FIPER 2018
SUB-TEMA :
Teknologi sebagai solusi meningkatkan potensi lokal dan daya saing global
Disusun Oleh:
MALANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menentukan perbandingan antara volume rongga udara dan baja dalam
perencanaan kendaraan dasar laut.
2. Menentukan formula besar power/daya yang diperlukan kendaraan dasar laut
untuk bergerak dalam arah horisontal.
3. Membuat rancangan kendaran dasar laut untuk kepentingan penelitian dan
eksplorasi sumber daya alam bawah laut di Indonesia, serta meningkatkan
gengsi Bangsa Indonesia sebagai pelopor kendaraan dasar laut yang canggih.
1.3 Manfaat
1. Bagi pemerintah
Mendukung terlaksananya penelitian-penelitian dan eksplorasasi sumber daya
alam dasar laut di lautan Indonesia yang sangat luas untuk mendapatkan
keuntungan ekonomis, dan mengungkap kehidupan di dasar laut Indonesia
yang masih penuh misteri, serta mewujudkan tercapainya tujuan SDGs.
2. Bagi peneliti lain
Sebagai penelitian awal untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dalam
perancangan kendaraan dasar laut.
2.2 Penentuan Perbandingan antara Volume Rongga Udara dan Baja dalam
Perencanaan Kendaraan
Kendaraan dasar laut haruslah dirancang dapat tenggelam dalam laut pada
kedalaman berapapun. Sebuah benda yang dimasukkan ke dalam air, tekanan
hidrostatisnya akan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman (Serway,
2014). Sehingga, untuk membuat sebuah kendaraan yang dapat tenggelam di dasar
laut, maka massa jenis kendaraan harus lebih besar daripada massa jenis air laut.
Karena pengaruh dari tekanan hidrostatis, kendaraan dirancang terbuat dari bahan
yang kuat dan memiliki massa jenis yang besar, serta rongga udara di dalam
kendaraan disesuaikan sedemikianhingga kendaraan dapat tenggelam pada
kedalaman berapapun (Budianto, 2008).
Kendaraan dasar laut didesain terbuat dari baja agar kuat menahan tekanan
hidrostatis. Kendaraan dasar laut memerlukan rongga udara, dimana udara
memiliki massa jenis yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis air
laut, sehingga penentuan perbandingan antara volume rongga udara dengan
volume baja agar kendaraan dapat tenggelam di dasar laut hingga kedalaman
berapapun penting untuk diteliti. Penelitian dilakukan melalui eksperimen dengan
uji coba laboratorium. Kendaraan dasar laut diwakili dengan benda uji pada
penelitian. Benda uji yang digunakan yaitu berupa bola baja berongga dengan
ukuran diameter dan ketebalan tertentu, serta dapat diatur massa jenisnya dengan
menambahkan bola-bola baja kecil ke dalamnya.
Gambar 1. (a) Gaya netto ke atas, (b) Gaya netto ke bawah (serway et al, 2014).
r t
Pada Gambar 2, r adalah jari-jari rongga udara dan t adalah tebal dinding
baja. volume rongga udara sama dengan (4/3)πr3 (Stewart 2001), volume benda
uji sama dengan (4/3)π(r+t)3, dan volume baja adalah selisih antara volume benda
uji dan volume rongga udara atau sama dengan luas permukaan bola dikalikan
dengan tebal dinding baja. Dengan demikian, dalam eksperimen ini dapat diatur
tebal dinding baja dan jari-jari rongga udara agar benda uji memiliki massa jenis
yang lebih besar dari massa jenis air laut, sehingga bisa tenggelam dan memiliki
volume rongga udara yang maksimal.
Pada kegiatan eksperimen, benda uji ditenggelamkan dalam fluida (air laut).
