Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan
remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, remaja umur 10-24
tahun sangat besar yaitu 27,6% juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010). Sementara jumlah
penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa
Barat (BKKBN, 2011).
Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR
(Seksualitas, Human Imunodeficiency Virus HIV dan AIDS serta Napza). hasil Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2002/2003, bahwa remaja memiliki
teman yang pernah melakukan hubungan seksual dimulai dari usia 14-19 tahun, dengan wanita
34,7% dan pria 30,9%. Sementara itu, Penularan HIV/AIDS pada remaja di Jawa Barat, dari
jumlah penduduk Jawa Barat yang berusia 10-24 tahun, sebesar 11.358.704 atau 26,60% adalah
remaja (BKKBN, 2012).
Pada remaja umur 15-19 tahun, proporsi terbesar pacaran pertama kali pada umur 15-
17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berumur 15-19
tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun, pada usia tersebut
dikhawatirkan remaja belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga
berisiko memiliki prilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan seks
pranikah. Rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Risiko
seksualitas diartikan sebagai sikap dan perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan Infeksi
Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi dan risiko seks sebelum
menikah (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Seksualitas, menurut Hasil Survei DKT Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa
remaja di beberapa wilayah Indonesia telah melakukan seks sebelum menikah, diantaranya
Surabaya 54%, di Bandung 47% dan di Medan 52%. Sementara itu, sebesar 2,5 juta perempuan
pernah aborsi per tahun, 27% nya dilakukan remaja atau sekitar 700 ribu remaja putri. Bahkan
estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4 juta jiwa, dan 800 ribu diantaranya
terjadi di kalangan remaja putri. Napza, Berdasarkan data tentang penyalahgunaan narkoba di
Indonesia, dari sebanyak 3,2 juta jiwa yang mengkonsumsi narkoba, 78% diantaranya adalah
remaja. HIV dan AIDS, jumlah kasus baru AIDS periode Januari-September 2011 sebesar 1805
kasus. Sedangkan untuk kasus AIDS secara kumulatif jumlahnya sampai dengan juni 2011
sebesar 26.483 kasus. (BKKBN, 2012).
Seksualitas merupakan bahasa yang tabu untuk dibicarakan, yang telah tertanam sekian
lama menyebabkan remaja dan orangtua enggan berdiskusi tentang masalah seksualitas.
Padahal remaja sangat membutuhkan informasi yang benar dan akurat. Akibatnya, remaja
mencari informasi di luar, seperti dari teman sebayanya, majalah, internet yang seringkali
menyuguhkan informasi yang tidak benar dan malah menyesatkan remaja itu sendiri. Namun,
pendidikan kesehatan reproduksi remaja ini masih menjadi perdebatan, karena disatu sisi
banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi remaja ini malah
mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah. Oleh karena itu, saatnya
keluarga-keluarga di Jawa Barat menyadari bahwa peningnya mengkomunikasikan,
menginformasikan dan mengedukasi remaja mengenai berbagai hal khususnya mengenai risiko
Kesehatan Reproduksi Remaja yaitu seksualitas (Manurung, 2011).
Penelitian yang dilakukan di Jawa Barat mengenai seks pranikah terhadap siswi
menunjukan bahwa siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebesar 42,3% telah melakukan hubungan seksual pertama kali saat dibangku sekolah.
Berdasarkan penelitian dilakukan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, diketahui
terdapat 44% dari 450 responden yang mengaku sudah mempunyai pengalaman seksual sejak
usia 16 tahun sampai 18 tahun, sedangkan 16% mengaku pengalaman seksual sudah mereka
dapatkan antara usia 13 tahun sampai 15 tahun. Perkembangan jaman saat ini, ikut
mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa
hal-hal yang ditabuhkan oleh remaja pada beberapa tahun lalu, seperti berciuman dan
melakukan hubungan seks pranikah kini telah dibenarkan oleh remaja saat ini. Bahkan ada
sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan
menginat perilaku tersebut dapat menyebabkan kasus kehamilan di luar nikah yang selanjutnya
memicu praktik aborsi yang tidak aman, penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan
HIV/AIDS atau Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), bahkan kematian (Azinar, 2010).
Seks aktif pranikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan remaja dan penularan
penyakit menular seksual. Dampak dari seks pranikah yaitu kehamilan di usia remaja yang
merupakan isu penting dari segi kesehatan dan sosial karena berhubungan dengan tingkat
kesakitan serta kehamilan ibu dan anak, ibu yang berumur remaja terutama dbawah umur 18
tahun, lebih berpeluang untuk mengalami masalah pada bayi nya bahkan mengalami kematian
yang berkaitan dengan persalinan, perdarahan persalinan, dibandingkan dengan wanita yang
lebih tua, kehamilan yang tidak diinginkan yang berdampak pada aborsi ilegal atau tidak aman.
Selain itu, aspek sosial psikologis remaja putri yang melahirkan pada usia muda akan
medapatkan gangguan psikologis seperti memiliki perasaan dan kecemasan tertentu seperti
mudah emosi, tersinggung, frustasi, merasa bersalah atas dirinya sendiri dan mengurangi
kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan atau mendapatkan pekerjaan. (Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi sikap remaja dalam bersikap mengenai
seks pranikah (Mangando, 2014). Menurut penelitian Bungin tahun 2001 (dalam Kusumastuti,
2010) remaja yang mendapat informasi yang benar tentang seksual pranikah maka mereka akan
cenderung mempunyai sikapnegatif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang
seksual pranikah cenderung sikap positif/ sikap menerima adanya prilaku seksual pranikah
sebagai kenyataan sosiologis. Akibat dari hubungan seksual pranikah, sekitar 12% telah positif
terkena Penyakit Menular Seksual, sekitar 27% positif HIV, dan 30% remaja putri telah hamil,
setengah dari mereka melahirkan namun setengahnya lagi melakukan aborsi (Mangando,
2014).
Sikap seksual pranikah remaja dapat dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor
pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, media massa, pengalaman pribadi,
lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam diri individu. Sikap seksual
pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif kecenderungan tindakan
adalah mendukung seksual pranikah sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah
menghindari seksual pranikah remaja (Azwar, 2009).
Salah satu program yang dijalankan Pemerintah untuk merespon permasalahan remaja
adalah dengan mengembangkan program Kesehatan Reproduksi Remaja melalui BKKBN
yang disebut dengan wadah PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja) yaitu suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja
guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang Kesehatan Reproduksi Remaja,
melalui program PIK-KRR ini remaja dapat memperoleh informasi yang benar dan akurat
mengenai kesehatan reproduksi remaja (Manurung, 2011). Dan adapun upaya bidan di
komunitas dalam hal mencegah terjadinya seks pranikah akibat akses informasi yang salah
yaitu dengan memberikan bimbingan pada kelompok remaja yang salah satunya dengan cara
penyuluhan tentang seks pranikah beserta dampaknya. Hal ini sesuai dengan wewenang bidan
dalam Kepmenkes Nomor 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dalam Pasal
4 mengatakan bahwa bidan melakukan pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi
konseling untuk remaja, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
menjelang pernikahan (Fitriana, 2010).

