Anda di halaman 1dari 13

Nilai:

PAPER PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
(V. Metode SCS-CN)

Oleh :
Kelompok/Shift :2/1
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 Mei 2018
Nama (NPM) : Siti Hana Nur Sabrina (240110150039)
Asisten Praktikum : 1. Nida Noor Fadhilah R
2. Yohanes Christian, S.TP

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KELOMPOK 1
Judul : ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI CITANDUY HULU
Penelitian ini dilakukan di DAS Citanduy yang berada pada wilayah
administratif dua provinsi yaitu provinsi Jawa Barat dan provinsi Jawa Tengah.
Sedangkan secara geografis wilayah DAS Citanduy berada pada posisi 108004’ -
109030’ Bujur Timur (BT) dan 7003’ - 7052’ Lintang Selatan (LS). Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan dan
menduga aliran permukaan di DAS Citanduy tahun 2008-2013. DAS Citanduy
terdiri dari enam sub, yaitu sub DAS Citanduy Hulu, sub DAS Cijolang, sub DAS
Cikawung, sub DAS Cimuntur, sub DAS ciseel, dan sub DAS Segara Anakan.
Iklim DAS Citanduy termasuk pada iklim tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Temperatur berkisar antara 24°C – 31°C dan curah
hujan rata-rata 2.725 mm/tahun (BBWS, 2012).
Topografi DAS Citanduy berupa pegunungan pada bagian utara dan
selatan dimana pada bagian selatan langsung berbatasan dengan pulau
Nusakambangan. Jenis tanah akan berbeda seiring dengan relief atau topografi
yang berbeda. Jenis tanah pada elevasi yang lebih tinggi adalah andosol
sedangkan jenis tanah pada elevasi yang lebih rendah berupa tanah latosol. Jenis
tanah ini merupakan batuan induk yang selama ini terangkut dan tererosi aliran
sungai dan akhirnya terendapkan di Segara Anakan. Jenis tanah yang terdapat
pada wilayah kajian menurut BPDAS Cimanuk-Citanduy memiliki 9 jenis
kelompok tanah dengan dominasi jenis tanah latosol (Gambar 1). Dari 9 jenis
kelompok tanah dilakukan pengelompokan ulang menurut kelompok hidrologi
tanah menjadi terdapat 2 jenis tanah tipe B dan C yang terdapat pada wilayah
kajian (Gambar 2). Tipe tanah B memiliki potensi infiltrasi yang sedang dengan
aliran permukaan yang rendah. Tipe tanah C memiliki potensi infiltrasi rendah
dengan aliran permukaan sedang. Berdasarkan kelompok hidrologi tanah, wilayah
kajian didominasi oleh tipe tanah C. akan tetapi, peran vegetasi sangat
berpengaruh terhadap besarnya limpasan.
Pendugaan aliran permukaan dengan menggunakan metode SCS-CN pada
wilayah DAS Citanduy didapat hasil yang overestimate. Pada tahun 2008 dengan
curah hujan sebesar 2322 mm menghasilkan aliran permukaan sebesar 267 mm
pada model SCS-CN sedangkan hasil observasi sebesar 224 mm. Pada tahun 2013
dengan curah hujan sebesar 3792 mm menghasilkan aliran permukaan sebesar 618
mm pada model SCS-CN sedangkan hasil observasi sebesar 263 mm. Terjadi
peningkatan aliran permukaan sebesar 5% dari tahun 2008-2013 akibat dari
peningkatan curah hujan tahunan sebesar 63% dari curah hujan tahun 2008.