Massa jenis udara adalah 1,293 kg/m3, massa jenis baja atau besi adalah 7800
kg/m3, dan masa jenis air laut adalah 1003 kg/m3. Gaya netto terhadap udara yang
ditenggelamkan akan mengarah ke atas karena massa jenis udara lebih kecil
dibandingkan dengan massa jenis air laut, sedangkan gaya netto terhadap baja
akan mengarah ke bawah karena masa jenis baja lebih besar dibanding masa jenis
air laut. Perbandingan antara volume baja dan volume rongga udara agar
didapatkan benda uji yang memiliki masa jenis sama dengan masa jenis air laut
dapat diperoleh melalui rumus rata-rata terbobot (Kumar, 1982; Stewart. 2001).
( ρ baja + P (ρ udara) ) / (1+P) = ρ air laut
( 7800 + P (1,293) ) / (1+P) = 1003 (1)
P adalah volume udara apabila volume baja sama dengan satu. Penyelesaian
persamaan adalah P = 6,7848077, sehingga perbandingan antara volume baja dan
volume udara agar didapatkan benda uji yang memiliki massa jenis sama dengan
masa jenis air laut adalah 1 : 6,7848077. Agar benda uji dapat tenggelam ke
dalam air laut maka benda uji harus memiliki massa jenis lebih besar dari massa
jenis air laut, sehingga nilai P harus dibuat lebih kecil dari 6,7848077
(Rohmawati, 2016).
Besar gaya penggerak (F) dapat ditentukan dengan cara lain yaitu dengan
menggunakan persamaan Stokes. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke
dalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang
airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi
beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, kelereng akan bergerak dengan
kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Hal ini menunjukkan bahwa selain
gaya berat dan gaya apung zat cair, masih ada gaya lain yang bekerja pada
kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan fluida. Saat tercapai kecepatan terminal, besar gaya gesekan sama
dengan besar gaya penggerak. Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya
penggerak dirumuskan dalam Persamaan (3) (Sears dan Zemansky, 2002:19).
F = 6πηrv (3)
dimana η adalah viskositas ᴢat cair (mPa.s), r adalah jari-jari bola (m), dan v
adalah kecepatan relatif benda terhadap fluida atau kecepatan aliran air (m/s).
Besar sudut θ dapat ditentukan pula berdasarkan teorema Stokes. Karena
tan Ø = F/W , sehingga
3.3 Besar Gaya Penggerak dan Daya (Power) Kendaraan Dasar Laut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya gaya penggerak kendaraan
dipengaruhi oleh jari-jari atau luas penampang yang sejajar dengan arah gerak dan
kecepatan kendaraan dalam air. Besar gaya penggerak kendaraan dasar laut baik
dalam arah vertikal maupun horisontal adalah sama. Persamaan yang diperoleh
dari regresi log linier berganda yaitu F=18,836vr sehingga persamaan power/daya
kendaraan yaitu F=18,836v2r. Bila luas penampang kendaraan berjari-jari 5 m
(dianggap berbentuk lingkaran) dan dikehendaki mampu bergerak dengan
kecepatan 100 km/jam atau 27,778 m/s , maka dibutuhkan power/daya sebesar
72.670,916 hp atau daya listrik yang harus disiapkan pada kendaraan adalah
sebesar 54.188,52 kW (Budianto, 2008; Rohmawati, 2017).
4.1 Kesimpulan
Perbandingan antara volume rongga udara dan baja yang digunakan
dalam perancangan kendaraan dasar laut yaitu sebesar 6,581 : 1. Persamaan
power/daya kendaraan dasar laut yaitu F=18,836v2r. Jika luas penampang
kendaraan berjari-jari 5 m dan dikehendaki mampu bergerak dengan
kecepatan 100 km/jam atau 27,778 m/s, maka dibutuhkan power/daya sebesar
72.670,916 hp atau daya listrik yang harus disiapkan pada kendaraan adalah
sebesar 54.188,52 kW. Roda pada kendaraan dasar laut didesain dapat
berubah bentuk dan fungsi yaitu roda untuk bergerak di daratan, di bawah
laut, dan di dasar laut. Dari bentuk roda seperti roda pada kapal selam, ketika
kendaraan dasar laut menjangkau daerah permukaan dasar laut, maka roda
akan berganti bentuk seperti kaki kepiting. Kendaraan dasar laut dirancang
memiliki layar yang digunakan untuk mengamati keadaan di dasar laut.
