Anda di halaman 1dari 30

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

FIPER 2018

PERANCANGAN KENDARAAN DASAR LAUT UNTUK EKSPLORASI


SUMBER DAYA ALAM DASAR LAUT DI INDONESIA: INOVASI DALAM
MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS)

SUB-TEMA :
Teknologi sebagai solusi meningkatkan potensi lokal dan daya saing global

Disusun Oleh:

Widya Rohmawati 150321603825 2015


Deni Ainur Rokhim 160331605641 2016
Rizal Fanany 160342606255 2016

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa maupun akademisi harus mampu berkontribusi dalam
mewujudkan program pembangunan berkelanjutan 2030 atau SDGs (Sustainable
Development Goals). SDGs merupakan sebuah program pembangunan
berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 target yang
terukur dengan tenggang waktu yang ditentukan. SDGs diterbitkan pada tanggal
21 Oktober 2015 menggantikan program sebelumnya yaitu MDGs (Millennium
Development Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030
yang disepakati oleh banyak negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-
Bangsa (Nandang, 2017; Pisano, 2015). Untuk mewujudkan tercapainya seluruh
tujuan dan target SDGs, maka perlu kolaborasi dengan melibatkan banyak pihak,
mulai dari perwakilan negara, masyarakat sipil, hingga kalangan mahasiswa dan
akademisi. Kontribusi yang dapat diberikan oleh mahasiswa dan akademisi yaitu
dengan cara mendukung secara penuh program SDGs, memanfaatkan
keterampilan, inovasi, serta keahlian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah-satu tujuan dari SDGs yang penting untuk diperhatikan dan perlu
mendapat perhatian lebih yaitu melestarikan dan menggunakan sumber daya laut
secara optimal untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
merupakan tujuan dari SDGs poin 14 yaitu life below water. Indonesia merupakan
negara dengan wilayah lautan yang lebih luas daripada wilayah daratan. Indonesia
diakui secara internasional sebagai negara maritim yang ditetapkan dalam
UNCLOS 1982. Orientasi bangsa perlu seimbang antara orientasi maritim dan
agraris untuk mewujudkan SDGs (Ali, 2016; Astor, 2014). Melestarikan dan
memanfaatkan kehidupan bawah laut secara optimal dapat diwujudkan dengan
mendorong terciptanya banyak inovasi untuk membangun infrastruktur yang
berkualitas, serta menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sumber daya alam di bawah laut diperkirakan jauh lebih besar
dibandingkan sumber daya alam di daratan. Wilayah laut Indonesia yaitu seluas
5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 km2 perairan Zona
Ekonomi Eksklusif (Lasabuda, 2013). Di Jepang, pada kedalaman laut yang
sangat dalam, para nelayan berhasil menangkap cumi-cumi yang memiliki berat
diatas 1 ton (Epoch Times FNN News, 2014). Padahal, cumi-cumi adalah jenis
ikan yang dimakan ikan lainnya. Sehingga, diperkirakan terdapat banyak ikan
yang berukuran sangat besar. Bangsa Indonesia memiliki laut dengan kedalaman
diatas 500 meter, terutama di pantai selatan atau Samudra Indonesia yang
kedalamannya mencapai 15.000 meter. Di dasar laut dengan kedalaman diatas
1000 meter, suasananya sangat gelap dan memiliki misteri kehidupan ikan yang
belum terungkap (Strasburg, 1968; Bandyopadhyay, 2002).
Untuk keperluan penelitian dan eksplorasi sumber daya alam di dalam
laut, terutama di dasar laut yang dalam, sangatlah perlu dirancang kendaraan dasar
laut yang berbeda dan lebih efektif dibandingkan kapal selam. Kelemahan utama
kapal selam adalah tidak dapat melampaui kedalaman tertentu di dasar laut dan
tidak memiliki alat untuk eksprolasi sumber daya alam di laut. Kapal selam akan
pecah dan hancur jika terlalu dalam menyelam karena pengaruh tekanan
hidrostatis. Sudah saatnya bagi Bangsa Indonesia sebagai negara maritim terbesar
di dunia untuk menjadi pelopor dalam perancangan kendaraan dasar laut yang
dapat bergerak pada kedalaman berapa pun dan dapat berjalan di dasar laut.
Dengan kondisi dasar laut yang sangat ekstrim, kendaraan dasar laut dirancang
tanpa awak, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kendaraan dasar laut dapat
dirancang dengan awak (Fernandesa, 2003; Ishikawa, 2005; Luo, 2011).
Kendaraan dasar laut didesain terbuat dari baja agar kuat menahan tekanan
hidrostatis. Kendaraan dasar laut memerlukan rongga udara, dimana udara
memiliki massa jenis yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis air
laut, sehingga penentuan perbandingan antara volume rongga udara dengan
volume baja agar kendaraan dapat tenggelam di dasar laut hingga kedalaman
berapapun penting untuk diteliti. Kemudian, perlu diteliti besarnya power/daya
yang harus dimiliki kendaraan agar dapat bergerak stabil dengan kecepatan
tertentu. Hal ini penting mengingat dinamika kendaraan berdasar dinamika fluida
yang menjadi lingkungan kendaraan. Pengukuran energi untuk kendaraan dasar
laut bersifat high cost (Carolis, 2014). Dengan demikian, diperlukan alternatif
pengukuran daya nya dengan skala laboratirum. Perbandingan rongga udara dan
baja, serta penentuan power kendaraan menjadi data awal dalam perancangan
kendaraan dasar laut.
Jika terdapat hukum yang mengatur mengenai hak kepemilikan suatu
wilayah di daratan, namun berbeda dengan lautan yang hanya terdapat
kepemilikan sebatas daerah territorial yaitu 12 mil dari pantai terluar, dan
selebihnya merupakan lautan lepas yang bisa dikuasai siapa saja yang mampu.
Karena hal tersebut, jika sebuah negara termasuk Indonesia dapat menguasai
lautan lepas, maka akan dapat melakukan eksplorasi terhadap laut tersebut
(Catham, 2015; Ramhan, 2009; Felsenstein, 2013). Dengan adanya kendaraan
dasar laut, Bangsa Indonesia dapat melakukan penelitian mengenai kehidupan
bawah laut yang dalam dan melakukan eksplorasi sumber daya alam bawah laut
secara optimal (Luo, 2011). Hal ini akan memberikan keuntungan ekonomis yang
besar, serta dapat mewujudkan tujuan SDGs.

1.2 Tujuan
1. Menentukan perbandingan antara volume rongga udara dan baja dalam
perencanaan kendaraan dasar laut.
2. Menentukan formula besar power/daya yang diperlukan kendaraan dasar laut
untuk bergerak dalam arah horisontal.
3. Membuat rancangan kendaran dasar laut untuk kepentingan penelitian dan
eksplorasi sumber daya alam bawah laut di Indonesia, serta meningkatkan
gengsi Bangsa Indonesia sebagai pelopor kendaraan dasar laut yang canggih.

1.3 Manfaat
1. Bagi pemerintah
Mendukung terlaksananya penelitian-penelitian dan eksplorasasi sumber daya
alam dasar laut di lautan Indonesia yang sangat luas untuk mendapatkan
keuntungan ekonomis, dan mengungkap kehidupan di dasar laut Indonesia
yang masih penuh misteri, serta mewujudkan tercapainya tujuan SDGs.
2. Bagi peneliti lain
Sebagai penelitian awal untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dalam
perancangan kendaraan dasar laut.