1.2 Identifikasi Masalah


Menurut Sarwono (2010 dalam Fitria, 2012), seks pranikah dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya dampak psikologis seperti perasaan marah,
takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. Dampak fisik diantaranya dapat
menimbulkan Kehamilan Tidak Diinginkan/KTD dan aborsi, berkembangnya Penyakit
Menular Seksual/PMS di kalangan remaja yang dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit
kronis serta meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Dampak sosial yaitu dikucilkan, putus
sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran ibu, belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan Kusumastuti (2010) Hasil penelitian memperoleh hasil
pengetahuan siswa tentang seks pranikah mayoritas adalah dalam kategori baik (63%) dan
kategori cukup (20,1%) dan kategori kurang (16,9%). Sikap siswa tentang seks pranikah
sebagian besar adalah negatif (kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah) yaitu
sebanyak (62,5%) dan sikap positif (kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah) sebesar
(37,5%).

1.3 Rumusan Masalah


berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat diambil rumusan masalah:
“Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
mengenai seks pranikah?”.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Untuk menganalisis perbedaan dari pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan mengenai seks pranikah di SMK Pasundan I Cimahi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja mengenai seks pranikah
di SMK Pasundan I Cimahi.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap remaja mengenai seks pranikah di SMK
Pasundan I Cimahi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti
dan ilmu pengetahuan mengenai seks pranikah.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan tambahan ilmu, pengalaman sehingga
dapat mengaplikasikan meningkatkan kompetensi bidan untuk dapat mengaplikasikan
segala ilmu yang dimiliki juga memberikan manfaat bagi siswa-siswi dan sekolah SMK
Pasundan 1 Cimahi.
3. Bagi remaja
Hasil penelitian ini diharapkan para remaja dapat menambah pengetahuan mengenai
seks pranikah.

Anda mungkin juga menyukai