Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu 27,6% juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010). Sementara jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat (BKKBN, 2011). Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas, Human Imunodeficiency Virus HIV dan AIDS serta Napza). hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2002/2003, bahwa remaja memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seksual dimulai dari usia 14-19 tahun, dengan wanita 34,7% dan pria 30,9%. Sementara itu, Penularan HIV/AIDS pada remaja di Jawa Barat, dari jumlah penduduk Jawa Barat yang berusia 10-24 tahun, sebesar 11.358.704 atau 26,60% adalah remaja (BKKBN, 2012). Pada remaja umur 15-19 tahun, proporsi terbesar pacaran pertama kali pada umur 15- 17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berumur 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun, pada usia tersebut dikhawatirkan remaja belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga berisiko memiliki prilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan seks pranikah. Rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Risiko seksualitas diartikan sebagai sikap dan perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi dan risiko seks sebelum menikah (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2012). Seksualitas, menurut Hasil Survei DKT Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa remaja di beberapa wilayah Indonesia telah melakukan seks sebelum menikah, diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47% dan di Medan 52%. Sementara itu, sebesar 2,5 juta perempuan pernah aborsi per tahun, 27% nya dilakukan remaja atau sekitar 700 ribu remaja putri. Bahkan estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4 juta jiwa, dan 800 ribu diantaranya terjadi di kalangan remaja putri. Napza, Berdasarkan data tentang penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dari sebanyak 3,2 juta jiwa yang mengkonsumsi narkoba, 78% diantaranya adalah remaja. HIV dan AIDS, jumlah kasus baru AIDS periode Januari-September 2011 sebesar 1805 kasus. Sedangkan untuk kasus AIDS secara kumulatif jumlahnya sampai dengan juni 2011 sebesar 26.483 kasus. (BKKBN, 2012). Seksualitas merupakan bahasa yang tabu untuk dibicarakan, yang telah tertanam sekian lama menyebabkan remaja dan orangtua enggan berdiskusi tentang masalah seksualitas. Padahal remaja sangat membutuhkan informasi yang benar dan akurat. Akibatnya, remaja mencari informasi di luar, seperti dari teman sebayanya, majalah, internet yang seringkali menyuguhkan informasi yang tidak benar dan malah menyesatkan remaja itu sendiri. Namun, pendidikan kesehatan reproduksi remaja ini masih menjadi perdebatan, karena disatu sisi banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi remaja ini malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah. Oleh karena itu, saatnya keluarga-keluarga di Jawa Barat menyadari bahwa peningnya mengkomunikasikan, menginformasikan dan mengedukasi remaja mengenai berbagai hal khususnya mengenai risiko Kesehatan Reproduksi Remaja yaitu seksualitas (Manurung, 2011). Penelitian yang dilakukan di Jawa Barat mengenai seks pranikah terhadap siswi menunjukan bahwa siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 42,3% telah melakukan hubungan seksual pertama kali saat dibangku sekolah. Berdasarkan penelitian dilakukan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, diketahui terdapat 44% dari 450 responden yang mengaku sudah mempunyai pengalaman seksual sejak usia 16 tahun sampai 18 tahun, sedangkan 16% mengaku pengalaman seksual sudah mereka dapatkan antara usia 13 tahun sampai 15 tahun. Perkembangan jaman saat ini, ikut mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabuhkan oleh remaja pada beberapa tahun lalu, seperti berciuman dan melakukan hubungan seks pranikah kini telah dibenarkan oleh remaja saat ini. Bahkan ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan menginat perilaku tersebut dapat menyebabkan kasus kehamilan di luar nikah yang selanjutnya memicu praktik aborsi yang tidak aman, penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS atau Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), bahkan kematian (Azinar, 2010). Seks aktif pranikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan remaja dan penularan penyakit menular seksual. Dampak dari seks pranikah yaitu kehamilan di usia remaja yang merupakan isu penting dari segi kesehatan dan sosial karena berhubungan dengan tingkat kesakitan serta kehamilan ibu dan anak, ibu yang berumur remaja terutama dbawah umur 18 tahun, lebih berpeluang untuk mengalami masalah pada bayi nya bahkan