Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat adalah suatu cara berpikir yang radial dan manyeluruh, dengan
cara mengupas pengetahuan sadalam-dalamnya. Yuyun (1999). Sedangkan
ilmuh dalam pembelajaran filsafat dapat diartikan kumpulan pengetahuan
yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu adalah suatu kemampuan
yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka menetapkan dasar-dasar yang
dapat diantalkan oleh dirinya. Dalam mempelajari filsafat ilmu diharapkan
manusia dapat menggunakan penalarannya untuk dapat menemukan
kebenaran, bersifat logika, deduksi dan induksi sebagai landasan dalam
bertindak dan akhrnya dapat menggunakan metode ilmiah dalam
mendapatkan penegtahuan. Hasil pemikiran yang dimiliki manusia harus
dinilai menjadi suatu titik kebanaran. Kebenaran yang tertanam dalam dirinya
melalui diawali dari penalaran, logika, deduksi, induksi dan metode ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan daya piker dan daya nalar ?
2. Apa yang dimaksud dengan proposisi dan penalaran ?
3. Bagaimana kedudukan proposisi dan penalaran ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Daya Nalar dan Daya Pikir

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Daya diartikan sebagai “Kekuatan,


pengaruh, Usaha dan ikhtiar”, (W.J.S. Powerwadarminta, 1976) sedangkan nalar
adalah “pertimbangan baik atau buruk akal budi”. Maka daya nalar dapat diartikan
sebagai kekuatan atau usaha untuk melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan
baik dan buruk oleh akal.

Tipe-tipe daya nalar siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa


dalam menerima materi pelajaran. Dalam menerima pelajaran masing-masing
siswa itu memiliki karakter yang berbeda, dan semua itu dipengaruhi oleh 2
faktor :

1. Kondisi fisiologis
Kondisi ini menyangkut kondisi jamsani seseorang. Hal ini sangat
berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar terutama dari segi
kemampuan siswa menalar materi pelajaran. Kondisi I ni sangat
berpengaruh terhadap belajar seseorang dalam keadaan segar jasmaninya
akan berbeda dengan orang yang dalam keadaan kelelahan anak yg kurang
gizi akan berbeda dengan anak yang tidak kekurangan gizi. Keleahan, dan
kekurangan gizi dan sebagainya dapat menimbulkan kelelahan, ngantuk
dan tidak mudah menerima pelajaran. (Mudjiono,2002).

2. Kondisi Psikologis
Kondisi ini tidak kalah penting dengan kondisi fisiologis dalam proses
belajar mengajar. Bahkan ekspresi yang muncul dalam sikap seorang anak
merupakan aspek psikologis yang akan mendasari akifitas belajar anak.

Secara etimologi, daya pikir (Kognitif) terdiri dari dua kata yaitu daya
yang berarti “Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu” sedangkan pikir yaitu

2
“Untuk menggunakan akal untuk mempertimbangkannya”. Maka dapat
disimpulkan daya pikir adalah suatu kemampuan dari seorang anak dalam proses
berpikir yang diperolah dari lingkungan atau alam sekitarnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya pikir yaitu :

1. Hereditas
2. Lingkungan
3. Kematangan
4. Shaping
5. Minat dan bakat

2.2 Proposisi

Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai


benar atau salahnya. Misalnya : Besi bila dipanaskan memuai.

Bila ada pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan dan


kehendak tidak dapat dinilai benar salahnya maka tidak disebut proposisi.
Misalnya : - Wahai purnama bersinarlah selalu

1. Adapun macam-macam proposisi menurut sumbernya :


a. Proposisi analitik (Proposisi a priori), adalah prososisi yang predikatnya
mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subjeknya.
Contohnya : Mangga adalah buah-buahan.

b. Proposisi sintetik (Proposisi a posteriori), adalah proposisi yang predikatnya


mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subjek nya.
Contohnya : - Pepaya itu manis

2. Adapun macam-macam proposisi menurut bentuknya :


a. Proposisi kategorik, adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa
ada syarat. Contohnya : - Hasan sedang sakit

3
Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subjek,
satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier. Subjek, sebagai mana kita
ketahui adalah term yang menjadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang
menerangkan subjek. Popula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term
subjek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukkan banyaknya
satuan yang diikat term subjek. Quentifier ada kalanya menunjuk kepada :

 Permasalahan universal, seperti kata : Seluruh, semua, segenap.


 Permasalahan Partikular, seperti kata : Sebagian, kebanyakan, beberapa.
 Permasalahan Singular, seperti kata : Seseorang

Kopula adalah kata yang menegaskan hubungan term subyek dan term
predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan mengingkari. Bila ia
berupa “adalah” berarti mengiakan dan bila berupa “tidak, bukan atau tak” berarti
mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengiakan,
proposisinya disebut proposisi positif dan bila mengingkari disebut proposisi
negatif. Dengan quantifier dapat kita ketahui kuantitas proposisi tertentu, apakah
universal, partikular ataukah singular dan dengan kopula bisa kita ketahui
kuantitas proposisi itu apakah positif atau negatif.

Dari kombinasi kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal ada 6
macam proposisi yaitu:

1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)


2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola (A)
4. Universal negatif: Semua kambing bukan kuda (E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus (O)
6. Singular negative : Siti bukan gadis pendengki (E)

Proposisi universal positif kopulanya mengakui hubungan subyek dan


predikat secara keseluruhan, dalam logika dilambangkan dengan huruf A.
Proposisi partikular positif kopula mengakui hubungan subyek dan predikat
sebagian saja di lambangkan dengan huruf I. Proposisi singular positif karena
kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan maka juga

4
dilambangkan dengan huruf A. Huruf A dan I masing-masing sebagai lambang
proposisi universal positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup
pertama kata Latin”AFFIRMO” yang berarti mengakui.