Gambar 1. Peta jenis tanah DAS Citanduy hulu SCS-CN

Gambar 2. Peta jenis tanah DAS Citanduy hulu


Tabel 1. Perubahan Nilai CN DAS Citanduy

Tabel 2. Limpasan observasi dan SCS-CN bulanan tahun 2008

Tabel 3. Limpasan observasi dan SCS-CN bulanan tahun 2013


KELOMPOK 2
Judul : ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN
PERMUKAAN (RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT
BANJIR DI DAS LESTI
Secara geografis Sub DAS Lesti berbentuk memanjang terletak diantara
8⁰02’50”-8⁰12’10” LS dan 112⁰42’58” sampai 112⁰56’21’’ BT dan memiliki luas
daerah 58.384 Hektar, terbagi sub-sub DAS yaitu Lesti Hulu seluas 38.338 Ha,
Lesti Hilir 20.046 Ha. Metode SCS dikembangkan dari hasil pengamatan curah
hujan selama bertahun-tahun. Metode ini berusaha mengkaitkan karakteristik
DAS seperti tanah, vegetasi, dan tata guna lahan dengan bilangan kurva air larian
CN (runoff curve number) yang menunjukkan potensi air larian untuk curah
hujan tertentu. Metode CN didasarkan atas hubungan infiltrasi pada setiap jenis
tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada setiap kali hujan. Total curah
yang jatuh pada setiap hujan (P) di atas tanah dengan potensi maksimal tanah
untuk menahan (retention) air (S) tertentu, akan terbagi menjadi tiga komponen;
Air larian (Q), Infiltrasi (F) dan Abtraksi awal (Initial Abstraction: Ia), dengan
hubungan (Chow, 1988:148).
Berdasarkan hasil penelitian di DAS lesti menunjukkan peningkatan nilai
CN dari tahun 2002 sampai 2012 rata-rata sebesar 1,03%, dan limpasan
permukaan rata-rata 54,79 mm, dengan debit sungai rata-rata sebesar 18,54
m3/dtk. Perubahan tata guna lahan dari tahun 2002 hingga 2012 menyebabkan
kenaikan nilai CN (Curve Number), limpasan permukaan dan debit di sungai
Lesti. Hasil analisa (running) AVSWAT 2000 maka didapatkan rerata
keseluruhan limpasan permukaan lahan DAS Lesti sebesar 54,79 mm. Debit
limpasan meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 1. Limpasan Permukaan DAS Lesti

Nilai CN pada DAS Lesti dari tahun 2002-2012 yaitu 36-90 dengan
kisaran nilai CN 36 tata guna lahan Hutan dengan jenis tanah Regosol Kelabu dan
90 pada pemukiman dengan tanah asosiasi andosol coklat. Nilai CN (Curve
Number) dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan , yaitu pada tahun 2002
sebesar 62,65, tahun 2004 sebesar 63,85, tahun 2006 sebesar 64,73, tahun 2008
sebesar 65,70, tahun 2010 sebesar 66,63 dan tahun 2012 sebesar 67,83. Dengan
peningkatan CN rata-rata 1,03 per tahun. Dengan peningkatan CN rata-rata 1,03
per tahun. Perubahan tata guna lahan di DAS Lesti menyebabkan peningkatan
besarnya limpasan dari tahun 2002 yaitu sebesar 37,818 mm, tahun 2004 sebesar
38,045 mm, tahun 2006 sebesar 47.773 mm, tahun 2008 sebesar 65.843 mm ,
tahun 2010 sebesar 66,959 dan tahun 2012 meningkat sebesar 72, 284 . Hal ini
terjadi karena meningkatnya tata guna lahan pemukiman dan berkurang nya luas
kawasan hutan. Perubahan tata guna lahan di DAS Lesti menyebabkan
peningkatan besarnya debit di DAS Lesti.