1.4 Metode Penelitian


Karya tulis ini merupakan gagasan tertulis mengenai perancangan
kendaraan dasar laut. Gagasan diawali dengan melakukan penelitian awal yang
dilakukan melalui eksperimen yaitu uji coba dalam laboratorium. Penelitian awal
yang dilakukan yaitu penentuan perbandingan antara volume rongga udara dalam
perencanaan kendaraan dasar laut, dan penentuan power kendaraan dalam
perancangan kendaraan dasar laut. Gagasan lain mengenai perancangan kendaraan
dasar laut dilakukan melalui telaah pustaka.
BAB 2
TELAAH PUSTAKA

2.1 Kelemahan Kapal Selam


Untuk keperluan penelitian dan eksplorasi sumber daya di lautan terutama
di dasar laut yang dalam, sangatlah perlu dirancang kendaraan dasar laut yang
berbeda dibandingkan dengan kapal selam. Kelemahan utama kapal selam adalah
tidak dapat melampaui kedalaman tertentu di dasar laut. Kapal selam dirancang
dapat terapung di permukaan laut sehingga memiliki rongga udara (tangki balast)
yang besar di dalam lambung kapal. Tanki balast berfungsi menyimpan udara dan
air. Ketika kapal selam siap untuk menyelam, katup-katup besar yang dikenal
sebagai “kingstons”, yang terletak di dasar tangki balast, dibuka untuk
membiarkannya masuk ke dalam laut. Udara di dalam tangki keluar melalui
katup-katup pada bagian atas, yang dikenal sebagai “lubang-lubang angin”. Kapal
selam itu masuk ke dalam air laut. Ketika kapal selam siap untuk muncul ke
permukaan laut, lubang-lubang angin ditutup dan tekanan udara didorong masuk
ke dalam tangki balast. Hal ini meniup air kembali melalui kingstons, dan kapal
selam itu pun naik ke permukaan laut. Oleh karena itu, semakin dalam kapal
selam dapat masuk ke dalam laut, hal ini akan memberikan tekanan udara yang
lebih besar pada dinding tangki balast. Karena dinding tangki balast memiliki
batas kekuatan dalam menahan tekanan udara, maka kapal selam memiliki batas
dalam mencapai kedalaman tertentu di dalam laut (Moonesun, 2015; Urlaup,
2015).

2.2 Penentuan Perbandingan antara Volume Rongga Udara dan Baja dalam
Perencanaan Kendaraan
Kendaraan dasar laut haruslah dirancang dapat tenggelam dalam laut pada
kedalaman berapapun. Sebuah benda yang dimasukkan ke dalam air, tekanan
hidrostatisnya akan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman (Serway,
2014). Sehingga, untuk membuat sebuah kendaraan yang dapat tenggelam di dasar
laut, maka massa jenis kendaraan harus lebih besar daripada massa jenis air laut.
Karena pengaruh dari tekanan hidrostatis, kendaraan dirancang terbuat dari bahan
yang kuat dan memiliki massa jenis yang besar, serta rongga udara di dalam
kendaraan disesuaikan sedemikianhingga kendaraan dapat tenggelam pada
kedalaman berapapun (Budianto, 2008).
Kendaraan dasar laut didesain terbuat dari baja agar kuat menahan tekanan
hidrostatis. Kendaraan dasar laut memerlukan rongga udara, dimana udara
memiliki massa jenis yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis air
laut, sehingga penentuan perbandingan antara volume rongga udara dengan
volume baja agar kendaraan dapat tenggelam di dasar laut hingga kedalaman
berapapun penting untuk diteliti. Penelitian dilakukan melalui eksperimen dengan
uji coba laboratorium. Kendaraan dasar laut diwakili dengan benda uji pada
penelitian. Benda uji yang digunakan yaitu berupa bola baja berongga dengan
ukuran diameter dan ketebalan tertentu, serta dapat diatur massa jenisnya dengan
menambahkan bola-bola baja kecil ke dalamnya.

Gambar 1. (a) Gaya netto ke atas, (b) Gaya netto ke bawah (serway et al, 2014).

r t

Gambar 2. Penampang potongan benda uji berbentuk lingkaran dengan jari-jari


rongga udara = r , tebal dinding baja = t

Pada Gambar 2, r adalah jari-jari rongga udara dan t adalah tebal dinding
baja. volume rongga udara sama dengan (4/3)πr3 (Stewart 2001), volume benda
uji sama dengan (4/3)π(r+t)3, dan volume baja adalah selisih antara volume benda
uji dan volume rongga udara atau sama dengan luas permukaan bola dikalikan
dengan tebal dinding baja. Dengan demikian, dalam eksperimen ini dapat diatur
tebal dinding baja dan jari-jari rongga udara agar benda uji memiliki massa jenis
yang lebih besar dari massa jenis air laut, sehingga bisa tenggelam dan memiliki
volume rongga udara yang maksimal.
Pada kegiatan eksperimen, benda uji ditenggelamkan dalam fluida (air laut).
Massa jenis udara adalah 1,293 kg/m3, massa jenis baja atau besi adalah 7800
kg/m3, dan masa jenis air laut adalah 1003 kg/m3. Gaya netto terhadap udara yang
ditenggelamkan akan mengarah ke atas karena massa jenis udara lebih kecil
dibandingkan dengan massa jenis air laut, sedangkan gaya netto terhadap baja
akan mengarah ke bawah karena masa jenis baja lebih besar dibanding masa jenis
air laut. Perbandingan antara volume baja dan volume rongga udara agar
didapatkan benda uji yang memiliki masa jenis sama dengan masa jenis air laut
dapat diperoleh melalui rumus rata-rata terbobot (Kumar, 1982; Stewart. 2001).
( ρ baja + P (ρ udara) ) / (1+P) = ρ air laut
( 7800 + P (1,293) ) / (1+P) = 1003 (1)

P adalah volume udara apabila volume baja sama dengan satu. Penyelesaian
persamaan adalah P = 6,7848077, sehingga perbandingan antara volume baja dan
volume udara agar didapatkan benda uji yang memiliki massa jenis sama dengan
masa jenis air laut adalah 1 : 6,7848077. Agar benda uji dapat tenggelam ke
dalam air laut maka benda uji harus memiliki massa jenis lebih besar dari massa
jenis air laut, sehingga nilai P harus dibuat lebih kecil dari 6,7848077
(Rohmawati, 2016).