Proposisi universal negative kopulanya mengingkari hubungan subyek


dan predikatnya secara keseluruhan, dalam logika dilambangkan dengan huruf E.
Proposisi partikula negative kopulanya mengingkari hubungan subyek dan
predikat sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O. Proposisi singular negatif
karena kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan
dan dilambangkan dengan huruf E. Huruf E dan O dipakai sebagai lambing
tersebut diambil dari huruf hidup dalam kata “NEGO” bahasa latin yang berarti
menolak atau mengingkari.

b. Proposisi hipotetik, adalah proposisi yang mengandung pernyataan dengan


syarat, jika permintaan bertambah maka harga akan naik. Pada proposisi
hipotetik kopulanya adalah “jika, apabila, manakala, kemudian dilanjutkan
dengan maka” dan menghubungkan dua buah pernyataan seperti contoh
diatas, “jika dan maka” adalah kopula.” Permintaan bertambah” sebagai
pernyataan pertama disebut sebab dan “harga akan naik” sebagai pernyataan
kedua siebut akibat atau konsekuen nya. Proposisi hipotetik mempunyai 2
bentu yaitu :
 Proposisi hipotetik yang mempunyai hubungan kebiasaan, seperti : Bila A
adalah B maka A adalah C. Contoh : Jika tanaman sering diberi pupuk ia
akan subur.

 Proposisi hipotetik yang mempunyai hubungan keharusan, seperti : Bila A


adalah B maka C adalah D. Contoh : Bila keadilan tidak dihiraukan, maka
rakyat akan menuntut.

c. Proposisi disyungtif, adalah proposisi yang mengandung pernyataan jika


tidak benar maka salah, pada proposisi ini kopulanya berupa “jika dan
maka”, seperti : Hidup jika tidak bahagia adalah susah. Ada 2 bentuk
proposisi disyungtif, yaitu :

5
 Proposisi disyungtif sempurna yaitu mempunyai alternatif kontradiktif,
dengan rumusnya : A mungkin B mungkin non B. seperti: Hasan berbaju
putih atau berbaju non putih.

 Proposisi disyungtif non sempurna, yaitu yaitu alternatifnya tidak


berbentuk kontradiktif, dengan rumusnya : A mungkin B mungkin C.
Seperti: Hasan berbaju hitam atau berbaju putih

2.3 Penalaran

Penalaran adalah proses berfikir yang bertolah dari pengamatan indera


(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak dikatahui.
Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut


dengan premis (antesedens) dan hasil keputusannya disebut dengan konklusi
(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut Konsekuensi.
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya
diperlukan lambing. Lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan berupa argument. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis.

1. Ciri penalaran
a. Adanya suatu pola berfikir secara luas dapat disebut logika, bahwa tiap
bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri atau kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis.

b. Adanya suatu proses berpikir bersifat analitik, yakni kegiatan berpikir


yang menyadarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan.

6
2. Jenis metode dalam menalar
a. Penalaran induktif, yaitu metode berfikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam beroikir dengan bertolah dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari
metode berpikir induktif, contoh: Kambing mempunyai mata, Gajak
mempunyai mata, Kucing mempunyai mata. Semua binatang mempunyai
mata.

b. Penalaran Deduktif, yaitu metode berpikir deduktif adalah metode yang


menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus, contoh: Semua
makhluk mempunyai mata (premis mayor), si polan adalah seorang
makhluk (premis minor). Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan).

3. Prinsip-prinsip penalaran
Prinsip-prinsip penalaran adalah prinsip dasar pernyataan hanya ada 3
prinsip, yang mengemukakan pertama kali adalah Aristoteles, yaitu
sebagai berikut :
a. Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium identitas . prinsip
identitas berbunyik : “sesuatu hal adalah sama dengan hal nya sendiri”.
Dengan kata lain sesuatu yang disebut p maka sma denga p yang
dinyatakan itu sendiri bukan yang lain”.

b. Prinsip Kontradiksi ( Principium contradictionis)


Prinsip ini berbunyi “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu
dan bukan hal-hal itu pada waktu yang bersamaan” atau “sesuatu
pernyataan tidak mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada
saat yang sama”.

7
c. Prinsip eksklusi (Principium exclusi tertii)
Yakni prinsip oenyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya
kemungkinan ketiga. Prinsip ini berbunyi “sesuatu jika dinyatakan sebagai
hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga
yang merupakan jalan tengah. Arti dari prinsip ini ialah bahwa dua sifat
yang berlawanan penuh tidak mungkin kedua-duanya dimikili oleh suatu
benda, mestilah hanya salah-satu yang dapat dimilikinya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara pola
berpikir deduktif dan berpikir induktif, untuk itu penalaran ilmiah menyadarkan
diri kepada proses logika deduktif dan logika indktif. Penalaran ilmiah
mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah pada hakekatnya
merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesisi yang
diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah dengan baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berpikir tersebut dalam keselurauhan berfikir ilmiah tersebut. Penalaran
merupakan proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpiki, merasa
dan bersikapdan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber dari pengetahuan
yang didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir.

3.2 Saran

Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan supaya


pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi
pembaca dari sumber lain. Dan pembaca tidak merasa puas dalam mempelajari
mengenai bank dan moneter di Indonesia dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai