Anda di halaman 1dari 10

SKENARIO KASUS

Seorang pasien berusia 23 tahun dirawat di bedah ortopedik


dengan keluhan patah tulangnya tidak sembu-sembuh. Hasil pengkajian
pasien mengalami patah tulang tertutup pada daerah lengan kiri sejak 4
bulan yang lalu dan lama kelamaan ototnya mengalami pengecilan, saat
dikaji kekuatan otot: pasien dapat mengangkat lengannya tetapi tidak
dapat menahan tahanan.

1. Kata/Problem Kunci
1. Pasien X 23 tahun
2. Bedah ortopedik
3. Patah tulang tidak sembuh-sembuh
4. Otot mengalami pengecilan
5. Patah tulang tertutup

2. Klarifikasi Istilah-istilah Penting


1. Bedah ortopedik
Bedah Orthopaedi (dieja orthopedi) ialah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tentang cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain
sistem muskuloskeletal. Orthopaedi berasal dari bahasa Yunani yaitu
orthos berarti lurus dan paedion/pais berarti anak. Masa itu ruang lingkup
yang dicakup terbatas dan menyangkut perkembangan sistem otot
kerangka (sistem muskuloskeletal) yaitu mencegah dan memperbaiki
kelainan bentuk pada anak-anak dan dianggap bahwa kelainan bentuk pada
orang dewasa umumnya berasal dari kelainan pada waktu anak-anak
(Hanafiah, 2008).
2. Patah tulang tertutup
Menurut Mansjoer (2002) Fraktur tertutup (closed) Dikatakan tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
3. Mind Map / lembar ceklis
a. Mind map
Patah tulang tak kunjung
sembuh

FRAKTUR DISLOKASI

Definisi : Fraktur adalah terputusnya Definisi : Dislokasi merupakan cedera


kontinuitas jaringan tulang yang sendi yang serius dan jarang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa
terjadi.Dislokasi terjadi bila sendi terlepas
(Mansjoer etal, 2000). Sedangkan
menurut Linda Juall C. dalam buku dan terpisah, dengan ujung ujung tulang
Nursing Care Plans and tidak lagi menyatu. Bahu, siku, jari,
Dokumentation menyebutkan bahwa
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan merupakan sendi sendi yang paling sering
eksternal yang datang lebih besar dari mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk,
yang dapat diserap oleh tulang. 2011)
Manifestasi klinik :
Manifestasi klinik :
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
1. perubahan kontur sendi
c. Echimosis (Memar)
2. perubahan panjang
d. Spasme otot
e. Nyeri ekstremitas misalnya
f. Kurang/hilang
dislokasi anterior sendi
sensasi
panggul.
g. Krepitasi
3. perubahan sumbu tulang
h. Pergerakan
yang mengalami dislokasi
abnormal
4. Deformitas pada
i. Rontgen abnormal
j. Tidak dapat persendiaan
5. Gangguan gerakan
menggunakan
(kehilangan mobilitas
anggota gerak
k. Terdapat trauma normal)
l. Gangguan fungsi 6. Pembengkakan
b. Lembar ceklis

No Manifestasi Klinik Fraktur Dislokasi

1. Umur 23 tahun  

2. Bedah ortopedik  -

3. Patah tulang tidak sembuh-  -


sembuh

4. Otot mengalami pengecilan  -

5. Patah tulang tertutup  -

4. Pertanyan-pertanyaan Penting
1. Apa umur mempengaruhi proses penyembuhan patah tulang pasien?
2. Mengapa pada pasien fraktur otot mengalami pengecilan?
3. Apa yang menyebabkan patah tulang sulit untuk sembuh?

5. Jawaban Pertanyaan
1. Penyembuhan berlangsung cepat pada anak-anak karena, Saat masih anak-
anak, tulang yang kita miliki banyak mengandung zat perekat. Sedangkan
beranjak dewasa, tulang tersebut memiliki kandungan zat kapur yang
sangat tinggi. Sehingga sangat wajar bila patah tulang yang dialami anak-
anak lebih cepat pulih dibandingkan patang tulang yang dialami orang
dewasa. Fisiologik usia lanjut belum dimengerti dengan jelas, tetapi
setidak-tidaknya diketahui terdapatnya satu sifat yaitu berkurangnya
kemampuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Dalam hal tulang,
maka tulang gagal mempertahankan kekuatannya.
2. Otot mengecil (atrofi) terjadi saat otot tersebut tidak digunakan dalam
kurun waktu cukup lama selama masa penyembuhan patah tulang,
sehingga lama-lama jaringan otot melemah dan menyusut. Selain itu,
penyusutan massa otot bisa disebabkan oleh adanya suatu penyakit,
cedera, atau setelah pemulihan oprasi besar yang mengharuskan anda bed
rest total selama beberapa waktu.
3. Berbagai faktor dapat mengakibatkan gangguan penyembuhan tulang yang
patah seperti: infeksi, jenis fraktur, perdarahan yang kurang, gangguan
pergeseran, gangguan dalam tahapan penyatuan tulang seperti respon
produksi zat pembentukan tulang (osteogenik) kurang, gangguan pada
periosterum (bagian dalam tulang) atau gangguan komponen lain dalam
fase konsolidasi (penyatuan ) dan remodeling tulang lunak menjadi tulang
yang lebih keras, gangguan nutrisi.

6. Tujuan Pebelajaran Selanjutnya

Untuk mengetahui tentang mobilisasi pada pasien fraktur melalui


pendekatan konseptual Model Dorothea E orem

7. Informasi Tambahan

Mobilisasi merupakan kemampuan pasien untuk bergerak dan berjalan.


