstipasi yang aman untuk ibu hamil yang baik,
serta tepat dosis, tepat indikasi adalah microlax. Pemberian microlax bekerja
dengan menurunkan tegangan permukaan feses merangsang gerak peristaltik di
sistem pencernaan, membuat tekstur tinja menjadi lebih lunak serta dan
melancarkan proses BAB (Buang Air Besar). Microlax juga melumasi bagian
bawah rektum sehingga feses mudah dikeluarkan. Obat ini juga tidak
mempengaruhi kondisi otot-otot pada rahim. Sehingga tidak membahayakan
kandungan.
A2. Diare
Pada praktikum, dilakukan pengamatan terhadap kasus diare yang terjadi pada
anak berumur 3 tahun. Kasus ini sebagai berikut :
KASUS
Seorang wanita (30 tahun) datang ke apotek untuk membeli obat untuk anaknya (3
tahun) yang sedang diare setelah mengkonsumsi makanan pedas (sebelumnya
tidak pernah makan pedas).Wanita tersebut meminta dipilihkan obat diare untuk
anaknya. Riwayat penyakit (pasien) sekarang: diare sejak tadi malam Keluhan
utama: buang air besar 3 kali semalam, dengan konsistensi encer (tanpa buih,
tanpa darah), tidak ada muntah maupun demam. Pasien belum menggunakan obat
apapun, hanya minum air putih, tidak ada riwayat penyakit keluarga.
Maka penanganan yang tepat untuk kasus ini yaitu menggunakan obat yang paling
tepat diantara yang diresep tersebut yaitu kombinasi obat oralit dan zink.
Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
Manfaat Oralit
Diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat
diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap
dengan baik oleh usus penderita diare.
Tabel Formula Larutan Rehidrasi oral menurut WHO & UNICEF, Desember
2006
Zink
Penanganan kedua pada diare anak yang baik, serta tepat dosis, tepat indikasi
adalah zink tablet, syrup. Pemberian zink tablet merupakan salah satu zat gizi
mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Selama diare, tubuh
akan kehilangan zink. Untuk menggantikan zink yang hilang selama diare, anak
dapat diberikan zink yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar
anak tetap sehat penyembuhan diare.
A. Kesimpulan
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan
rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang
yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer”
(Goodman dan Gilman, 2003). Diare adalah meningkatnya frekuensi dan
berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB
normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi
lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga
kali dalam seminggu (Elin Yuliana, 2008).
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem
pencernaan dimana seseorang mengalami pengerasan feses atau tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi sendiri sebenarnya bukanlah
suatu penyakit, tetapi lebih tepat disebut gejala yang dapat menandai adanya suatu
penyakit atau masalah dalam tubuh (Dipiro et al., 2008).
Jadi hasil dari praktikum farmakoterapi pada kasus diare pada anak usia 3
tahun menggunakan terapi kombinasi obat oralit dan zink karena Pemberian oralit
merupakan cairan rehidrasi oral yang merupakan tindakan pertama dalam
pengobatan diare untuk mencegah dan mengatasi kehilangan cairan dan elekrolit
yang berlebihan . Pemberian zink tablet merupakan salah satu zat gizi mikro ynag
penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Selama diare, tubuh akan
kehilangan zink.
Untuk menggantikan zink yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zink yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat
penyembuhan diare. Zink juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga
dapat mencegah resiko terulang nya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh
dari diare. Sedangkan pada kasus konstipasi pada wanita hamil mnggunakan salah
satu obat yang diserepkan yaitu microlac karena Pemberian microlax bekerja
dengan menurunkan tegangan permukaan feses dan secara bersamaan menyerap
air ke dalam usus besar sihangga feses menjadi lunak. Microlax juga melumasi
bagian bawah rektum sehingga feses mudah dikeluarkan.
B. Saran
Pada pasien diare pada anak disarankan jangan makan makanan yang
berasa pedas berlebih, kemudian disarankan sebelum makan selalu mencuci
tangan dan jaga kebersihan. Pada pasien konstipasi ibu hamil disarankan untuk
mengomsusi sayur dan minum yang cukup serta makan- makanan yang
mengandung serat.
DAFTAR PUSTAKA
Alpha Fardah A., IG. M. Reza Gunadi Ranuh, Subijanto Marto Sudarmo. 2006.
Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya
Elin Y. S., dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI. 349-353
Mansjoer, Arif. Konstipasi. Kapita Selekta Kedokteran – Gastroenterologi Anak.
Media Aesculapius FKUI. Jakarta :2000
NIDDK (National Istitute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease). 2001,
Understanding Adult Obesity.
Wilkinson, Judith.M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 7), Jakarta :
EGC