2. 3 Penentuan Power Kendaraan Dasar Laut


Dalam perancangan kendaraan dasar laut, perlu diteliti besarnya
power/daya yang harus dimiliki kendaraan agar dapat bergerak stabil sesuai
kecepatan tertentu yang diharapkan. Hal ini penting mengingat dinamika
kendaraan berdasar dinamika fluida yang menjadi lingkungan kendaraan.
Pengukuran energi untuk kendaraan dasar laut bersifat high cost (Carolis, 2014).
Dengan demikian, diperlukan alternatif pengukuran daya nya dengan skala
laboratirum. Kendaraan dasar laut pada penelitian ini diwakili oleh benda uji
berbentuk bola baja berongga dengan berat tertentu di dalam air. Sebagai bagian
usaha dalam melakukan perancangan kendaraan dasar laut, telah dihasilkan
perbandingan antara volume baja dan volume ruang udara kendaraan dasar laut
yang harus ditetapkan (digunakan untuk pembuatan benda uji) agar tenggelam
hingga ke kedalaman berapapun jika dimasukkan ke dalam air yaitu sebesar
1 : 6,581 (Rohmawati, 2016).
Apabila suatu benda dijatuhkan ke dalam air, maka terdapat gaya hambat
yang diakibatkan oleh gaya gesek antara permukaan benda dengan zat cair. Mula-
mula, benda mengalami percepatan, kemudian melambat hingga mencapai
kecepatan konstan (Hantoro, 2014). Semakin berat benda uji, maka kecepatan
terminal benda akan semakin besar. Selanjutnya, perlu dibuktikan apakah
hubungan antara gaya berat dan kecepatan terminal tersebut juga berlaku untuk
gerak benda uji ke arah horisontal. Gaya ke arah horisontal ini disebut gaya
penggerak kendaraan. Penentuan formula besar gaya penggerak tersebut penting
untuk menentukan formula persamaan power/daya kendaraan yang diperlukan
agar kendaraan dasar laut agar dapat bergerak dengan kecepatan tertentu yang
diharapkan (Putra, 2016).
Gambar 3. Gaya-gaya yang bekerja pada benda uji yang dimasukkan ke dalam ᴢat
cair yang mengalir (Serway, 2014).
Gaya apung pada benda uji yang bergerak dalam cairan sama dengan gaya
hambat pada benda uji yang bergerak dalam cairan pada arah horisontal.
Sedangkan, gaya berat benda pada benda uji yang tenggelam sama dengan gaya
penggerak benda yang bergerak dalam cairan pada arah horisontal. Agar sebuah
benda dapat bergerak di dalam cairan pada arah horisontal, maka benda tersebut
membutuhkan gaya penggerak tertentu. Semakin cepat benda bergerak dalam
cairan, semakin besar gaya hambat yang ditimbulkan maka akan semakin besar
gaya penggerak yang dibutuhkan. Kendaraan dasar laur harus memiliki
power/daya kendaraan agar dapat bergerak di dalam air. Power/daya kendaraan
sama dengan besarnya gaya penggerak F dikalikan dengan kecepatan kendaraan
yang dikehendaki atau direncanakan (Putra, 2016).
Untuk menentukan gaya penggerak yang bekerja pada benda uji, bukan
benda uji yang digerakkan dalam air, tetapi air nya yang dialirkan pada benda uji
yang diam. Gaya-gaya yang bekerja pada benda uji yang dimasukkan dalam air
yang mengalir dengan kecepatan konstan diuraikan pada Gambar 3. Benda uji
diikat dengan seutas tali kemudian dimasukkan ke dalam air. W adalah berat
benda uji di dalam air (W = berat benda uji di udara - ρair g Vbenda uji), F adalah
gaya penggerak benda, dan θ adalah sudut simpangan yaitu sudut antara benda uji
dengan garis vertikal. Pada keadaan air yang diam, benda uji akan berada pada
posisi nomor 1 (Gambar 3). Setelah air dialirkan dengan kecepatan tertentu, maka
benda uji akan berpindah dan akan mencapai keseimbangan pada posisi 2
(Gambar 3). Kemudian, dilakukan pengukuran terhadap sudut θ. Pada posisi 2,
berlaku hukum kesetimbangan pada persamaan (1) (Serway, 2014).

F Cos θ = W Sin θ atau F = W tan θ (2)

Besar gaya penggerak (F) dapat ditentukan dengan cara lain yaitu dengan
menggunakan persamaan Stokes. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke
dalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang
airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi
beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, kelereng akan bergerak dengan
kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Hal ini menunjukkan bahwa selain
gaya berat dan gaya apung zat cair, masih ada gaya lain yang bekerja pada
kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan fluida. Saat tercapai kecepatan terminal, besar gaya gesekan sama
dengan besar gaya penggerak. Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya
penggerak dirumuskan dalam Persamaan (3) (Sears dan Zemansky, 2002:19).

F = 6πηrv (3)

dimana η adalah viskositas ᴢat cair (mPa.s), r adalah jari-jari bola (m), dan v
adalah kecepatan relatif benda terhadap fluida atau kecepatan aliran air (m/s).
Besar sudut θ dapat ditentukan pula berdasarkan teorema Stokes. Karena
tan Ø = F/W , sehingga

θ = arc[tan (F/W)] (4)


dengan F merupakan besar gaya penggerak berdasarkan teorema Stokes.
2.4 Teknologi yang Dibutuhkan dalam Kendaraan Dasar Laut
Semakin ke dasar laut yang lebih dalam, maka intensitas keberadaan
cahaya akan semakin berkurang. Pada kedalaman 200 meter di bawah laut,
intensitas cahaya mulai menurun. Bahkan, pada kedalaman 1000 meter dibawah
permukaan air laut, sudah tidak ditemukan sinar apapun atau gelap gulita.
Sehingga, kendaraan dasar laut harus dilengkapi dengan sistem pencahayaan yang
sangat baik. Tenaga nuklir atau uranium, selain sebagai bahan bakar utama, juga
difungsikan untuk menghasilkan listrik, atau dapat memanfaatkan energi alternatif
dari temperatur rendah dan gaya gesek yang tinggi (Luo, 2011).
Kendaraan dasar laut dirancang harus memiliki sistem radar untuk
menghindari adanya tabrakan atau benturan terhadap sesuatu di bawah laut.
Sistem radar juga difungsikan sebagai penunjuk jalan, dimana jalan yang dilewati
nantinya merupakan permukaan dasar laut yang tidak rata (Ishikawa, 2005).
Kendaraan dasar laut juga dilengkapi dengan sebuah alat. Alat ini difungsikan
sebagai tangan kendaraan, yang berfungsi untuk mengambil sumber daya alam
yang ada di dalam laut. Alat untuk mengambil sumber daya alam ini haruslah
besar, karena material sumber daya alam di bawah laut diperkirakan berukuran
besar dan banyak. Ditambah lagi, diperkirakan hewan-hewan yang berada
semakin dalam dari permukaan laut, akan memiliki ukuran yang semakin besar.
Kendaraan juga dirancang semaksimal mungkin tidak merusak habitat dan
ekosistem laut.
Tenaga atau bahan bakar yang digunakan yaitu uranium yang biasa disebut
dengan tenaga nuklir. Kendaraan menggunakan reaktor air bertekanan sebagai
sumber utama memutar turbin utama yang menggerakkan baling-baling serta
motor elektrik pengisi baterai yang menghasilkan listrik untuk berbagai keperluan.
Keunggulan menggunakan bahan bakar nuklir yaitu masa operasionalnya lebih
tahan lama serta lebih bertenaga meskipun ukuran kendaraan dasar laut sangat
besar dan dalam keadaan tenggelam di dasar laut. Uranium sebagai bahan bakar
dapat diganti setelah 3 tahun pemakaian. Kendaraan dasar laut dirancang memiliki
roda seperti roda tank yang terbuat dari baja. Hal ini dikarenakan kendaraan yang
direncanakan harus dapat berjalan melintasi permukaan dasar laut. Selain itu,
kendaraan dapat memanfaatkan energi alternatif dari temperatur rendah dan gaya
gesek yang tinggi (Felsenstein, 2013; Fernandesa, 2003; Luo, 2011).
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Bentuk Kendaraan Dasar Laut


Kendaraan dasar laut didesain berbentuk bola. Bentuk bola memudahkan
kendaraan dalam gerak aerodinamis ke segala arah karena luas penampang dari
segala sisi adalah sama. Bentuk bola pada perancangan kendaraan dasar laut juga
mempermudah penyesuaian rancangan dari hasil penelitian awal yang
menggunakan benda uji berupa bola baja berongga (Lin, 2009; Rohmawati, 2016).