Pada pasien fraktur dapat terjadi diskontinuitas jaringan tulang yang ditandai
dengan nyeri, krepitasi, gangguan mobilisasi, sehingga pasien harus segera
dimobilisasikan. Fenomena sekarang masih banyak pasien post fraktur yang tidak
melalukan mobilitas sehingga menimbulkan gejala sisa. Menurut konseptual
model Dorothea E Orem self care defisit semua pasien memiliki kemampuan
untuk menolong dirinya sendiri, perawat bekerja hanya untuk memandirikan
pasien sesuai dengan tingkat ketergantungan bukan menempatkan pasien pada
posisi dependent. Orem mengatakan ada tiga tingkatan derajat ketergantungan
pasien, ketergantungan penuh, parsial dan supportif sehingga penulisan ini
didapatkan bahwa pasien dapat melakukan aktifitas kemandiriannya sesuai
dengan derajat ketergantungan.
8. Klarifikasi Informasi
Menurut black tahun 2005 mobilisasi adalah kemampuan yang dimiliki
individu untuk bergerak/melakukan aktivitas didalam lingkungan
sekitarnya, dari pengertian tersebut adanya kemampuan yang dimiliki
oleh individu agar dapat melakukan aktivitas sehari hari (ADL) dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, mandi dan
berpakaian tanpa harus memerlukan bantuan orang lain.
Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik total, partial
yang dapat mengenai tulang panjang dan sendi jaringan otot dan pembuluh
darah trauma yang disebabkan oleh stress pada tulang, jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja, cedera saat olah raga, fraktur degeneratif (osteoporosis,
kanker, tumor tulang) dan ditandai dengan Look: tanda yang dapat dilihat,
adanya deformitas berupa penonjolan yang abnormal, bengkak, warna kulit
merah, adanya ekimosis, angulasi,rotasi dan pemendekan, Feel: nyeri, Move:
krepitasi dan terasa nyeri saat digerakkan, gangguan fungsi pergerakan
(Lewis, 2007).
Self Care merupakan praktek seseorang memulai dan menunjukkan
kepentingannya dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan
dankesejahteraan, maksudnya tidak ada keterbatasan pada seseorang untuk
melakukan perawatan bagi dirinya sendiri, termasuk memberikan perawatan
bagi kepentingan orang lain. Teori self care menyebutkan bahwa merawat diri
dan ketergantungan dalam perawatan diri adalah sesuatu prilaku yang
dipelajari setiap individu untuk mempertahankan hidup, kesehatan dan
kehidupan yang lebih baik, individu dapat melakukannya sendiri sesuai
dengan tingkat ketergantungan dan kemampuan yang dimilikinya (Louis. G,
2007).
Self Care Devicit adalah Gambaran konseptual penerima asuhan
keperawatan sebagai seseorang yang tidak mampu melakukan perawatan
dirinya secara terus menerus atau keperawatan mandiri terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatanya.

9. Analisa data dan sintesa informasi


Berdasarkan informasi yang terdapat pada skenario kasus 1 “Patah
Tulang Tak Kunjung sembuh” di atas merupakan informasi tentang fraktur,
dimana rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Gejala-gejala yang
muncul merupakan gejala umum yang terjadi pada penyakit Fraktur. Dimana
untuk diagnosa bandingnya merupakan Dislokasi. Dislokasi terjadi bila sendi
terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu.
Dari 2 diagnosa medis pembanding diatas keluhan utama yang dirasakan
oleh pasien berdasarkan skenario kasus 1 lebih mengarah kepada diagnosa
medis fraktur, karena pertama keluhan yang dirasakan pasien adalah patah
tulang yang tidak sembuh-sembuh, serta dari hasil pengkajian pasien
mengalami patah tulang tertutup, dan lama kelamaan ototnya akan mengalami
pengecilan dan saat di kaji kekuatan otot : pasien dapat mengangkat lengannya
tetapi tidak dapat menahan tahanan, begitupun pada diagnosa medis fraktur
juga memiliki jenis fraktur tertutup dan pergerakannya yang abnormal. Maka
dari itu kami mengambil diagnosa medis fraktur.

1. LAPORAN DISKUSI
1) KONSEP MEDIK
A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer etal, 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans
and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Patah Tulang
Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain
menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang
bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi
(Handerson, M. A, 1992).
B. ETIOLOGI
Etiologi dari pasien fraktur antara lain (Handerson, M. A, 2014) :
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering
bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada pasien fraktur antara lain (Amin, Hardhi.
2015) :
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal
j. Gangguan fungsi
k. Terdapat trauma

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari
tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan
tulang.

E. PROGNOSIS
Penderita fraktur setelah operasi pemasangan fiksasi interna
dengan plate dan screw bila tanpa komplikasi dan mendapat
pelayanan fisioterapi yang cepat dan adekuat diharapkan
kemampuan fungsionalnya membaik.(Black, J.M, et al, 2013)

F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien fraktur antara lain (Helmi, Noor Helmi.
2014) :
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
ompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES
terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow
kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsol
idasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke
tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi
dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil
setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk
sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur antara lain (Amin,
Hardhi. 2015) :
a. X-ray menentukan lokasi/luasnya fraktur
b. Scan tulang: memeperhatikan frakur lebih jelas,
mengidentifikasi karusakan jaringan lunak
c. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan vaskuler
d. Tomografi, CT Scan, MRI (jarang).

Anda mungkin juga menyukai