mengalami kematian yang berkaitan dengan persalinan, perdarahan persalinan, dibandingkan dengan wanita yang lebih tua, kehamilan yang tidak diinginkan yang berdampak pada aborsi ilegal atau tidak aman. Selain itu, aspek sosial psikologis remaja putri yang melahirkan pada usia muda akan medapatkan gangguan psikologis seperti memiliki perasaan dan kecemasan tertentu seperti mudah emosi, tersinggung, frustasi, merasa bersalah atas dirinya sendiri dan mengurangi kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan atau mendapatkan pekerjaan. (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2012). Pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi sikap remaja dalam bersikap mengenai seks pranikah (Mangando, 2014). Menurut penelitian Bungin tahun 2001 (dalam Kusumastuti, 2010) remaja yang mendapat informasi yang benar tentang seksual pranikah maka mereka akan cenderung mempunyai sikapnegatif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang seksual pranikah cenderung sikap positif/ sikap menerima adanya prilaku seksual pranikah sebagai kenyataan sosiologis. Akibat dari hubungan seksual pranikah, sekitar 12% telah positif terkena Penyakit Menular Seksual, sekitar 27% positif HIV, dan 30% remaja putri telah hamil, setengah dari mereka melahirkan namun setengahnya lagi melakukan aborsi (Mangando, 2014). Sikap seksual pranikah remaja dapat dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, media massa, pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam diri individu. Sikap seksual pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah remaja (Azwar, 2009). Salah satu program yang dijalankan Pemerintah untuk merespon permasalahan remaja adalah dengan mengembangkan program Kesehatan Reproduksi Remaja melalui BKKBN yang disebut dengan wadah PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) yaitu suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, melalui program PIK-KRR ini remaja dapat memperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai kesehatan reproduksi remaja (Manurung, 2011). Dan adapun upaya bidan di komunitas dalam hal mencegah terjadinya seks pranikah akibat akses informasi yang salah yaitu dengan memberikan bimbingan pada kelompok remaja yang salah satunya dengan cara penyuluhan tentang seks pranikah beserta dampaknya. Hal ini sesuai dengan wewenang bidan dalam Kepmenkes Nomor 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dalam Pasal 4 mengatakan bahwa bidan melakukan pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk remaja, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang dilakukan menjelang pernikahan (Fitriana, 2010).
1.2 Identifikasi Masalah
Menurut Sarwono (2010 dalam Fitria, 2012), seks pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya dampak psikologis seperti perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. Dampak fisik diantaranya dapat menimbulkan Kehamilan Tidak Diinginkan/KTD dan aborsi, berkembangnya Penyakit Menular Seksual/PMS di kalangan remaja yang dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Dampak sosial yaitu dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran ibu, belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Kusumastuti (2010) Hasil penelitian memperoleh hasil pengetahuan siswa tentang seks pranikah mayoritas adalah dalam kategori baik (63%) dan kategori cukup (20,1%) dan kategori kurang (16,9%). Sikap siswa tentang seks pranikah sebagian besar adalah negatif (kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah) yaitu sebanyak (62,5%) dan sikap positif (kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah) sebesar (37,5%).
1.3 Rumusan Masalah
berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat diambil rumusan masalah: “Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai seks pranikah?”.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Untuk menganalisis perbedaan dari pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai seks pranikah di SMK Pasundan I Cimahi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja mengenai seks pranikah di SMK Pasundan I Cimahi. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap remaja mengenai seks pranikah di SMK Pasundan I Cimahi. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti dan ilmu pengetahuan mengenai seks pranikah. 2. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan tambahan ilmu, pengalaman sehingga dapat mengaplikasikan meningkatkan kompetensi bidan untuk dapat mengaplikasikan segala ilmu yang dimiliki juga memberikan manfaat bagi siswa-siswi dan sekolah SMK Pasundan 1 Cimahi. 3. Bagi remaja Hasil penelitian ini diharapkan para remaja dapat menambah pengetahuan mengenai seks pranikah.