Tabel 2. Pengaruh CN terhadap Debit


KELOMPOK 3
Judul : PENGGUNAAN METODE SOIL CONSERVATION SERVICES
(SCS) UNTUK MEMPREDIKSI ALIRAN PERMUKAAN PADA
LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, UNIT USAHA
REJOSARI, PTP NUSANTARA VII LAMPUNG
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memprediksi volume aliran
permukaan dengan menggunakan metode Soil Conservation Service (SCS) dan
membandingkannya dengan hasil pengukuran. Penelitian dilakukan di Perkebunan
Kelapa Sawit PTP Nusantara VII Unit Usaha Rejosari, Lampung. Secara geografi
daerah penelitian terletak pada 105007’55,5” BT– 10508’20.4” BT dan
5017’016” LS – 5017’27.6” LS. Berdasarkan hasil analisis di laboratorium,
daerah penelitian memiliki kadar air kapasitas lapang antara 26-36 % dengan
rataan kadar air titik layu permanen antara 18-26 % (Atmaja, 2007). Daerah
penelitian memiliki topografi berombak sampai datar dengan kemiringan lereng
sebesar 3 – 8 % dan kedalaman solum yang bervariasi antara 1 sampai 3. Pada
daerah ini terdapat daerah pelembahan yang luas yaitu 3.8 hektar pada blok 2
(blok 415).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Soil Conservation Service
(SCS) cukup akurat dalam memprediksi aliran permukaan. Hal ini ditandai
dengan cukup rendahnya nilai RMS-E (Root Mean Square Error), yaitu sebesar
9.37 dan cukup banyaknya titik-titik yang berkumpul pada diagonal dalam scatter
plot dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,54. Sebagian besar volume
aliran permukaan hasil pengukuran memiliki nilai yang berbeda pada setiap
kejadian hujan dibandingkan hasil prediksi. Volume aliran permukaan
pengukuran dan prediksi tertinggi terdapat pada tanggal 10 Maret 2008 dengan
curah hujan yang sama sebesar 101.85, yaitu 61.45 mm dan 36.85 mm. Volume
aliran permukaan pengukuran terendah terjadi pada 4 April 2006 sebesar 0.08 mm
sedangkan hasil prediksi terjadi pada tanggal 30 Mei 2008 sebesar 0.32 mm.
Tabel 1. Klasifikasi penggunaan lahan USSCS dan Nilai CN pada masing-masing
penggunaan lahan
KELOMPOK 4
Judul : DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP
PERUBAHAN RUNOFF DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
BEDOG YOGYAKARTA
DAS Bedog merupakan salah satu DAS di Yogyakarta yang daerah aliran
sungainya mengalami proses pengembangan wilayah perkotaan. Tujuan utama
dari penelitian ini adalah menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan
terhadap perubahan runoff dan merumuskan simulasi/skenario penggunaan lahan
dalam menurunkan runoff di DAS Bedog menggunakan metode Curve Number-
USSCS (CN-USSCS).
Berdasarkan perhitungan metode CN-USSCS pada tahun 2004, 2008 dan
2010, akibat dampak dari perubahan penggunaan lahan menghasilkan ketebalan
runoff sebesar 1.353,0 mm (66% dari jumlah hujan/tahun), 1.277,2 mm (55,5%
dari jumlah hujan/tahun), dan 1.536,4 mm (57,6% dari jumlah hujan/tahun).
Penggunaan lahan “permukiman” dan “lahan kosong” berkontribusi terbesar
dalam peningkatan ketebalan runoff di DAS Bedog, dikarenakan memiliki nilai
CN yang tinggi dan berarea luas. Validasi terhadap metode CN-USSCS
menggunakan uji statistik, T-test dihasilkan nilai T-test sebesar 0,00 dan 0,092
dibawah nilai T-tabel sebesar 1,67 dan 1,71 serta nilai koefisien determinasi (R2)
diatas 0,5 yang berarti metode CN-USSCS dapat diterapkan di DAS Bedog untuk
memprediksi ketebalan runoff.Hasil rumusan skenario perubahan penggunaan
lahan di DAS Bedog bahwa perubahan penggunaan lahan untuk 6 tahun ke depan
(tahun 2016) mengalami perubahan ketebalan runoff sebesar 4% dari tahun 2010.
Penurunan ketebalan runoff di DAS Bedog dapat dilakukan dengan peningkatan
luasan hutan berupa kebun campuran dan tumbuhan perdu (semak belukar) di
daerah Bantul sebesar > 50% dari luas DAS Bedog.
Dalam memperhitungkan ketebalan runoff menggunakan metode Curve
Number (CN) USSCS, beberapa langkah yang dilakukan adalah : 1). Reklasifikasi
penggunaan lahan berdasarkan USSCS tahun 2010; 2). Penyusunan Kelompok
Hidrologi Tanah (HSG); 3). Penyusunan kelembaban awal (AMC) dari 4 stasiun
di sekitar DAS Bedog; dan 4) Penyusunan nilai CN. Tahapan-tahapan tersebut
telah disebutkan diatas dalam penyusunannya. Adapun persentase ketebalan
runoff tahun 2004, 2008 dan 2010, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Persentase ketebalan runoff DAS Bedog tahun 2004, 2008 dan 2010

