PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kondisi fisiologis
Kondisi ini menyangkut kondisi jamsani seseorang. Hal ini sangat
berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar terutama dari segi
kemampuan siswa menalar materi pelajaran. Kondisi I ni sangat
berpengaruh terhadap belajar seseorang dalam keadaan segar jasmaninya
akan berbeda dengan orang yang dalam keadaan kelelahan anak yg kurang
gizi akan berbeda dengan anak yang tidak kekurangan gizi. Keleahan, dan
kekurangan gizi dan sebagainya dapat menimbulkan kelelahan, ngantuk
dan tidak mudah menerima pelajaran. (Mudjiono,2002).
2. Kondisi Psikologis
Kondisi ini tidak kalah penting dengan kondisi fisiologis dalam proses
belajar mengajar. Bahkan ekspresi yang muncul dalam sikap seorang anak
merupakan aspek psikologis yang akan mendasari akifitas belajar anak.
Secara etimologi, daya pikir (Kognitif) terdiri dari dua kata yaitu daya
yang berarti “Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu” sedangkan pikir yaitu
2
“Untuk menggunakan akal untuk mempertimbangkannya”. Maka dapat
disimpulkan daya pikir adalah suatu kemampuan dari seorang anak dalam proses
berpikir yang diperolah dari lingkungan atau alam sekitarnya.
1. Hereditas
2. Lingkungan
3. Kematangan
4. Shaping
5. Minat dan bakat
2.2 Proposisi
3
Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subjek,
satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier. Subjek, sebagai mana kita
ketahui adalah term yang menjadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang
menerangkan subjek. Popula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term
subjek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukkan banyaknya
satuan yang diikat term subjek. Quentifier ada kalanya menunjuk kepada :
Kopula adalah kata yang menegaskan hubungan term subyek dan term
predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan mengingkari. Bila ia
berupa “adalah” berarti mengiakan dan bila berupa “tidak, bukan atau tak” berarti
mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengiakan,
proposisinya disebut proposisi positif dan bila mengingkari disebut proposisi
negatif. Dengan quantifier dapat kita ketahui kuantitas proposisi tertentu, apakah
universal, partikular ataukah singular dan dengan kopula bisa kita ketahui
kuantitas proposisi itu apakah positif atau negatif.
Dari kombinasi kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal ada 6
macam proposisi yaitu:
4
dilambangkan dengan huruf A. Huruf A dan I masing-masing sebagai lambang
proposisi universal positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup
pertama kata Latin”AFFIRMO” yang berarti mengakui.
5
Proposisi disyungtif sempurna yaitu mempunyai alternatif kontradiktif,
dengan rumusnya : A mungkin B mungkin non B. seperti: Hasan berbaju
putih atau berbaju non putih.
2.3 Penalaran
1. Ciri penalaran
a. Adanya suatu pola berfikir secara luas dapat disebut logika, bahwa tiap
bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri atau kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis.
6
2. Jenis metode dalam menalar
a. Penalaran induktif, yaitu metode berfikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam beroikir dengan bertolah dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari
metode berpikir induktif, contoh: Kambing mempunyai mata, Gajak
mempunyai mata, Kucing mempunyai mata. Semua binatang mempunyai
mata.
3. Prinsip-prinsip penalaran
Prinsip-prinsip penalaran adalah prinsip dasar pernyataan hanya ada 3
prinsip, yang mengemukakan pertama kali adalah Aristoteles, yaitu
sebagai berikut :
a. Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium identitas . prinsip
identitas berbunyik : “sesuatu hal adalah sama dengan hal nya sendiri”.
Dengan kata lain sesuatu yang disebut p maka sma denga p yang
dinyatakan itu sendiri bukan yang lain”.
7
c. Prinsip eksklusi (Principium exclusi tertii)
Yakni prinsip oenyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya
kemungkinan ketiga. Prinsip ini berbunyi “sesuatu jika dinyatakan sebagai
hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga
yang merupakan jalan tengah. Arti dari prinsip ini ialah bahwa dua sifat
yang berlawanan penuh tidak mungkin kedua-duanya dimikili oleh suatu
benda, mestilah hanya salah-satu yang dapat dimilikinya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara pola
berpikir deduktif dan berpikir induktif, untuk itu penalaran ilmiah menyadarkan
diri kepada proses logika deduktif dan logika indktif. Penalaran ilmiah
mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah pada hakekatnya
merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesisi yang
diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah dengan baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berpikir tersebut dalam keselurauhan berfikir ilmiah tersebut. Penalaran
merupakan proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpiki, merasa
dan bersikapdan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber dari pengetahuan
yang didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir.
3.2 Saran