3.2 Perbandingan antara Rongga Udara dan Baja dalam Perencanaan


Kendaraan Dasar Laut
Benda yang tenggelam akan terus tenggelam, awalnya ada percepatan
sampai pada kecepatan konstan yang disebut kecepatan terminal dan selanjutnya
tenggelam dengan kecepatan terminal sampai ke kedalaman berapapun. Massa
benda yang tenggelam adalah sama di kedalaman berapapun. Saat diaplikasikan
untuk perancangan kendaraan dasar laut, perbandingan antara volume rongga
udara dan baja diperhitungkan pada kondisi kendaraan melayang. Perbandingan
antara volume rongga udara dan volume baja adalah 6,581 : 1 (Rohmawati, 2016).

3.3 Besar Gaya Penggerak dan Daya (Power) Kendaraan Dasar Laut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya gaya penggerak kendaraan
dipengaruhi oleh jari-jari atau luas penampang yang sejajar dengan arah gerak dan
kecepatan kendaraan dalam air. Besar gaya penggerak kendaraan dasar laut baik
dalam arah vertikal maupun horisontal adalah sama. Persamaan yang diperoleh
dari regresi log linier berganda yaitu F=18,836vr sehingga persamaan power/daya
kendaraan yaitu F=18,836v2r. Bila luas penampang kendaraan berjari-jari 5 m
(dianggap berbentuk lingkaran) dan dikehendaki mampu bergerak dengan
kecepatan 100 km/jam atau 27,778 m/s , maka dibutuhkan power/daya sebesar
72.670,916 hp atau daya listrik yang harus disiapkan pada kendaraan adalah
sebesar 54.188,52 kW (Budianto, 2008; Rohmawati, 2017).

3.4 Sistem Roda pada Kendaraan Dasar Laut


Jika terdapat salah satu jenis kapal laut dimana sistem roda yang dimiliki
dapat menyesuaikan ketika kapal bergerak di daratan, kemudian bergerak di
lautan. Sistem roda dirancang dapat berubah dari roda bergerak di darat menjadi
sistem roda seperti sirip atau kincir air (Moonesun, 2015; Urlaup, 2015). Dalam
perancangan kendaraan dasar laut ini, sistem roda yang digunakan berbeda dengan
roda pada kapal laut atau kapal selam. Roda pada kendaraan dasar laut didesain
dapat berubah bentuk dan fungsi yaitu roda untuk bergerak di daratan, di bawah
laut, dan di dasar laut. Keanekaragaman hayati dan terumbu karang yang terdapat
di dasar laut membuat desain roda kendaraan dasar laut harus dirancang agar tidak
merusak ekosistem dasar laut. Dari bentuk roda seperti roda pada kapal selam,
ketika kendaraan dasar laut menjangkau daerah permukaan dasar laut, maka roda
akan berganti bentuk seperti kaki kepiting. Kendaraan didesain memiliki 4 roda
yang menyebar merata di badan bawah kendaraan seperti pada Gambar 5.

3.5 Layar Kendaraan Dasar Laut untuk Pengamatan


Kendaraan dasar laut dirancang memiliki layar yang digunakan untuk
mengamati keadaan di dasar laut. Karena kendaraan dasar laut didesain tanpa
awak, maka layar berfungsi untuk melihat keadaan gerak kendaraan yang dipantau
oleh orang yang mengendalikan kendaraan dasar laut dari daratan. Karena tekanan
hidrostatis di dasar laut sangatlah besar, maka layar tidak didesain terbuat dari
kaca seperti layar kendaraan darat pada umumnya, tetapi dirancang menggunakan
bahan yang kuat namun transparan (Fernandesa, 2003). Kendaraan didesain
memiliki 4 layar yaitu di depan, belakang, samping kanan, dan samping kiri.

3.6 Energi yang Digunakan oleh Kendaraan Dasar Laut


Keadaan air di bawah laut bertemperatur rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin ke dasar laut, temperatur air akan semakin dingin. Temperatur
yang sangat rendah di dasar laut dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif
untuk menggerakkan kendaraan dasar laut. Selain itu, karena tekanan hidrostatis
di dasar laut adalah sangat besar, sehingga gaya gesek kendaraan saat bergerak
juga besar. Hal ini juga dimanfaatkan sebagai energi alternatif yaitu mengubah
gaya gesek menjadi energi listrik dengan menggunakan piezoelektrik (Felsenstein,
2013; Fernandesa, 2003).

3.7 Sistem Pencahayaan Kendaraan Dasar Laut


Semakin ke dasar laut yang lebih dalam, maka intensitas keberadaan
cahaya akan semakin berkurang. Pada kedalaman 200 meter di bawah laut,
intensitas cahaya mulai menurun. Bahkan, pada kedalaman 1000 meter di bawah
permukaan air laut, sudah tidak ditemukan sinar apapun atau gelap gulita (Bodkin
et all, 2004). Sehingga, kendaraan dasar laut harus dilengkapi dengan sistem
pencahayaan yang sangat baik. Tenaga nuklir atau uranium, selain sebagai bahan
bakar utama, juga difungsikan untuk menghasilkan listrik, sehingga dapat
digunakan untuk menghasilkan lampu (sistem pencahayaan kendaraan dasar laut).

3.8 Alat Eksplorasi Sumber Daya Alam


Selain digunakan untuk penelitian dasar laut, kendaraan dasar laut
digunakan sebagai alat untuk melakukan eksplorasi secara optimal terhadap
sumber daya alam yang ada di dasar laut (Ishikawa, 2005). Oleh karena itu,
kendaraan didesain memiliki alat untuk eksplorasi. Alat eksplorasi yang
digunakan terinspirasi dari bubu ikan yang terbuat dari bambu namun dengan
bahan yang kuat dan lentur. Prinsip kerja bubu ikan yaitu ikan atau hewan laut
lain dapat masuk dengan mudah ke dalam bubu, tetapi sulit untuk keluar kembali.

Gambar 5. Rancangan Kendaraan Dasar Laut


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perbandingan antara volume rongga udara dan baja yang digunakan
dalam perancangan kendaraan dasar laut yaitu sebesar 6,581 : 1. Persamaan
power/daya kendaraan dasar laut yaitu F=18,836v2r. Jika luas penampang
kendaraan berjari-jari 5 m dan dikehendaki mampu bergerak dengan
kecepatan 100 km/jam atau 27,778 m/s, maka dibutuhkan power/daya sebesar
72.670,916 hp atau daya listrik yang harus disiapkan pada kendaraan adalah
sebesar 54.188,52 kW. Roda pada kendaraan dasar laut didesain dapat
berubah bentuk dan fungsi yaitu roda untuk bergerak di daratan, di bawah
laut, dan di dasar laut. Dari bentuk roda seperti roda pada kapal selam, ketika
kendaraan dasar laut menjangkau daerah permukaan dasar laut, maka roda
akan berganti bentuk seperti kaki kepiting. Kendaraan dasar laut dirancang
memiliki layar yang digunakan untuk mengamati keadaan di dasar laut.
Energi alternatif dapat diperoleh dengan memanfaatkan temperatur yang
sangat rendah di dasar laut atau dengan mengubah gaya gesekan menjadi
energi listrik menggunakan piezoelektrik. Kendaraan dasar laut dilengkapi
dengan sistem pencahayaan yang baik. Kendaraan didesain memiliki alat
eksplorasi sumber daya alam di laut.