Hasil dari perhitungan ketebalan runoff dengan metode CN USSCS


dihasilkan tebal runoff DAS Bedog tahun 2004, 2008 dan 2010 sebesar 1.292,3
mm (63,1% dari total hujan/tahun), 1.277,2 mm (55,5% dari total hujan/tahun)
dan sebesar 1.536,4 mm (57,6% dari total hujan/tahun). Hal tersebut dapat
diartikan bahwa proses hidrologi yang terjadi di DAS Bedog tahun 2010
dikategorikan buruk.
KELOMPOK 5
Judul : IDENTIFIKASI ALIRAN PERMUKAAN DI SETIAP
KECAMATAN DKI JAKARTA MENGGUNAKAN METODE SCS

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menduga limpasan permukaan yang


terjadi berdasarkan metode SCS (Soil Conservation Service) dan menghitung dan
memetakan sumbangan aliran permukaan dari tiap kecamatan sekitar Jabotabek.
Jakarta terletak di bagian barat pulau Jawa dengan koordinat 5019’12” – 6023’54”
LS, 1060 22’42” – 106058’18” BT. Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan
661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat ±110 pulau yang tersebar
di Kepulauan Seribu. Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 270 C
dengan kelembaban 80 - 90%. Penggunaan lahan di Jakarta terbesar adalah
pemukiman sebesar 365.4 km2. Area pemukiman dan gedung memiliki nilai
ratarata CN 90-100. Luas total penggunaan lahan dengan nilai CN 90-100 adalah
77% dari luas total Jakarta yaitu 501.9 km2. Peta penggunaan lahan Jakarta tahun
2006. Berdasarkan perhitungan bilangan kurva timbangan area Jakarta tahun 2006
memiliki nilai CN sebesar 94,68. Kecamatan dengan nilai CN rata-rata tertinggi
adalah kecamatan Pancoran dengan nilai 98.51 dan terendah adalah kecamatan
Cipayung dengan nilai CN 94.18 (lampiran 8). Nilai ini menunjukkan daerah
Jakarta memiliki nilai potensi besar melimpaskan air hujan menjadi limpasan
permukaan. Nilai CN Jakarta berada pada nilai 73100. Nilai CN dengan luas
wilayah terbesar adalah kisaran nilai 91-100

Gambar 3. Perbandingan luas wilayah (Ha) berdasarkan nilai CN


Karakteristik DAS yang mengalir ke Jakarta memiliki nilai CN antara 81-
94. Hasil ini menunjukkan DAS yang berada di Jakarta tergolong DAS yang
mudah menghasilkan limpasan permukaan apabila terjadi hujan. Persentase
sumbangan limpasan permukaan terbesar adalah wilayah dengan nilai CN 100.
Luas wilayah CN 100 adalah 85,58 km2 atau 13% luas total Jakarta. Daerah
dengan CN 100 menghasilkan 58% dari seluruh limpasan permukaan.

Tabel 1. Limpasan permukaan pada setiap DAS berdasarkan nilai CN


DAFTAR PUSTAKA

Hak. 2016. Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai
Citanduy Hulu. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Intitut
Pertanian Bogor.

Idewati, dkk. 2015. Analisis Perubahan Bilangan Kurva Aliran Permukaan


(Runoff Curve Number) terhadap Debit Banjir di DAS Lesti. Jurnal
Teknik Pengairan, Vol 6, No. 1. Universitas Brawijaya: Malang.

Rahayu, Anita. 2009. Penggunaan Metode Soil Conservation Services (SCS)


Untuk Memprediksi Aliran Permukaan Pada Lahan Perkebunan Kelapa
Sawit, Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung. Program
Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ria. 2008. Identifikasi Aliran Permukaan di Setiap Kecamatan DKI Jakarta


Menggunakan Metode SCS. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Institut Pertanian Bogor.

Yudha. 2013. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Perubahan


Runoff di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedog Yogyakarta. Jurnal Ilmiah,
Vol 2, No. 2. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai