Anda di halaman 1dari 4

Khairul Amri Hasibuan

120522035
S1 Akuntansi Ekstensi
Etika Bisnis dan Profesi

ETIKA DALAM PRAKTEK AUDITING DAN


ETIKA DALAM PRAKTEK KONSULTAN MANAJEMEN

ETIKA DALAM PRAKTEK AUDITING


Kepercayaan Publik
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan Publik merupakan kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani anggota
secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

Tanggung Jawab Auditor kepada Publik


Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode
etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan
publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik
akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya
serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.

Tanggung Jawab Dasar Auditor


Di dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk
dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik.
1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif;
2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya;
3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.

Independensi Auditor
Independensi dalam arti sempit adalah bebas, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri
auditor dalam menyatakan hasil pendapatnya.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi
dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari
setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang
diauditnya.
Regulator Mengenai Independensi Akuntan Publik
Ada beberapa ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah
Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang
Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal. Ketentuan tersebut
memuat hal-hal sebagai berikut:
Jangka waktu Periode Penugasan Profesional
1. Periode Penugasan Profesional dimulai sejak dimulainya pekerjaan lapangan atau
penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu.
2. Periode Penugasan Profesional berakhir pada saat tanggal laporan Akuntan atau
pemberitahuan secara tertulis oleh Akuntan atau klien kepada Bapepam bahwa
penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.

ETIKA DALAM PRAKTEK KONSULTAN MANAJEMEN


Jasa konsultansi adalah jasa profesional yang disediakan dengan memadukan
kemahiran teknis, pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi mengenai
proses konsultansi. Jasa konsultansi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini:
a. Konsultasi (consultations).
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau saran
profesional (professional advice) yang memerlukan respon segera, berdasarkan pada
pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi klien, dan
tujuan bersama berbagai pihak.
Contoh: review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien dan pemberian
saran tentang perangkat lunak komputer yang cocok digunakan oleh klien.
b. Jasa Pemberian Saran Profesional (Advisory Services).
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mengembangkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien.
Contoh: revew operasional dan improvement study, analisis terhadap suatu sistem
akuntansi, pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik, dan definisi
persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem informasi.
c. Jasa Implementasi.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana kegiatan menjadi
kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan
personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Praktisi bertanggung jawab
kepada klien dalam hal pelaksanaan dan manajemen kegiatan perikatan.
Contoh: penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang
berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap peningkatan produktivitas, dan pemberian bantuan
dalam proses penggabungan (merger) organisasi.
d. Jasa Transaksi.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang berhubungan
dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga.
Contoh: jasa pengurusan kepailitan, jasa penilaian, penyediaan informasi untuk
mendapatkan pendanaan, analisis kemungkinan penggabungan usaha atau akuisisi,
dan jasa pengurusan perkara pengadilan.
e. Jasa Penyediaan Staf dan Jasa Pendukung Lainnya.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah menyediakan staf yang memadai dan
kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh
klien dan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan
demikian.
Contoh: manajemen fasilitas pemrosesan data, pemrograman komputer, perwalian
dalam rangka kepailitan, dan aktivitas controllership.
f. Jasa Produk.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien suatu produk
dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan
produk tertentu.
Contoh: penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer, dan penjualan dan instalasi metodologi
pengembangan sistem.

Praktisi jasa konsultansi adalah akuntan publik, yang terlibat dalam penyediaan jasa
konsultansi untuk kliennya, atau siapa saja yang menyediakan jasa konsultansi untuk klien
dengan mengatasnamakan akuntan publik. Proses konsultansi adalah rangkaian kegiatan
dengan pendekatan analitik dalam penyediaan jasa konsultansi. Secara rinci, proses tersebut
merupakan gabungan kegiatan perumusan sasaran yang ditentukan oleh klien, penemuan
fakta, perumusan masalah atau peluang, pengkajian berbagai alternatif, penentuan usulan
tindakan, penyampaian temuan, implementasi, dan penindaklanjutan.
Jasa konsultasi manajemen atau management advisory services (MAS) merupakan
fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien
untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan
perusahaan klien. Akuntan dapat dikontrak untuk memberikan pendapat sebagai seorang ahli
mengenai suatu hal tertentu seperti penggunaan prinsip akuntansi, undang-undang
perpajakan, dan penggunaan teknologi pemroses data-data keuangan. Akuntan publik, dengan
kapasitasnya sebagai konsultan, tidak dibenarkan membuat ataupun menentukan keputusan
manajemen.
Jasa konsulatansi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap
asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai
keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi
(asserter). Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara
praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk
kepentingan klien.
Dalam praktiknya, tidak jarang bahwa jasa atestasi merupakan bagian dari jasa
konsultasi manajemen. Bila praktisi memberikan jasa atestasi sebagai bagian dari penugasan
jasa konsultasi manajemen, Pernyataan Standar Atestasi hanya berlaku terbatas untuk jasa
atestasi saja. Jika praktisi menentukan bahwa jasa atestasi dilaksanakan sebagai bagian dari
penugasan jasa konsultasi manajemen, praktisi harus memberitahu klien mengenai perbedaan
yang relevan antara dua tipe jasa tersebut dan harus memperoleh persetujuan dari klien
bahwa jasa atestasi harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan profesional yang memadai.
Surat perjanjian jasa konsultasi manajemen harus menyebutkan persyaratan pelaksanaan jasa
atestasi tersebut. Praktisi harus melakukan tindakan itu karena persyaratan profesional untuk
jasa atestasi berbeda dengan persyaratan jasa konsultasi manajemen.
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa
konsultan manajemen akan menjadi lebih tinggi jika profesi tersebut menerapkan standar
mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota
profesinya. Tujuan konsultan manajemen adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia
usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan
tanggung-jawab profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi;
2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa konsultan sebagai profesional di bidangnya.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa konsultan manajemen harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasanya.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:


1. Prinsip Etika;
2. Aturan Etika; dan
3. Interpretasi Aturan Etika.

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan
hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.

Anda mungkin juga menyukai