4.2 Rekomendasi
Perlu dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut sebagai data awal
dalam perancangan kendaraan dasar laut, seperti penelitian mengenai
penentuan antara volume rongga udara dan baja, serta penentuan power
kendaraan dalam perancangan kendaraan dasar laut yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Astor, Yackob, et al. 2014. Problem Identification of Marine Cadastre in


Indonesian Archipelagic Perspective. Indonesian Journal of Geospatial.
page 38-53.
Ali, S. dan A. Vazza. 2014. Sabighot. Janna.co.id/sabighot/. Diakses tanggal 25
Februari 2016.
Bandyopadhyay, P. R. 2002. Maneuvering Hydrodynamics of Fish and Small
Underwater Vehicles1. ICES Journal of Marine Science. vol 42, no. 1, pp.
102-117.
Bodkin, J. L., George G. E., and Daniel H. M.. 2004. Foraging Depths of sea
Otters and Implications to Coastal Marine Communities. Journal Marine
Mammal Science. Vol 20 (2): 305 – 321.
Budianto, A. 2008. Metode Penentuan Kekentalan Zat Cair dengan Menguunakan
Regresi Linear Hukum Stokes. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir,
Yogyakarta. 25-26 Agustus, Yogyakarta.
Catham, H. 2015. Maritime Security in The Asia-Pacific. London: The Royal
Institute of International Affairs.
Carolis, V.D., David M. L., and Keith E. B. 2014. Low-cost Energy Measurement
and Estimation for Autonomous Underwater Vehicles. Proceeding on
OCEANS 2014 TAIPEI. 7-10 April 2014, Taipei.
Epoch Times FNN News. 2014. Cumi Raksasa Tertangkap di Jepang Pada Januari
2014.https://indocropcircles.wordpress.com/2014/01/15/cumi-raksasa-
tertangkap-di-jepang/. Diakses tanggal 20 Februari 2016.
Felsenstein, C. and Benedict K. 2013. Maritime Safety and Security Challenges –
3D Simulation Based Training. International Journal on Marine Navigation
and Safetyof Sea Transportation. page. 327-336.
Fernandesa, P. G., Stevensonb, P., Brierleyc, A. S., Armstronga, F., and
Simmondsa, E. J. 2003. Autonomous underwater vehicles: future platforms
for fisheries acoustics. ICES Journal of Marine Science. vol. 60, no. 3, pp.
684-691.
Hantoro, B. 2014. Menyelidiki Hubungan Kecepatan Terminal dan Viskositas Zat
Cair dengan Video Analisis Tracker. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII
HFI Jatenf & DIY.
Ishikawa, K., Kumagai, M., and Walker, R. F. 2005. Application of autonomous
underwater vehicle and image analysis for detecting the three-dimensional
distribution of freshwater red tide Uroglena americana (Chrysophyceae).
ICES Journal of Marine Science. vol. 27, no. 1, pp. 129-134.
Kumar, S. 1982. Practical Statistics. New Dhelhi : Sulthan Chan & Sons.
Lasabuda, R. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif
Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax I (2).
Lin, X., Guo S., Hao Y.. 2009. A simplified Dynamics Modeling of a spherical
Underwater Vehicle. IEEE International Conference on Robotics and
Biomimetics.
Luo, J., Tang, Z., etc. Anti-disturbance Control For an Underwater Vehicle In
Shallow Wavy Water. Proceeding Engineering. 15 (2011) 915 – 921.
Moonesun, M., Yuri M. K., Sajjad A., and Alexander U.. 2015. Evaluation of
Naval Submarine Seakeeping Criteria. Journal of Scientific and Engineering
Research. Vol (24): 45 – 54.
Nandang, P. I., Abdul H., Sholeh H. P., and Amin S. N.. 2017. The Effect of
Strategic Environment Change toward Indonesia Maritime Security : Threat
and Opportunity. International Journal of Applied Engineering Research.
Volume 12, Number 16, pp. 6037-6044.
Pisano, U., Lisa L., Gerald B., and Markus H.. 2015. The Sustainable
Development Goals (SDGs) and their impact. Europan Sustainable
Development Network.
Putra, I. 2016. Unjuk Kerja Mobil Bertransmisi Manual Menggunakan Bahan
Bakar Liquified Gas for Vehicle (LGF). Jurnal METTEK. Vol 2 No 2
(2016) pp 75-82.
Rahman, C.. 2009. Concepts of Maritime Security. New Zealand: Victoria
University of Wellington.
Rohmawati, W., Intan N., Inas A. M.. 2016. Penentuan Perbandingan antara
Volume Rongga Udara dan Baja dalam Perencanaan Kendaraan Dasar
Laut. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pembelajarannya 2016. 6
Agustus 2016.
Sears dan Zemansky. 2002. Fisika Universitas Edisi kesepuluh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Serway, R. A. Jewett J.W. 2014. Fisika untuk Sains dan Teknik. Buku 1, Edisi 6.
Jakarta: Salemba Teknika.
Stewart, J. 2001. Kalkulus. jilid 1, edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Strasburg, D. W., Jones, E. C., and Iversen R. T. B. 1968. Use of a Small
Submarine for Biological and Oceanographic Research. ICES Journal of
Marine Science. vol. 31, no.3, pp. 410-426.
Urlaup, M., Peter J. T., Antonis Z., and Douglas M.. 2015. What cause large
submarine landslides on low gradient continental with slow sediment
accumulation. Journal of Geophysical Research. Vol (10): 6772 - 6739.
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
FIPER 2018

“MEKDISEPUR” MEDIA 3D SISTEM PERIODIK UNSUR DENGAN


SISTEM AUDIO-VISUAL: INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN BAGI
PENYANDANG DISABILITAS MENTAL

SUB-TEMA :
Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Disusun Oleh:

