Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelahiran prematur adalah bentuk kelahiran abnormal yang ditandai dengan
umur kehamilan antara 20 minggu sampai dengan kurang dari 37 minggu atau 259 hari
dari hari pertama haid terakhir. Kelahiran prematur ini merupakan indikasi terhadap
rendahnya kualitas pelayanan rumah sakit. Menurut (CDC, 2007) memberi kontribusi 5 –
15 % terhadap angka kematian bayi. Target Millennium Development Goals (MDGs) ke
4 adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015
menjadi 23% per 1000 kelahiran hidup, (SDKI, 2007 dalam Profil Data Kesehatan
Indonesia, 2011). Kelahiran prematur berawal dari terjadinya gangguan pada masa
kehamilan utamanya pada system sirkulasi foeto maternal yang memberi dampak
terjadinya defisiensi bahan nutrient. Selanjutnya stress yang berkepanjangan yang dialami
ibu selama masa kehamilan sebagai pemicu dan memperberat mekanisme nutrisi dari ibu
ke bayi serta mempengaruhi plasenta dan kontraksi rahim sehingga terjadi kelahiran
prematur. Tujuan penting dari kehamilan ibu adalah menjalani proses kehamilan dengan
baik tanpa masalah kesehatan yang akan mempengaruhi status kesehatan ibu serta
pertumbuhan dan perkembangan janin secara maksimal. Apabila ibu mengalami kelahiran
prematur maka bayi mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan diluar
rahim sebagai akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya. Masalah lain adalah
perkembangan neurologi yang terganggu seperti gangguan intelektual, retardasi mental,
kelainan perilaku dan hiperaktif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan
(Chiara, N dalam Wardayati 2012), Bayi prematur dengan usia kehamilan < dari 32
minggu berisiko tiga kali menderita masalah kejiwaan ketika semakin besar. Bayi
prematur 2 kali berpotensi mengalami skizofrebua dan bentuk psikosis, risiko depresi
berat dan gangguan makan 2,9 sampai 3,5 kali lebih tinggi. Peningkatan risiko gangguan
mental pada anak yang lahir prematur disebabkan oleh perubahan dalam perkembangan
otak. Akibat dari hal tersebut selanjutnya memberikan kontribusi terhadap kejadian
kematian bayi. Stress yang berkepanjangan pada ibu selama masa kehamilannya juga akan
menimbulkan kematian ibu.
Pada tingkat dunia rata-rata tingkat kelahiran prematur di 65 negara meningkat
dari 7,5 % dengan jumlah kelahiran prematur sebesar 2 juta kasus menjadi 8,6 persen
dengan total 2,2 juta kasus kelahiran prematur. Dinegara sedang berkembang angka
kejadian kelahiran premature masih jauh lebih tinggi, di india 30%, Afrika Selatan 15%,
Sudan 31% dan Malaysia 10%. Di Indonesia tercatat pada tahun 2009 memiliki angka
kelahiran prematur berkisar antara 10 - 20 % dan termasuk dalam peringkat kelima negara
terbesar dari kelahiran prematur, juga merupakan penyebab utama kematian dibidang
perinatologi. (Wijayanegara, 2009). Berdasarkan data persalinan prematur di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Gorontalo, dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012 tercatat
sebanyak 93 kasus prematur dari 1210 persalinan normal atau sekitar 13 % (Medical
Record RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, 2012). Hal ini diperkirakan akan
terus meningkat pada masa yang akan datang dan akan berdampak pada kualitas sumber
daya manusia. Penyebab kejadian kelahiran prematur disebabkan oleh faktor ibu adalah
gangguan autoimun dan infeksi yang meningkatkan risiko persalinan prematur. Hasil
penelitian oleh Luong, (2010) bahwa kelahiran prematur terjadi pada 4,1% vaginal
douching secara signifikan terkait dengan bakteri vaginosis beresiko pada usia kehamilan
32-34 minggu. Faktor sosial ekonomi terkait dengan nutrisi ibu selama kehamilan dari
hasil penelitian bahwa cukup pasokan nutrisi adalah faktor lingkungan yang paling
penting yang mempengaruhi hasil kehamilan.
Bayi prematur atau bayi berat lahir rendah secara umum mempunyai
kematangan dalam system pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bayi
premature yang mempunyai berat badan lahir rendah cenderung mengalami hipotermi.
Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat mudah
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada umumnya bayi prematur dan mempunyai berat
badan lahir rendah harus dirawat dalam incubator (Priya, 2004).
Perawatan bayi prematur di Indonesia masih memprioritaskan pada
penggunaan inkubator tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Penggunaan inkubator
di sisi lain memiliki banyak keterbatasan. Selain jumlahnya yang terbatas, inkubator
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi, memerlukan tenaga yang terampil yang
mampu mengorasikan dan melakukan perawatan secara benar. Selain itu, dengan
menggunakan inkubator, bayi diisahkan dari ibunya, hal ini akan menghalangi kontak
kulit langsung antara ibu dan bayi yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang bayi.
Berbagai penelitian telah dilakukan utnuk membuktikan cara yang paling efektif dalam
merawat bayi preatur, salah satunya adalah perawatan metode kangguru.
Perawatan metode kangguru (PMK) adalah suatu cara agar bayi prematur
terpenuhi kebutuhan khususnya terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu tubuh.
Metode ini mulai dikembangkan di Bogota Colombia tahun 1980-an. Metode ini
dilakukan dengan menempatkan bayi di dada ibu dalam kontak kulit dan kulit dengan
ibunya segera setelah kelahiran bayi. PMK sangat dianjurkan karena memiliki banyak
manfaat, yaitu dapat meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi,
menstabilkan suhu tubuh, pernafasan, oksigenasi serebral dan denyut jantung bayi.,
meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi, mengurangi stres pada ibu dan bayi,
dan menenangkan bayi agar tidak rewel saat dilakukan pengambilan darah.
Berdasarkan uraian – uraian di atas maka mahasiswa melakukan suatu kritisi jurnal yang
meneliti tentang pengaruh perawatan metode kangguru terhadap fungsi fisiologis bayi
prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi yang dapat dijadikan bahan acuan
dan pemahaman konsep mengenai penatalaksanaan fungsi fisiologis bayi prematur .