Energi alternatif dapat diperoleh dengan memanfaatkan temperatur yang
sangat rendah di dasar laut atau dengan mengubah gaya gesekan menjadi
energi listrik menggunakan piezoelektrik. Kendaraan dasar laut dilengkapi
dengan sistem pencahayaan yang baik. Kendaraan didesain memiliki alat
eksplorasi sumber daya alam di laut.
4.2 Rekomendasi
Perlu dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut sebagai data awal
dalam perancangan kendaraan dasar laut, seperti penelitian mengenai
penentuan antara volume rongga udara dan baja, serta penentuan power
kendaraan dalam perancangan kendaraan dasar laut yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
SUB-TEMA :
Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Disusun Oleh:
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menganut Negara
hukum, maka dalam suatu negara hukum semua warga negara harus
diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).
Pemberlakuan yang sama di hadapan hukum tersebut mengenai hak dan
kewajiban bagi seluruh warga negara dan tidak memandang status sosial.
Salah satu perhatian pemerintah Indonesia tertuju pada penyandang
disabilitas. Dengan disahkannya Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (UU Penyandang
Disabilitas) pada tanggal 15 April 2016 oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo, maka penyandang disabilitas dapat dilindungi akan haknya.
Mengenai bidang pendidikan, pada pasal 10 UU nomor 8 tahun 2016
disebutkan bahwa “Hak pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi
hak mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan disemua
jenis jalur dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus, mendapatkan
akomodasi yang layak sebagai peserta didik”.
Berdasarkan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
(PDSPK) Kemendikbud (2018), Jumlah sekolah luar biasa di Indonesia
sebanyak 2.157 sekolah dengan rincian SDLB 239, SMPLB 116, SMLB 76,
dan SLB 1.726 baik negeri maupun swasta. Mengenai jumlah siswa
menurut jenis ketunaan mencapai 128.510 siswa dengan rincian tuna netra
3.816, tuna rungu 25.519, tuna grahita (keterbelakangan mental) 71.411,
tuna daksa 6.037, autisme 753, dan tuna ganda 20.974 baik dari SLB negeri
maupun swasta.
Umumnya Penyandang disabilitas akan mengalami kesulitan belajar
yang serius. Sehingga penyandang disabilitas membutuhkan pendidikan
khusus. Di tingkat sekolah menengah, mata pelajaran sains/IPA merupakan
mata pelajaran yang membutuhkan media pembelajaran yang bagus. Hal ini
diperkuat dengan pasal 42 ayat 1 UU nomor 8 tahun 2016 yang berbunyi,
“Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi pembentukan Unit Layanan
Disabilitas untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif tingkat
dasar dan menengah”. Rachmayana, D. (2016) mengemukakan bahwa
tunagrahita berarti suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan
umum yang berada di bawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif), yang mulai
timbul sebelum usia 18 tahun. Ia juga mengatakan bahwa orang-orang secara
mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan
yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta
adaptasi sosial.