Deni Ainur Rokhim 160331605641 2016


Widya Rohmawati 150321603825 2015
Rizal Fanany 160342606255 2016

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MALANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menganut Negara
hukum, maka dalam suatu negara hukum semua warga negara harus
diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).
Pemberlakuan yang sama di hadapan hukum tersebut mengenai hak dan
kewajiban bagi seluruh warga negara dan tidak memandang status sosial.
Salah satu perhatian pemerintah Indonesia tertuju pada penyandang
disabilitas. Dengan disahkannya Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (UU Penyandang
Disabilitas) pada tanggal 15 April 2016 oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo, maka penyandang disabilitas dapat dilindungi akan haknya.
Mengenai bidang pendidikan, pada pasal 10 UU nomor 8 tahun 2016
disebutkan bahwa “Hak pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi
hak mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan disemua
jenis jalur dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus, mendapatkan
akomodasi yang layak sebagai peserta didik”.
Berdasarkan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
(PDSPK) Kemendikbud (2018), Jumlah sekolah luar biasa di Indonesia
sebanyak 2.157 sekolah dengan rincian SDLB 239, SMPLB 116, SMLB 76,
dan SLB 1.726 baik negeri maupun swasta. Mengenai jumlah siswa
menurut jenis ketunaan mencapai 128.510 siswa dengan rincian tuna netra
3.816, tuna rungu 25.519, tuna grahita (keterbelakangan mental) 71.411,
tuna daksa 6.037, autisme 753, dan tuna ganda 20.974 baik dari SLB negeri
maupun swasta.
Umumnya Penyandang disabilitas akan mengalami kesulitan belajar
yang serius. Sehingga penyandang disabilitas membutuhkan pendidikan
khusus. Di tingkat sekolah menengah, mata pelajaran sains/IPA merupakan
mata pelajaran yang membutuhkan media pembelajaran yang bagus. Hal ini
diperkuat dengan pasal 42 ayat 1 UU nomor 8 tahun 2016 yang berbunyi,
“Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi pembentukan Unit Layanan
Disabilitas untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif tingkat
dasar dan menengah”. Rachmayana, D. (2016) mengemukakan bahwa
tunagrahita berarti suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan
umum yang berada di bawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif), yang mulai
timbul sebelum usia 18 tahun. Ia juga mengatakan bahwa orang-orang secara
mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan
yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta
adaptasi sosial.
Ilmu Kimia menjadi satu cabang dari ilmu sains/IPA yang penting
diajarkan kepada siswa bahkan bagi penyandang disabilitas sebab dalam
kehidupan sehari- hari semua tidak terlepas dari ilmu kimia tentang mana
yang aman dan mana yang berbahaya. Salah satu materi yang membutuhkan
media adalah materi sistem periodik unsur. Dengan pemahaman yang baik
mengenai sistem periodik unsur, penyandang disabilitas dapat menunjang
pemahaman materi kimia yang lain yang memiliki pengetahuan prasyarat
materi sistem periodik unsur
Solusi atau terapi yang pernah yang dilakukan, beberapa di antara jenis-
jenis terapi yang dilakukan adalah 1) Applied Behavioral Analysis (ABA),
sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan
memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini diukur
kemajuannya. (Anonim dalam autisme.co.id). 2) Terapi wicara, 3) Terapi
sosial, 4) Terapi bermain, seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam
hal ini dengan teknik-teknik atau media tertentu. Berdasarkan masalah yang
dipaparkan, penulis memiliki ide/solusi untuk mengembangkan media
inklusif bagi penyandang disabilitas mental dengan judul “MEKDISEPUR”
Media 3D Sistem Periodik Unsur (SPU) dengan Sistem Audio-Visual:
Inovasi Media Pembelajaran untuk Penyandang Disabilitas Mental. Media
ini diharapkan dapat memfasilitasi penyandang disabilitas mental dalam
pemulihan mereka dan membantu untuk mengatasi kesulitan belajar. Media
ini berisi tentang materi kimia, yaitu Sistem Periodik Unsur (SPU), dalam
bentuk tiga dimensi dengan desain visual yang menarik. Media ini juga
dilengkapi dengan audio yang membantu dalam menjelaskan masing-masing
unsur yang ada dalam Sistem Periodik Unsur tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas berikut berbagai rumusan
masalah yang akan diselesaikan terkait dengan implementasi
MEKDISEPUR.
1 . Bagaimana proses pembuatan MEKDISSEPUR?
2 . Apa hasil yang dicapai dari implementasi MEKDISEPUR?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi MEKDISEPUR sebagai
berikut.
1. Mendesain “MEKDISEPUR” sebagai media inklusif bagi penyandang
disabilitas mental untuk membantu proses pemulihannya dan dapat
mengenalkan materi kimia.
2. Menguji validitas “MEKDISEPUR” sebagai media inklusif bagi
penyandang disabilitas dalam mempercepat proses pemulihannya.
1.4 Luaran yang Diharapkan
Adapun target luaran yang dihasilkan dari implementasi
MEKDISEPUR sebagai berikut.
1. Prototipe MEKDISEPUR.
2. Hak Cipta MEKDISEPUR.
3. Artikel Ilmiah MEKDISEPUR.
4. Video dokumentasi implementasi MEKDISEPUR sebagai media
inklusif.
5. Buku panduan atau petunjuk operasional MEKDISEPUR.
1.5 Kegunaan Program
Adapun kegunaan yang didapat dari implementasi MEKDISEPUR
adalah sebagai berikut.
1) Bagi Sekolah Penyandang Disabilitas, dapat membantu proses
pemulihan disabilitas dengan cepat.
2) Bagi Mahasiswa, dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam
pengembangan IPTEK.
3) Bagi perkembangan IPTEK, sebagai acuan untuk pengembangan
media inklusi bagi penyandang disabilitas mental maupun juga dapat
digunakan sebagai media pembelajaran kimia tiga dimensi dengan
menggunakan audio untuk para peserta didik di sekolah formal
sehingga lebih menatik perhatian siswa dan menambah khazanah dalam
kepustakaan Indonesia bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyandang Disabilitas Mental


Menurut UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa “Penyandang disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan
hak.”
Adioetomo, Mont, & Irwanto (dalam laporan penelitiannya),
berdasarkan Survey Kebutuhan Program Bantuan Sosial bagi Penyandang
Disabilitas (Survey on the Need for Social Asistance Programmes for people
with Disabilities / SNSAP-PWD) yang dipaparkan dalam laporan, penyebab
terbesar seorang individu menjadi disabilitas adalah faktor kecelakaan.
Sementara itu, faktor konflik dan bencana alam merupakan faktor penyebab
terbesar kedua setelah kecelakaan.

Gambar 2. Grafik Data Penyandang


Disabilitas di Indonesia Berdasarkan
Gambar 1. Penyebab Disabilitas Data Susenas 2012

Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan data Susenas Triwulan I


yang menyatakan sebanyak 9,9 juta anak Indonesia adalah anak berkebutuhan
khusus (ABK) dalam kategori penyandang disabilitas.Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2014 juga mempublikasikan
jumlah anak yang mengalami diabilitas di Indonesia. Berdasarkan data
Susenas 2012 didapatkan estimasi penduduk Indonesia yang menyandang
disabilitas sebesar 2,45% dan sekitar 39,97% dari jumlah tersebut mengalami
lebih dari satu keterbatasan atau disabilitas.
Gambar 2 menunjukkan grafik perubahan persentase penduduk
Indonesia yang menyandang disabilitas pada tahun 2003, 2006, 2009 dan
2012. Berdasarkan data tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah
penyandang disabilitas pada tahun 2012.
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus atau
disabilitas. Ini berarti bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi
masing-masing yang mana kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh
dan berkembang secara baik. Jenis-jenis penyandang disabilitas diantaranya
diisabilitas mental, disabilitas mental dibagi atas tiga bagian (Roefani, 2013):
a. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana
selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki
kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang
memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang
memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal dengan anak
berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan
prestasi belajar (achievment) yang diperoleh
2.2 Sistem Audio-Visual
Sistem Audio-Visual adalah suatu sistem yang terdiri dari satu paket
peralatan audio visual yang disusun sesuai kebutuhan masing-masing
kebutuhan pemakaian, yang merupakan satu paket peralatan terpadu untuk
presentasi, sharing informasi, komunikasi, suara, data, dan gambar.
(indonetwork.co.id, 2018)
2.3 Sistem Periodik Unsur
Sistem periodik unsur atau lebih dikenal dengan tabel periodik unsur,
pada tahun 1913 Moseley memperbaharui hukum periodik yang sebelumnya
telah disampaikan oleh Mendelev dan Meyer menjadi “Sifat-sifat kimia dan
sifat-sifat fisika unsur-unsur berubah secara periodik atau berulang
berdasarkan nomor atomnya”. Berdasarkan hukum ini tabel periodik modern
yang sesuai dengan sifat-sifat kimia dan sifat-sifat fisika unsur-unsur berhasil
disusun. Tabel periodik modern terdiri atas 18 golongan dan 7 periode
(Effendy, 2016:143)
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Pada Bab ini dijabarkan secara rinci tentang metode dalam pembuatan
MEKDISEPUR, yakni meliputi: 1) perencanaan alat yang digunakan, 2)
perencanaan bahan yang dibutuhkan, 3) perancangan desain MEKDISEPUR, 4)
pembuatan MEKDISEPUR, dan 5) pembuatan angket validasi. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembuatan alat, alur langkah yang ditempuh sebagai berikut.

3.1 Perencanaan Alat yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam pembuatan MEKDISEPUR ini antara
lain: bor mini, cuter, guting, solder, timah, pemotong PCB, adaptor,
penyedot solder.
3.2 Perencanaan Bahan yang Dibutuhkan
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan MEKDISEPUR antara lain:
push button, arduio nano. CCB, akrilik, MP3 module, RGB LED, micro SD
2GB, speaker usb, kabel tunggal, header F/M, engsel, cutting akrilik, specer
1 cm, multiplexer 16 chanel, kabel paralel, baterai li-ion, charger baterai.
3.3 Perancangan Desain MEKDISEPUR
Setelah melakukan perencanaan alat dan bahan kita membuat
rancangan desain layout MEKDISEPUR sebagai berikut.

Gambar 3. Layout MEKDISEPUR

3.4 Pembuatan MEKDISEPUR


Setelah perencanaan bahan dan alat terkumpul serta perancangan
desain dan analisis MEKDISEPUR selesai, maka proses selanjutnya adalah
pembuatan MEKDISEPUR yang dilakukan dalam beberapa tahapan sesuai
bagan dibawah ini:
Gambar 4. Diagram Alur Pelaksanaan

3.5 Pembuatan Angket Validasi


Setelah tahap pembuatan MEKDISEPUR, maka proses selanjutnya
yaitu pembuatan angket validasi untuk menjadi validator MEKDISEPUR.
Angket validasi ini meliputi validasi materi, validasi media/alat, dan validasi
respon pengguna media.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini dijabarkan secara rinci mengenai hasil yang dicapai dari
proses pembuatan MEKDISEPUR serta potensi khusus pada MEKDISEPUR.
4.1 Hasil yang Telah Dicapai
4.1.1 Perakitan MEKDISEPUR
Hasil pertama yang telah dicapai adalah body MEKDISEPUR yang
terbuat dari bahan akrilik dengan desain sebagai berikut.

Gambar 5. Body MEKDISEPUR


4.1.2 Komponen Alat pada MEKDISEPUR
MEKDISEPUR didesain dalam bentuk tiga dimensi (3D) yaitu berupa
balok yang timbul. Media ini durancang dengan tulisan timbul, serta
dirancang dengan tambahan audio dalam penyampaian informasi setiap unsu
yang ada. Dengan menekan tombol dari salah satu unsur akan didapatkan
suara yang keluar dari audio dan akan muncul visualisasi gambar dari unsur
tersebut pada smartphone yang dihubungkan melalui sambungan USB
MEKDISEPUR. Agar sistem berjalan secara optimal maka diperlukan
beberapa komponen yang sesuai dengan kebutuhan sehingga didapat
spesifikasi alat pada tabel sebagai berikut.
Alat Spesifikasi
Battery Li-ion 3.7v 2200mAh
Display LCD Aphanumeric 16x2
Sound Stereo 1Watt
Mikrokontroler ATmega328P 12Mhz, 32Kb
Battery Life 3-4 jam
Jumlah tombol 122ah
Tabel 1. Rincian Spesifikasi Mesin
4.1.3 Bagian-bagian MEKDISEPUR

5
4 Keterangan
3
1. Tombol on/off
2. Tempat pengisian
daya
3. Display Visual
1
4. Display tampilan
MEKDISEPUR
2 5. Sambungan USB
MEKDISEPUR
6 dengan display visual
6. Tombol
MEKDISEPUR
Gambar 6. Bagian-bagian Mekdisepur

4.1.4 Hasil Angket Validasi


4.1.4.1 Hasil Validasi Ahli Materi
Berdasarkan angket validasi yang dilakukan Husni Wahyu
Wijaya, S.Si, S.Pd, M.Si, Ph.D sebagai validator materi
menyatakan materi sangan layak/ sangat valid sebagai substansi
MEKDISEPUR untuk penyandang disabilitas mental. Komponen
penilaian dari ahli materi meliputi aspek kelayakan isi, aspek
kelayakan kebahasaan, kebenaran konsep kimia unsur dengan
MEKDISEPUR, dan MEKDISEPUR sebagai media pembelajaran
penyandang disabilitas mental. Hasil interpretasi tersebut didapatkan
dalam perhitungan skala likert dari hasil angket dengan angka
presentase (93,3%).
4.1.4.2 Hasil Validasi Ahli Media/Alat
Berdasarkan angket validasi yang dilakukan Drs. Winarto, M.Pd
sebagai validator media/alat menyatakan media sangat layak sebagai
media pembelajaran kimia unsur untuk penyandang disabilitas mental.
Komponen penilaian dari ahli media meliputi aspek tampilan utama
MEKDISEPUR, aspek tampilan gambar MEKDISEPUR, aspek
tampilan tulisan MEKDISEPUR, dan MEKDISEPUR sebagai media
pembelajaran penyandang disabilitas mental. Hasil interpretasi
tersebut didapatkan dalam perhitungan skala likert dari hasil angket
dengan angka presentase (81,6%).
4.1.4.3 Hasil Validasi Guru Disabilitas Mental
Berdasarkan angket validasi yang dilakukan Faridatur Rofiah,
S.Pd dan Winda Al-Mufidah, S.Psi sebagai validator guru disabilitas
mental menyatakan media sangat layak sebagai media pembelajaran
kimia unsur untuk penyandang disabilitas mental. Komponen
penilaian dari Guru (pengguna) meliputi kejelasan materi, tata Bahasa
dan penyusunan kalimat, kesesuaiateri dengan bahan ajar dan tujuan
pembelajaran, penyajian media 3D, kemampuan MEKDISEPURE
dalam peningkatan motivasi belajar, kemudahan untuk memahami
materi, dan MEKDISEPUR sebagai media pembelajaran penyandang
disabilitas mental. Hasil interpretasi tersebut didapatkan dalam
perhitungan skala likert dari hasil angket dengan angka presentase
90% (sangat layak).