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis dari jurnal tersebut dengan analisis jurnal PICOT?
2. Bagaimana implikasi keperawatan dan implikasi lapangan dari jurnal?
3. Apa saja yang menjadi hambatan/kendala dalam penerapannya?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap fungsi fisiologis
bayi prematur dan kepercayaan diri ibu
dalam merawat bayi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui analisa dari jurnal tersebut dengan analisa PICOT
b. Untuk mengetahui implikasi keperawatan dan implikasi lapangan dari jurnal
c. Untuk mengetahui hembatan/kendala dalam penerapannya.
D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Hasil analisis jurnal ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dalam
menerapkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan anak.
2. Manfaat praktis
Hasil analisis jurnal ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa dan perawat dalam memberikan KIE kepada pasien tentang
pemanfaatan terapi alternatif dalam perawatan bayi prematur.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. BAYI PREMATUR
1. Definisi Bayi Prematur
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of
Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Sebagian besar
bayi lahir prematur dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Surasmi, Handayani,
& Kusuma 2003).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan
memendek (Sacharin, 2004). Sedangkan menurut Brooker (2008), bayi prematur
adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu kehamilan, dengan
berat badan 2,5 kg atau kurang saat lahir, terlepas dari usia kehamilan tepat atau
dibawah 37 minggu.
2. Tanda Bayi Prematur Berdasarkan Klasifikasi
Tanda klinis yang tampak pada bayi prematur sangat bervariasi bergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Perbedaan sangat jelas pada bayi yang lahir prematur
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan cukup bulan. Berikut ini merupakan
tanda dan gejala bayi prematur menurut Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2004),
penampilan bayi prematur yang diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain :
a. Bayi prematur digaris batas
Masa gestasi 37 minggu dengan berat badan 2500 gr. Penampilan: lipatan pada
kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak, dan genitalia kurang
berkembang.
b. Bayi Prematur Sedang
Masa gestasi antara 31-36 minggu dengan berat badan 1500-2500 gram.
Penampilan: seperti pada bayi prematur di garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih
tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.
c. Bayi Sangat Prematur
Masa gestasi antara 24-30 minggu dengan berat badan berkisar antara 500 – 1400
gram. Penampilan: ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, dan
seringkali kedua matanya masih berdempetan.