Ilmu Kimia menjadi satu cabang dari ilmu sains/IPA yang penting
diajarkan kepada siswa bahkan bagi penyandang disabilitas sebab dalam
kehidupan sehari- hari semua tidak terlepas dari ilmu kimia tentang mana
yang aman dan mana yang berbahaya. Salah satu materi yang membutuhkan
media adalah materi sistem periodik unsur. Dengan pemahaman yang baik
mengenai sistem periodik unsur, penyandang disabilitas dapat menunjang
pemahaman materi kimia yang lain yang memiliki pengetahuan prasyarat
materi sistem periodik unsur
Solusi atau terapi yang pernah yang dilakukan, beberapa di antara jenis-
jenis terapi yang dilakukan adalah 1) Applied Behavioral Analysis (ABA),
sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan
memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini diukur
kemajuannya. (Anonim dalam autisme.co.id). 2) Terapi wicara, 3) Terapi
sosial, 4) Terapi bermain, seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam
hal ini dengan teknik-teknik atau media tertentu. Berdasarkan masalah yang
dipaparkan, penulis memiliki ide/solusi untuk mengembangkan media
inklusif bagi penyandang disabilitas mental dengan judul “MEKDISEPUR”
Media 3D Sistem Periodik Unsur (SPU) dengan Sistem Audio-Visual:
Inovasi Media Pembelajaran untuk Penyandang Disabilitas Mental. Media
ini diharapkan dapat memfasilitasi penyandang disabilitas mental dalam
pemulihan mereka dan membantu untuk mengatasi kesulitan belajar. Media
ini berisi tentang materi kimia, yaitu Sistem Periodik Unsur (SPU), dalam
bentuk tiga dimensi dengan desain visual yang menarik. Media ini juga
dilengkapi dengan audio yang membantu dalam menjelaskan masing-masing
unsur yang ada dalam Sistem Periodik Unsur tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas berikut berbagai rumusan
masalah yang akan diselesaikan terkait dengan implementasi
MEKDISEPUR.
1 . Bagaimana proses pembuatan MEKDISSEPUR?
2 . Apa hasil yang dicapai dari implementasi MEKDISEPUR?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi MEKDISEPUR sebagai
berikut.
1. Mendesain “MEKDISEPUR” sebagai media inklusif bagi penyandang
disabilitas mental untuk membantu proses pemulihannya dan dapat
mengenalkan materi kimia.
2. Menguji validitas “MEKDISEPUR” sebagai media inklusif bagi
penyandang disabilitas dalam mempercepat proses pemulihannya.
1.4 Luaran yang Diharapkan
Adapun target luaran yang dihasilkan dari implementasi
MEKDISEPUR sebagai berikut.
1. Prototipe MEKDISEPUR.
2. Hak Cipta MEKDISEPUR.
3. Artikel Ilmiah MEKDISEPUR.
4. Video dokumentasi implementasi MEKDISEPUR sebagai media
inklusif.
5. Buku panduan atau petunjuk operasional MEKDISEPUR.
1.5 Kegunaan Program
Adapun kegunaan yang didapat dari implementasi MEKDISEPUR
adalah sebagai berikut.
1) Bagi Sekolah Penyandang Disabilitas, dapat membantu proses
pemulihan disabilitas dengan cepat.
2) Bagi Mahasiswa, dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam
pengembangan IPTEK.
3) Bagi perkembangan IPTEK, sebagai acuan untuk pengembangan
media inklusi bagi penyandang disabilitas mental maupun juga dapat
digunakan sebagai media pembelajaran kimia tiga dimensi dengan
menggunakan audio untuk para peserta didik di sekolah formal
sehingga lebih menatik perhatian siswa dan menambah khazanah dalam
kepustakaan Indonesia bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini dijabarkan secara rinci tentang metode dalam pembuatan
MEKDISEPUR, yakni meliputi: 1) perencanaan alat yang digunakan, 2)
perencanaan bahan yang dibutuhkan, 3) perancangan desain MEKDISEPUR, 4)
pembuatan MEKDISEPUR, dan 5) pembuatan angket validasi. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembuatan alat, alur langkah yang ditempuh sebagai berikut.
Pada Bab ini dijabarkan secara rinci mengenai hasil yang dicapai dari
proses pembuatan MEKDISEPUR serta potensi khusus pada MEKDISEPUR.
4.1 Hasil yang Telah Dicapai
4.1.1 Perakitan MEKDISEPUR
Hasil pertama yang telah dicapai adalah body MEKDISEPUR yang
terbuat dari bahan akrilik dengan desain sebagai berikut.
5
4 Keterangan
3
1. Tombol on/off
2. Tempat pengisian
daya
3. Display Visual
1
4. Display tampilan
MEKDISEPUR
2 5. Sambungan USB
MEKDISEPUR
6 dengan display visual
6. Tombol
MEKDISEPUR
Gambar 6. Bagian-bagian Mekdisepur