4.1.5 Alur Penggunaan MEKDISEPUR


Setelah dilakukan pemrograman arduino maka MEKDISEPUR dapat
digunakan. Berikut adalah alur penggunaannya.

Gambar 7. Diagram Alur Penggunaan MEKDISEPUR


4.1.6 Diagram Blok MEKDISEPUR
Display LCD
16x2

Push Detekt Mikrokontroler


Button
or
MP3 Speaker and
Modul Visual Gambar
Input Proses
SD Card
Output
Gambar 8. Digram Blok MEKDISEPUR
4.1.7 Testimoni MEKDISEPUR Bagi Penyandang Disabilitas Mental
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada dua siswa
disabilitas mental yaitu atas nama Alya Amanda dan Oktavia Putri W
menunjukkan hasil bahwa mereka sangat tertarik dengan MEKDISEPUR.
Salah satu pendapat siswa tersebut (Alya Amanda) mengatakan bahwa
media sistem periodik unsur ini memiliki informasi data yang jelas dan
memiliki tampilan yang menarik. Pendapat siswa yang lain (Oktavia Putri
W) mengatakan bahwa media tersebut mempermudah dalam proses
pembelajaran kimia karena medianya dilengkapi dengan visual gambar yang
menarik
4.1.8 Analisis Implementasi MEKDISEPUR
Analisa yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan akurasi
tombol dan juga waktu respon dari sistem ketika tombol di tekan hingga
muncul suara serta ketahan baterai.
Tabel 2. Data Analisa Implementasi MEKDISEPUR
Respon suara Akurasi tombol Ketahanan battery
467ms 118/118 (100%) 166menit
455ms 118/118 (100%) 164menit
490ms 118/118 (100%) 160menit
499ms 118/118 (100%) 166menit
480ms 118/118 (100%) 168menit
478.2ms 100% 164.8 menit
Respon suara didapat dari menghitung lamanya waktu ketika tombol
ditekan hingga suara kaluar. Dari pengujian didapatkan hasil respon yang
cukup baik dengan rata-rata nilai 478.2 ms. Akurasi tombol adalah pengujian
118 tombol yang terdapat pada perangkat MEKDISEPUR untuk
mendapatkan keluaran suara yang sesuai dengan yang perintahkan. Pengujian
dilakukan dengan menekan seluruh tombol dan menghitung kesalahan yang
terjadi. Dari hasil pengujian didapat nilai akurasi tombol alat adalah 100%,
sehingga semua tombol dapat berfungsi sesuai dengan keinginan. Ketahanan
bettery merupakan lama pemakaian alat selama battery dalam kondisi 100%
hingga habis. Rata- rata penggunaan battery adalah 164.8 menit.

4.2 Potensi Khusus


Potensi khusus dari alat kami sebagai berikut.
4.2.1 Hak Cipta
Tujuan dilakukannya pematenan terhadap alat yakni untuk
mendapatkan hak legalitas cipta alat, sehingga ketika alat dikembangkan
maka pemrakarsa karya pertama akan mendapatkan keuntungan.
4.2.2 Artikel Ilmiah
Pembuatan artikel ilmiah dilakukan setelah semua tahap selesai
dilaksanakan, setelah artikel ilmiah selesai dibuat selanjutnya dapat dimuat
dalam jurnal ilmiah dan publikasi nasional maupun internasional sehingga
dapat memberikan sembngsih ilmu pengetahuan tentang teknologi khususnya
bagi instansi pendidikan.
4.2.3 Pengembangan Usaha MEKDISEPUR
Harapan kami untuk selanjutnya tentang alat kami MEKDISEPUR
yakni sebagai sebuah terobosan baru berupa alat bantu penyembuhan
disabilitas mental dapat memfasilitasi penyandang disabilitas mental dalam
pemulihan mereka dan juga dapat digunakan sebagai alat bantu media
pembelajaran kimia materi sistem periodik unsur pada pembelajaran Kimia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
MEKDISEPUR merupakan Media 3D Sistem Periodik Unsur dengan
Sistem Audio-Visual untuk Penyandang Disabilitas Mental. Media ini
dirancang untuk para penyandang disabilitas mental dalam upaya
rehabilititasi serta pengenalan sistem periodik unsur. MEKDISEPUR didesain
dalam bentuk tiga dimensi yaitu berupa balok yang timbul. Media ini
dirancang dengan adanya tulisan timbul, serta dirancang dengan tambahan
audio dalam penyampaian informasi dari setiap unsur yang ada. Dengan
menekan tombol dari salah satu balok, akan didapatkan suara yang keluar dari
audio yang berisi informasi dari salah satu unsur tersebut sesuai dengan unsur
yang dimaksud.
Persentase kelayakan dari ahli materi Kimia sebesar 93,3%, ahli media
sebesar 81,6%, dan guru pengguna sebesar 90%. Produk ini juga mendapat
komentar baik dari ahli materi kimia maupun media, yaitu pengembangan
media untuk bagian layar monitor agar diperbesar sehingga visual gambar
akan terlihat jelas, serta perlu dilakukan pengemasan dalam satu kotak
praktis. Siswa yang menjadi subjek uji coba memberikan komentar bahwa
media sistem periodik unsur ini memiliki informasi data yang jelas dan
memiliki tampilan yang menarik untuk dijadikan media pembelajaran kimia.
5.2 Saran
Dengan tercapainya produk yang telah 100% jadi, dapat diterapkan
dalam upaya pemerintah untuk membantu proses penyembuhan penyandang
disabilitas sekaligus mengenalkan tentang materi kimia yaitu Sistem Periodik
Unsur (SPU), serta dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mencapai hasil
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo SM, Mont D & Irwanto. -. Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris
dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial. Laporan Penelitian. Jakarta:
Universitas Indinesia. (Online), (http://www. asbindonesia.org/...), diakses 29 Juli 2018.
Effendy. 2016. Ilmu Kimia unsuk Siswa SMA dan MA Kelas X Jilid 1A. Malang: Indonesian
Academic Publishing.
Nur Kholis Reefani, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Imperium. 2013),
hlm.17

PDSPK Kemendikbud. 2018. Statistik Persekolahan PLB 2017/2018. Jakarta: PDSPK


Kemendikbud.
Putri, LW. 2017. Penyandang Disabilitas Mental Tidak Boleh Dibiarkan Berdiam Diri.
(Online), (http://megapolitan.kompas.com/read/2017/07/14/15254661/ -penyandang-
disabilitas-mental-tak-boleh-dibiarkan-berdiam-diri-), diakses tanggal 24 Juli 2017.
Rachmayana, D. 2016. Menuju Anak Masa Depan yang Inklusif. Jakarta Timur: PT. LU
XIMA METRO MEDIA
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Pasal 10 dan Pasal 42 ayat 1 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas. (Online), (http://www.kemendagri.go.id/media/
documents/2016/05/11/u/u/uu_nomor_8_tahun_2016.pdf), diakses 29 Juli 2017.
-. 2017. Apakah Terapi ABA-VB?. (Online) (https://autisme.co.id/terapi-aba-
vb/apakah-terapi-apa-vb/), diakses pada tanggal 30 Juli 2017
-. 2018. Kelompok Produk Sistem Audio Visual. (Online), (https://audiovisual.indonetwork.
co.id/products/sistem-audio-visual-2017219&hl=id-ID), diakses pada tanggal 27 Mei
2018.

Anda mungkin juga menyukai