3. Penyebab Kelahiran Prematur


Penyebab dari kelahiran prematur menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003)
faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:
a. Faktor ibu merupakan kelainan atau penyakit yang diderita ibu pada sebelum
kehamilan maupun saat hamil, seperti: toksemia gravidarum yaitu preeklamsi dan
eklamsi; kelainan bentuk uterus; tumor; penyakit akut dengan gejala panas tinggi
mis. tifus abdominalis, malaria dan kronis; serta trauma pada masa kehamilan baik
trauma fisik (misal jantung) maupun psikologis (misal stress).
b. Faktor janin seperti kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat
bawaan, infeksi, (misal rubeolla, sifilis, toksoplasmosis), insufisiesi plasenta,
inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor Rhesus, golongan darah ABO)
c. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta dan plasenta previa
4. Permasalahan yang terjadi pada bayi prematur
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA ( Patent Ductus Arteriosus ),
15% diantaranya baru dapat menutup dalam 3 bulan pertama. Kejadian PDA ( Patent
Ductus Arteriosus ) pada bayi prematur lebih tinggi dan ini dapat menyebabkan gagal
jantung pada neonatus. Keadaan lain yang mungkin timbul adalah terjadinya hipotensi
yang disebabkan oleh hipovolemia, gangguan fungsi jantung dan terjadinya
vasodilatasi akibat sepsis yang sering kali terjadi pada bayi-bayi prematur. Selain itu
dengan keadaan sistim kardiovaskular yang belum matang akan memperberat penyakit
lain yang diderita neonatus prematur tersebut. Perubahan kardiovaskular pada bayi
pematur memiliki adaptasi sirkular yang lebih lambat dan kurang sempurna
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur memiliki tonus arteriol
pulmonary yang tinggi, berkurang lebih lambat, dan labil. Tekanan darah pulmonal
tinggi dan bervariasi, berbeda dengan tekanan darah sistemik yang relatif rendah.
Duktus arteriosus tidak tertutup rapat dan kemungkinan terbuka lagi, ketika terjadi
pertemuan darah antara sirkulasi sistemik dan pulmonar. Ketidakstabilan ini
menyebabkan terjadinya variasai yang signifikan saturasi oksigen pada sirkulasi
perifer (Johnston & Olds dalam Hariati, 2010; Muttaqin, 2009).
Masalah yang terjadi pada bayi prematur menurut Bobak, Lowdermilk, & Jensen
(2004), pada bayi prematur digaris batas memiliki masalah yang sering muncul
meliputi adanya ketidakstabilan tubuh.
a. Kesulitan pernapasan
Akibat imaturitas, banyak bayi prematur mengalami kesulitan dalam
mengembangkan paru dan kerja pernapasan sangat meningkat karena sindrom
gawat napas idiopatik. Gerakan pernapasan juga bervariasi. Hal ini tampak pada
pola pernapasan periodik yang dapat menjadi masalah jika menjurus pada
serangan apneu yang lama.
b. Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak sering dijumpai
pada pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami asfiksia
atau masalah pernapasan yang berat. Perdarahan ini meluas ke dalam sistem
ventricular dan sebagian bayi akan menderita hidrosefalus. Tetapi, sebagian besar
bayi hanya mengalami perdarahan kecil dan akan pulih tanpa pengaruh jangka
panjang yang serius.
c. Imaturitas hati
Ikterus fisiologi sering menjadi lebih nyata dan lebih lama pada bayi prematur.
Namun, dengan perawatan yang cermat, pemberian minum sejak dini serta
penggunaan fototerapi, transfuse tukar jarang diperlukan. Diduga bahwa otak bayi
prematur mempunyai risiko kerusakan yang lebih besar akibat kadar bilirubin yang
tinggi.
d. Infeksi
Akibat kulit yang tipis dan daya imunitas yang terbatas, bayi prematur lebih rentan
terhadap infeksi. Karena daya tahan yang lemah, mereka tidak memperhatikan
gejala dan tanda seperti yang terjadi pada bayi yang lebih tua. Keadaan klinis
mereka berubah dengan cepat dari bakteremia menjadi septikemia dan akhirnya
kematian. Meningitis yang menyertai dapat mudah terlewatkan. Oleh karena itu,
pada bayi yang dicurigai mengalam infeksi perlu dilakukan skrining sepsis
meliputi biakan darah, urin, cairan serebrospinal serta memulai terapi antibiotik
spektrum luas sebelum hasil skrining tiba.
e. Leukomalasia periventrikular (LPV)
Iskemia parenkim otak dapat menjurus pada perubahan yang pada mulanya
dikenal sebagai ‘flare’ pada pemeriksaan ultrasonografi kranial. Kadang-kadang
kelainan ini menghilang, tetapi pada bayi lain kerusakan otak ini berubah bentuk
menjadi kista. Leukomalasia perivertrikular kistik mempunyai prognosis jauh lebih
buruk dibanding perdarahan yang hanya terbatas pada ventrikel, yaitu sekitar 9
dari 10 bayi akan menderita palsi serebral spastik.
f. Enterokolitis nekrotikans (EKN)
Enterokolitis nekrotikans merupakan keadaan serius yang mempengaruhi usus
dalam 3 minggu pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada bayi prematur yang
paling kecil.

B. TERAPI KANGURU
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah suatu metode perawatan bayi baru
lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu sehingga terjadi kontak
langsung kulit ibu dengan kulit bayi. Pengertian yang lain tentang PMK adalah cara
merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya menggunakan popok bayi dan topi),
diletakkan secara tegak atau vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (ibu
telanjang dada), kemudian diselimuti. Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dan
ibu secara kontinyu dan bayi memperoleh suhu (sesuai suhu ibunya) melalui proses
konduksi (Perinasia, 2003). Perawatan metode kanguru telah dikembangkan sebagai
alternatif incubator untuk bayi prematur karena sering mengalami masalah tidak hanya
terkait pemberian makan dan pertumbuhan. Selama ini penelitian - penelitian PMK
telah banyak di lakukan dan semakin berkembang dari segi pemanfaatanya dan untuk
melihat efeknya secara lebih jelas dibanding perawatan bayi dengan inkubator. Hasil
penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa PMK efektif untuk mengontrol
suhu tubuh, pemberian ASI, kedekatan ibu dengan bayi, peningkatan berat badan dan
perbaikan klinis bayi (WHO, 2003) Endyarni (2010) dalam buku Indonesia Menyusui
juga mengatakan bahwa PMK juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar
yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi
termoregulator bagi bayinya.
PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi,
keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit
berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara
ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. PMK adalah
kontak dari kulit ke kulit antara bayi dan orangtuanya, dimana bayi biasanya berada
pada posisi dada ke dada bagian kanan atas dengan posisi pronasi (tengkurap). PMK
adalah salah satu intervensi yang bermanfaat pada perkembangan bayi. PMK
umumnya didefinisikan sebagai kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayinya. Konsep
PMK meliputi ibu dan bayinya secara eksklusif, untuk kehangatan dan memberikan
efek yang positif, salah satunya pada pemberian makan bayi.
Penelitian telah mengidentifikasi keuntungan lain dari metode perawatan
kanguru, yang dapat dikerjakan oleh ibu atau ayah bayi. Metode perawatan kanguru
dipertimbangkan sebagai metode dimana menggendong bayi secara langsung pada
dada orangtua bayi. Bergantung pada prematuritas dan beratnya penyakit pada
kelahiran, perawatan kanguru mungkin dimulai segera setelah kelahiran atau dapat di
tunda beberapa minggu. Tim pemberi perawatan kesehatan menyetujui bahwa
intervensi ini dapat diterapkan pada rencana perawatan harian (Dimenna, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analis Jurnal PICOT(Population, Interventio, Comparison, Outcome dan Time)


1. P (Populasi)
Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang dirawat diruang peristi
RSUD undata dan RSUD anutapura palu. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah bayi
prematur yang mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram dengan temperatur
minimal 36 c jumlah sampel sebanyak 16 orang dengan disain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pra eksperimental dengan jenis one-group pre-post test desain.
2. I (Intervention)
Intervensi yang diberikan pada penelitian ini berjudul pengaruh metode kanguru
terhadap fungsi fisiologis bayi prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi.
Perawatan dengan metode kangguru merupakan salah satu intervensi yang sangat tepat
untuk bayi dengan berat badan lahir ringan yang bisa diterapkan selama hospitalisasi.
instrumen yang digunakan adalah pengukur suhu tubuh pengukur frekuensi denyut
jantung pengukur saturasi oksigen.
3. C (Comparison)
Dalam jurnal .”Comparison of Skin-to-skin (kangaroo) and traditional care:
Parenting outcomes and preterm infant development. Ruth Eidelman,(2002)”
menjelaskan bahwa perawatan metode kanguru mempunyai dampak positif dan
signifikan terhadap perkembangan motorik dan persepsi kognitif pada bayi dalam
proses pengasuhan. Metode kanguru berdampak baik terhadap perkembangan neuro
fisiologis bayi, meningkatkan interaksi orangtua, dan membantu kelurga dalam
perkembangan bayinya. Sejalan dengan penelitian yang berjudul “Cerebral
oxygenation responses during kangaroo care in low birth weight infants. Begum, et al,.
(2008).” Menjelaskan bahwa dengan pemberian metode kangguru pada bayi dengan
berat badan lahir rendah memiliki dampak yang baik terhadap meningkatkan saturasi
oksigen.
4. O (Outcome)
Pada penelitian pengaruh perawatan metode kanguru terhadap fungsi fisiologis bayi
prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi rata rata skor suhu tubuh pada
pengukuran pertama pre test (36.6) dan kedua post test (36.8) . Mean perbedaan 0.2 . Hasil
uji statistik didapatkan nilai p-value 0.000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara skor suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan mean
pada ferkwensi denyut jantung sebelum diberikan terapi kangguru adalah 134.8 dan setelah
terapi kanguru 139,2. perbedaan mean sebelum dan sesudah adalah 4,4. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p-value 0.000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
nilai ferkwensi denyut jantung bayi sebelum dan sesudah diberikan terapi kanguru. nilai rata
rata saturasi oksigen sebelum Diberikan terapi kangguru adalah 87,9 dan sesudah diberikan
terapi kanguru menjadi 89,6. perbedaan mean sebelum dan setelah intervensi adalah 1,7.
hasil hasil uji statistik didapatkan nilai p- value sebesar 0.000 maka dapat disimpulkan Ada
perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan
tindakan. Dan nilai kepercayaan ibu dengan mean awal 43,5 dan setelah tindakan Menjadi
62,5. hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0.004 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang sangat signifikan sebelum dan sesudah diberikan tindakan.

Variabel Mean P-Value


Suhu Tubuh
Sebelum 36,6 0,000
Sesudah 36,8
Frekuensi Denyut Jantung
Sebelum 134,8 0,000
Sesudah 139,2
Saturasi Oksigen
Sebelum 87,9 0,000
Sesudah 89,6
Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat Bayi
Sebelum 43,5 0,004
Sesudah 62,5

Dari hasil data didapatkan ini didapatkan bahwa terapi kangguru dapat meningkatkan
fungsi fisiologi bayi dan kepercayaan ibu dalam merawat bayi prematur.

5. T (Time)
Penelitian ini dilakukan pada bulan november 2013.
6. Kelemahan penelitian
Adapun kelemahan dari penelitian ini yaitu:

a. Jumlah sempel dalam penelitian ini kurang representative, sehingga hasil yang
diperoleh dari penelitian kurang mewakili seluruh populasi penelitian.
b. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini kurang maksimal, perlakuan hanya
dilakuan selama 3 hari.

7. Kelebihan penelitian
Kelebihan hasil dari penelitian ini bersifat praktis yaitu efektif efisien dengan
mengunakan sumber daya yang mudah didapat, kantong kanguru dari selimut yang
dimodifikasi dan mudah didapatkan dikalangan masyarakat .

B. Implikasi Keperawatan Dan Penerapan Di Lapangan

Dalam potter dan perry (2005) disebutkan bahwa perawat memiliki beberapa peran
dan fungsi. Berdasarkan analisa jurnal, maka peran fungsi perawat yang berkaitan dengan
penerapan jurnal ini adalah :

1. Sebagai pemberi perawaan (care giver)


Perawat sebagai care giver perawata mampu untuk melakuakn asuhan keperawatan
pada pasien terutama untuk mendapatkan kembali kesehatannya. Dalam hal ini
perawataan dapat memberikan terapi alternatif pada perawatan pasien dengan BBLR
dengan pemberian teknik kanguru. Terjadi penurunan suhu tubuh bayi dengan bayi
BBLR yang dapat membahayakan pasien.
2. Sebagai edukator
Perawat sebagai edukator dapat memberiakan pengetahuan tentang status kesehatan
klien saat ini dan memberiakn informasi dalam meningkatkan kemampuan klien
mengatasi kesehatan. Memeberiakn informasi tentang manfaat terapi komplementer
atau alternatif yang tidak membahayakan pasien.
3. Sebagai peneliti
Sebagai seorang peneliti, perawat dapat terus mengembangkan ilmu yang dimilikinya
demi kemajuan profesi keperawatan. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, maka
dapat menjadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan topik
yang sama, atau dapat dikembangkan lagi.

Hambatan dalam penerapan

Pemberian teknik terapi kangguru dalam penatalaksanaan pada pasien prematur


memilik hambatan dalam penerapan di lapangan yaitu dalam pelaksanaan ini perlu
adanya pemantauan dari tenaga kesehatan dirumah pasien
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh perawatan metode kangguru terhadap fungsi
fisiologis bayi prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi didapatkan hasil
bahwa pemberian perawatan metode kangguru terhadap fungsi fisiologis bayi prematur
dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi terdapat Terdapat perbedaan yang bermakna
suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan saturasi oksigen bayi prematur sebelum dan
sesudah dilakukan perawatan metode kangguru, pada hari I (pertama), hari II (kedua), dan
hari III (ketiga).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan
pertimbangan khususnya dalam perawatan bayi dengan prematur. Agar dijadikan
tindakan yang rutin dilakukan kepada bayi prematur.
2. Bagi perawat dan mahasiswa perawat
Bagi perawat bisa dijadikan sebagai tindakan yang rutin dilakukan kepada bayi
prematur bila kondisi bayi memungkinkan untuk dilakukan perawatan metode
kangguru. Sebaiknya ruang perinatologi memiliki ruangan khusus untuk melakukan
perawatan metode kangguru dan mempunyai rumah singgah bagi ibu-ibu yang
memiliki bayi yang masih dirawat diruang perinatologi, agar ibu-ibu lebih mudah
untuk mengunjungi bayinya yang dirawat. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
kajian bagi perawat tentang manfaat perawatan metode kangguru, sehingga pada
akhirnya dapat diimplementasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi.
3. Untuk perkembangan ilmu keperawatan
Diharapkan hasil yang didapatkan dari penelitian in akan menjadi sumber
informasi dalm pengembangan ilmu keperawatan dalam melakukan penelitian
selanjutnya dengan topik yang sama atau dapat dikembangkan lagi.

REFERENSI

Hartini, Sri. 2011.Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Suhu Tubuh Bayi yang
Mengalami Demam di RS Telegorejo dan RB Mardi Rahayu Semarang. Tesis. Jakarta:
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Keperawatan

Suprihatin, Kusmini. 2012. Studi Pengaruh Kontak Kulit ke Kulit Antara Ayah dan BBLR
Terhadap Suhu Tubuh Ayah dan Bayinya di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Pasca Sarjana Kekhususan
Keperawatan Anak

Syamsu Fatimah, Andi. 2013. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Fungsi
Fisiologis Bayi Prematur Dan Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat Bayi. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.3,
Nopember 201: 163

Anda mungkin juga menyukai